Anda di halaman 1dari 118

BAB 1

BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH


A. Pengertian Bank Umum Syari’ah Dan Unit Usaha Syari’ah
1. Pengertian Bank Umum Syari’ah
Bank umum syari’ah adalah bank syari’ah yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa
perbankan dan melayani segenap masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun
lembaga-lembaga lainnya. Bank umum dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank
nondevisa. Bank umum yang berstatus devisa memiliki produk yang lebih luas daripada
bank yang berstatus nondevisa, antara lain dapat melaksanakan jasa yang berhubungan
dengan seluruh mata uang asing atau jasa bank keluar negeri. Bank umum berfungsi
sebagai pemcipta uang giral dan ang kuasi, dan fungsi mempertemukan antara penabung
dan penanam modal, dan menyelenggarakan lalulintas pembayaran yang efisien.1
Bank umum syari’ah adalah bank yang dalam aktifitasnya melaksanakan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip syari’ah dan melaksanakan kegiatan lalulintas pembayaran.
Prinsip syari’ah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
dibidang syari’ah. Bank umum syari’ah disebut juga dengan full branch, karena untuk
dibawah koordinasi bank konvensional, sehingga aktivitasnya terpisah dengan
konvensional. Bank umum syari’ah dapat dimiliki oleh bank konvensional, akan tetapi
aktivitas serta pelaporannya terpisah dengan induk banknya.
Bank umum syari’ah memiliki akta pendirian yang terpisah dari induknya, bank
konvensional atau berdiri sendiri, bukan anak perusahaan bank konvensional. Sehingga
setiap laporan yang diterbitkan oleh bank syari’ah akan terpisah dengan induknya. Dengan
demikian, dalan hal kewajiban memberikan laporan kepada pihak lain seperti BI, Dirjen
Pajak dan lembaga lainnya di lakukan secara terpisah.
Kegiatan bank umum syaari’ah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fungsi
utamaa yaitu:
a. Penghimpunan dana pihak ketiga atau dana masyarakat
b. Penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan
c. Pelayanan jasa bank

2. Pengertian Unit Usaha Syri’ah


1
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keungan Syaro’ah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm, 61

1
Unit usaha syari’ah adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional
(BUK) yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah, atau unit kerja dikantor cabang dari suatu
bank yang berkedudukan diluar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syari’ah
atau unit syari’ah. UUS berada satu tingkat dibawah direksi bank umum
konvensionalbersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa.2
Unit usaha syari’ah tidak berdiri sendiri, akan tetapi masih menjadi bagian dari
induknya yang pada umunya bank konvensional, unit usaha syari’ah tidak memiliki kantor
pusat, karena merupakan bagian atau unit tertentu dalam struktur organisasi bank
konvensional. Namun demikian, transaksi unit usaha syari’ah tetap dipisahkan dengan
transaksi yang terjadi dibank konvensional. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa semua
transaksi syari’ah tidak boleh dicampur dengan transaksi konvensional.
B. Sejarah Bank Umum Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah
Unit uasaha syari’ah mulanya adalah bagian dari bank syari’ah yang pertama di
indonesia yaitu bank muamalat indonesia. Perkembangan bank muamalat indonesia masih
tergolong stagnan pada tahun 1992 hingga 1999. Namun sejak adanya krisis moneter yang
melanda indonesia pada tahun 1997 dan 1998 maka para banker melihat baahwa bank
muamalat indonesia (BMI) tidak terlalu kena dampak krisis moneter. Para banker berfikir
bahwa BMI satu-satunya bank syari’ah di indonesia yang tahan terhadap krisis moneter.
Pada tahun 1999, berdirilah bank syari’ah mandiri yang merupakan konversi dari bank
susila bakti, bank susila bakti tersebut merupakan bank konvensional yang dibeli oleh
bank dagang negara, yang kemudian di konversi jadi bank syari’ah mandiri, bank syari;ah
kedua di indonesia. Sedangkan pada tahun 1991 hingga sekarang bank muamalat
indonesia kemuan lahir sebagai kerja tim perbankan MUI dan mulai beroperasi penuh
setahun kemudian. Pada periode ini, pemerintah mengeluarkan undang-undang nomor 7
tahun 1992 tentang perbankan yang memperkenalkan sistem perbankan bagi hasil. Dalam
pasal 6 huruf(m) dan pasal 13 huruf(c) menyatakan bahwa salah satu usaha bank umum
dan bank perkreditan rakyat adalah menyediakan pemiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil. Ketentuan ini menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual
banking sistem) di indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan umum daan sistem
perbankan dengan prinsip bagi hasil.

2
Amir Macmud dan Rukmana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia,
(Jakarta: Erlangga, 2010), hlm.4.

2
Kemudian pada tahun 1998, terjadi perubahan undang-undang nomor 7 tahun 1992
tentang perbankan menjadi undang-undang nomor 10 tahun 1998. Perubahan itu semakin
mendorong perubahannya keberadaan sistem perbankan syari’ah di indonesia berdasarkan
undang-undang ini, bank umum diperbolehkan melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syari’ah, yaitu melalui unit usaha syari’ah (UUS).
Bank umum dapat memilih untuk meaksanakan kegiatan usaha berdasarkan sistem
umum atau berdasarkan prinsip syari’ah atau melakukan kedua kegiatan tersebut.
Sehingga kemudian tahun 2008 keluarlah undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang
perbankan syari’ah yang melengkapi minimnya regulasi perbankan syari’ah selama ini.
Undang-undang nomor 21 tahun 2008 mengaatur beberapa ketentuan baru dibidang
perbaankan syari’ah, antara lain otoritas fakwa dan komite perbankan syari’ah, pembinaan
dan pengawasan syari’ah, pemilihan dewan pengawas syari’ah (DPS), dan masalah pajak,
penyelesaian sengketa, dan konversi unit usaha syari’ah (UUS) menjadi bank umum
syari’ah (BUS).
C. Landasan Hukum
Undang undang perbankan syari’ah No. 21 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan
syari’ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syari’ah dan unit usaha
syari’ah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syari’ah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syari’ah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum
syari’ah (BUS), unit usaha syari’ah (UUS), dan pembiayaan rakyat syari’ah BPRS).
Adapun PBI yang secara khusus merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah dan telah di undangkan hingga
saat ini antara lain:
1. PBI No. 10/16/PBI/ 2008 tentang perubahan atas PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang
pelaksanaan prinsip syari’ah dalam kegiatan penghinpunan dana dan penyaluran
dana serta pelayanan jasa bank syari’ah.
2. PBI No 10/17/PBI/ 2008 tentang produk bank usaha syari’ah dan unit usaha
syari’ah.
3. PBI No. 1o/18/PBI/2008 tentang restrukturisasi pembiayaan bagi bank syari’ah.
4. PBI No. 10/23/PBI/ 2008 tentang perubahan kedua atas PBI No. 6/21/PBI/ 2004
tentang giro wajib minimum dalam rupiah dan valutas asing bagi bnak umum
yang melaksanakan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syari’ah.

3
5. PBI No. 10/24/PBI/ 2008 Tentang perubahan kedua atas PBI No. 8/21/PBI/ 2006
tentang penilaian kualitas aktiva bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syari’ah.
6. PBI No. 10/31/ PBI/ 2008 tentang komite perbankan syari’ah
7. PBI No. 11/3/ PBI/ 2009 tentang bank umum syari’ah.3
D. Perbedaan BUS dan UUS
1. Persyaratan pembukaan
a) Bank umum syari’ah
1) Memegang izin dari bank indonesia
2) Modal awal pembukaan sebesar 1.000.000.000.000 (satu triliun)
3) Milik warga negara indonesia / badan hukum indonesia/ pemerintah
daerah
4) Bagi bank asing yang membuka kantor cabang syari’ah dana disetor
minimal Rp. 1.000.000.000.000 (satu triliun), yang dapat berupa rupiah
atau valuta asing
b) Unit usaha syari’ah
1) Memegang izin dari bank indonesia
2) Modal awal pembukaan sebesar 100.000.000.000 (seratus milyar), dalam
bentuk tunai
3) Pembukaan UUS harus masuk kedalam rencana BUK. BUK yang telah
mendapatkan izin usaha UUS wajib mencantumkan secara jelas frace
“Unit usaha syari’ah” setelah nama BUK dan logo BI pada kantor UUS
yang bersangkutan.4
2. Pimpinan BUS dan UUS
a) Bank umum syari’ah
1) Jumlah anggota dewan komisaris paling kurang 3 (tiga) orang dan paling
banyak sama dengan njumlah anggota direksi. Dimana anggota direksi
dilarang memiliki saham melebihi 23%.
2) Satu dari dewan komisariat wajib tinggal di indonesia
3) Paling kurang 50% dari jumlah anggota dewan komisaris adalah komisaris
independen
4) Adanya dewan pengawas syari’ah

3
Op.cit, hlm, 66.
4
Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta: kencana, 2005), hlm, 87.

4
5) Adanya tes kemampuan dan kepatutan sebelum memiliki anggota direksi.
b) Unit usaha syari’ah
1) Penunjukan dan/ penggantian direktur yang bertanggungjawab penuh
terhadap UUS (direktur UUS) wajib dilaporkan oleh BUK paling lambat
10 hari setelah tanggal pengangkatan dan/ penggantian efektif.
2) Direktur dapat merangkap tugas BUK selama atiak ada benturan dan
sebelumnya wajib mengikuti proses wawancara
3) Dewaan pengawas syari’ah paling kurang 2 (dua) orang paling banyak 3
(tiga) orang untuk satu UUS.
3. Perubahan nama bank
a) Bank umum syari’ah
Perubahan nama bank wajib dilakukan dengan memenuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dan mendapat persetujuan dari BI dan di
ajukan dala waktu 30 hari setelah perubahan nama dan dalam kondisi
persyaratan yang lengkap.
b) Unit usaha syari’ah
Perubahan nama harus meminta izin kebank indonesia dan UUS wajib
mencantumkan secara jelas nama dan jenis status kantor pada masing-masing
kantornya. Serta, UUS wajib mencantumkan logi IB pada masing-masing
kantor layanan syariah dan kegiatan pelayanan kas syari’ah.5
4. Pencabuatan izin usaha
a) Bank umum syari’ah
1) Pencabutab izin usaha harus berdasarkan rapat pemegang saham dan telah
menyelesaikan semua urusan dengan nasabah.
2) Setelah urusan dengan nasabah selesai, direksi mengajukan kepada bank
indonesia dengan melengkapi semua dokumen pendukung.
b) Unit usaha syari’ah
Pencabutan izin harus medapatkan izin dari bank konfensional yang
menaungi UUS dan setelah menyelesaikan semua urusan dengan nasabah
yang ada di UUS tersebut.

5
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Peransuransian Syari’ah Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm, 67.

5
BAB 2

SEJARAH BERDIRINYA BUS DAN UUS


A. Sejarah Bank Umum Syariah

6
Pengertian Bank Syariah dapat mengacu pada Undang-Undang Republik
Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang perbankan. Pasal yang menjelaskan tentang hal
ini yakni pada pasal 1 ayat 2 dan pada pasal 1 ayat 7. Pada pasal 1 ayat 2 disebutkan
bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Sedangkan pada pasal 1 ayat 7 menyebutkan pengertian bank syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan syariah.
Sebelum kami menguraikan pengertian bank syariah, untuk lebih melengkapi
pemahaman kita tentang bank syariah maka perlu memahami sejarah bank syariah di
Indonesia, kemudian menyangkut fungsi bank syariah serta tujuan bank syariah.
Berikut ini ada beberapa pendapat dari para ahli sehubungan dengan pengertian Bank
Syariah, yakni
1. Muhammad (2002) dalam buku "Manajemen Bank Syariah" menuliskan bahwa
definisi Bank Syariah sebagai bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba
atau bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dijelaskan
pula bahwa Bank Syariah merupakan suatu lembaga keuangan dimana usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariat Islam. Disamping itu berfungsi memperlancar mekanisme
ekonomi di sektor riil melalui aktivitas usaha (jual beli, investasi, dan lain-lain)
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yakni aturan perjanjiannya berdasarkan
hukum islam antara bank dan pihak lain baik dari segi penyimpanan dana dan
atau pembiayaan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip yang
dimaksud ada yang bersifat mikro, ada pula yang bersifat makro. Secara ringkas,
nilai-nilai makro tersebut meliputi : kemaslahatan, keadilan, sistem zakat, bebas
dari riba, bebas dari usaha spekulatif dan tidak produktif seperti : perjudian
(maysir), hal-hal yang meragukan (gharar), hal-hal rusak atau tidak sah (bathil)
serta pemanfaatan uang sebagai alat tukar. Sedangkan nilai-nilai mikro yang
dimaksud mencakup sifat-sifat mulia yang menjadi tauladan dari Rasulullah
SAW (shidiq, tablig, amanah, dan fathonah).
2. Susilo, Triandaru dan Totok (1992) dalam Buku "Apa dan Bagaimana Bank
Islam" dijelaskan dalam buku tersebut bahwa bank syariah adalah bank yang
dalam kegiatannya, baik dalam menghimpun dana maupun dalam rangka

7
menyalurkan dananya menggunakan imbalan berdasarkan prinsip syariah (bagi
hasil bank syariah).
3. Karnaen Perwataatmaja dan Muhammad Syafe'i Antonio (1992) dalam buku
"Apa dan Bagaimana Bank Islam" dalam penjelasannya pengertian bank syariah
masuk dalam kategori bank Islam. Bank Islam memiliki dua perbedaan definisi
bank Islam : (1) Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam dan (2)
Bank yang tata cara dalam operasinya berdasarkan pada ketentuan Al Qur'an dan
Hadits.
B. Lahirnya Bank Syariah Dalam Sejarah Islam
1. Di Zaman Nabi SAW dan Sahabat
Islam di dalam suatu kota besar yang di anggap sebagai salah satu dari tempat
yang heterogen dan yang paling rumit di wilayah arab. Masyarakat telah tumbuh
di luar pembatasan suku bangsa dan kaum untuk membangun kompleksitas dalam
hal ekonomi dan politik. Selama itu kota besar menjadi makmur dengan bisnis di
dalam pinjaman dengan jumlah beban biaya yang lebih besar.6 Perbankan adalah
satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan
uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam
sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad
yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak jaman
Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan
uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan
pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan
demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit,
menyalurkan dana, dan melakukan tranfer dan setelah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah.
Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh
masyarakat Mekah menerima simpaanan harta, sehingga pada saat terakhir
sebelum Rasul hijrah ke Madina, beliau meminta Sayidina Alira untuk
mengembalikan semua titipan itu kepada yang memilikinya.
Dalam konsep ini, yang di titipi tidak dapat memanfaatkan harta titipan
tersebut. Seorang sahabat Rasulullah, Zubair bin al Awwam, memilih tidak
menerima titipan harta. Beliau lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman.
6
Veitzal Rivai dan Arvian Arivin, Islamic Banking, (Jakarta:PT. Bumi Aksara 2010), Hal. 132.

8
Tindakan Zubair ini menimbulkan implikasi yang berbeda; pertama, dengan
mengambil uang itu sebagai pinjaman, beliau mempunyai hak untuk
memanfaatkannya, kedua, karena bentuknya pinjaman, maka ia beliau
berkewajiban mengembalikannya utuh. Sahabat lain, Ibnu Abbas tercatat
melakukan pengiriman uang ke Kufah. Juga tercatat Abdullahbin Zubair yang
tinggal di Irak. Penggunaan cek juga sudah di kenal luas sejalan dengan
meningkatnya perdagangan negara Syam dengan Yaman, yang paling tidak
berlangsung dua kali setahun. Bahkan di jaman Umarbin Khattab ra, beliau
menggunakan cek untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak.
Dengan cek ini mereka kemudian mengambil gandum di Baitul Mal yang ketika
itu di impor dari Mesir. Pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil,
seperti mudharabah, musyarakah, muzara’ah, musaqah, telah dikenal sejak awal
diantara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Jelaslah bahwa ada individu-individu
yang telahmelaksanakan fungsi perbankan.
2. Di Zaman Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
Jelas saja institusi bank tidak dikenal dalam kosa kata fikih islam, karena
memang institusi ini tidak dikenal oleh masyarakat Islampada zaman Rasulullah,
Khulafur Rasyidin, Bani Umayyah, maupun Bani Abbasiyah. Namun fungsi-
fungsi perbankan yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan transfer dana
telah lazim dilakukan, tentunya yang sesuai dengan akad yang sesuai syariah.
Di zaman Rasulullah saw fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh perorangan,
dan biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi saja. Baru kemudian, di
zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu.
Funsi-fungsi perbankan yang dilakukan oleh satu individu, dalam sejarah Islam
telah dikenal sejak zaman Abbasiyah. Perbankan mulai berkembang pesat ketika
beredar banyak jenias mata uang pada zaman itu sehingga perlu keahlian khusus
untuk membedakan satu mata uang dengan mata uang yang lain. Ini diperlukan
karena setiap mata uang mempunyai kandungan logam mulia yang berlainan
sehingga mempunyai nilai yang berbeda pula. Orang yang memiliki keahlian
khusus ini disebut naqid, sarraf, dan jihbiz.
3. Di Zaman Eropa
Dalam perbankan selanjutnya, kegiatan yang dilakukan oleh perorangan jihbiz
kemudian dilakukan oleh institusi yang saat ini dikenal sebagai institusi bank.
Ketika bangsa eropa mulai menjalankan praktik perbankan, persoalan mulai

9
timbul karena transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen bunga yang
dalam pandangan fikih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Transaksi berbasis
bunga ini semakin merebak ketika Raja Henry VIII pada tahun 1545,
membolehkan bunga (interest) meskipun tetap mengharamkan riba (usury) dengan
syarat bunganya tidak boleh berlipat ganda. Ketika Raja Henry VIII wafat, ia
digantikan oleh Raja Edward VI yang membatalkan kebolehan bunga uang. Ini
tidak berlangsung lama. Ketika wafat, ia digantikan oleh Ratu Elizabeth I yang
kembali membolehkan bunga uang.
Selanjutnya, bangsa Eropa mulai bangkit dari keterbelakangannya dan
mengalami renaissance. Penjelajahan dan pejajahan mulai dilakukan ke seluruh
penjuru dunia, sehingga kegiatan perekonomian dunia mulai didominasi oleh
bansa-bangsa Eropa. Pada saat yang sama,peradaban muslim mengalami
kemerosotan dan negara-negara muslim satu persatu jatuh ke dalam cengkraman
penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Akibatnya, institusi-institusi perekonomian
umat muslim runtuh dan digantikan oleh institusi ekonomi bangsa Eropa. Keadaan
ini berlansung terus sampai zaman modern kini. Karena itu, institusi perbankan
yang ada sekarang di mayoritas negara-negara muslim merupakan warisan dari
bangsa Eropa, yang notabene berbasis bunga.
4. Di Zaman Modern
Pemikiran untuk mendirikan bank yang menggunakan prinsip bagi hasil sudah
muncul dalam waktu yang cukup lama. Hal ini di tandai dengan munculnya
pemikiran muslim yang menulis tentang perlunya di bangun bank Islam dengan
prinsip bagi hasil.
Ide untuk menggunakan bank dengan sistem bagi hasil telah muncul sejak
lama dan di tandai dengan munculnya para pemikir islam yang menulis mengenai
bank syariah, mereka di antaranya Anwar Quraeshi (1946), Naiem Siddiq (1948),
dan Mahmud Ahmad (1952) dan di tulis kembali secara terperinci oleh Mawdudi
(1961). Perkembangan bank syariah modern tercatat di Paki stan dan Malaisya
sekitar tahun 1940, yang pada waktu itu adalah usaha pengelolaan dana jamaah
haji secara nonkonvensional. Pada tahun 1940 di Mesir di dirikan Mit Ghamr
Lokal Saving Bank oleh Ahmad El-Najar yang dibantu oleh Raja Faisal dari Arab
Saudi.
Bank ini beroprasi tanpa bunga dan sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran
agama Islam ini sangat populer dan pada mulanya tumbuh dengan baik. Oleh

10
karena itu ada persoalan politik di Mesir lalu bank ini ditutup dan diambil oleh
National Bank Of Egypt dan Central Bank Of Egypt yang dioprasikan
berdasarkan prinsip ribawi. Pada tahun 1972 sistem bank tanpa riba diperkenalkan
lagi di Mesir dengan ditandai berdirinya Nasser Social Bank. Berdirinya bank ini
lebih bersifat sosial dari pada komersial.
Kesukaan Mit Ghamr mengelola bank dengan sistem bagi hasil, memberi
inspirasi bagi umat islam diseluruh dunia untuk membentuk bank Islam dengan
sistem bagi hasil. Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah ditingkat
internasional muncul dalam konferensi negara Islam sedunia di Kuala Lumpur,
Malaysia pada tanggal 21-27 April 1969 yang diikuti oleh 19 negara peserta.
Salah satu keputusan dalam konferensi ini adalah perlu segera dibentuk bank
syariah yang bersih dari sistem riba. Kemudian pada Desember 1970 dalam
pertemuan mentri negeri negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi,
Pakistan, delegasi mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank
syariah. Proposal tentang berdirinya bank Islam ini kemudian di kaji dengan
seksama oleh para ahli dari delapan belas negara Islam yang semuanya
menyetujui dibentuk bank Islam.
Selanjutnya pada sidang luar negeri negara OKI di Baghazi, Libia pada Maret
1973 usulan tentang perlunya didirikan bank syariah diagendakan lagi. Sidang
kemudian memutuskan agar OKI mempunyai bidang khusus yang menangani
tentang hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi dengan keuangan. Bulan Juli
1973 komite ahli yang mewakili negara Islam penghasil minyak bertemu di
Jeddah, Arab Saudi untuk membicarakan berdirinya bank syariah, sekaligus
dibahas tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Selanjutnya pada
tahun 1974 diadakan pertemuan menteri keuangan negara OKI di Jeddah dan
dalam pertemuan ini disetujui rencana pendirian bank pembangunan Islam
(Islamic Development Bank) dengan modal awal dua miliar dinar. Setelah
Islamic Development Bank (IDB) didirikan pada Oktober 1975 yang
beranggotakan 22 negara Islam sebagai pendiri. Tujuan dibentuk bank ini adalah
untuk membantu finansial dalam membangun negara anggotanya, usaha untuk
mendirikan bank Islam menyebar kebanyak negara. Beberapa negara seperti
Pakistan, Sudan, dan Iran mengubah seluruh sistem keuangan yang ada dinegara
tersebut menjadi bebas bunga, sehingga semua lembaga keuangan di negara
tersebut beroperasi berdampingan dengan bank-bank konvensional.

11
Sekarang, perbankan syariah sudah mengalami perkembangan yang cukup
pesat dan menyebar ke seluruh dunia. Di Eropa tercatat The Islamic Bank
Internasional Of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah, bank ini mulai beroperasi pada 1983 di Denmark.
Sekarang bank-bank besar di negara-negara Eropa seperti City Bank, ANZ Bank,
Chase Mahatam Bank, dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic Window
agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariat Islam.
Tujuan IDB adalah untuk mempromosikan perkembangan ekonomi dan sosial
dari komunitas muslim, baik negara anggota maupu nonanggota yang sejalan
dengan syariah. Salah satu tujuan lain yang penting adalah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi antara negara muslim.
Besar Modal IDB :
a. IDB didirikan dengan modal dasar (Authorized Capital Stock) sebesar ID 2
miliyar terbagi dalam 200 ribu saham di mana masing-masing saham
mempunyai nilai sebesar ID 10 ribu.
b. Modal yang ditempatkan (Subscribed Capital) sampai dengan akhir Desember
1990 adalah sebesar ID 1.960,86 juta dan modal yang disetor berjumlah ID
1.662,31 juta.7
5. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
Ide untuk mendirikan Bank yang menggunakan prinsip bagi hasil sudsh
muncul sejak 1970-an. Gagasan ini dibicarkan pada seminar nasional hubungn
Indonesia dengan Timur Tengah pada 1974 dan dalam seminar imternasional yang
dilaksnakan oleh Lembaga Study Ilmu-Ilmukemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan
Bhinka Tunggal Ika pada 1976. Setelah diadakan penelitianyang mendalam,usaha
untuk mendirikan bank syariah sedikit ada kendala, yaitu tidak ada payung hukum
yang mengatur tentang bank yang oprasionalnya yang memekaiprinsip bagi hasil.
Kalau tetep dioprasikan bank syariah itu, maka tidak sejalan dengan Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang pook-pokok perbankan yang berlakupada
waktu itu. Selain hambatan ini, lahirnya bank syariah ini dianggap sementara oleh
pihak lain karena ada keterkaitan dengan faktor Idiologi yang dianggapnya bagian
konsep negara islsm.

7
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah, (Padang:Akademia Pertama. 2012),
hlm.1-2.

12
Pada tahun 1998 gagasan mengenai bank syarih muncul lagi dengan. Gagasan
ini muncul karena pemerintah mengeluarkan paket kebijakan oktober (PAKTO)
yang berisi Liberalisasi di Indonesia. Setelah adanya rekomendasi lokakarya
ulama tenteng bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor padatanggal 19-22
agustus 1990, hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah
Nasional IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid
Jaya, Jakart pada 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas MUI ini
dibentuklah keompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia. Hasil
kerja dari kelompok ini adalah dibentuknya PT. Bank Muamalah di Indonesia
dengan ditanda tangani akta pendirinya pada 1 Noveember 1991 dengan total
modal awal sebesar Rp. 106.126.382.000,-. Dana ini berasal dari presiden dan
wakil presiden, juga dari 10 Menteri Kabinet Pembangunan V, Supersemer,
Yayasan Darmais, Yayasan Purna Bakti Pratiw, PT PAL, dan PT Pindad. Pada 1
Mei 1992 Bank Muamalat Indonesiamulai beroprasi.
Pada awal berdirinya, keberadaan PT Bank Muamalat Indonesia belum
mendapatkan perhatian yang optimal dalam tataan industri perbankan nasional.
Dimana perbankan bagi hasil diakomodasikan dan diakui keberadaanya, maka
perkembngan bank syariah mulai menunjukan prospeknya yang sangat bagus.
Dalam menanggapi beberapa pasal yang tersebut dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah (PP) Nomor 72
Tahun 1992 tenteng bank berdasarkan prisip bagi hasil pada 30 Oktober 1992,
LNRI Nomor 119 Tahun 1992. Dalam peraturan pemerintah ini ditegaskan bahwa
bank umum atau bank pengkreditan rakyat yang kegiatan usahanya semata-mata
berdasarkan prinsip bagi hasil, tidakdiperkenankan melakukan melakukan usaha
yang tidak berdasarkan prisip bagi hasil, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena Bank Muamalat dan bank-bank pengkraditan tidak menjangkau
masyarakat islam lapisan bawah, maka dibentuklah lembaga-lembaga simpan
pinjam yang disebut Baitul Maal Wattamwil (BMT). Kemudian juga lahirnya
pasar modal syariah, obligasi syariah membuat perkembangan lembaga keuangan
syariah tumbuh dan berkembang sangat cepatdengan hasil yanng sangat
menggembiraka. Menurut riset yang dilakukan oleh Karim Bussiness Consulting
pada 2005 yang lalu menunjukan bahwa total aset bank syariah di Indonesia
diperkirakan akan lebiih besar daripada apa yang diperkirakan oleh bank
Indonesia.

13
C. Sejarah Unit Usaha Syariah
Mulanya Unit Usaha Syariah adalah bagian dari Bank syariah yang pertama di
Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia. Perkembangan Bank Muamalat Indonesia
masih tergolong stagnan pada tahun 1992 hingga 1999. Namun sejak adanya krisis
moneter yang melanda Indonesia pada tahuan 1997 dan 1998, maka para bankir
melihat banwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu terkena dampak krisis
moneter.
Para bankir berpikir bahwa BMI, satu-satunya bank syariah di Indonesia yang
tahan terhadap krisis moneter. Pada tahuan 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri
yang merupakan konversi dari Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti tersebut
merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara, yang kemudian
dikonversi jadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua Indonesia.
Sedangkan pada tahun 1991hingga sekarang Bank Mualamat Indonesia kemudian
lahir sebagai kerja tim perbankan MUI dan mulai beroperasi penuh setahun kemudian.
Pada periode ini, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan yang memperkenalkan sistem perbankan bagi hasil. Dalam pasal 6
huruf (m) dan pasal 13 huruf (c) menyatakan bahwa salah satu usaha bank umum dan
Bank Perkreditan Rakyat adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil. Ketentuan ini menandai dimulainya era sistem perbankan ganda
(dual banking sistem) di Indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan umum dan
sistem perbankan dengan prinsip bagi hasil.
Sistem perbankan secara sinergis dan bersama-sama memenuhi kebutuhan
masyarakat akan produk dan jasa perbankan, serta mendukung pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional.
Kemudian pada tahun 1998, terjadi perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Perubahan
itu semakin mendorong berkembangnya keberadaan sistem perbankan syariah di
Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang ini, Bank Umum Umum diperbolehkan
untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu melalui
pembukaan Unit Usaha Syariah (UUS). Bank umum dapat memilih untuk
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan sistem umum atau berdasarkan prinsip
syariah atau melakukan kedua kegiatan tersebut. Sehingga kemudian tahun 2008,
keluarlah UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang melengkapi
minimnya regulasi perbankan syariah selama ini.

14
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 mengatur beberapa ketentuan baru di bidang
perbankan syariah, antara lain otoritas fatwa dan komite perbankan syariah,
pembinaan dan pengawasan syariah, pemilihan dewan pengawas syariah (DPS),
masalah pajak, penyelesaian sengketa perbankan, dan konversi unit usaha syariah
(UUS) menjadi bank umum syariah (BUS).8
Undang-undang ini memberikan keleluasaan dalam pengembangan perbankan syariah
sehingga memberi peluang besar ke depannya. Keleluasaan itu antar lain adalah:
1. Pertama, Bank Umum Syariah (BUS).
2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) tidak bisa dikonversi menjadi Bank
Umum.
Bank Umum dapat dikonversi menjadi Bank Syariah (Pasal 5 ayat 7). Kedua, bila
terjadi penggabungan (merger) atau peleburan (akuisisi) antara Bank Syariah dengan
Bank Non Syariah wajib menjadi Bank Syariah (Pasal 17 ayat 2). Bank umum yang
memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) harus melakukan pemisahan (spin off) apabila
(Pasal 68 ayat 1), UUS mencapai asset paling sedikit 50 persen dari total nilai aset
bank induknya; atau 15 tahun sejak berlakunya UU Perbankan Syariah.
Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh jenis bank umum namun dapat
dilakukan oleh BUS. Di antaranya, Bank syariah bisa menjamin penerbitan surat
berharga, penitipan untuk kepentingan orang lain, menjadi wali amanat, penyertaan
modal, bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun juga menerbitkan,
menawarkan serta memperdagangkan surat berharga jangka panjang syariah. Dan
kemudian perbankan syariah dapat menjalankan layanan yang sifatnya sosial.
Misalnya menyelenggarakan lembaga baitul mal yang bergerak menerima dan
menyalurkan dana zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya kemudian
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
D. Pengertian Unit Usaha Syariah (UUS)
Difinisi Unit Usaha Syariah (UUS) adalah suatu unit kerja dari kantor pusat bank
umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan

8
Djumhana Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,

2012), hlm. 22.

15
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah atau unit syariah.
Model seperti itu dikenal dengan sebutan dual banking system yaitu
terselenggaranya dua system perbankan (konvensional dan syariah secara
berdampingan). Dengan model seperti itu, maka operasional bank syariah tidak
berdiri sendiri (mandiri), tetapi masih menginduk pada bank konvensional.
Operasional perbankan syariah tersebut hanya menjadi salah satu bagian dari
program pengembangan bank umum konvensional, model itu biasa disebut dengan
Unit Usaha Syariah (UUS).
Menurut ketentuan Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/ 1/ PBI/ 2002
Tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip syariah
oleh bank umum konvensional, bank konvensional yang akan melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membentuk Unit Usaha Syariah (UUS) di
kantor pusat bank yang bersangkutan.
Unit Usaha Syariah (UUS) tersebut merupakan unit kerja dikantor pusat yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah yang
mempunyai tugas :
1. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah dan atau unit
syariah.
2. Menempatkan dan mengelola dana yang bersumber dari kantor cabang syariah
dan atau unit syariah.
3. Menerima dan menatausahakan laporan keuangan dari kantor cabang syariah dan
atau unit syariah.
4. Melakukan kegiatan lain sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau
unit syariah.

E. Landasan Hukum Dan Mekanisme Pendirian Unit Usaha Syariah (UUS)


1. Landasan Hukum Tentang Undang Undang UUS.
Peraturan Undang-Undang yang mengatur mengenai Unit Usaha Syariah (UUS)
tertuang di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 10/ Pbi/ 2009 Tentang Unit
Usaha Syariah. Cakupan perundang undangan ini secara luas membahas tentang
Perizinan, Direktur Unit Usaha Syariah (UUS), Kegiatan Usaha, Pembukaan Kantor
Unit Usaha Syariah (UUS), Peningkatan dan Penurunan Status Kantor Unit Usaha

16
Syariah (UUS), Pemindahan Alamat Kantor Unit Usaha Syariah (UUS), Penutupan
Kantor Unit Usaha Syariah (UUS), Pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS),
Pencabutan Izin Usaha Unit Usaha Syariah (UUS) atas Permintaan Bank
Konvensional, dll.9
Dimana Peraturan Bank Indonesia tentang Unit Usaha Syariah (UUS) tersebut
menjadi patokan atau panutan dalam pendirian Unit Usaha Syariah (UUS) yang ada di
Indonesia. Karena apabila terdapat hal yang tertera dalam Peraturan Bank Indonesia
tentang Unit Usaha Syariah (UUS) itu tidak di penuhi maka pendirian Unit Usaha
Syariah (UUS) juga tidak akan bisa berlangsung.
Oleh karena itu, di dalam pendirian Unit Usaha Syariah (UUS) harus benar-benar
menganut aturan-aturan yang tertera dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 10/
Pbi/ 2009 Tentang Unit Usaha Syariah agar pelaksanaan pendirian Unit Usaha
Syariah (UUS) tersebut dapat berjalan dengan baik.
2. Pembukaan Unit Usaha Syariah
Dalam hal ini adapun beberapa syarat-syarat yang harus di penuhi apabila
mengawali pembukaan Unit Usaha Syariah (UUS) dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/ 10/ PBI/ 2009 Tentang Unit Usaha Syariah antara lain:
a. Pembukaan Unit Usaha Syariah (UUS) hanya dapat dilakukan dengan izin Bank
Indonesia.
b. Rencana pembukaan Unit Usaha Syariah (UUS) harus dicantumkan dalam
rencana bisnis Bank Umum Konvensional (BUK).
c. Modal kerja Unit Usaha Syariah (UUS) ditetapkan dan dipelihara paling kurang
sebesar Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah).
d. BUK yang telah mendapat izin usaha UUS wajib melakukan kegiatan usaha
paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal izin usaha diberikan.
e. UUS wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya paling lambat 10 (sepuluh) hari
setelah tanggal pelaksanaan kegiatan usaha.
f. Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal izin
usaha diberikan BUK belum melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah, maka izin usaha yang telah diberikan menjadi tidak berlaku.

9
Ghazali Djoni, Hukum Perbankan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010). hlm. 124.

17
g. Bank Umum Konvensional (BUK) yang telah mendapatkan izin usaha UUS
wajib mencantumkan secara jelas frase “Unit Usaha Syariah” setelah nama BUK
dan logo iB pada kantor Unit Usaha Syariah (UUS) yang bersangkutan

BAB 3
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
A. Pengertian BPRS
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada

18
umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan
kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari
(LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit
Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan
(LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang
dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi
persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Ketentuan tersebut
diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah berkembang dari
lingkungan masyarakat indonesia, serta masih diperlukan oleh masyarakat, maka
keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun
1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan
dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persy-ratan dan tatacara
pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.10
Bank Perkreditan Rakyat Syariah atau sering disebut BPR-Syariah adalah salah satu
lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip–prinsip
syariah ataupun muamalah islam.
Dimaksudkan dengan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah adalah BPR biasa yang
sistem Operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah. Usaha bang pengkreditan
rakyat (termasuk BPR syariah) meliputi penyediaan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil keuntungan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam PP No. 72
Tahun 1992 tanggal 30 oktober 199211.
Menurut Peraturan pemerintah tersebut, Bank (Bank umum maupun BPR) yang
melakukan usaha semata-mata dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariah yang
digunakan oleh bank berdasarkan prinsip bagi hasil dalam menetapkan imbalan :
1. Yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan dengan dana masyarakat yang
dipercayakan kepada bank.
2. Yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana kepada masyarakat dalam
bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi maupun modal kerja.
3. Yang akan diterima sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan.
B. Sejarah BPR Syariah
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pertama kali dikenalkan oleh Bank Rakyat Indonesia
(BRI) pada akhir tahun 1977, pada masa BRI menjalankan tugasnya yaitu sebagai Bank
10
Suhrawandi K Lubis, Farid Wajdi. Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm.
21.
11
Manan Abdul. Hukum Ekonomi Syariah, ( Jakarta, Fajar Interpratama Mandiri, 2012), hlm. 24.

19
Pembina lumbung desa, bank pasar, bank desa, bank pegawai dll. Pada masa itu seluruh
bank tersebut diberi nama Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Menurut Keppres No. 38 tahun 1988 yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) adalah jenis bank yang tercantum dalam ayat (1) pasal 4 UU. No. 14 tahun 1967
yang meliputi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai dan bank
lainnya.Sebagai bagian dari Paket Kebijakan, Moneter, dan perbankan, status hukum Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) baru diakui pertama kali dalam pakto tanggal 27 Oktober 1988.
BPR yang merupakan wujud dari beberapa lembaga keuangan, seperti Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung Pilih Nagari (LPN), Lembaga
Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK),
Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga perkreditan Kecamatan (LPK), Bank
Karya Desa (BKPD) dan beberapa lembaga lainnya. Kemudian sejak dikeluarkannya UU
No 7 tahun 1992 tentang Pokok Perbankan, keberadaan lembaga-lembaga keuangan
tersebut status hukumnya diperjelas melalui ijin dari Menteri Keuangan.
Dalam perkembangan selanjutnya BPR yang tumbuh semakin banyak yang
menggunakan prosedur-prosedur Hukum islam sebagai dasar pelaksanaannya serta
diberikan nama BPR Syariah. BPRS yang pertama kali berdiri adalah PT. BPr Dana
Mardhatillah, Kec. Margahayu, Bandung, PT BPR Berkah Amal Sejahtera. Kec.
Padalarang, Bandung  dan PT Amanah Rabbaniyah, Kec, Banjaran, Bandung. . Pada
tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR Syariah tersebut telah mendapat ijin prinsip dari
Menteri Keuangan RI dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1991.Di lain sisi,
latar belakang didirikannya BPRS adalah sebagai langkah aktif dalam restrukturasi,
perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijakan, keuangan,
moneter, dan perbankan secara umum.
Secara khusus mengisi peluang terhadap kebijakan bank dalam penetapan tingkat suku
bunga (rate of interest) yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi
hasil atau sistem perbankan Islam dalam skala outlet retail banking (rural bank). UU No.
10 Tahun 1998 yang merubah UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan nampak lebih
jelas dan tegas mengenal status perbankan syariah, sebagaimana disebutkan dalm pasal 13,
usaha Bank Perkreditan Rakyat. Pasal 13 huruf C berbunyi : Menyediakan pembiayaan
dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh BI. Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk SK Direksi
BI No. 32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip
Syariah Direksi BI No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat Edaran Bing

20
Bank Perkreditan No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat
berdasarkan Prinsip Syariah. Sejak awal kemunculannya hingga November 2001
perkembangan Bank Syariah yang terus berkembang pesat  dan membuahkan 81 BPRS.
BPRS tersebut tersebar pada 18 provinsi yang beradadi Indonesia.
C.  Tujuan BPR Syariah
Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya bank pengkreditan rakyat syariah
adalah  ( karnaen A. Perwataadmaja dan Muhammad Syafi’i Antonio, 1992 : 96) :
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam terutama masyarakat golongan
ekonomi.
2. Meningkatkan peningkatan perkapita
3. Menambah lapangan kerja terutama di kecamatan-kecamatan.
4. Mengurangi urbanisasi.
5. Membina semangat ukhuah islamiyah melalui kegiatan ekonomi.
D.   Produk BPR Syariah
Dalam hal produk BPR Syariah dapat di klasifikasikan kepada pengerahan dana
masyarakat dan penyaluran dana kepada masyarakat.
a. Produk Pengerahan Dana Masyarakat
Dalam bidang pengerahan dana masyarakat, BPR Syariah dapat mengarahkannya
dalam berbagai bentuk, antara lain :
1. Simpanan Amanah
Disebut dengan simpanan Amanah sebab Bank menerima titipan amanah berupa dana
infaq, shadaqah dan zakat. Akan penerimaan titipan ini adalahwadi’ah yakni titipan yang
tidak menanggung resiko. Bank akan memberikan kadar profit dari bagi hasil yang
didapat melalui pembiayaan kepada nasabah.
2.  Tabungan Wadi’ah
Didalam tabungan ini Bank menerima tabungan pribadi (Saving Account) maupun
badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan sama
yakni wadi’ah. Bank akan memberikan kadar profit kepada nasabah yang dihitung harian
dan dibayar setiap bulan.
3.  Deposito Wadia’ah/Mudharabah
Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan usaha. Akad
penerimaannya wadi’ah atau mudharabah, dimana bank menerima dana yang digunakan
sebagai penyertaan sementara dalam jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dst.

21
Deposan yang menggunakan akad wadi’ah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan lebih
kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam pembiayaan nasabah setiap bulan.
b. Penyaluran Dana Kepada masyarakat
Dalam bidang penyaluran dana kepada masyarakat, Bank pengkreditan Rakyat
Syariah dapat mengeluarkan produk-produknya dalam bentuk antara lain:
1. Pembiayaan Mudharabah
Dalam pembiayaan Mudharabah  itu Bank mengadakan akad dengan nasabah
(pengusaha). Bank menyediakan pembiayaan modal usaha bagi proyek yang dikelola
oleh pengusaha. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi (perjanjian bagi hasil) sesuai
keseakatan yang telah diikat oleh bank dan pengusaha tersebut.
2. Pembiayaan Musyakarah
Dalam Pembiayaan musyakarah ini bank dengan pengusaha mengadakan perjanjian.
Bank dan pengusaha berjanji bersama-sama membiayai suatu usaha/proyek yang juga
dikelola bersama-sama. Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut akan dibagi
sesuai dengan penyertaan masing-masing pihak.
3. Pembiayaan Bai’u Bithaman Ajil
Dalam bentuk pembiayaan, bank mengikat perjanjian dengan nasabah. Bank
menyediakan dana untuk pembelian sesuatu barang/Aset yang dibutuhkan oleh nasabah
guna mendukung usaha atau proyek yang sedang di usahakannya.
E. Pengaruh BPRS terhadap Perekonomian Indonesia
Pendirian sebuah bank yang beroprasi berdasarkan syariahdi indoneia, sesunggunya,
tidak saja sebagai wadah pemenuhan keinginan yang telah lama tersimpan dihati umat,
tatapi juga merupakan sebuah alternatif lain yang dirasakan sangat strategis dalam
mengikut sertaka lembaga keuangan. Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama islam.
Diharapkan ikut terlibat aktif di dalamorkestra besar pembangunan ekonomi Negara dan
bangsa ini. Karena itulah, maka pemerintah era reformasi mengeluarkan undang-undang
perbankan No. 10 tahun 1998 yang memperkenalkan bank umum konvensional berubah
sistem menjadi bank syariah. Kini setidaknya ada delapan bank sistem riba yang berubah
menjadi sistem mudharabah yang islam. Kita sekarang sedang berada dalam era
pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta
untuk melakukan investasi dan penghimpun dana masyarakat untuk pembangunan
nasional yang kini sedang berjalan. Kehadiran lembaga keuangan syariah, khusunya BPRS
dan baitul Mal wat tanwil, sangat sejalan dengan program pemerintah reformasi yakni
pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Dengan demikian BPRS-BPRS dan BMT-BMT

22
sesuai dengan skalanya akan dapat membantu masyarakat golongan kecil yang selama ini
nyaris tidak terjangkau oleh perbankan syariah. Bersdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kehadiran bank-bank syariah sebelumnya dapat mengatasi kendala
yang kini tengah dihadapi oleh perekonomian nasional, misalnya, membendung laju
inflasi melalui kebijakan uang yang ketat, karena bank-bank syariah sejak awal
menerapkan secara selektif penyaluran kreditnya. Bahkan disertakan dengan bimbingan
kepada nasabah peminjam. Sistem bagi hasil lebih meringankan nasabah dari tuntutan
bayaran bunga yang memberatkan. Sekaligus sistem bagi hasil akan menekankan inflasi.
Jadi, BPRS aman berperan dalam memberdayakan ekonomi umat dengan
mengembangkan ekonomi golongan rendah.
Selain itu, menurut ketua umum Asosiasi Bank Syariah Indonsia (Asbisindo), Wahyu
Dwi Agung, tingkat bagi hasil deposito perbulan di BPRS dapat mencapai angka 15
hingga 16 persen. Sedangkan Bank konvensional dalam satu bulan hanya mencapai sekitar
2 hingga 13 prrsen. BPRS bisa memberikan bagi hasil yang lebih tinggi karena BPRS
melempardananya ke sekto mikro.kerena marginya besar sehingga bagi hasilnya juga
cukup besar. Banyak kelebihan yang dimiliki BPRS bila dibandingkan dengan bank umum
khususnya dalam pendekatan nasabah. Pendekatan kepada nasabah yang diterapkan sangat
personal. Menyederhanakan produk bagi nasabah yang hendak melakukan atau
menggunakan jasa. Seperti misalnya dalam memberikan pinjaman atau pembayaran.12

BAB 4
PASAR KEUANGAN DAN SISTEM KEUANGAN INDONESIA
A. Pengertian Pasar Uang Dan Konsep Sharf Dalam Islam
Pasar uang (money market) yaitu mekanisme untuk memperdagangkan dana jangka
pendek, yaitu dana berjangka waktu kurang dari satu tahun. Kegiatan dipasar uang ini
terjadi karena ada dua pihak, pihak pertama yang kekurangan dana yang sifatnya jangka
pendek, pihak kedua memiliki kelebihan dana dalam waktu jangka pendek juga, mereka

12
M. Luthfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, , (Jakarta Selatan: Senayan Abadi Publishing
2003), hlm. 73-74.

23
dipertemukan dalam pasar uang, sehingga unit yang kekurangan memperoleh dana yang
dibutuhkan, sedangkan unit kelebihan memperoleh penghasilan atas uang yang berlebih
tersebut.13
Pasar uang adalah tambahan kunci dari sistem perbankan, pasar uang adalah di mana
media dan instrumen jangka pendek yang diperdagangkan adalah berbeda dari utang dan
pasar modal, yang berkaitan investasi jangka panjang. Bank tergantung pada pasar uang
untuk mengelola likuiditas mereka. Sementara manajemen likuiditas bukan satu-satunya
penggunaan pasar uang untuk bank, itu adalah yang paling penting. Pasar uang sekuritas
didominasi, dengan pengecualian dari Amerika Serikat, dana sedang disalurkan melalui
penggunaan surat berharga jangka pendek seperti treasury bills dan surat berharga,
sebagian besar pasar uang, termasuk Malaysia yang didominasi perbankan. Pasar uang
memiliki keterkaitan dengan kedua pasar modal dan perbankan; telah menjadi jalan yang
ideal bagi bank sentral untuk melakukan operasi moneter. Sebagai hasil dari hubungan ini,
setiap perubahan dalam kebijakan moneter dari sebuah perusahaan akan selalu merasa di
pasar uang. Ini adalah tingkat pendek bunga / yield, yang berasal dari perdagangan pasar
uang yang pertama merespon implementasi kebijakan bank sentral. Sebuah pasar antar
bank yang berfungsi dengan baik akan memberikan alokasi yang diinginkan dari cadangan
bank dalam sistem perbankan di tingkat diputuskan oleh bank sentral.14
Pasar uang Islam adalah bagian integral dari fungsi sistem perbankan Islam,
pertama, dalam memberikan lembaga keuangan syariah dengan fasilitas pendanaan dan
menyesuaikan portofolio dalam jangka pendek, dan kedua, melayani sebagai saluran untuk
transmisi kebijakan moneter. Instrumen keuangan dan investasi antar bank akan
memungkinkan bank surplus untuk menyalurkan dana ke bank defisit, dengan demikian
mempertahankan mekanisme pendanaan dan likuiditas yang diperlukan untuk
mempromosikan stabilitas sistem.
Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syari‘ah (PUAS) merupakan kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam
rupiah maupun valuta asing. Peserta PUAS terdiri dari Bank Syariah, UUS, dan Bank
Konvensional. Bank Syariah dan UUS dapat melakukan penempatan dan dan atau
penerimaan dana dengan menggunakan instrumen PUAS yang ditetapkan oleh BI. Bank
konvensional hanya dapat melakukan penempatan dana ke dalam instrumen PUAS yang

13
Irham Fahmi, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 223.
14
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 201.

24
ditetapkan oleh BI. Peserta PUAS wajib melaporkan transaksi PUAS kepada BI sesui
ketentuan BI yang berlaku.
B. Fungsi Pasar Uang
Pasar uang pada prinsipnya merupakan sarana alternatif bagi lembaga-lembaga
keuangan, perusahaan-perusahaan non keuangan, dan peserta-peserta lainnya baik dalam
memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya maupun dalam rangka melakukan
penempatan dana atas kelebihan likuiditasnya.Pasar uang secara tidak langsung juga
sebagai sarana pengendali moneter yang dilakukan oleh penguasa moneter dalam
melaksanakan operasi pasar terbuka. Pelaksanaan operasi pasar terbuka di Indonesia
dilakukan oleh Bank Indonesia yaitu dengan menggunakan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). SBI sebagai piranti operasi pasar terbuka
digunakan untuk tujuan kontraksi moneter yaitu untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Sedangkan SBPU berfungsi sebagai piranti ekspansi moneter yaitu
menambah jumlah uang yang beredar.15
Keberadaan pasar uang dilatar belakangi oleh kebutuhan mendesak akan suatu dana
yang sifatnya jangka pendek dan harus segera dipenuhi. Sehingga pasar uang merupakan
alternatif bagi perusaan non keuangan, lembaga keaungan, ataupun individu untuk
memenuhi kebutuhan meraka akan dana dalam jangka waktu pendek. Adapun fungsi pasar
uang adalah sebagai berikut:
1. Fungsi fasilitas:Pasar uang merupakan sarana alternatif yang memfasilitasi
masyarakat untuk mendapatkan dana jangka pendek untuk modal kerja maupun
keperluan yang lain. Selain itu pasar modal juga memberikan solusi alternatif
bagi lembaga keuangan, perusahaan non keuangan, serta peserta yang lain untuk
melakukan penempatan dana bila ada kelebihan likuiditas. Selain itu, pasar uang
juga memfasilitasi lembaga keuangan atau perusahaan yang membutuhkan dana
yang sifatnya mendesak dan berjangka pendek.
2. Fungsi pengendali : secara tidak langsung pasar uang juga memiliki fungsi
sebagai pengendali moneter yang diadakan oleh penguasa moneter ketika
mengadakan operasi pasar terbuka. Operasi pasar terbuka di Indonesia diadakan
oleh Bank Sentral Indonesia yang diselenggarakan melalui pasar uang. Dalam
operasi pasar terbuka tersebut menggunakan instrumen seperti SPBU atau surat
berharga Pasar Uang dan SBI atau sertifikat Bank Indonesia.

15
Ibid., hlm. 206.

25
3. Fungsi kesejahteraan : Pasar uang memilliki fungsi untuk mendorong program
pemerintah untuk pemerataan kesejahteraan rakyat. Selain itu pasar uang
juga memberikan kesempatan pada rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam jual
beli Sertifikat Bank Indonesia dan surat berharga lainnya.
4. Fungsi perantara atau mediator : Keberadaan pasar uang menjadi perantara dalam
jual beli surat-surat berharga dengan jangka pendek. Lembaga keuangan maupun
non keuangan serta masyarakat bisa dengan muda memjual atau membeli surat
berharga dengan jangka pendek sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu,
pasar uang juga menjadi perantara bagi investor asing untuk memberikan kredit
dengan jangka pendek untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pasar uang
juga berperan sebagai media promosi bagi investor untuk menawarkan kredit bagi
perusahaan dan lembaga keuangan di Indonesia.
5. Fungsi modal : Pasar modal menjadi perantara dalam menghimpun dana yang
berupa surat berharga dengan jangka pendek dari perusahaan-perushaan atau
individu untuk di perjualbelikan. Selain itu pasar uang juga menjadi sumber
modal jangka pendek bagi perusahaan maupun individu yang ingin berinvestasi.
Bila suatu perusahaan memerlukan pendanaan, mereka bisa menjual surat
berharga yang dimiliki ataupun meminjam dana dari perusahaan lain dengan
jangka pendek. Sehingga kebutuhan mendesak akan modal bisa dengan cepat
diatasi.
6. Fungsi likuiditas : dalam kegiatan perekonomian fungsi utama pasar uang adalah
fungsi likuiditas. Yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
seperti membayar hutang terutama yang sudah jatuh tempo. Berbagai jenis
instrumen keuangan seperti saham, obligasi, maupun insturmen yang lain bisa
dengan mudah dicairkan melalui pasar uang. Sehingga perusahaan bisa dengan
mudah mendapatkan dana baik dari penjualan surat berharga maupun kredit
jangka pendek di pasar uang.
C. Peserta Pasar Uang
Pelaku utama dalam pasar uang:16
1. Lembaga-lembaga keuangan, misalnya: bank, dana pensiun dan perusahaan
asuransi.
2. Perusahaan-perusahaan besar, misalnya: perusahaan yang sudah go
publicmenerbitkan commercial paper.
16
Ibid., hlm. 207.

26
3. Lembaga-lembaga pemerintah, misalnya: Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat
Bank Indonesia (SBI).
4. Individu-individu, misalnya: rumah tangga membeli Sertifikat Bank Indonesia.
D. Instrumen Pasar Uang
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperjual belikan di pasar uang ada
beberapa macam, yaitu :
1. Treasury Bills (T-Bills), merupakan instrumen hutang yang diterbitkan oleh
pemerintah atau Bank Sentral (di Amerika Serikat ) atas tunjuk dengan jumlah
tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah
ditetapkan.T-Bills tidak memberikan bunga secara langsung tetapi dijual atas dasar
diskonto, dengan jumlah diskonto ditetapkan melalui proses pelelangan. T-Bills
tidak dimanfaatkan sebagai sarana investasi bagi lembaga keuangan maupun
perusahaan non keuangan yang memiliki kelebihan dana. Dengan penempatan
kelebihan dana tersebut di samping memperoleh penghasilan (bunga) juga sebagai
cadangan likuiditas.
a. Sebagai sarana investasi instrumen pasar uang ini mempunyai berbagai kelebihan,
yaitu :
b. Tidak beresiko karena diterbitkan oleh lembaga pemerintah (Bank Sentral)
c. Mempunyai pasar sekunder sehingga mudah diperjualbelikan
d. Kemungkinan terjadi kerugianapabila investor menjual surat berharga ini untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya adalah sangat kecil.
e. Perusahaan atau lembaga yang menjadi investor utama dalam T-Billsini antara
lain Bank Sentral, bank-bank umum, mutual funds, BUMN, lembaga-lembaga
keuangan non bank, perusahaan-perusahaan, dan badan pemerintah negara lain,
dan individu.
2. Commercial Paper Commercial Paper (CP) merupakan promes yang tidak disertai
dengan jaminan, yang diterbitkan oleh perusahaan / bank untukmendapatkan dana
jangka pendek. CP dijual kepada investor dalam pasar uang. Dengan demikian CP
pada dasarnya merupakan promes di mana penerbit berjanji akan membayar
sejumlah tertentu uang pada saat CP jatuh tempo.Jangka waktu CP ini berkisar mulai
dari beberapa hari samapi 270 hari. Penjualan CP pada umumnya dengan sistem
diskonto, namun beberapa di antaranya menggunakan bunga. Penerbitan CP tidak
perlu menggunakan penjamin (underwriter) emisi, tetapi beberapa penerbit karena
alasan tertentu menggunakan arrangerdalam penerbitannya. Arrangerini pada

27
umumnya merupakan bank-bank umum yang berfungsi sebagai perantara antara
pemodal dan penerbit, namun mereka tidak tidak bertanggung jawab atas terjual atau
tidak terjualnya CP yang diterbitkan.
3. Negotiable Certificate of DepositNegotiable Certificate of Deposit (CD)atau
sertifikat deposito merupakan instrumen yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk
dan dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu.
Sertifikat deposito diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto dengan
nilai nominal sekurang-kurangnya Rp. 1 juta dan jangka waktu 30 hari samapi
dengan 1 tahun. Pencairan sertifikat deposito dapat dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo, tetapi apabila pemegang instrumen tersebut membutuhkan dana sebelum
jatuh tempo maka mereka dapat menjualnya kepada lembaga keuangan atau kepada
investor lainnya. Di samping itu, deposito berjangka selalu diterbitkan dengan atas
nama sementara CD atas unjuk.
4. Banker’s AcceptanceBanker’s Acceptance (BA) merupakan wesel bank yang ditarik
oleh seorang eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah
barang atau untuk membeli valuta asing yang diberi tanda “accepted” apabila bank
menyetujui wesel tersebut, dan dapat diperjualbelikan di pasar uang sebagai salah
satu sumber pendanaan jangka pendek. BA merupakan instrumen jangka pendek
yang dapat dipindahtangankan. BA pada dasarnya memberikan alternatif untuk
mendapatkan kredit pada saat barang-barang yang diekspor dikapalkan untuk segera
dikirimkan ke luar negeri. BA pada umumnya digunakan pada proses L/C dalam
perdagangan luar negeri. Jangka waktu jatuh tempo BA berkisar antara 30 hari
sampai 180 hari.
5. Bill of ExchangeBill of exchangeatau wesel adalah suatu perintah tertulis tak
bersyaratyang ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar
sejumlah uang pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik
atau order atau pembawa.Surat wesel harus berisikan hal-hal sebagai berikut, dalam
kaitannya dengan penarikan wesel ini:
1. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
2. Nama orang yang yang harus membayar (tertarik atau pembayar).
3. Penetapan hari bayarnya.
4. Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan.
5. Nama orang atau pihak lain yang ditunjuk untuk dilakukan pembayaran.
6. Tanggal dan tempat surat wesel ditarik.

28
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkannya (penarik).Jangka waktu jatuh tempo
wesel ini umumnya berkisar 6 hari sampai 180 hari.
6. Repurchase Agreement (Repo) Repo merupakan transaksi jual beli surat berharga
disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga
yang telah dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih
dahulu. Surat berharga yang sering digunakan untuk transaksi Repo adalah surat
berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto. misalnya SBI, SPBU, CD dan
T-Bills.
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)SBI pada dasarnya merupakan surat berharga atas
unjuk dalam satuan uang Rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh
Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang jangka pendek. SBI sebagai piranti
operasi pasar terbuka digunakan untuk mengendalikan moneter untuk
mengendalikan moneter melalui lelang harian. Tujuan bank dan lembaga
keuangan lainnya membeli SBI adalah sebagai alternatif kelebihan dananya untuk
memeperoleh pendapatan, dan apabila memerlukan dana maka SBI dapat dijual
kepada lembaga lain atau Bank Indonesia.
2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)SBPU adalah surat-surat berharga berjangka
pendek yang dapat diperjual belikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau
lembaga diskonto yang ditunjuk oleh BI. SBPU berfungsi sebagi piranti pasar
uang dan juga merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi
moneter oleh Bank Indonesia denagn menetapkan tingkat diskonto SBPU.
Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibagi sebagai berikut:
a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:
1) Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit
dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu.
2) Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.
b. SuratWesel, dapat berupa:
1) Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam
rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank.
2) Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam
rangka pemebrian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.
7. Call MoneyCall Moneymerupakan salah satu sarana penting untuk mendorong
pengembangan pasar uang. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan

29
pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu
pendek.
E. Pasar Valas
1. Pengertian Pasar Valas
Foreign exchange market atau sering pula disebut dengan bursa valas adalah suatu
mekanisme dimana orang dapat mentransfer daya beli antar negara, memperoleh atau
menyediakan kredit untuk transaksi perdagangan internasional, dan meminimalkan
kemungkinan resiko kerugian akibat terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang. Dari
definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi pasar valas adalah untuk:
a. Transfer daya beli
b. Penyediaan kredit
c. Mengurangi resiko valuta asing
1. Peserta Dalam Pasar Valuta Asing
Transaksi di pasar valas terdiri atas 2 jenis tingkatan yaitu antar bank atau wholesale
market dan klien atau retail market.
a. Dealer Valas Bank dan Non Bank Dealer, valas bank-bank internasional sering
berfungsi sebagai market. Mereka senantiasa bersedia menjual dan membeli valas
yang mereka khususkan. Biasanya mempertahankan suatu porsi persediaan
beberapa valas yang dikhususksan.
b. Perusahaan dan Individu Perusahaan dan individu menggunakan pasar valas
untuk mempermudah pelaksanaan transfer investasi dan komersial. Kelompok ini
terdiri atas importir-importir, investor portfolio internasional, perusahaan-
perusahaan multinasional. Mereka menggunakan pasar valas untuk tujuan
investasi.
c. Spekulator dan Arbitrase melekukan transaksi dalam pasar valas untuk
memperoleh keuntungan. Arbitrase pada prinsipnya merupakan suatu betuk
spekulasi yang terdapat dalam pasar valas, dimana mereka membeli valas di suatu
pusat keuangan kemudian menjualnya kembali di pusat keuangan lain untuk
memperoleh keuntungan. Kegiatan abritrase ini dimungkinkan oleh kemudahan
dan kecepatan transfer dengan alat telegrafik antara pusat keuangan satu dengan
pusat keuangan dunia lain.
d. Bank Sentral Bank-Bank sentral menggunakan pasar ini untuk memperoleh
cadangan devisa dan juga mempengaruhi harga dimana mata uangnya

30
diperdagangkan. Bank sentral mungkin melakukan langkah-langkah yang semata-
mata dimaksudkan untuk mendukung atau mendongkrak nilai mata uang sendiri.
2. Jenis-Jenis Transaksi
Pada bagian ini transaksi dalam dalam pasar valas yang dilakukan atas dasar sebagai
berikut:
1. Transaksi spot adalah jual beli mata uang dengan penyerahan dan pembayaran
antarbank yang akan diselesaikan pada dua hari kerja. Penyerahan dana dalam
transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara sebagai
berikut:
a. Valuetoday (Value Tod) yaitu penyerahan dana dilakukan pada (hari) yang
sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi (kontrak). Cara
penyelesaian ini juga disebut same daysettlement atau cash settlement.
b. Value Tomorrow (Value Tom) yaitu penyerahan dana dilakpada hari kerja
berikutnya atau hari kerja setelah diadakannya kontrak atau one day
sattlement.
c. Value spotyaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi.
2. Transaksi forward atau juga disebut transaksi berjangka pada prinsipnya adalah
transaksi sejumlah mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang lainnya dengan
penyerahan pada waktu yang akan datang. Kurs ditetapkan pada waktu kontrak
dilakukan, tetapi pembayaran dan penyerahan baru dilakukan pada pada saat
kontrak jatuh tempo. Transaksi forward ini biasanya sering digunakan untuk
tujuan hedging dan spekulasi. Hedging akibat terjadinya perubahan kurs.
3. Transaksi Swap dalam pasar antarbank adalah pembelian dan penjualan secara
bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan tanggal valuta(penyerahan) yang
berbeda. Jenis transaksi swap yang umum adalah “spotterhadap forward”. Dealer
membeli suatu mata uang dengan transaksi spot dan secara simultan menjual
kembali jumlah yang sama kepada bank lain dengan kontrak forward. Transaksi
swap antara bank dengan Bank Indonesia:
a. Swap likuiditas yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia untuk
dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi (outstanding) swap
likuiditas ini untuk setiap bank maksimum 20% dari modal bank
b. Swap investasi yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank berdasarkan swap
bank dengan nasabahnya yang dananya berasal dari pinjaman luar
negeri(offshore loam) untuk keperluan investasi di Indonesia.

31
BAB 5

PASAR MODAL DAN BURSA EFEK


A. Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia Sejak Pemerintahan Hindia Belanda
Sampai Dengan Dikeluarkannya UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal menyediakan
berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti :

32
menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya.
Pasar Modal bertindak sebagai penghubung.17 Pasar Modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah
melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan
lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal (Bruce Lliyd, 1976), adalah meningkatkan
dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan “kriteria pasarnya” secara
efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang
disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat
berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya
pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal
telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal
mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak
dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan
kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:18
 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda.
 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

17
Sawidji Widoatmodjo, Pengetahuan Pasar Modal, (Jakarta : PT Elex Komputindo, 2015). hlm.
17.
18
Ibid., hlm. 24.

33
 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya.
 Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang
dan Surabaya ditutup.
 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.
 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal
1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan
Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950).
 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
aktif.
 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10
Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal
ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.
 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri
dari broker dan dealer.
 Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

34
 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari
1996.
 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan
di pasar modal Indonesia.
 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Pengelolaan Pasar Modal Di Indonesia
Dalam pengelolaan pasar modal, Sebelum dapat melakukan transaksi, terlebih
dahulu investor harus menjadi nasabah di perusahaan efek atau broker saham. Di Bursa
Efek Indonesia (BEI) terdapat sekitar 120 perusahaan Efek yang menjadi anggota BEI.
Pertama kali investor melakukan pembukaan rekening dengan mengisi dokumen
pembukaan rekening. Di dalam dokumen pembukaan rekening tersebut memuat
identitas nasabah lengkap (termasuk tujuan investasi dan keadaan keuangan) serta
keterangan tentang investasi yang akan dilakukan.
Nasabah atau investor dapat melakukan order jual atau beli setelah investor disetujui
untuk menjadi nasabah di perusahaan efek yang bersangkutan. Umumnya setiap
perusahaan efek mewajibkan kepada nasabahnya untuk mendepositkan sejumlah uang
tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah tersebut layak melakukan jual beli saham.19
Perdagangan dilakukan melalui proses tawar menawar secara berkesinambungan
(Continuous Auction Market) dalam satuan perdagangan efek. Tawar menawar
dilakukan dengan memperhatikan prioritas harga dan waktu (Price and Time Priority).
Dalam perdagangan saham, jumlah saham yang dijual-belikan dilakukan dalam satuan
perdagangan yang disebut dengan lot, dimana satu lot berarti 500 saham.
Pasar modal di Indonesia terdiri dari pasar perdana dan pasar sekunder.
19
Sumantoro, Aspek-Aspek Hukum Dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1988), hlm. 240.

35
1. Pasar Perdana : pasar dimana efek diperdagangkan untuk pertama kalinya,
sebelum dicatatkan di Bursa Efek. Di sini, saham dan efek lainnya untuk pertama
kalinya ditawarkan kepada investor oleh pihak Penjamin Emisi (Underwriter)
melalui Perantara Pedagang Efek (Broker-Dealer) yang bertindak sebagai Agen
penjual saham. Proses ini biasa disebut dengan Penawaran Umum Perdana
(Initial Public Offering/IPO)
2. Pasar Sekunder : pasar dimana efek yang telah tercatat di Bursa Efek
diperdagangkan. Pasar Sekunder memberikan kesempatan kepada para investor
untuk membeli atau menjual efek-efek yang tercatat di Bursa.
C. Organisasi Bapepam Sebagai Pengawas Pasar Modal
Agar tercipta iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan, pembinaan,
dan pengawasan yang baik diperlukan pengelolaan pasar modal secara efektif dan
efisien. Ada beberapa lembaga yang terlibat dipasar modal adalah sebagai berikut :
1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Tugas pokok BAPEPAM menurut Keppres no.53 TAHUN 1990 tentang pasar
modal adalah :
a. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga surat berharga
dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan wajar, dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.
b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga yang
terdari:
• Reksa dana,
• Bursa efek,
• Lembaga kriling penyelesaian dan simpanan,
• Perusahaan efek
• Tempat penitipan harta
• Biro administrasi efek
• Wali amanat dan penanggung jawab
c. Member pendapat kepadda menteri keuangan mengenai pasar modal beserta
kebijakan oprasionalnya.
D. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Lembaga penunjang adalah institusi penunjang yang turut serta mendukung
pengoperasian pasar modal dan bertugas melakukan pelayanan kepada pegawai dan

36
masyarakat umum. Lembaga penunjang ini terdiri dari biro administrasi efek, bank
kustodian, wali amanat dan pemeringkat efek.20
1. Biro Administrasi Efek
Biro Administrasi Efek (BAE) adalah lembaga penunjang pasar modal yang
membantu mengadministrasikan efek, baik pada pasar perdana maupun pasar sekunder.
Bentuk pelayanan yang diberikan BAE antara lain dalam bentuk pencatatan dan
pemindahan kepemilikan efek.
Biro Administrasi Efek merupakan perseroan yang dapat menyelenggarakan
kegiatan usaha berdasarkan kontrak dengan emiten untuk pencatatan pemilikan efek
dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek sebagai Biro Administrasi Efek dan
telah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan.
2. Bank Kustodian
Bank kustodian adalah bank yang mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa
Keuangan untuk bertindak sebagai pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan
harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden,
bunga dan hak - hak lain, menyelesaikan transaksi efek, serta mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabahnya. Persyaratan dan tata cara pemberian persetujuan
bagi bank umum sebagai kustodian diatur peraturan pemerintah.
3. Wali Amanat
Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat
utang atau sukuk untuk melakukan penuntutan baik di dalam maupun di luar
pengadilan, yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang atau
sukuk tersebut tanpa surat kuasa khusus.
Kegiatan perwaliamanatan dilakukan oleh bank umum dan pihak lain yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk dapat menyelenggarakan kegiatan usaha
sebagai wali amanat. Bank umum atau pihak lain wajib terlebih dahulu terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan. Adapun persyaratan dan tata cara pendaftaran wali amanat
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
4. Pemeringkat Efek
Perusahaan pemeringkat efek adalah penasihat investasi berbentuk perseroan
terbatas yang melakukan kegiatan pemeringkatan dan memberikan peringkat. Dalam

20
Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm,
243.

37
melaksanakan kegiatannya, perusahaan pemeringkat efek wajib terlebih dahulu
mendapatkan izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan.
Perusahaan pemeringkat efek wajib melakukan kegiatan pemeringkatan secara
bebas dari pengaruh pihak yang memanfaatkan jasa perusahaan pemeringkat efek,
obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam pemberian peringkat. Perusahaan
pemeringkat efek dapat melakukan pemeringkatan atas obyek pemeringkatan sebagai
berikut :
a. Efek bersifat utang, sukuk, efek beragun aset, atau efek lain yang dapat
diperingkat.
b. Sebagai pihak entitas (company rating), termasuk reksa dana dan dana investasi
real estate berbentuk kontrak investasi kolektif.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan pemeringkat efek wajib berdomisili dan
melakukan kegiatan operasional di Indonesia. Selain itu, perusahaan pemeringkat efek
juga wajib memiliki prosedur dan metodologi pemeringkatan yang dapat
dipertanggungjawabkan, sistematis, dan telah melalui tahapan pengujian serta
dilaksanakan secara konsisten dan bersifat transparan. Selanjutnya, perusahaan
pemeringkat efek yang melakukan atas permintaan pihak tertentu, wajib membuat
perjanjian pemeringkatan dengan pihak dimaksud.
E. Proses Emisi Efek
Emisi efek adalah istilah yang tidak asing di dengar oleh telinga, karna istilah ini
menjadi bagian yang penting dalam dunia bisnis yang ingin terlibat dalam dunia pasar
modal baik investor ataupun Perusahaan. Emisi efek atau sering disebut penawaran
umum (go public) merupakan suatu proses yang melibatkan lembaga penunjang pasar
modal dalam rangka penjualan efek seperti saham dan obligasi suatu perusahaan
kepada masyarakat umum atau publik. Proses emisi efek dapat dilakukan dengan
melalui mekanisme Bursa Efek atau Bursa paralel yang ada di indonesia yaitu Bursa
Efek Indonesia.21 Proses emisi yang kemudian akan disetujui oleh Bapepam dan jangka
waktu pemberian izin emisi sampai pencatatan di Bursa menurut ketentuan maksimal
90 hari.
Berikut langkah langkah cara proses emisi efek adalah :
Perusahaan yang akan melakukan go publik atau menerbitkan efek kemudian
disebut emiten atau issuer menyampaikan pernyataan maksud (letter on intent) kepada
Bapepam. Kemudian emiten menghubungi dan menunjuk penjamin emisi (underwriter)
21
Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 118.

38
serta lembaga penunjang emisi lainnya, langkah selanjutnya emiten dan Underwriter
mempersiapkan dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek berikut lampiran dan
dokumen emisi lainnya. Emiten melalui underwriter menyampaikan pernyataan
pendaftaran emisi efek kepada pihak Bapepam. Ketika dokumen diterima Bapepam
melakukan penelaahan kesesuaian dokumen emisi dengan ketentuan yang berlaku.
Setelah kelengkapan dokumen sudah memenuhi ketentuan maka Izin emisi diberikan
kepada emiten oleh Bappepam. Selanjutnya pengumuman dan pendistribusian
prospektus, yang didalamnya memuat informasi yang perlu diketahui calon investor
diantaranya :
 Keterangan tentang perseroan atau perusah
 Tujuannya
 direksi dan dewan komisaris.
 Tanggal pengembalian uang pesanan
 Tanggal penjatahan.
 Laporan keuangan, ikhtisar keuangan dan rasio-rasio keuangan perusahaan.
 Masa penawaran.
 Tanggal pencatatan di Bursa.
 Harga, jumlah dan jenis saham yang ditawarkan.
 Nama-nama penjamin emisi yang terdiri atas penjamin utama, penjamin
pelaksana,  dan penjamin peserta.
 Kegiatan dan prospek usaha perusahaan.
 Struktur permodalan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan emisi.
 Factor-faktor risiko yang mungkin dihadapi dalam usaha emiten.
 Persaratan dan tata cara pemesanan efek.
 Perpajakan.
 Nama-nama dan alamat agen penjualan.
Kemudian untuk prospektus emisi obligasi disamping hal-hal tersebut di atas juga
dicantumkan hal-hal sebagai berikut :
 Jaminan atas obligasi
 Ketentuan mengenai pembayaran dan penetapan bunga
 Jatuh waktu
 Nama wali alamat dan penanggung

39
 Masa kadaluarsa obligasi dan kupon bunga
Langkah selanjutnya emiten dan underwriter melakukan penawaran efek melalui
pasar perdana dan penjatahan saham, pengembalian uang kepada pemesan atau
refound, penyerahan sertifikat efek, dan terakhir pencatatan saham di Bursa.
Dengan melakukan langkah langkah proses emisi efek diatas maka suatu perusahaan
atau disebut emiten sudah dapat diperdagangkan sahamnya di bursa.
Emisi efek atau sering disebut penawaran umum (go public) merupakan seutu
proses yang melibatkan lembaga penunjang pasar modal dalam rangka penjualan efek
(saham dam obligasi) suatu perusahaan kepada Masyarakat umum. Jangka waktu
pemberian izin emisi oleh Bapepam sampai pencatatan di bursa menurut ketentuan
maksimal 90 hari.
Proses emisi efek yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang akan menerbitkan efek (emiten atau issuer) menyampaikan
pernyataan maksud (letter on intent) kepada Bapepam.
2. Emiten menghubungi dan menunjuk penjamin emisi (underwriter) serta lembaga
penunjang emisi lainnya.
3. Emiten dan underwriter mempersiapkan dokumen pernyataan pendaftaran emisi
efek berikut lampiran dan dokumen emisi lainnya.
4. Emiten melalui underwriter menyampaikan pernyataan pendfataran emisi efek
kepada Bapepam.
5. Bapepam melakukan penelaahan kesesuaian dokumen emisi dengan ketentuan
yang berlaku.
6. Izin emisi diberikan oleh Bapepam bilamana semua dokumen emisi telah lengkap
dan memenuhi ketentuan.
7. Pengumuman dan pendistribusian prospectus. Dalam prospectus tersebut memuat
informasi yang perlu diketahui calon investor antara lain :
1. Tujuan penawaran
2. Keterangan tentang perseroan antara lain riwayat perusahaan dan susunan
Dewan Direksi dan Dewan Komisaris
3. Masa penawaran
4. Tanggal penjatahan
5. Tanggal pengembalian uang pesanan (refund)
6. Tanggal pencatatan di Bursa

40
7. Harga, jumlah, dan jenis saham yang ditawarkan
8. Nama-nama penjamin emisi yangterdiri atas; penjamin utama, penjamin
pelaksana, penjamin peserta.
9. Ikhtisar keuangan dan rasio-rasio keuangan perusahaan.
10. Kegiatan dan prospek usaha perusahaan
11. Struktur permodalan perusahaan sebelum dan setelah emis
12. Faktor-faktor risiko yang mungkin dihadapi dalam usaha emiten
13. Persyaratan dan tata cara pemesanan efek
14. Perpajakan
15. Nama-nama dan alamat agen penjual
Sedangkan prospectus untuk emisi obligasi di samping hal-hal tersebut di atas juga
dicantumkan hal-hal sebagai berikut :
1. Ketentuan mengenai pembayaran dan penetapan bunga (tetap
dan atau mengambang)
2. Jatuh waktu
3. Jaminan atas obligasi
4. Masa kadaluarsa obligasi dank upon bunga
5. Nama wali alamat (trustee) dan penanggung (guarantor)
6. Emiten dan underwriter melakukan penawaran efek melalui
pasar perdana
7. Penjatahan saham
8. Pengembalian uang kepada pemesan (refund)
9. Penyerahan sertifikat efek
10.Pencatatan saham di Bursa
F. Instrumen Pasar Modal
Secara umum ada 4 instrumen pasar modal yaitu saham, obligasi, derivatif (terdiri
dari opsi, right dan warrant) serta reksadana. Apa saja pengertian dan penjelasan
instrumen pasar modal tersebut? Berikut pembahasan daftar instrumen pasar modal dan
penjelasan lengkapnya.
1. Saham
Instrumen paling umum yang dijual di bursa efek adalah saham. Saham merupakan
surat tanda ikut penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan atas suatu

41
perusahaan. Saham merupakan instrumen yang paling banyak dipilih investor, karena
memberikan keuntungan yang menarik.22
Secara umum terdapat 2 jenis saham yaitu saham biasa dan saham istimewa atau
preferen. Saham biasa merupakan jenis saham dimana pemegang saham mewakili
kepemilikan di suatu perusahaan sebesar modal yang ditanamkannya di perusahaan
tersebut. Sementara saham istimewa memiliki karakteristik berupa deviden, kumulatif
dan convertible.
2. Obligasi
Instrumen pasar modal berikutnya adalah obligasi. Pengertian obligasi adalah
instrumen berbentuk sertifikat atau yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman
(pemodal) dan yang diberi pinjaman (emiten). Secara umum obligasi adalah selembar
kertas yang berisi tentang pernyataan pihak pemilik kertas ini berarti telah membeli
hutang suatu perusahaan yang telah menerbitkan obligasi ini.
Obligasi dapat disamakan dengan deposito berjangka, namun obligasi dapat
diperjualbelikan, sedangkan deposito berjangka tidak dapat diperjualbelikan. Obligasi
memberikan penghasilan tetap kepada investor berupa bunga yang diterima per tahun,
per bulan atau dalam satuan waktu lainn sesuai kesepakatan dalam obligasi.
3. Derivatif
Selain saham dan obligasi, ada juga instrumen pasar modal berupa derivatif.
Derivatif merupakan salah satu surat berharga turunan dari saham dan atau obligasi
yang antara lain terdiri dari opsi, right dan warrant.
4. Reksadana
Instrumen pasar moda lain adalah reksadana. Definisi reksadana adalah wadah dan
pola pengelolaan dana atau modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam
instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit
penyertaan reksadana.

G. Ketentuan Pencatatan Saham Di Bursa Efek


1. Efek yang ditawarkan dalam rangka Penawaran Umum, baik saham, obligasi atau
sukuk berdasarkan Undang-Undang tidak wajib dicatatkan (listed) pada Buras Efek.
2. Pada umumnya untuk Penawaran Umum Saham (IPO) akan dicatatkan pada Bursa
Efek (listed) dengan pertimbangan bahwa, Emiten akan berusaha agar saham yang

22
Pandji anoraga, Piji pakarti, Pengantar pasar modal, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2001)., hlm,
54.

42
diterbitkan dapat diperjualbelikan/diperdagangkan antar investor. Dengan kata lain
saham yang dibeli oleh pra investor tersebut liquid, dimana setiap investor
membutuhkan dana dapat menjualnya di Bursa saham dan apabila ingin menambah
portofolionya dapat membeli saham tersebut di Bursa Efek secara mudah.23
3. Pada awal dikembangkannya Pasar Modal di Indonesia terdapat 3 jenis Bursa Efek,
yakni Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), dan Bursa Paralel.
Pada waktu itu Bursa Paralel dibentuk untuk menampung Emiten Menengah Kecil
yang melakukan IPO. Bursa Efek Surabaya (BES) dibentuk terutama untuk
menampung Obligasi yang diterbitkan oleh Emiten. Namun dalam rangka efisiensi
Bursa Paralel dan Bursa Efek Surabaya di gabung menjadi Bursa Efek Surabaya,
dan selanjutnya BES dan BEJ digabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Calon Perusahaan Tercatat baik yang akan mencatatkan saham di Papan Utama
maupun di Papan Pengembangan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT).  
b. Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam telah menjadi efektif.
c. Dalam hal Calon Perusahaan Tercatat merupakan anak perusahaan atau induk
perusahaan dari Perusahaan Tercatat, maka:  
1) jika terjadi putus hubungan afiliasi antara Calon Perusahaan Tercatat dengan
Perusahaan Tercatat, masing-masing perusahaan mampu menjalankan kegiatan
operasinya secara memadai berdasarkan penilaian Pihak Independen; dan
2) berdasarkan Laporan Keuangan proforma Perusahaan Tercatat tanpa
mengkonsolidasi dengan Laporan Keuangan Calon Perusahaan Tercatat,
Perusahaan Tercatat tetap mampu memenuhi persyaratan pencatatan; atau
3) berdasarkan Laporan Keuangan proforma Calon Perusahaan Tercatat tanpa
dikonsolidasi ke Laporan Keuangan Perusahaan Tercatat, Calon Perusahaan
Tercatat tetap mampu memenuhi persyaratan pencatatan.
d. Memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota
Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu melalui RUPS sebelum
Pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai Komisaris Independen setelah
saham perusahaan tersebut tercatat. Yang dimaksud dengan Komisaris
Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar Emiten atau
Perusahaan Publik, dengan persyaratan sebagai berikut:

23
Dodo Suharto. “ Manajemen Keuangan”. Edisi Kedelapan, ( Jakarta : Erlangga, 2001), hlm,
334.

43
1) bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi
kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhir;
2) tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut;
3) tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik,
anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut; dan
4) tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut. 
e. Memiliki Direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dari jajaran
anggota Direksi yang dapat dipilih terlebih dahulu melalui RUPS sebelum
Pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai Direktur tidak terafiliasi setelah
saham perusahaan tersebut tercatat. Yang dimaksud dengan Direktur tidak
terafiliasi adalah:
1) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Pemegang Saham Pengendali
Perusahaan Tercatat yang bersangkutan sekurang-kurangnya selama 6 (enam)
bulan sebelum penunjukan sebagai Direktur tidak terafiliasi;
2) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Komisaris atau Direksi lainnya dari
Perusahaan Tercatat;
3) Tidak bekerja rangkap sebagai Direksi pada perusahaan lain;
4) Tidak menjadi Orang Dalam pada lembaga atau Profesi Penunjang Pasar Modal
yang jasanya digunakan oleh Perusahaan Tercatat selama 6 (enam) bulan sebelum
penunjukan sebagai Direktur.  
f. Memiliki Komite Audit atau bagi Calon Perusahaan Tercatat yang belum
memiliki Komite Audit wajib membuat pernyataan untuk membentuk Komite
Audit paling lambat 6 (enam) bulan setelah perusahaan tersebut tercatat.
g. Memiliki Sekretaris Perusahaan.
h. Nilai nominal saham Calon Perusahaan Tercatat sekurang-kurangnya Rp. 100,-
(seratus rupiah).
i. Direksi dan Komisaris Calon Perusahaan Tercatat harus memiliki reputasi baik,
yang antara lain dibuktikan dengan:
1) tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dalam kurun

44
waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir;
2) tidak pernah dinyatakan pailit;
3) tidak pernah dinyatakan bersalah yang menyebabkan perusahaan yang pernah
atau sedang dipimpinnya dinyatakan pailit;
4) tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat dari suatu pekerjaan dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir;
5) tidak dalam pengampuan. 
5. Persyaratan Pencatatan di Papan Utama 
Calon Perusahaan Tercatat yang bermaksud mencatatkan sahamnya pada Papan
Utama, disamping wajib memenuhi ketentuan/persyaratan umum sebagaimana
diuraikan di atas wajib pula memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan kegiatan
operasional dalam usaha utama (core business) yang sama sekurang-kurangnya
selama 36 bulan berturut-turut.
b. Laporan Keuangan Calon Perusahaan Tercatat telah diaudit sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun buku terakhir, dengan ketentuan Laporan Keuangan Auditan 2 (dua)
tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Auditan interim terakhir (jika ada)
memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
c. Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir memiliki Aktiva Berwujud Bersih
(Net Tangible Asset) sekurang-kurangnya Rp 100.000.000.000,- (seratus miliar
rupiah).
d. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan
Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran Umum
atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi Perusahaan Publik
yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam periode 5 (lima) Hari Bursa sebelum
permohonan Pencatatan sekurang-kurangnya 100.000.000 (seratus juta) saham atau
sekurang-kurangnya 35% (tiga puluh lima perseratus) dari modal disetor, mana yang
lebih kecil.
e. Jumlah pemegang saham paling sedikit 1.000 (seribu) pemegang saham yang
memiliki rekening Efek di Anggota Bursa Efek, dengan ketentuan sebagai berikut: 
1) bagi Calon Perusahaan Tercatat yang melakukan Penawaran Umum, maka jumlah
pemegang saham tersebut adalah pemegang saham setelah penawaran umum
perdana;
2) bagi Calon Perusahaan Tercatat yang berasal dari perusahaan publik, maka

45
jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum mengajukan permohonan pencatatan;
3) bagi Calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah
pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama
6 (enam) bulan terakhir.
6. Persyaratan Pencatatan di Papan Pengembangan
Calon Perusahaan Tercatat yang bermaksud mencatatkan sahamnya pada Papan
Pengembangan, disamping wajib memenuhi ketentuan/persyaratan umum sebagaimana
diuraikan di atas wajib pula memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan kegiatan
operasional dalam usaha utama (core business) yang sama sekurang-kurangnya
selama 12 (dua belas) bulan penuh berturut-turut.
b. Laporan Keuangan Auditan tahun buku terakhir yang mencakup sekurang-
kurangnya 12 (dua belas) bulan dan Laporan Keuangan Auditan interim terakhir
(jika ada) memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
c. Memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Asset) sekurang-kurangnya Rp
5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
d. Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang mengalami rugi usaha atau belum
membukukan keuntungan atau beroperasi kurang dari 2 (dua) tahun, wajib:
1) selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-2 (dua) sejak tercatat sudah
memperoleh laba usaha dan laba bersih berdasarkan proyeksi keuangan yang
akan diumumkan di Bursa;
2) khusus bagi Calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam bidang yang sesuai
dengan sifat usahanya memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai titik
impas (seperti: infrastruktur, perkebunan tanaman keras, konsesi Hak Pengelolaan
Hutan (HPH) atau Hutan Tanaman Industri (HTI) atau bidang usaha lain yang
berkaitan dengan pelayanan umum), maka berdasarkan proyeksi keuangan Calon
Perusahaan Tercatat tersebut selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-6
(enam) sejak tercatat sudah memperoleh laba usaha dan laba bersih.
e. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan
Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran Umum
atau bagi perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi Perusahaan
Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam periode 5 (lima) Hari Bursa
sebelum permohonan pencatatan, sekurang-kurangnya 50.000.000 (lima puluh

46
juta) saham atau sekurang-kurangnya 35% (tiga puluh lima perseratus) dari modal
disetor, mana yang lebih kecil.
f. Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 (lima ratus) pemegang saham yang
memiliki rekening Efek di Anggota Bursa Efek, dengan ketentuan sebagai berikut: 
1) bagi Calon Perusahaan Tercatat yang melakukan Penawaran Umum, maka jumlah
pemegang saham tersebut adalah pemegang saham setelah penawaran umum
perdana;
2) bagi Calon Perusahaan Tercatat yang berasal dari perusahaan publik, maka
jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum mengajukan permohonan pencatatan;
3) bagi Calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah
pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata perbulan selama
6 (enam) bulan terakhir.
g. Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang merupakan perusahaan yang akan melakukan
penawaran umum perdana, maka perjanjian penjaminan emisi yang dibuat dalam
rangka penawaran umum harus dalam bentuk kesanggupan penuh (full
commitment).
H. Strategi Investasi Di Pasar Modal
Ada beberapa strategi investasi yang dapat dilakukan,khususnya dalam bentuk
saham agar mendapat capital gains,antara lain :
1. Beli di pasar perdana, kemudian dijual begitu dicatatkan di bursa. Strategi ini
dilakukan dengan keyakianan bahwa harga saham akan naik begitu suatu emisi
saham dicatat dibursa.
2. Mengumpulkan beberapa jenis saham dalam satu portopolio. Strategi ini dapat
memperkecil resiko investasi karena resiko akan disebar keberbagai jenis
saham.24
3. Beli dan simpan. Strategi ini dapat di gunakan apabila investor memiliki
keyakinan berdasarkan analisis bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki
prospek berkembang di masa depan.
4. Beli saham tidur. Saham tidur merupakan saham yang tidak mendapat perhatian
masyarakat pemodal dan cendrung nilainya dibawah harga (undervalued).

24
Muhamad Samsul, “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”. (Jakarta : Erlangga,2006), hlm
85-87.

47
5. Strategi berpindah. Pemidal yang cendrung spekulatif cendrung berpindah dari
saham satu ke saham yang lainnya dengan manfaat siklus harga individual.
6. Strategi konsentrasi pada industry. Strategi ini dilakukan dengan memusatkan
perhatian pada perkembangan industry tertentu.
7. Strategi belilah pasar (buying market) atau mutual fund atau unit trust. Strateegi
investasi dengan membeli unit sertifikat atau saham yang diterbitkan oleh
perusahaan reksa dana (mutual fund).
I. Resiko Investasi Dipasar Modal
Resiko yang mungkin dihadapi oleh investor antara lain :
1. Resiko daya beli (purchasing power risk). Resiko ini berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan
lebih kecil.
2. Resiko Bisnis (business Risk). Resiko bisnis adalah suatu resiko menurunnya
kemampuan perusahaan memperoleh laba.
3. Resiko tingkat bunga. Naiknya tingkat bunga biasanya akan menekan harga surat-
surat berharga,sehingga biasanya harga surat berharga akan turun.
4. Resiko pasar. Apabila pasar bergairah (bullish) pada umumnya harga saham akan
mengalami kenaikan,tetapi bila pasar lesu (bearish) maka harga saham cendrung
turun.
5. Resiko likuiditas. Resiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga
untuk segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

BAB 6

REKSADANA
A. Pengertian Dan Konsep Reksadana

48
Secara etimologi kata reksa dana berasal dari dua kata yaitu “reksa” yang berartikan
jaga atau pelihara dan “dana” berarti uang. Secara sederhana dapat kita simpulkan
bahwa reksa dana adalah kumpulan uang yang di jaga atau dipelihara. Sehingga dalam
hal ini istilah reksa dana didefinisikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari  masyarkaat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi.
Reksadana merupakan terjemahan dari mutual fund. Bagi masyarakat Indonesia,
meskipun reksadana bukan hal baru, tetapi kurang populer, sehingga kurang menarik
bagi investor. Konsep mutual fund sendiri lahir sekitar seratus tahun lalu di London,
Inggris. Di Indonesia, lembaga reksadana dipelopori oleh PT Danareksa, sebuah
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di bawah kontrol Departemen Keuangan. 25
Reksadana merupakan salah satu  bentuk dari perusahaan investasi (investment
company). Prinsip investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar
pada sekian alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal.
Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):
“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer
Investasi”.
Dari definisi di atas, dapat disimpulan bahwa terdapat tiga unsur penting dalam
pengertian Reksadana yaitu:
1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi
Dengan melakukan pengumpulan dana dari para pemodalnya memungkinkan
pemodal-pemodal yang memiliki dana yang minim dapat ikut andil berinvestasi
dalam bentuk efek.
2. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi
Yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga, seperti suratpengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan, kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap
turunan dari Efek, baik Efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas,

25
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm. 165.

49
seperti opsi dan waran. Portofolio efek yang dikelola oleh reksa dana dapat
berupa kumpulan dari beberapa jenis efek (tidak hanya sejenis).
3. Manager Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor
Manager investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, tidak termasuk perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Cara kerja reksadana adalah:
1. Mengumpulkan dana dari para investor dengan menerbitkan saham yang dijual
kepada investor.
2. Setelah dana terkumpul, reksadana akan menginvestasikannya pada surat
berharga yang dianggap paling menguntungkan.
3. Reksadana akan membagikan keuntungan yang didapatnya kepada para
investor.
B. Manfaat Reksadana
Dalam berinvestasi direksa dana tentu saja mengandung aspek risiko dan
keuntungan. Risiko naik turunnya harga yang mungkin dihadapi dalam melakukan
investasi di pasar modal pada prinsipnya sama dengan risiko yang mungkin dialami
dalam melakukan investasi di Reksa dana. Namun Risiko berinvestasi dalam reksadana
relatif lebih rendah dibandingkan dengan melakukan investasi dalam saham-saham
dibursa efek, investasi direksadana dapat memberikan beberapa keuntungan antara lain
dapat melakukan imvestasi dengan modal yang relatif kecil, capital gain yang diperoleh
dari penjualan portofolio reksadana, penyebaran risiko melalui diversifikasi portofolio
efek, akses investasi lebih banyak walaupun dengan dana yang terbatas, saham reksa
dana untuk reksa dana terbuka dapat dijual kembali setiap saat, pembagian uang tunai
secara berkala, dan terbebas dari pekerjaan administrasi dan analisis investasi karena
reksadana sudah dikelola oleh manajer investasi.26
Secara umum keuntungan dalam melakukan investasi pada reksa dana antara lain:
1. Likuiditas, Investor yang membeli reksa dana open-opend end (terbuka) dapat
menjual kembali kepada penerbitnya setiap saat dan penerbit secara hukum wajib
membelinya sesuai dengan harga pasar yang berlaku saat itu. Dengan demikian
reksa dana jauh lebih liquid dibandingkan dengan saham atau obligasi yang
26
Ibid., hlm, 167.

50
diperdagangngkan dibursa efek karena untuk menjual saham harus menemukan
pembeli yang berminat sesuai dengan jumlah dan harga yang disepakati lebih
dahulu.
2. Diversifikasi, investasi dalam reksa dana di back up dengan sekelompok
instrumen dipasar modal atau pasar uang. Kelompok instrumen tersebut selalu
berubah setiap saat agar dicapai nilai maksimun dari portofolio yang
bersangkutan.
3. Manajemen Profesional, pengelola reksa dana pada umumnya terdiri atas orang-
orang yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang pasar modal.
4. Biaya yang rendah, reksa dana merupakan kumpulan dana dari pemodal yang
dikelola secara profesional, maka dengan besaran kemampuannya untuk
melakukan transaksi secara kolektif tersebut akan dihasilkan efisiensi biaya
transaksi.
5. Pelayanan bagi pemegang saham, reksa dana biasanya menawarkan daya tarik
kepada pemegang sahamnya, misalnya dengan menjanjikan untuk melakukan
areinvestasi terhadap deviden dan capital gain secara otomatis yang sebenarnya
diterima oleh nasabah.
6. Transparansi informasi, reksa dana wajib memberikan informasi atas
perkembangan portofolio investasi dan pembiayaannya secara
berkesinambungan, sehingga pemegang unit penyertaan dapat memantau
perkembangan keuntungan, biaya, dan tingkat risiko investasi setiap saat.
Manajer investasi wajib mengumumkan NAB setiap hari atas di surat kabar serta
menerbitkan laporan keuangan tahunan melalui pembaruan prospektus setiap
tahunnya.
C. Bentuk Reksadana
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 18 ayat 1
terdapat 2 -Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 27 terdapat
dua bentuk hukum reksadana yang ada di Indonesia yaitu bentuk Perseroan Terbatas
(PT) serta Kontrak Investasi Kolektif (KIK).27
1. Reksadana Berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
Pada bentuk hukum reksadana di Perseroan Terbatas (PT) perusahaan akan
menghimpun dana dengan melakukan penjualan terhadap saham yang selanjutnya
27
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan, Dan Prospek, (Jakarta :
Alvabet, 2000), hlm. 139.

51
dana yang diperoleh dari menjual saham tersebut akan dijadikan investasi untuk
berbagai jenis efek yang akan diperdagangkan, baik itu untuk pasar modal maupun
pasar uang yang melalui manajer investasi. Saham reksadana perseroan yang dimiliki
oleh investor akan menjadi pemegang saham dalam perseroan yang dimilikinya baik
dalam hak maupun kewajibannya yang berada secara melekat.28
Ciri dari reksadana yang berbentuk Perseroan Terbatas ini adalah kekayaan
reksadana dikelola berdasarkan kontrak antara manajer investasi yang dipilih dengan
direksi perusahaan. Dan untuk kekayaan reksadana yang disimpan berdasarkan
hubungan kontrak antara bank kustodian dengan manajer investasi.
2. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Bentuk hukum reksadana yang satu ini berbeda dengan yang Perseroan Terbatas.
Pada reksadana yang berbentuk KIK ini akan menerbitkan Unit Penyertaan. Sehingga
reksadana yang satu ini merupakan instrument dalam menghimpun dana para
investor untuk menerbitkan Unit Penyertaan yang selanjutnya dapat dijadikan
sebagai investasi untuk setiap efek yang diperdagangkan baik itu untuk pasar modal
ataupun pada pasar uang.
Reksadana berbentuk KIK mempunyai sebuah kontrak yang akan disetujui oleh 2
pihak yiatu Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang terikat dalam memegang
Unit Penyertaan. Manajer Investasi akan diberikan sebuah wewenang dalam
pengelolaan portofolio untuk investasi kolektif, sedangkan untuk Bank Kustodian
akan diberikan sebuah wewenang dalam melaksanakan penitipan untuk investasi
kolektif tersebut, menjalankan fungsi administrasi serta menjadi agent yang
melakukan transfer.
Reksadana berbentuk KIK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu, bentuk
hukumnya merupakan kontrak investasi kolektif, manajer investasi bertugas untuk
mengelola reksadana yang sesuai dengan kontrak dan bank kustodian akan berperan
sebagai penyimpan kekayaan investasi kolektif yang juga berdasarkan kontrak.
D. Konsep Resakdana Syariah
Pengertian Reksa Dana Syariah, Reksa dana di Inggris dikenal dengan nama
sebutan unit trust yang berarti unit (saham) kepercayaan dan di Amerika dikenal
dengan sebutan mutual fund yang berarti dana bersama dan di Jepang dikenal dengan
nama investment fund yang berarti pengelolaan dana untuk investasi berdasarkan
kepercayaan. Secara bahasa reksa dana tersusun dari dua konsep, yaitu Reksa yang
28
Ibid., hlm. 140.

52
berarti jaga atau pelihara dan konsep dana yang berarti himpunan uang. Dengan
demikian Reksa Dana berarti kumpulan uang yang dipelihara.29
Reksa Dana merupakan dana bersama yang dioperasikan oleh suatu perusahaan
investasi yang mengumpulkan uang dari pemegang saham dan menginvestasikannya ke
dalam saham, obligasi, opsi, komoditas, atau sekuritas pasar uang. Reksa dana seperti
ini menawarkan keunggulan diversifikasi dan manajemen profesional kepada investor.
Untuk jasa ini mereka biasanya membebankan suatu biaya manajemen biasanya 1%
atau kurang dari aktiva pertahun.
Secara istilah, menurut Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar modal, reksa
dana merupakan suatu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Dari definisi yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa reksadana suatu dana
dimana masyarakat dapat menginvestasikan dananya oleh pengurusnya. Dalam
reksadana terdapat 3 unsur penting yaitu : (1) adanya kumpulan dana masyarakat atau
pool of funds (2) Investasi dalam bentuk portofolio efek (3) Manajer investasi sebagai
pengelola dana. Reksadana syariah hadir sebagai salah satu model dalam rangka
mengantisipasi pertumbuhan pasar modal Indonesia, reksadana syariah merupakan cara
mudah bagi investor untuk berinvestasi karena dikelola manajemen profesional,
diversifikasi investasi, transparansi informasi, dan likuid.
Reksa dana syariah merupakan reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta
dengan manajer investasi sebagai wakil, maupun antara manajer investasi sebagai wakil
dengan pengguna investasi. Dengan demikian reksa dana syariah adalah reksadana
yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah Islam, reksadana
syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari perusahaan yang
pengelolaannya atau produknya bertentangan dengan syariat Islam.
Beberapa istilah yang sering muncul dalam Reksa dana syariah, antara lain:
1. Portofolio efek adalah kumpulan efek yang dimiliki secara bersma (kolektif) oleh
para pemodal dalam Reksa dana.

29
Widoatmodjo Sawidji, Pengetahuan Pasar Modal, (Jakarta : PT Elex Komputindo, 2015), hlm.
33.

53
2. Manajer Investasi yaitu pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
investasi kolektif untuk sekelompok nasabah.
3. Efek yaitu surat berharga, surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek.
4. Mudharabah/qiradh yaitu suatu akad atau sistem di mana seorang memberikan
hartanya kepada orang lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan
yang diperoleh (dari hasil pengelola tersebut) dibagi antara kedua pihak, sesuai
dengan syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak sedangkan kerugian
ditanggung oleh shahib al-mal sepanjang tidak ada kelalaian mudharib.
5. Prospektus, setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum
dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.
6. Emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada
publik.
7. Bank kustodian yaitu pihak yang kegiatan usahanya adalah memberikan jasa
penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain termasuk
menerima deviden, dan hak-hak lain, menyelesaikan transksi efek dan mewakili
pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Di indonesia, Reksa Dana syariah pertama kali dibentuk dengan nama Danareksa
Syariah yang disahkan keberadaannya oleh Bapepam pada tanggal 12 Juni 1997. Reksa
dana syariah yang didirikan itu berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) berdasarkan
Udang-undang No.8 tahun 1995 tentang pasar Modal, yang dituangkan dalam akta
Nomor 24 tanggal 12 Juni 1997 yang dibuat dihadapan Notaris Djedjem Wiajaya S.H.
ji Jakarta antara PT Danareksa Fund Management sebagai manajer investasi dengan
Citibank N.A. sebagai bank kustodian.

E. Reksadana Terbuka Dan Tertutup


1. Pengertian Reksadana Terbuka (Open-End Fund)
Reksadana terbuka merupakan produk investasi yang dinaungi oleh UU Pasar Modal
Nomor 8 Tahun 1995. Pada Pasal 18 ayat 2, reksadana terbuka berarti sebuah reksadana
yang dapat menawarkan serta membeli kembali saham-saham atau unit dari pemodal
sampai dengan jumlah modal yang telah dikeluarkan.30

30
Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 259.

54
Jadi jenis reksadana ini merupakan produk yang pembelian unitnya bisa dilakukan
kapanpun. Produk reksadana terbuka pun cukup beragam. Antara lain:
a. Reksadana pasar uang
b. Merupakan reksadana dengan investasi pada efek yang sifatnya utang dengan
jatuh tempo kurang dari 1 tahun serta memiliki deposito perbankan.
c. Reksadana saham
d. Merupakan reksadana denga investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
yang memiliki efek sifat ekuitas.
e. Reksadana pendapatan tetap
f. Merupakan reksadana dengan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
dalam bentuk efek hutang atau obligasi.
g. Reksadana campuran
h. Jenis reksadana ini memiliki investasi dalam sifat ekuitas dan efek bersifat utang.
Perbandingannya tidak termasuk reksadana saham serta reksadana pendapatan
tetap.
Semua produk reksadana terbuka adalah yang umum dan menjadi pilihan investasi
masyarakat, termasuk Indonesia. Jenis reksadana ini juga memiliki laporan kinerja yang
bisa dilihat dalam waktu mingguan, bulanan, sampai tahunan.
2. Pengertian Reksadana Tertutup (Close-End Fund)
Reksadana tertutup merupakan kebalikan dari reksadana terbuka. Yakni reksadana
yang tidak dapat membeli kembali saham-saham atau unit yang sebelumnya telah dijual
kepada investor. Bentuk reksadana tetutup salah satunya adalah reksadana terproteksi
dimana portofolio mayoritasnya merupakan obligasi dan efek hutang.
Pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi
atau perusahaan aset manajemen. Jika pemilik saham hendak menjual saham tersebut,
maka harus dilakukan melalui bursa efek tempat dana tersebut dicatat.
Harga reksadana tertutup dapat berubah-ubah dengan pengaruh kekuatan permintaan
dan penawaran. Hal ini sama halnya dengan fluktuasi harga saham perusahaan publik
lainnya. Harga pasar tersebut tidak selalu sama dengan Nilai Aktiva Bersih per
sahamnya. Sebab ada kalanya harganya lebih besar dari Nilai Aktiva Bersih per saham
(at premium) atau lebih kecil dari Nilai Aktiva Bersih per sahamnya (at discount).
F. Nilai Aktiva Bersih

55
Kinerja investasi pengelolaan portofolio reksadana tercermin dari Nilai Aktiva
Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV). Baik tidaknya kinerja investasi portofolio
yang dikelola oelh menajer investasi dipengaruhi oleh kebijakan dan strategi investasi
yang dijalankan oleh manajer investasi yang bersangkutan. NAB reksadana terbuka per
saham dihitung setiap hari dan diumumkan kepada masyarakat. Sedangkan NAB
reksadana tertutup dihitung cukup hanya sekali seminggu. Dalam perhitungan NAB
reksadana telah dimasukkan semua biaya pengelolaan investasi oleh manajer investasi
(investment management fee), biaya bank kustodian, biaya akutan publik dan biaya-
biaya lainnya pembebanan biaya-biaya tersebut selalu dikurangkan dari reksadana
setiap hari sehingga NAB yang diumumkan oleh bank kustodian merupakan nilai
investasi yang dimiliki investor.31
Nilai aktiva bersih reksadana pada suatu periode dapat dihitung dengan mengunakan
formula sebagai berikut :
Total nilai aktiva bersih pada periode tertentu :
Total Nab = Nilai Aktiva – Total Kewajiban
Nilai aktiva bersih per unit :
NAB per unit = total nilai aktiva bersih
Total unit penyertaan (saham) diterbitkan
Dimana :
Total NAB = Jumlah Nilai Aktiva Bersih Pada Pe riode Tertentu
NAB per unit = Nilai aktiva bersih per saham atau unit penyertaan pada periode
tertentu
G. Manajer Investasi Dan Peranannya
Manajer investasi merupakan suatu pekerjaan dimana butuh tingkat kesabaran yang
tinggi terhadap pengelolaan dana. Adapun tugas utama seorang manajer investasi (MI)
adalah mengelola efek atau yang biasa disebut portofolio dari investasi yang dilakukan
secara kolektif oleh para investor yang sudah menyerahkan dana investasi mereka.
Manajer investasi disini mengelola dan mengakomodir segala investasi yang diberikan
nasabah dan kemudian dimainkan dalam sistem investasi baik berupa investasi
reksadana ataupun investasi saham. Setelah mengelola dana nasabah yang kolektif itu,

31
Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 187.

56
manajer investasi tentunya akan memberikan laporan per bulannya terhadap dana
nasabah yang dikelola kepada para nasabah sehingga dana yang diinvestasikan jelas
dan transparan.32
Manajer Investasi Merupakan pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok
nasabah kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri
kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun Tugas Seorang Manajer Investasi :
1. Mengelola portofolio efek atas kepentingan nasabah,
2. Mengelola RD,
3. Mengadakan riset atas efek,
4. Menganalisa kelayakan investasi
H. Bank Kustodian
Bank Kustodian merupakan lembaga keuangan yang bertanggung jawab menyimpan
dan menjaga berbagai aset perusahaan investasi secara kolektif. Aset dapat mencakup
semua jenis sekuritas termasuk saham atau obligasi, serta aset seperti perhiasan atau
barang berharga lainnya. Manajer investasi hanya memiliki hak untuk mengelola dana
berupa cash maupun instrumen investasi, namun untuk alasan keamanan seluruh aset
tersebut wajib disimpan di Bank Kustodian, sehingga menutup kemungkinan salah satu
pihak dalam menggelapkan dana investor. Untuk menjadi bank kustodian, sebuah
institusi harus mendapat izin dari Bank Indonesia serta mendapat persetujuan dari OJK.
Jadi, Bank Kustodian itu adalah bank umum yang telah memperoleh persetujuan
OJK untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Kustodian. Kustodian adalah pihak yang
memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa
lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi Efek,
dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Tugas-tugas bank kustodian, terkait dengan investasi reksa dana:
1. Melakukan administrasi kekayaan reksa dana, seperti menyimpan seluruh
sertifikat, dokumen dan aset lainnya;
2. Melakukan administrasi terkait pengelolaan manajer investasi, misalnya
melakukan pencatatan jual beli saham, obligasi, pasar uang, penempatan
deposito, dan lainnya;

32
Ibid., hlm. 189.

57
3. Melakukan administrasi terkait dengan investor, seperti pengiriman surat
konfirmasi transaksi jual, beli, pengalihan (switching), perhitungan unit, dan
pengiriman laporan.
4. Ikut serta melakukan pengawasan terhadap manajer investasi.
5. Menyimpan dan mengamankan kekayaan reksa dana.
I. Memilih Jenis Reksadana
Dalam memilih konsentrasi portofolio raksadana yang dikelola oleh manajer
investasi, maka investor dapat memilihnya berdasarkan jenis reksadana yang
ditawarkan. Konsentrasi portofolio reksadana, antara lain :
1. Reksadana pasar uang, yaitu reksadana yang hanya melakukan investasi pada
efek yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, disini reksadana syariah dapat
berinvestasi pada sertifikat Bank Indonesia Syariah, deposito syariah dan
sertifikat deposito syariah, sertifikat investasi mudharabah antarbank, dan surat
berharga lain yang berjangka kurang dari 1 tahun yang sesuai dengan prinsip
syariah.
2. Reksadana pendapatan tetap, yaitu reksadana yang melakukan investasi sekurang-
kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk efek berbentuk obligasi syariah,
yaitu obligasi syariah yang tercatat di jakarta islamic index BEI.
3. Reksadana saham yaitu reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya
80% dalam efek bersifat ekuitas (saham) syariah, yaitu saham yang tercatat di
jakarta islamic index BEI.
4. Reksadana campuran yaitu reksadana yang melakukan investasi dalam efek
bersifat ekuitas (saham) syariah dan efek bersifat obligasi syariah yang
perbandingannya tidak termasuk dalam kategori yang disebut di atas.
5. Reksadana indeks, yaitu reksadana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan
utama menghasilkan kinerja yang mengikuti kinerja indeks tertentu (misalnya,
S&P 500. Dow Jones 30, Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG, atau Jakarta
Islamic Indeks/JII) dengan biaya minimal. Nama-nama saham maupun bobot
masing-masing saham investasinya akan mirip dengan indeks. Selain biaya
rendah, reksadana ini relatif lebih transparan karena komposisi portofolionya
jelas, mirip indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika ada perubahan
komposisi indeks yang diikuti.
6. Reksadana terproteksi yang memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai
investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku. Karena

58
memberikan jaminan proteksi, reksadana ini cenderung diinvestasikan pada
instrumen pasar modal dan pasar uang yang lebih aman, misalnya dalam obligasi
yang termasuk dalam kategori layak investasi.
J. Jenis Transaksi
1. Transaksi Pembelian
Transaksi pembelian pada reksa dana terbagi menjadi beberapa jenis. Pertama,
transaksi pembelian (subscription) yang dilakukan saat pertama kali membuka akun
reksa dana atau biasa disebut (open account).33
Jumlah pembelian minimal reksa dana pada setiap manajer investasi pun berbeda,
oleh karena itu. Kedua hal tersebut perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan
investor sebelum berinvestasi pada reksa dana.
Transaksi kedua adalah transaksi penambahan (top up). Transaksi ini terjadi
apabila investor ingin menambah investasinya pada reksa dana yang sama. Transaksi
top up dapat dilakukan kapan saja. Untuk jumlah nominal top up-nya sesuai dengan
ketentuan reksa dana tersebut. Ada reksa dana yang menetapkan minimum top up
sama dengan minimum subscription. Ada pula yang menetapkan minimum lebih
besar dari subscription awal.
Transaksi ketiga adalah autodebet. Transaksi autodebet merupakan transaksi top
up reksa dana dengan memotong dana di tabungan secara otomatis setiap bulannya
dengan nominal yang telah ditetapkan oleh investor. Melalui transaksi autodebet ini
investor tidak perlu repot-repot mentransfer secara manual untuk melakukan top up
reksa dana, sehingga memudahkan bagi investor yang ingin berinvestasi reksa dana
secara rutin tiap bulannya.
Yang perlu diperhatikan oleh investor adalah transaksi autodebet pada reksa dana
berbeda dengan autodebet pada asuransi. Jika suatu saat rekening tabungan Anda
tidak cukup untuk melakukan autodebet, maka transaksi top up reksa dana pada bulan
tersebut batal. Investornya pun tidak akan dikenakan denda ataupun pengurangan
saldo investasi.
2. Transaksi Penjualan

33
Piji Pakarti Pandji Anoraga, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta:PT Rineka, 2001), hlm. 88.

59
Transaksi penjualan atau pencairan investasi dalam reksa dana dikenal dengan
istilah redemption. Pada reksa dana, transaksi penjualan dapat dilakukan kapan saja
setelah memiliki reksa dana tersebut. Apabila investor melakukan redemption, dana
dari transaksi tersebut akan masuk ke rekening investor maksimal 7 hari kerja.
Berbeda dengan investasi lain, seperti kontrak transaksi investasi berkala yang
tidak dapat melakukan penjualan hingga periode tertentu. Misalnya saja pada deposito
yang jatuh tempo dalam 1 tahun. Lantaran jatuh temponya 1 tahun, deposito ini tidak
dapat dicairkan sebelum masa jatuh temponya.
Setiap melakukan redemption, investor akan dikenakan redemption fee. Besarnya
redemption fee ini berbeda-beda tiap perusahaan aset manajemen. Biasanya
redemption fee ini berlaku bagi investor yang memiliki reksa dana hingga tahun
tertentu. Apabila investor memiliki reksa dana lebih lama dari tahun yang ditentukan,
maka tidak akan dikenakan redemption fee.
3. Transaksi Pengalihan
Transaksi pengalihan (switching) adalah transaksi yang dilakukan untuk
memindahkan investasi dari satu jenis reksa dana ke reksa dana lain. Transaksi
switching ini memudahkan investor sehingga tidak perlu melakukan redemption pada
reksa dana untuk memindahkan dananya ke jenis reksa dana lainnya.
Transaksi yang dilakukan investor juga lebih efisien karena  investor dapat
menjual dan membeli dua reksa dana pada hari yang sama. Apabila investor menjual
reksa dana yang satu untuk membeli reksa dana lainnya dinilai tidak efisien karena
untuk transaksi jual beli reksa dana membutuhkan waktu yang lebih lama.
Namun, transaksi switching ini belum dapat dilakukan oleh semua reksa dana.
Hanya perusahaan aset manajemen tertentu yang menyediakan opsi transaksi ini. Oleh
karena itu, investor sebaiknya menanyakan terlebih dulu kepada perusahaan aset
manajemen transaksi ini sebelum berinvestasi pada reksa dana.

60
BAB 7

PASAR UANG
A. Pengertian Pasar Uang Dan Konsep Sharf Dalam Islam
Pasar uang (money market) yaitu mekanisme untuk memperdagangkan dana jangka
pendek, yaitu dana berjangka waktu kurang dari satu tahun. Kegiatan dipasar uang ini
terjadi karena ada dua pihak, pihak pertama yang kekurangan dana yang sifatnya jangka
pendek, pihak kedua memiliki kelebihan dana dalam waktu jangka pendek juga, mereka
dipertemukan dalam pasar uang, sehingga unit yang kekurangan memperoleh dana yang
dibutuhkan, sedangkan unit kelebihan memperoleh penghasilan atas uang yang berlebih
tersebut.34
34
Irham fahmi, bank dan lembaga keuangan lainnya, (bandung: alfabeta, 2016), hal. 223.

61
Pasar uang adalah tambahan kunci dari sistem perbankan, pasar uang adalah di mana
media dan instrumen jangka pendek yang diperdagangkan adalah berbeda dari utang dan
pasar modal, yang berkaitan investasi jangka panjang. Bank tergantung pada pasar uang
untuk mengelola likuiditas mereka. Sementara manajemen likuiditas bukan satu-satunya
penggunaan pasar uang untuk bank, itu adalah yang paling penting. Pasar uang sekuritas
didominasi, dengan pengecualian dari Amerika Serikat, dana sedang disalurkan melalui
penggunaan surat berharga jangka pendek seperti treasury bills dan surat berharga,
sebagian besar pasar uang, termasuk Malaysia yang didominasi perbankan. Pasar uang
memiliki keterkaitan dengan kedua pasar modal dan perbankan; telah menjadi jalan yang
ideal bagi bank sentral untuk melakukan operasi moneter. Sebagai hasil dari hubungan
ini, setiap perubahan dalam kebijakan moneter dari sebuah perusahaan akan selalu
merasa di pasar uang. Ini adalah tingkat pendek bunga / yield, yang berasal dari
perdagangan pasar uang yang pertama merespon implementasi kebijakan bank sentral.
Sebuah pasar antar bank yang berfungsi dengan baik akan memberikan alokasi yang
diinginkan dari cadangan bank dalam sistem perbankan di tingkat diputuskan oleh bank
sentral.35
Pasar uang Islam adalah bagian integral dari fungsi sistem perbankan Islam,
pertama, dalam memberikan lembaga keuangan syariah dengan fasilitas pendanaan dan
menyesuaikan portofolio dalam jangka pendek, dan kedua, melayani sebagai saluran
untuk transmisi kebijakan moneter. Instrumen keuangan dan investasi antar bank akan
memungkinkan bank surplus untuk menyalurkan dana ke bank defisit, dengan demikian
mempertahankan mekanisme pendanaan dan likuiditas yang diperlukan untuk
mempromosikan stabilitas sistem.
Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syari‘ah (PUAS) merupakan kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam
rupiah maupun valuta asing. Peserta PUAS terdiri dari Bank Syariah, UUS, dan Bank
Konvensional. Bank Syariah dan UUS dapat melakukan penempatan dan dan atau
penerimaan dana dengan menggunakan instrumen PUAS yang ditetapkan oleh BI. Bank
konvensional hanya dapat melakukan penempatan dana ke dalam instrumen PUAS yang
ditetapkan oleh BI. Peserta PUAS wajib melaporkan transaksi PUAS kepada BI sesui
ketentuan BI yang berlaku.
B. Fungsi Pasar Uang

35
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009), Hal. 201

62
Pasar uang pada prinsipnya merupakan sarana alternatif bagi lembaga-lembaga
keuangan, perusahaan-perusahaan non keuangan, dan peserta-peserta lainnya baik dalam
memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya maupun dalam rangka melakukan
penempatan dana atas kelebihan likuiditasnya.Pasar uang secara tidak langsung juga
sebagai sarana pengendali moneter yang dilakukan oleh penguasa moneter dalam
melaksanakan operasi pasar terbuka. Pelaksanaan operasi pasar terbuka di Indonesia
dilakukan oleh Bank Indonesia yaitu dengan menggunakan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). SBI sebagai piranti operasi pasar terbuka
digunakan untuk tujuan kontraksi moneter yaitu untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Sedangkan SBPU berfungsi sebagai piranti ekspansi moneter
yaitu menambah jumlah uang yang beredar.36
Keberadaan pasar uang dilatar belakangi oleh kebutuhan mendesak akan suatu
dana yang sifatnya jangka pendek dan harus segera dipenuhi. Sehingga pasar uang
merupakan alternatif bagi perusaan non keuangan, lembaga keaungan, ataupun individu
untuk memenuhi kebutuhan meraka akan dana dalam jangka waktu pendek. Adapun
fungsi pasar uang adalah sebagai berikut:
1. Fungsi fasilitas:Pasar uang merupakan sarana alternatif yang memfasilitasi
masyarakat untuk mendapatkan dana jangka pendek untuk modal kerja maupun
keperluan yang lain. Selain itu pasar modal juga memberikan solusi alternatif bagi
lembaga keuangan, perusahaan non keuangan, serta peserta yang lain untuk
melakukan penempatan dana bila ada kelebihan likuiditas. Selain itu, pasar uang juga
memfasilitasi lembaga keuangan atau perusahaan yang membutuhkan dana yang
sifatnya mendesak dan berjangka pendek.
2. Fungsi pengendali : secara tidak langsung pasar uang juga memiliki fungsi sebagai
pengendali moneter yang diadakan oleh penguasa moneter ketika mengadakan operasi
pasar terbuka. Operasi pasar terbuka di Indonesia diadakan oleh Bank Sentral
Indonesia yang diselenggarakan melalui pasar uang. Dalam operasi pasar terbuka
tersebut menggunakan instrumen seperti SPBU atau surat berharga Pasar Uang dan
SBI atau sertifikat Bank Indonesia.
3. Fungsi kesejahteraan : Pasar uang memilliki fungsi untuk mendorong program
pemerintah untuk pemerataan kesejahteraan rakyat. Selain itu pasar uang
juga memberikan kesempatan pada rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam jual beli
Sertifikat Bank Indonesia dan surat berharga lainnya.
36
Ibid., hlm. 206.

63
4. Fungsi perantara atau mediator : Keberadaan pasar uang menjadi perantara dalam jual
beli surat-surat berharga dengan jangka pendek. Lembaga keuangan maupun non
keuangan serta masyarakat bisa dengan muda memjual atau membeli surat berharga
dengan jangka pendek sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, pasar uang juga
menjadi perantara bagi investor asing untuk memberikan kredit dengan jangka pendek
untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pasar uang juga berperan sebagai media
promosi bagi investor untuk menawarkan kredit bagi perusahaan dan lembaga
keuangan di Indonesia.
5. Fungsi modal : Pasar modal menjadi perantara dalam menghimpun dana yang berupa
surat berharga dengan jangka pendek dari perusahaan-perushaan atau individu untuk
di perjualbelikan. Selain itu pasar uang juga menjadi sumber modal jangka pendek
bagi perusahaan maupun individu yang ingin berinvestasi. Bila suatu perusahaan
memerlukan pendanaan, mereka bisa menjual surat berharga yang dimiliki ataupun
meminjam dana dari perusahaan lain dengan jangka pendek. Sehingga kebutuhan
mendesak akan modal bisa dengan cepat diatasi.
6. Fungsi likuiditas : dalam kegiatan perekonomian fungsi utama pasar uang adalah
fungsi likuiditas. Yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
seperti membayar hutang terutama yang sudah jatuh tempo. Berbagai jenis instrumen
keuangan seperti saham, obligasi, maupun insturmen yang lain bisa dengan mudah
dicairkan melalui pasar uang. Sehingga perusahaan bisa dengan mudah mendapatkan
dana baik dari penjualan surat berharga maupun kredit jangka pendek di pasar uang.

C. Peserta Pasar Uang


Pelaku utama dalam pasar uang:37
1. Lembaga-lembaga keuangan, misalnya: bank, dana pensiun dan perusahaan asuransi.
2. Perusahaan-perusahaan besar, misalnya: perusahaan yang sudah go
publicmenerbitkan commercial paper.
3. Lembaga-lembaga pemerintah, misalnya: Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat
Bank Indonesia (SBI).
4. Individu-individu, misalnya: rumah tangga membeli Sertifikat Bank Indonesia.
D. Instrumen Pasar Uang
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperjual belikan di pasar uang ada
beberapa macam, yaitu :
37
Ibid., hlm. 207

64
1. Treasury BillsTreasury Bills (T-Bills), merupakan instrumen hutang yang diterbitkan
oleh pemerintah atau Bank Sentral (di Amerika Serikat ) atas tunjuk dengan jumlah
tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan.T-
Billstidak memberikan bunga secara langsung tetapi dijual atas dasar diskonto, dengan
jumlah diskonto ditetapkan melalui prosespelelangan. T-Billstidak dimanfaatkan
sebagai sarana investasi bagi lembaga keuangan maupun perusahaan non keuangan
yang memiliki kelebihan dana. Dengan penempatan kelebihan dana tersebut di samping
memperoleh penghasilan (bunga) juga sebagai cadangan likuiditas.

a. Sebagai sarana investasi instrumen pasar uang ini mempunyai berbagai


kelebihan, yaitu :
b. Tidak beresiko karena diterbitkan oleh lembaga pemerintah (Bank Sentral)
c. Mempunyai pasar sekunder sehingga mudah diperjualbelikan
d. Kemungkinan terjadi kerugianapabila investor menjual surat berharga ini untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya adalah sangat kecil.
e. Perusahaan atau lembaga yang menjadi investor utama dalam T-Billsini antara
lain Bank Sentral, bank-bank umum, mutual funds, BUMN, lembaga-lembaga
keuangan non bank, perusahaan-perusahaan, dan badan pemerintah negara lain,
dan individu.
2. Commercial Paper Commercial Paper (CP) merupakan promes yang tidak disertai
dengan jaminan, yang diterbitkan oleh perusahaan / bank untukmendapatkan dana
jangka pendek. CP dijual kepada investor dalam pasar uang. Dengan demikian CP
pada dasarnya merupakan promes di mana penerbit berjanji akan membayar sejumlah
tertentu uang pada saat CP jatuh tempo.Jangka waktu CP ini berkisar mulai dari
beberapa hari samapi 270 hari. Penjualan CP pada umumnya dengan sistem diskonto,
namun beberapa di antaranya menggunakan bunga. Penerbitan CP tidak perlu
menggunakan penjamin (underwriter) emisi, tetapi beberapa penerbit karena alasan
tertentu menggunakan arrangerdalam penerbitannya. Arrangerini pada umumnya
merupakan bank-bank umum yang berfungsi sebagai perantara antara pemodal dan
penerbit, namun mereka tidak tidak bertanggung jawab atas terjual atau tidak
terjualnya CP yang diterbitkan.
3. Negotiable Certificate of DepositNegotiable Certificate of Deposit (CD)atau sertifikat
deposito merupakan instrumen yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan
dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertifikat

65
deposito diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto dengan nilai nominal
sekurang-kurangnya Rp. 1 juta dan jangka waktu 30 hari samapi dengan 1 tahun.
Pencairan sertifikat deposito dapat dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, tetapi
apabila pemegang instrumen tersebut membutuhkan dana sebelum jatuh tempo maka
mereka dapat menjualnya kepada lembaga keuangan atau kepada investor lainnya. Di
samping itu, deposito berjangka selalu diterbitkan dengan atas nama sementara CD
atas unjuk.
4. Banker’s AcceptanceBanker’s Acceptance (BA) merupakan wesel bank yang ditarik
oleh seorang eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang
atau untuk membeli valuta asing yang diberi tanda “accepted” apabila bank
menyetujui wesel tersebut, dan dapat diperjualbelikan di pasar uang sebagai salah satu
sumber pendanaan jangka pendek. BA merupakan instrumen jangka pendek yang
dapat dipindahtangankan. BA pada dasarnya memberikan alternatif untuk
mendapatkan kredit pada saat barang-barang yang diekspor dikapalkan untuk segera
dikirimkan ke luar negeri. BA pada umumnya digunakan pada proses L/C dalam
perdagangan luar negeri. Jangka waktu jatuh tempo BA berkisar antara 30 hari sampai
180 hari.
5. Bill of ExchangeBill of exchangeatau wesel adalah suatu perintah tertulis tak
bersyaratyang ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar
sejumlah uang pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau
order atau pembawa.Surat wesel harus berisikan hal-hal sebagai berikut, dalam
kaitannya dengan penarikan wesel ini:
1. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
2. Nama orang yang yang harus membayar (tertarik atau pembayar).
3. Penetapan hari bayarnya.
4. Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan.
5. Nama orang atau pihak lain yang ditunjuk untuk dilakukan pembayaran.
6. Tanggal dan tempat surat wesel ditarik.
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkannya (penarik).Jangka waktu jatuh tempo
wesel ini umumnya berkisar 6 hari sampai 180 hari.
6. Repurchase Agreement (Repo)Repo merupakan transaksi jual beli surat berharga
disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga
yang telah dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih
dahulu. Surat berharga yang sering digunakan untuk transaksi Repo adalah surat

66
berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto. misalnya SBI, SPBU, CD dan
T-Bills.
7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)SBI pada dasarnya merupakan surat berharga atas
unjuk dalam satuan uang Rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan hutang jangka pendek. SBI sebagai piranti operasi pasar
terbuka digunakan untuk mengendalikan moneter untuk mengendalikan moneter
melalui lelang harian. Tujuan bank dan lembaga keuangan lainnya membeli SBI
adalah sebagai alternatif kelebihan dananya untuk memeperoleh pendapatan, dan
apabila memerlukan dana maka SBI dapat dijual kepada lembaga lain atau Bank
Indonesia.
8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)SBPU adalah surat-surat berharga berjangka
pendek yang dapat diperjual belikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau
lembaga diskonto yang ditunjuk oleh BI. SBPU berfungsi sebagi piranti pasar uang
dan juga merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi moneter
oleh Bank Indonesia denagn menetapkan tingkat diskonto SBPU. Ditinjau dari jenis
transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibagi sebagai berikut:
1. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa: 1) Surat sanggup yang diterbitkan
oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai
kegiatan tertentu. 2) Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka
pinjaman antar bank.
2. SuratWesel, dapat berupa: 1) Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan
diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik
adalah nasabah bank. 2) Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep
oleh bank dalam rangka pemebrian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.
9. Call MoneyCall Moneymerupakan salah satu sarana penting untuk mendorong
pengembangan pasar uang. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan
pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu
pendek.
E. Pasar Valas
1. Pengertian Pasar Valas
Foreign exchangemarketatau sering pula disebut dengan bursa valas adalah
suatu mekanisme dimana orang dapat mentransfer daya beli antar negara,
memperoleh atau menyediakan kredit untuk transaksi perdagangan internasional,
dan meminimalkan kemungkinan resiko kerugian akibat terjadinya fluktuasi kurs

67
suatu mata uang. Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi pasar
valas adalah untuk:
a. Transfer daya beli
b. Penyediaan kredit
c. Mengurangi resiko valuta asing
2. Peserta Dalam Pasar Valuta Asing
Transaksi di pasar valas terdiri atas 2 jenis tingkatan yaitu antar bank atau
wholesale marketdan klien atau retail market.
a. Dealer Valas Bank dan Non BankDealer, valas bank-bank internasional sering
berfungsi sebagai market. Mereka senantiasa bersedia menjual dan membeli
valas yang mereka khususkan. Biasanya mempertahankan suatu porsi
persediaan beberapa valas yang dikhususksan.
b. Perusahaan dan Individu Perusahaan dan individu menggunakan pasar valas
untuk mempermudah pelaksanaan transfer investasi dan komersial. Kelompok
ini terdiri atas importir-importir, investor portfolio internasional, perusahaan-
perusahaan multinasional. Mereka menggunakan pasar valas untuk tujuan
investasi.
c. Spekulator dan Arbitrase melekukan transaksi dalam pasar valas untuk
memperoleh keuntungan. Arbitrase pada prinsipnya merupakan suatu betuk
spekulasi yang terdapat dalam pasar valas, dimana mereka membeli valas di
suatu pusat keuangan kemudian menjualnya kembali di pusat keuangan lain
untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan abritrase ini dimungnkinkan oleh
kemudahan dan kecepatan transfer dengan alat telegrafik antara pusat keuangan
satu dengan pusat keuangan dunia lain.
d. Bank Sentral Bank-Bank sentral menggunakan pasar ini untuk memperoleh
cadangan devisa dan juga mempengaruhi harga dimana mata uangnya
diperdagangkan. Bank sentral mungkin melakukanlangkah-langkah yang
semata-mata dimaksudkan untuk mendukung atau mendongkrak nilai mata uang
sendiri.
3. Jenis-Jenis Transaksi
Pada bagian ini transaksi dalam dalam pasar valas yang dilakukan atas dasar
sebagai berikut:
a. Transaksi spot adalah jual beli mata uang dengan penyerahan dan pembayaran
antarbank yang akan diselesaikan pada dua hari kerja. Penyerahan dana dalam

68
transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara sebagai
berikut:
1). Valuetoday (Value Tod) yaitu penyerahan dana dilakukan pada (hari) yang
sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi(kontrak). Cara
penyelesaian ini juga disebut same daysettlementatau cash settlement.
2). Value Tomorrow(Value Tom) yaitu penyerahan dana dilakpada hari kerja
berikutnya atau hari kerja setelah diadakannya kontrak atau one day
sattlement.
3). Value spotyaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal
transaksi.
b. Transaksi forward atau juga disebut transaksi berjangka pada prinsipnya adalah
transaksi sejumlah mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang lainnya
dengan penyerahan pada waktu yang akan datang. Kurs ditetapkan pada waktu
kontrak dilakukan, tetapi pembayaran dan penyerahan baru dilakukan pada pada
saat kontrak jatuh tempo. Transaksi forward ini biasanya sering digunakan
untuk tujuan hedging dan spekulasi. Hedging akibat terjadinya perubahan kurs.
c. Transaksi Swap dalam pasar antarbank adalah pembelian dan penjualan secara
bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan tanggal valuta(penyerahan)
yang berbeda. Jenis transaksi swap yang umum adalah “spotterhadap forward”.
Dealer membeli suatu mata uang dengan transaksi spot dan secara simultan
menjual kembali jumlah yang sama kepada bank lain dengan kontrak forward.
Transaksi swap antara bank dengan Bank Indonesia:
a. Swap likuiditas yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia untuk
dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi(outstanding) swap
likuiditas ini untuk setiap bank maksimum 20% dari modal bank
b. Swap investasi yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank berdasarkan
swap bank dengan nasabahnya yang dananya berasal dari pinjaman luar
negeri(offshore loam) untuk keperluan investasi di Indonesia.

69
BAB 8
DANA PENSIUN
A. Pengertian Dana Pensiun
Pelaksana dana pensiun pemerintah di Indonesia antara lain Jamsostek (Undang-
Undang No. 3/1992), Taspen yaitu tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan program
pensiun swasta (dana pensiun lembaga keuangan dan dana pensiun yang disponsori
pemilik usaha) (Keputusan Presiden No. 8/1997), dan ASABRI dana pensiun angkatan
bersenjata. (Keputusan Presiden No. 8/ 1997). Di samping itu, ada pula UU No. 40/2004
tentang sistem jaminan sosial nasional yang terbit tahun 2004. Sedangkan Undang-Undang
dan pensiun No. 11 tahun 1992 merupakan kerangka hukum dasar untuk dana pensiun
swasta di Indonesia.

70
Undang-Undang No 11 tahun 1992 tentang dana pensiun, dana pensiun adalah badan
hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.
Dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun
yang dimaksud untuk memberi kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama
yang telah pensiun. Sedangkan dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola
dan dijalankan menurut prinsip syariah.38
B. Tujuan Dana Pensiun
Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan perusahaan, peserta
dan lembaga pengelola pensiun dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Perusahaan
a. Kewajiban moral
Dimana perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa
aman kepada karyawan terhadap masa yang akan datang karena tetap
memiliki penghasilan pada saat mereka mencapai usia pensiun.
b. Loyalitas
Karyawan diharapkan mempunyai loyalitas terhadap perusahaan serta
meningkatkan motivasi karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
c. Kompetisi Pasar Tenaga Kerja
Dimana perusahaan akan memiliki daya saing dalam usaha mendapatkan
karyawan yang berkualitas dan profesional dp pasaran tenaga kerja.
d. Memberikan penghargaan kepada para karyawannya yang telah mengabdi
perusahaan.
e. Agar diusia pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati hasil yang
diperoleh setelah bekerja di perusahaannya.
f. Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah.
2. Peserta
a. Rasa para peserta terhadap masa yang akan datang karena tetap memiliki
penghasilan pada saat mereka mencapai usia pensiun.
b. Kompensasi yang lebih baik, yaitu peserta mempunyai tambahan kompensasi
meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun/berhenti
kerja.39
3. Penyelenggara Dana Pensiun
38
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group,
2010), hlm. 291.
39
Ibid., hlm. 294.

71
a. Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan.
b. Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
c. Sebagai bakti sosial terhadap para peserta.
C. Sistem Pembayaran Manfaat
Cara pembayaran manfaat pensiun (benefit) kepada karyawan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1. Pembayaran secara sekaligus (lump sum)
2. Pembayaran secara berkal (anuity)
Dalam keadaan inflasi misalnya, orang lebih cenderung memilih pembayaran manfaat
dengan cara sekaligus karena nilai uang yang akan diterima sekarang tentunya lebih tinggi
dari pada waktu yang akan datang. Selain manfaat yang diterima secara lump sum atau
pembayaran secara sekaligus dapat dipakai untuk melakukan suatu usaha yang
memberikan hasil secara kontiniu. Hal ini akan berlaku apabila setiap orang bertindak
sebagaimana asumsi tersebut. Namun tidak semua orang berbuat sedemikian. Bahkan
banyak dalam hal, pembayaran secara lump sum oleh yang bersangkutan mungkin akan
habis dikomsumsi, dan apabila bekas karyawan, dalam hal ini penerima manfaat tidak
dapat mengelola manfaat yang dimaksud, maka untuk masa yang akan datang, yang
bersangkutan akan mengalami kesulitan keuangan. Dengan demikian dana pensiun tidak
lagi sesuai dengan tujuan pembentukannya sebagai jaminan hari tua. Selain ini, bila kita
lihat dari persepsi ekonomi makro, pemberian manfaat secara sekaligus akan mempercepat
tingkat inflasi karena sirkulasi uang akan bertambah akan kemungkinan akan dikomsusi
dengan segera, sehingga tidak ada sisa sedikitpun untuk investasi.
D. Peraturan Dana Pensiun
Program pensiun atau pensiun plan selalu dituangkan dalam suatu perjanjian antara
pemberi kerja dengan karyawan. Perjanjian berbentuk suatu peraturan yang lazimnya
disebut dengan peraturan dan pensiun, yang berlaku baik bagi karyawan maupun pemberi
kerja. Didalam peraturan tersebut, diatur semua hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Pada hakikatnya, peraturan pensiun ini adalah bagian dari perjanjian kerja (labor
agreement).40
Hal-hal penting yang umumnya diatur didalam suatu peraturan pensiun antara lain
sebagai berikut:
1. Siapa yang berhak menjadi peserta

40
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),
hlm. 326.

72
2. Manfaat apa saja yang akan diberikan dan dalam bentuk apa
3. Kapan dapat dinikmatinya dan berapa besar manfaat yang dijanjikan
kepada peserta
4. Sumber pembiayaan
Sebagai ilustrasi, ketentuan-ketentuan pokok yang diatur dalam suatu peraturan dana
pensiun antara lain:
a. Dasar Pensiun
Untuk menghitung besarnya manfaat pensiun, gaji yang berhak diterima oleh
karyawan atau peserta setiap bulan ditetapkan sebagai penghasilan dasar pensiun.
b. Besarnya Manfaat Pensiun
Manfaat pensiun, yang dibayarkan kepada karyawan pada saat pensiun diatur dalam
peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun untuk program pensiun manfaat pasti antara lain
sebagai berikut:
1) Besanya manfaat pensiun karyawan sebulan ditetapkan misalnya 2,5 % dari
dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun masa kerja, dengan ketentuan bahwa
manfaat pensiun karyawan sebulan adalah sebanyak-banyakya 75% dari
penghasilan dasar pensiun, manfaat pensiun karyawan sekurang-kurangnya
50% dari penghasilan dasar pensiun.
2) Besarnya manfaat pensiun janda/duda sebulan 50% dari pensiun peserta.
3) Besarnya manfaat pensiun anak yatim/piatu adalah 100% dari besarnya
pensiun janda/duda.41
c. Iuran Pensiun
Ketentuan iuran pensiun dalam peraturann dana pensiun diatur sebagai berikut:
1) Setiap karyawan peserta wajib membayar iuran 5% dari penghasilan dasar
pensiun setiap bulan
2) Perusahaan membayar iuran sebesar 5% dari total gaji karyawan, ditambah
dengan iuran untuk mengatur dana yang seharusnya tersedia (initial liability).
Besarnya iuran pemberi kerja tersebut dapat pula ditentukan berdasarkan
perhitungan aktuaris.
3) Iuran dari karyawan dan pemberi kerja sudah harus disetorkan kepada dana
pensiun selambat-lambatnya, misalnya tanggal 15 bulan berikutnya.
d. Hak Sebelum Mencapai Usia Pensiun

41
Ibid., hlm. 327.

73
Masalah lain yang perlu diatur adalah mengenai hak karyawan, yang karena satu dan
lain hal tidak dapat bekerja sebelum mencapai usia pensiun atau vesting right hal-hal yang
dimaksud adalah:
1) Peserta yang berhenti bekerja atau meninggal dunia sebelum mencapai usia
pensiun dan memiliki masa kepesertaan kurang dari lima tahun berhak atas
iurannya sendiri ditambah bunga dan dapat dibayarkan sekaligus.
2) Peserta yang berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun dengan
memiliki masa kepesertaan sekurang-kurannya lima tahun berhak atas iuran
nya sendiri dan iuran perusahaan ditambah bunga.
e. Kekayaan Dana Pensiun
Kekayaan dan pensiun pemberi kerja terdiri atas:
1) Iuran peserta dan pemberi kerja
2) Hasil investasi
3) Pengalihan dana dari dana pensiun lain
E. Jenis Program Dana Pensiun
Program pensiun yang umumnya dipakai diperusahaan swasta dan perusahaan milik
negara maupun bagi karyawan pemerintah terdiri atas dua jenis yaitu program pensiun
manfaat pasti dan program pensiun iuran pasti.42
1. Program pensiun manfaat pasti
Program pensiun manfaat pasti atau sering disebut defined benefit plan adalah
suatu program pensiun yang memberikan formula tertentu atas manfaat yang akan
diterima karyawan pada saat mencapai usia pensiun. Atas dasar formula manfaat
tersebut, besarnya iuran yang diperlukan dihitung oleh aktuaris.perbandingan iuran
karyawan dan pemberi kerja lebih besar dari pada iuran karyawan.
a. Kelebihan program pensiun manfaat pasti
1) Lebih menekankan pada hasil
2) Manfaat pensiun ditentukan terlebih dahulu, mengingat manfaat dikaitkan
dengan gaji karyawan
3) Program pensiun manfaat pasti dapat mengakomodasi masa kerja yang
telah dilalui karyawan apabila program pensiun dibentuk jauh setelah
perusahaan berjalan
4) Karyawan lebih dapat menentukan besarnya manfaat yang akan diterima
pada saat mencapai usia pensiun.
42
Kasmir, Op.Cit., hlm. 329.

74
b. Kelemahan program pensiun manfaat pasti
1) Perusahaan menanggung resiko atas kekurangan dana apabila hasil
investasi ridak mencukupi
2) Relatif lebih sulit untuk di administrasikan.
2. Program pensiun iuran pasti
Program pensiun iuran pasti atau benefid contribution pension plant adalah program
pensiun yang menetapkan besarnya iuaran karyawan dan perusahaan (pemberi kerja).
Sedang benefid yang akan diterima karyawan dihitung berdasarkan akumulasi iuran,
ditambah dengan hasil pengembangan atau investasinya.
a. Kelebihan Program pensiun iuran pasti
1) Pendanaan (biaya/iuran) dari perusahaan lebih dapat diperhitungkan atau
diperkirakan
2) Karyawan dapat memperhitungkan besarnya iuran yang dilakukan setiap
tahunnya
3) Lebih mudah untuk di administrasikan
b. Kelemahan program pensiun iuran pasti
1) Penghasilan pada saat mencapai usia pensiun lebih sulit untuk diperkirakan
2) Karyawan menanggung resiko atas ketidakpastian masa kerja yang telah
dilalui karyawan.

F. Metode Pembayaran Program Dana Pensiun


Dalam memperhitungkan biaya untuk penyelenggaraan program pensiun selalu
dihadapkan pada pertanyaan: berapa besar jumlah iuran yang perlu ditetapkan untuk
menetapkan jumlah iuran tersebut, beberapa faktor dipertimbangkan antara lain:
1. Besarnya nilai manfaat atau benefid
2. Usia rata-rata karyawan
3. Skala gaji perusahaan yang bersangkutan
4. Jumlah masa kerja
Dalam melakukan pembiayaan program pensiun, umumnya dikenal dengan dua cara:
a. Pay As You Go
Dalam metode Pay As You Go atau disebut current cost method, pemberi
kerja hanya membiayai manfaat pensiun seorang karyawan atau peserta
begitu diperlukan diluar gaji terakhir. Metode ini relatif kurang konsevatif
dibandingkan dengan metode pembiayaan pensiun lainnya dan sebenarnya

75
tidak dilakukan pendanaan sama sekali, karena memang tidak ada dana
yang terhimpun atau yang dipupuk dari awal yang berasal dari iuran,
seperti halnya dengan contributory plant. Metode pembiayaan ini kurang
begiti populer dan banyak negara yang memiliki undang-undang dana
pensiun tidak memasukkan metode ini sebagai metode pendanaan.
Demikian pulak indonesi, program pensiun yang menggunakan funding
system tidak diperkenankan menurut UU No 11 tahun 1992.
Kelemahan metode ini adalah karyawan atau pensiuan jelas tidak
memiliki jaminan atau kepastian mendapatkan pensiun. Disamping itu,
pemberi kerja akan menghadapi beban biaya yang lebih besar jika jumlah
pensiunan semakin bertambah. Dengan metode ini, karyawan dan
pensiunan akan kehilangan manfaat pensiunannya apabila pemberi kerja
mengalami insolvent. Sedangkan kelebihannya adalah pemberi kerja tidak
diharuskan meinvestasikan dana dalam suatu dana pensiun atau
perusahaan asuransi jiwa. Beberapa program pensiun pemerintah atau
lembaga semi pemerintahan yang menggunakan metode ini tetap
memelihara cadangan atau pendanaan yang jumlahnya tidak ditetapkan
secara aktuaria, meskipun sebenarnya tidak diharuskan. Ciri-ciri metode
pay as you go antara lain, tidak terdapat ketentuan mengenai besarnya
manfaat pensiun, manfaat tidak ditetapkan dan belum dijanjikan dan
pensiun merupakan bagian kecil dala kaitannya dengan kegiatan usaha.
b. Funding System
Funding system adalah metode pemupukan dana yang bersumber dari
peserta dan pemberi kerja. Metode ini merupakan metode yang relatif
lebih baik dari pada sistem pay as you go yang telah dijelaskan diatas.
Dengan cara ini penghimpunan dana dilakukan agar dapat dipakai untuk
pembayaran manfaat pada masa yang akan datang.
Sumber pendanaan ini diperoleh dari setiap karyawan atau peserta
program pensiun maupun pemberi kerja dan biasanya dilakukan sejak saat
karyawan menjadi peserta, yang umumnya pada saat karyawan dimaksud
telah diangkat sebagai karyawan tetap pada suatu perusahaan.
Metode pendanaan pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu
sebagai berikut.
1. Single Prenium Funding

76
Pendanaan berdasarkan metoden single predium funding disebut juga
unit benefid method adalah biaya setiap peserta program untuk suatu
tahun tertentu ditentukan dengan menggunakan faktor anuitas untuk
menetapkan nilai sekarang dari pensiun tahunan peserta, telah
memperhitungkan masa kerja. Pembayaran pensiun untuk satu tahun
merupakan satu unit manfaat yang besarnya, misalnya 2% dari gaji
tahun tersebut (dalam program carerr average) atau 2% dari gaji rata-
rata terakhir yang diperkirakan (dalam program final average) atau
sebesar Rp. 30.000 /bulan (apabila program flad benefit).
2. Level Premium Funding
Metode level premiun funding adalah metode pendanaan yang
dirancang untuk menghindari kenaikan biaya pensiun, yang terjadi
pada saat usia peserta semakin bertambah dan pada saat kenaikan
gaji. Untuk itu, perlu penerapan tingkat premi tahunan (yang
dinyatakan dalam rupiah per pegawai atau sebagai persentase tertentu
dari penggajian) yang apabila dibayarkan setiap tahun mendatang
akan memberikan seluruh manfaat yang akan datang. Oleh karena itu,
biaya untuk seorang peserta cenderung untuk menjadi lebih tinggi
apabila usia peserta lebih mudah dan lebih rendah apabila umur
peserta lebih tua, dibandingkan dengan single premium funding.
c. sistem level premiun fuunding ini memiliki beberapa kelebihan antara
lain pembayaran iuran dilakukan secara berangsur-angsur atau dicicil
selama karyawan masih aktif bekerja, karyawan mendapatkan
perlindungan yang lebih baik, karena apabila pemberi kerja sewaktu-
waktu bangkrut, misalnya atau terpaksa berhenti beroperasi, karyawan
akan tetap menerima manfaat karna dana memang telah dihimpun sejak
karyawan mulai bekerja dan memiliki dampak tehadap ekonomi makro
karena dana yang dihimpun apat diinvestasikan kembali sebagi biaya
pembangunan nasional.
G. Manajemen Kekayaan Dana Pensiun
Pendanaan suatu program pensiun apakah dalam rangka memenuhi ketentuan atau
tujuan pengelolaan manajemen keuangan akan menyebabkan terjadinya akumulasi
kekayaan yang nantinya digunakan untuk membyar manfaat pensiun dan biaya
administrasi. Penggunaan secara produktif atas kekayaan dana pensiun akan mengurangi

77
biaya-biaya langsung suatu program pensiun manfaat pasti dan meningkatkan manfaat
pensiun yang dapat dibayarkan bagi pensiun iuran pasti.
Dana pensiun biasanya mengembangkan suatu kebijakan investasi secara tertulis dalam
pengelolaan kekayaannya. Namun tidak semua program pensiun memiliki kebijakan
investasi formal, kalaupun ada biasanya relatif sederhana dan banyak yang didelegasikan
kepada perusahaan investasi atau perusahaan asuransi.
Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam berbagai bentuk.
Portofolio investasi dana pensiun umumnya didominasi dalam bentuk saham, obligasi
jangka menengah-panjang, instrumen pasar uang, kontrak anuitas grup dan jenis investasi
lainnya. Porsi yang relatif lebih kecil diinvestasikan dalam real estate, surat-surat berharga
asing, dan instrumen investasi baru yang dapat menawarkan prospek yang lebih tinggi dari
pada keuntungan rata-rata. Dana pensiun di indonesia masih belum diperkenalkan
melakukan investasi dalam surat-surat berharga yang diterbitkan pihak luar negeri.
Investasi dana pensiun secara umum diarahkan pada deposito berjangka di bank,
deposiyo on call pada bank, sertifikat deposito pada bank, obligasi yang tercatat di bursa
efek, tanah, bangunan, tanah, reksa dana, serifikat bank indonesia, surat berharga yang
diterbitkan pemerintah, saham, surat pengakuan utang badan hukum RI, pernyataan atau
penempatan langsung pada badan hukum RI.
Menurut peraturan menteri keuangan nomor 199/PMK.010/2008 tentang investasi dana
pensiun dapat melakukan investasi dana nya pada:
1. Surat berharga negara
2. Tabungan pada bank
3. Deposito berjangka pada bank
4. Deposito on call pada bank
5. Sertifikat deposito pada bank
6. Sertifikat bank indonesia
7. Saham yang tercatat di bursa efek indonesia
8. Obligasi yang tercatat di bursa efek indonesia
9. Unit penyertaan reksa dana
10. Efek beragun aset dari kontrak investasi kolektif efek beragun aset
11. Unit penyertaan dana investasi real estat berbentuk kontrak investasi kolektif
12. Kontrak opsi saham yang tercatat di bursa efek di indonesia
13. Penempatan lansung pada saham
14. Tanah di indonesia

78
15. Bangunan di indonesia

BAB 9

ANJAK PIUTANG
A. Sejarah Perkembangan Anjak Piutang
Dalam sejarah umat manusia, kegiatan anjak piutang sudah dikenal sejak 2000 tahun
yang lalu dan pertama kali dipraktekkan di Mesopotamia. Tetapi pada saat itu kegiatan
anjak piutang dilakukan dengan cara sederhana, yaitu pihak factor biasanya bertindak
sebagai agen penjualan yang juga sekaligus berperan sebagai pemberi perlindungan
kredit. Selanjutnya, kegiatan anjak piutang diteruskan diwilayah Amerika Utara
khususnya pada sector industry tekstil yang sampai saat ini masih merupakan salah satu
bidang kegiatan usaha utama anjak piutang. Di Negara-negara lain usaha ini masih
merupakan industry yang sangat baru, dimulai sekitar decode 1970-an. Perusahaan Anjak
piutang di Eropa mengikuti pola perkembangan usaha Anjak piutang di Amerika.
Pada akhir abad ke-19, perusahaan-perusahaan anjak piutang meninggalkan profesi
sebagai agen dan mengkonsentrasikan kegiataannya pada pengelolaan kredit bagi klien
yang meliputi menjamin kredit, menagih dan menyediakan dana. Bentuk inilah yang

79
menjadi embrio bisnis Anjak piutang modern. Kegiatan Anjak Piutang pada dasarnya
merupakan bidang usaha yang relative baru di Indonesia. Eksistensi kelembagaan Anjak
Piutang dimulai sejak ditetapkan Paket Kebijakan 20 Desember 1988 atau PAKDES 20,
1988 yang diatur dengan KEPPRES No. 61 Tahun 1988 dan Keputusan Menteri
Keuangan NO.172/KMK.06/2002. Pengenalan usaha anjak piutang ditujukan untuk
memperoleh sumber pembiayaan alternative diluar sector perbankan. Perusahaan Anjak
Piutang bisa didirikan secara independen (berdiri sendiri) atau dapat dilakukan oleh Multi
Finance Company yaitu lembaga pembiayaan yang dapat melakukan kegiatan usaha
secara sekaligus dibidang Anjak piutang (Factoring), sewa guna usaha (leasing), Modal
Ventura (joint venture), kartu kredit (credit card), dan pembiayaan konsumen.43
Eksistensinya dimulai sejak adanya paket kebijakan 20 Desember 1998 atau pakdes
20 1988 sesuai dengan keppres No.61 Tahun 1988 dan Menteri Keuangan No.1251/KMK
013/1988 tanggal 20 Desember 1988 dimana jumlah modal disetor atau simpanan pokok
wajib ditentukan.
Kemudian dikarenakan adanya anjak piutang konvensional yang dirasa kurang
memberikan keadilan kepada klien dan tidak adanya kesepakatan kedua belah pihak maka
dibutuhkan lah anjak piutang yang benar-benar menerapkan prinsip syariah dengan nilai
keadilan. Karena itu agar transaksi anjak piutang dapat dilakukan sesuai dengan prinsip
syariah. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Inonesia (DSN-MUI) Memandang perlu
menetapkan fatwa tentang tentang Anjak Piutang syariah untuk dijadikan pedoman
dengan mengeluarkan fatwa No.67/DSN-MUI/III/2008 Tentang anjak piutang syariah.
Dimana fatwa tersebut merupakan yang selalu dijadikan acuan hukum dalam melakukan
ketentuan-ketentuan akad perjanjian anjak piutang syariah. Perkembangan anjak piutang
syriah di Indonesia dapat dilihat dari adanya perkembangan fasilitas yang diberikan oleh
perusahaan factoring kepada klien baik dalam domestic maupun internasional.
Pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan piutang dan dalam bentuk
pengurusan tagihan piutang.

B. Pengertian Anjak Piutang


Istilah anjak piutang berasal dari gabungan kata “anjak” yang berarti pindah atau alih,
sedangkan “piutang” berarti tagihan sejumlah uang. Jadi, anjak piutang adalah pengalihan
atau perpindahan piutang dari pemiliknya kepaa pihak lain. Dalam bahasa inggris anjak

43
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, CV PUSTAKA SETIA, Bandung. 2012, hlm
258

80
piutang disebut dengan factoring. Factoring adalah piutang dagang dari suatu perusahaan
(clien) yang dijual kepada perusahaan factoring dengan harga yang telah didiskonkan
dengan syarat bahwa piutang dagang tersebut berasal dari transaksi bisnis pemilik
perusahaan (clien)44.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan NO.448/KMK.017/2000 Anjak
piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta
pengurusan piutang jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam
atau luar negeri. Dalam kamus Bank Indonesia, Anjak piutang merupakan hukum
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan pengalihan serta pengurusan piutang
atau tagihan jangka pendek atau perusahaan atau transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri. Sedangkan perusahaan yang melakukan Anjak Piutang disebut penganjak-piutang
(factoring) dan pengertian penganjak-piutang yaitu adalah pihak yang kegiatannya
membeli piutang pihak lain dengan menanggung resiko tak terbayar utang (factor).
C. Konsep Anjak Piutang Konvensional dan Konsep Hiwalah Dalam Islam
Konsep anjak piutang (factoring) yang berdasarkan prinsip syariah sering dikatakan
sama dengan istilah hiwalah, karena secara operasional mirip dengan pelaksanaan
hiwalah di perbankan syariah. Hal ini dikemukakan oleh M. Syafii Antonia dalam
bukunya Bank syariah. Dari teori ke praktik selain itu konsep factoring syariah yang sama
dengan istilah hiwalah juga dikemukakan oleh Herry Sutanto dan Khaerul Umum dalam
bukunya ang berjudul Manajemen Pemasaran Bank Syariah. Oleh Karena itu, perjanjian
pengalihan piutang atau anjak piutang (factoring) dalam fikih muamalah disebut dengan
istilah hiwalah/hawalah.
Agama islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
piutang, yaitu melalui akad-akad bagi hasil (profit and lost sharing) sebagai metode
pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing) dengan produknya yaitu hiwalah.
Menurut fatwa MUI, anjak piutang syariah adalah pengalihan penyelesaian piutang atau
tagihan jangka pendek dari pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang kemudian
menagih piutang tersebut kepada pihak yang berutang atau pihak yang ditunjuk untuk
oleh orang yang berutang sesuai prinsip syariah.
Dalam istilah para ulama, hiwalah adalah pemindahan beban utang dari muhil (orang
yang berutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang member kewajiban
membayar utang. Secara operasional mirip dengan anjak piutang dalam pembiayaan
konvensional. Kontrak hiwalah dalam pembiayan syariah biasanya antara lain diterapkan
44
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja wali Press, 2008), hlm 301.

81
pada factoring dimana nasabah yang memiliki piutang pada pihak ketiga memindahkan
piutang kepada bank, bank lalu membayar piutang itu untuk selanjutnya bank menagih
utang kepada pihak ketiga.
Berikut ini adalah akad-akad yang di pakai dalam anjak piutang syariah.
1. Hiwalah bil ujrah
Hiwalah ialah akad (perjanjian) yang menjamin (berisi) pemindahan utang
piutang dari satu pihak ke pihak lain. Menurut syafi’I Antonio mengemukakan bahwa
hiwalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya. Hukum hiwalah adalah mubah sepanjang tidak merugikan
semua pihak. Akad ini dilakukan antara debitur yang memiliki utang dengan
perusahaan factoring yang bertindak sebagai penjamin utang debitur kepada kreditur.
Fasilitas ini lazim untuk membantu suuplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksi. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.
Prinsip hiwalah bil ujrah yaitu pengalihan hutang dari satu pihak yang berhitung
kepada pihak lain yang wajib membayarnya.
2. Wakalah bil ujrah
Wakalah bil ujrah ialah akad (perjanjian) yang menjamin/ mewakilkan (berisi)
pemindahan piutang dari satu pihak ke pihak lain dengan disertai biaya balas jasa
berupa ijrah/fee. Akad ini dilakukan antara pihak klien sebagai pemilik piutang
dengan perusahaan factoring sebaagai pihak penjamin. Prinsip wakalah bil ujrah yaitu
memberi kuasa kepada pihak lain sebagai wakil untuk melakukan pekerjaan
menjamin piutang klien terhadap debitur.
3. Qard
Qard ialah pemberi pinjaman berupa hutang kepada seseorang. Dalam hal ini
factoring memberikan dana talagan terlebih dahulu kepada klien dalam bentuk uang
pinjaman. Qard menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli
barang Realisasi qard dilakukan segera setelah barang dikirim kepada debitur.
Sehingga dalam kegiataan factoring terdapat akad perjanjian hutang piutang bukan
hanya dari dua belah pihak melainkan dari 3 pihak imbalan atau hujrah, yaitu
a. Divisi syariah indonesi memperoleh ujrah atas jasa yang diberikan oleh divisi
syariah Indonesia sebagai muhil kepada nasabah dalam kedudukannya selalu
muhal alaih atas ketersediaan dan komitmen untuk membayar hutang nasabah.
b. Maksimum ujrah dikenakan sesuai dengan ketentuan tariff yang berlaku di divisi
syariah Indonesia

82
c. Pembayaran ujrah dilakukan secara periodek secara bersamaan saat nasabah
melakukan pembayaran hutang kepada divisi syariah indonesi sesuai kesepakatan.
Kemudian terkait dengan anjak piutang (factoring) sebagai lembaga pembiayaan yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Peraturan Bapepam LK No
PER-4/BL/2007 tentang akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menetapkan bahwa:
1. Hak dan Kewajiban Perusahaan Pembiayaan (wakil/factor) adalah sebagai berikut
a. Menagih piutang pengalih piutang (muwakil) kepada pihak yang berutang
(muwakkal ‘alaih)
b. Dapat memperoleh upah (ujrah) atas jasa penagihan piutang (muwakkil) dalam
hal perjanjian.
c. Meminta perjanjian dari pengalih piutang (muwakkil) atau tidak meminta jaminan
dari pengalih piutang (muwakkil)
d. Membayar atau melunasi utang pihak yang berutang (muawakkal’alaih) kepada
pengalih piutang (muwakkil)
2. Hak dan kewajiban pengalih piutang (muwakkil/klien)
a. Memperoleh pelunasan piutang dari perusahaan pembiayaan selaku wakil
b. Membayar upah (ujrah) atas jasa pemindahan piutang sesuai yang diperjanjikan
c. Dapat menyediakan jaminan kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil dalam
hal perjanjian.
d. Membayar atau melunasi utang pihak yang berutang kepada pengalih utang.
3. Hak dan kewajiban pihak yang berutang (muwakkal alaih/customer)
a. Memperoleh informasi yang jelas mengenai transaksi pemindahan utangnya dari
pengalih piutang (muwakkil) kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil.
b. Membayar atau melunasi utang kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil
piutang yang menjadi objek factoring dengan akad wakalah bil ujrah.
Perjanjian dengan akad wakalah bil ujrah antara perusahaan pembiayaan selaku wakil,
pengalih piutang (muwakkil) dan pihak yang berutang (muwakkal ‘alaih) wajib
ditetapkan secara tertulis. Dalam wakalah bil ujrah paling kurang memuat hal-hal sebagai
berikut
1. Identitas perusahaan pembiayaan selaku wakil, pengalih piuang (muwakkil) dan pihak
yang berhutang (muawakkal’alaih)
2. Nilai, jumlah, dan waktu jatuh tempo piutang (muwakkal bih)
3. Ketentuan mengenai upah (ujrah/tidak ada)

83
4. Ketentuan jaminan yang diperoleh perusahaan pembiayaan (wakil/tidak ada)
5. Ketentuan mengenai cara-cara pembayaran utang atau piutang oleh perusahaan
pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil) dan pihak yang berutang
(muwakkil álaih)
6. Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak.
Dokumentasi dalam wakalah bil ujrah oleh perusahaan pembiayaan selaku wakil
paling tidak meliputi
a. Surat persetujuan prinsip
b. Akad wakalah bil ujrah sebagai induk perjanjian
c. Perjanjian peningkatan jaminan
d. Bukti utang piutang
e. Surat permohonan realisasi wakalah bil ujrah
f. Bukti pelunasan
Perbedaan Anjak Piutang Syariah Dengan Anjak Piutang Konvensional45
Anjak Piutang Syariah Anjak Piutang Konvensional
Sumber hukum yang dijadikan acuan Sumber hukum yang dijadikan acuan
adalah aturan syariah yang terkandung adalah surat keputusan menteri
dalam al-qur’an maupun hadist serta keuangan tentang anjak piutang
fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor;
67/DSN-MUI/III/2008 Tentang anjak
piutang Syariah
Pemberian balas jasa berupa ujrah/fee Pemberian balas jasa berupa biaya
dengan besar sesuai kesepakatan bersama yang besarnya telah ditentukan oleh
perusahaan factor secara sepihak
dengan acuan tingkat diskonto/ bunga.
Nilai upah dihitung berdasarkan
persen atas besarnya piutang yang
dialihkan
Transaksi perdagangan harus terbebas Bebas tidak ada ketentuan
dari gharar, masyir, dan riba
Objek penjualan antar supplier dengan Tidak aa batasan ketentuan objek
customer harus merupakan barang yang
halal
45
Sri Indah Nikensari, (Perbankan Syariah), PT Pustaka riski putra, Semarang. 2012, hlm 111

84
Terdapat dewan pengwas Syariah (DPS) Tidak ada pengawas artinya tidak ada
yang mengontrol jalannya aktivitas anjak pengontrolan dalam mengoperasikan
piuang syariah sesuai dengan tidaknya jasa anjak piutang
ketentuan Islam
Akad yang dilakukan sesuai dengan Akad yang dilakukan berupa perjajian
prinsip syariah berupa hiwalah bil ujrah, yang berpayung hukum Negara tanpa
wakalah bil ujrah serta qard menyesuaikan prinsip syarih
Dalam hal mengoperasikan anjak piutang Yang diutamakan adalah profit
syariah harus mngutamakan prinsip sebesar-besarnya
ta’awwun (tolong-menolong) kemudian
profit/ keuntungan.

Perbedaan antara anjak piutang konvensional dan syariah dapat dilihat juga dari
perbedaan prinsip keduanya, Dimana pada transaksi konvensional bank membayar
nasabah sebesar nilai piutang yang sudah di discounted dimuka, dan bank menagih
akseptor secara penuh. Pada bank syariah bank tetap membayar penuh pada nasabah
namun nasabah dikenai biaya administrasi. Pada bank konvensional, setelah pembayaran
di DISCOUNTED dimuka, nasabah masih dikenai biaya administrasi. Pada bank
konvensional invoice yang telah jatuh tempo dapat diperjual belikan dengan discounted.
Pada bank syariah transaksi semacam itu dilarang. Pada bank konvensional, sebelum
jatuh tempo piutang tersebut dapat diperjualbelikan lagi kepada pihak lain, bahkan bisa
beberapa kali pindah tangan. Sedangkan bank syariah transaksi semacam itu dilarang.
D. Manfaat Anjak Piutang
Berikut ini merupakan manfaat anjak piutang:
1. Membantu administrasi penjualan dan penagihan (sales ledgering and collection
service)
Perusahaan anjak piutang akan medapatkan komisi sebesar persentase tertentu
dari jumlah piutang yang dianjak piutangkan atas pemberian jasa-jasa administrasi
yang merupakan bagian dari perjanjian anjak piutang
2. Membantu beban risiko (credit insorrance)
Sering kali klien membatasi penjualannya, ia akan menjual hanya kepada nasabah
lama saja dengan alasan akan terjadi risiko dalam kredit. Sehingga perusahaan
tersebut biasanya akan menolak menjual kredit kepada nasabah yang baru. Hal ini

85
akan menjadi sebuah kerugian. Dengan perusahaan anjak piutang perusahaan tersebut
dapat membagi risiko yang dimilikinya sehingga akan mampu meningkatkan
keuntungan kepada perusahaan tersebut karena pesanan barang dari nasabah baru
tidak perlu lagi ditolak.
3. Memperbaiki sistem penagihan
Jika suatu perusahaan anjak piutang membeli suatu tagihan disuatu perusahaan
tertentu, maka perusahaan tersebut akan mengharapkan untuk dibayar pada saat jatuh
temponya. Hal ini berarti tugas perusahaan anjak piutang adalah memantau
pembayaran yang dilakukan dan menginformasikan kepada klien atas tagihan-tagihan
yang telah jatuh tempo. Revisi posisi tagihan yang dianjak-anjak akan dilakukan oleh
klien perusahaan anjak piutang dalam melakukan penagihan sebisa mungkin tidak
memperburuk hubungan antara kliennya dengan nasabah atau customer.
4. Membantu memperlancar modal kerja
Dengan adanya anjak piutang ini suatu perusahaan akan terlepas dari masalah
kredit. Selain itu, klien dapat menjual kredit untuk jangka waktu yang sedikit lebih
panjang guna untuk menarik lebih banyak nasabah. Karena hal tersebut klien akan
mampu meningkatkan pangsa pasarnya.
5. Meningkatkan kepercayaan
Karena arus dana tidak lagi menjadi masalah, sehingga setiap tagihan akan
membayar tepat waktu yang akan meningkatkan kepercayaan pihak klien. Dengan
memiliki reputasi yang baik akan memudahkan melakukan pembelian. Sedangkan
dalam penjualan tunai, pemberian diskon yang lebih menarik biasnya akan dilakukan
klien.
6. Kesempatan untuk mengembangkan usaha
Perusahaan kecil akan memiliki kesempatan juga untuk mengembangkan
usahanya. Setidaknya aka nada permintaan atas produk atau jasa-jasa yang dihasilkan
dan perusahaan tersebut akan memiliki peluang untuk dapat menjual kepada nasabah
besar dengan reputasi bank.
E. Mekanisme Anjak Piutang Syariah
Dalam melkukan kegiatan anjak piutang syariah terdapat 3 pelaku utama yang telibat,
antara lain:
1. Perusahaan anjak piutang atau factor
yaitu perusahaan atau pihak yang menawarkan jasa anjak piutang kepada client.
2. Klien atau supplier

86
Yaitu pihak yang melakukan penjualan barang. Berlaku sebagai kreditur sekaligus
merupakan pihak yang mengunakan jasa perusahaan anjak piutang.
3. Nasabah atau customer
Yaitu pihak mengadakan pembelian barang dari klien/supplier yang sekaligus
memiliki tanggungan utang sebagai debitur.
Mekanisme factoring atau anjak piutang syariah berarti proses atau tata cara
penawaran piutang sampai dengan berahlihnya piutang tersebut dengan pelunasannya.
Mekanisme dari anjak piutang syariah sama dengan mekanisme anjak piutang
konvensional yang membedakannya terletak pada ketentuan jumlah upah maupun pada
akad-akad yang digunakannya.46
Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam pengajuan fasilitas anjak piutang
syariah:
a. Tahap permohonan
b. Tahap pengecekan
c. Tahap audit atau pemeriksaan lapangan
d. Tahap pembuatan customer profit
e. Tahap pengajuan proposal kepada komite
f. Tahap pengajuan keputusan kepada komite
g. Tahap pengiriman surat penawaran
h. Tahap pengikatan
i. Pengikatan perjanjian dengan notaries
j. Tahap pencairan fasilitas
Mekanisme transaksi perusahaan anjak piutang yaitu sebagai berikut:
1. Kreditur menjual atau memberikan piutang yang dimilikinya kepada perusahaan anjak
piutang baik dengan ara memberitahukan kepada debitur atau pun tidak.
2. Perusahaan anjak piutang melakukan penagihan kepadda debitur sebagai pihak yang
memiliki utang sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dengan kreditur.
3. Debitur membayar kewajiban utangnya kepada perusahaan anjak piutang sesuai
dengan tanggal jatuh tempo yang disepakati.
4. Perusahaan anjak piutang memberikan atau membayar uang penjulan piutang denga
diskonto kepada kreditur sesuai tanggung jawabnya sesudah semua permasalahan
utang piutang diselesaikan.

46
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, ( Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2012),
hlm 90.

87
Keuntungan yang diperoleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan anjak piutang
a. Memperoleh keuntungan berupa fee dan biaya administrasi.
b. Membantu menyelesaikan pertikaian diantara kreditur dan debitur.
c. Membantu manajemen pihak kreditur dalam penyelenggaraan kredit.
2. Bagi kreditur (klien)
a. Manfaat yang diterima melalui jasa pembiayaan antara lain peningkatan
penjualan, adanya jasa pembiayaan memungkinkan klien melakukan penjualan
dengan cara kredit. Penjualan dengan kredit ini sebenarnya sulit untuk dilakukan
apabila klien mengalami kesulitan modal. Namun dengan adanya jasa anjak
piutang klien mampu menjual dengan cara kredit. Penjualan dengan cara kredit
meningktkan kemampuan dan daya tarik bagi pembeli dengan dana terbatas untuk
melakukan pembelian kepada klien. Kelancaran modal kerja jasa anjak piutang
memungkinkan klien untuk mengkonfersikan piutangnya yang belum jatuh tempo
menjadi dana tunai dengan prosedur yang relative mudah dan cepat. Tersedianya
dana tunai besar ini dapat dimanfaat oleh klien untuk mendanai kegiatan
operasional seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji pegawai, pembayaran
rekening listrik, dll.
b. Manfaat yang diterima melalui jasa non pembiayaan antara lain memudahkan
penagiahan utang. Jasa penagihan piutang yang diberikan oleh faktor
menyebabkan klien tidak perlu secara langsung melakukan penagihan piutang
pada customer sehingga waktu dan tenaga karyawan dapat dimanfaatkan untuk
melakukan kegiatan lain yang lebih produktif. Efisiensi usaha jasa administrasi
penjualan memungkinkan klien untuk mengelola kegiatan penjualan secara lebih
rapid an efisien karena administrasinya dilakukan oleh pihak faktor yang sudah
lebih berpengalaman. Peningkatan kualitas piutang jasa administrasi penjualan
memungkinkan pemberian fasilitas kredit kepada pembeli sacara efektif, sehingga
kemungkinan tertagihnya piutang menjadi lebih tinggi. Memudahkan perencanaan
arus kas, jasa investigasi kredit/piutang memungkinkan klien melakukan perkiraan
dan jumlah piutang yang ditagih sehinggah memudahkan proyeksi cashflow usaha
secara keseluruhan.
Secara ringkas manfaat anjak piutang syariah bagi klien sebagai berikut:
1. Mengurangi resiko kerugian dengan tertagihnya piutang
2. Memperbaiki sistem administrasi yang semrawut.

88
3. Memperlancar kegiatan usaha.
4. Dengan ditagihnya piutang oleh perusahaan anjak piutang kreditur dapat
berkonsentrasi keusaha lainnya.
3. Bagi kreditur
a. Memberikan kesempatan untuk melekukan pembelian berjangka dengan
perusahaan klien. Kemudian memotivasi kepada debitur untuk segera membayar
secepatnya, karena ada rasa malu sehingga berusaha sekuat tenaga untuk segera
membayar dengan berbagai cara.
b. Secara makro perusahaan anjak piutang yang melakukan pengambil ahlian
piutang secara pembayaran dimuka akan membawa efek perputaran uang
sehingga dapat meningkatkan uang beredar. Kemudian aliran dana ini akan di
investasikan dalam bentuk usaha dengan menghasilkan barang produksi dan
menyalurkan kepada konsumen dan memperoleh laba berupa frofit penjualan
sehingga perputaran uang dari jasa anjak piutang akan membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
c. Prinsip anjak piutang syariah akan memberikan manfaat pembayaran piutang
lebih cepat dari jatuh tempo, menambah dana segar perusahaan, dapat memebantu
peningkatan keuntungan merupakan sarana peralihan risiko tagihan yang tidak
bisa dicairkan, serta akan memberikan kesempatan kerja bagi perusahaan factor
untuk medapatkan upah berupah ujroh.
F. Jenis-jenis Anjak Piutang
Fasilitas anjak piutang yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang dapat
dibedakan dalam berbagai jenis sebagai berikut:
1. Berdasarkan Pelayanan
a. Full service Factoring
Anjak piutang jenis ini memberikan jasa secara menyeluruh, baik jasa
pembiayaan maupun nonpembiayaan.
b. Bulk Factoring
Anjak piutang jenis ini memberikan jasa pembiayaan dan pemberitahuan saat
jatuh tempo pada nasabah, tanpa memberikan jasa lain seperti risiko piutang
administrasi penjualan dan penagihan.
c. Maturity Factoring
Pembiayaan pada dasarnya tidak diperlukan oleh klien tetapi oleh pengurusan
penjualan dan penagihan piutang secara proteksi atas tagihan.

89
d. Finance Factoring
Anjak piutang jenis ini hanya menyediakan fasilitas pembiayaan saja tanpa
ikut menanggung risiko atas piutang tak tertagih. Penyediaan pembiayaan dana
tunai pada saat penyerahan faktur pada perusahaan factoring sampai sejumlah
80% dari nilai seluruh faktur sesuai dengan besarnya plafon pembiayaan (limit
kredit). Klien tetap harus bertanggung jawab terhadap pembukuan piutang dan
penagihannya, termasuk menanggung risiko tidak tertagihnya piutang tersebut.

BAB 10

LEASING
A. Pengertian dan Perkembangan Leasing
Defenisi Sewa Guna Usaha atau Leasing menurut Peraturan Menteri Keuangan
No.84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, yang dimaksud Sewa Guna Usaha
(Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lesse) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran (Pasal 1 Huruf c).
Berdasarkan ketentuan (Pasal 1) Surat Keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian, dan Menteri Perdagangan RI No. Kep-122/MKIV/2/1974 dan
32/M/SK/2/1974, tanggal 7 Februari 1974, istilah leasing diartikan sebagai “Setiap
kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk
digunakan suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.”

90
Perjanjian sewa guna usaha (leasing) dapat dijalankan dengan menggunakan prinsip-
prinsip syariah. Menurut keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Departemen Keuangan (Bapepam-LK) Nomor: PER-03/BL/2007 yang
menyatakan: “ sewa guna usaha (Leasing) adalah Kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa
guna usaha (lesse) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran
sesuai dengan prinsip syariah” (Pasal 1 Angka 9).47
Maksud prinsip syariah adalah ketentuan hukum islam yang menjadi pedoman dalam
kegiatan operasional perusahaan dan transaksi antara lembaga keuangan atau lembaga
bisnis syariah dengan pihak lain yang telah dan akan diatur oleh DSN-MUI (Pasal 1
Angka 8).
Seiring dengan berkembangnya dunia perdagangan didunia, leasing mulai masuk dan
diperkenalkan di Indonesia sekitar awal tahun 1970-an, ditandai dengan dikeluarkannya
aturan-aturan tentang leasing oleh pemerintah. Semakin maraknya kebutuhan akan dana
segar untuk menunjang kemajuan di dunia udaha di Indonesia membuat sistem
pembiayaan dengan leasing semakin berkembang dengan pesat. Mulailah perusahaan-
prusahaan leasing yumbuh subur di Indonesia. Pada dasarnya perkembangan leasing
dalam sejarah di Indonesia tersebut dalam diklarifikasikan kedalam tiga fase yaitu:
1. Fase pengenalan, dalam fase ini bisnis leasing terjadi pada tahun 1974-1983.
Fase pertama ini dimulai dengan keluarnya beberapa peraturan tentang 1974
yang khusus mengatur tentang pranata hukum leasing tersebut. Dalam fase ini
leasing belum begitu dikenal oleh masyarakat, dan perkembangannya pun
tidak begitu pesat. Konsekuensinya, jumlah perusahaan leasingpada waktu itu
belum seberapa banyak dan jumlah transaksinyapun masih relatif kecil.
2. Fase pengembangan, dalam fase ini terjadi kira-kira tahun 1984-1990. Bisnis
leasing cukup pesat perkembangannya bersamaan dengan pesatnya
pertumbuhan bisnis di Indonesia.
3. Fase konsolidasi, dari perkembangan leasing di Indonesia pada fase ini izin-
izin pendirian perusahaan leasing yang sebelumnya diperketat, kemudia
dibuka kembali. Perusahaan multifinance juga banyak didirikan pada periose
ini. Salah satu perubahan yang terjadi dalam fase konsolidasi ini adalah

47
Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm.
186.

91
diubahnya system perpajakan dari semula operating method berubah menjadi
financial method.
B. Konsep Leasing menurut Konvensional dan Konsep Ijarah dalam Islam
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan yang dimaksud sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala. Dengan demikian sewa guna usaha merupakan
suatu kontrak atau persetujuan sewa menyewa. Objek sewa guna usaha adalah barang
modal dari pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa.
Sedangkan yang dimaksud sewa guna usaha (leasing) syariah adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh penyewa guna usaha
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran sesuai prinsip
syariah.48 Usaha leasing syariah menggunakan prinsip akad Ijarah dan akad Ijarah
Muntahiyah Bittamlik yaitu:
1. Akad Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
(ujrah) antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan
penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri.
Landasan akad ini pada Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan ijarah.
2. Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad penyeluran dana untuk pemindahan
hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi
sewa (mu’ajir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak
milik atas barang yang disewa kepada penyewa setelah selesai masa sewa.
Landasan syariah akad ini adalah Fatwa DSN-MUI No.27/DSN-MUI/III/2002
tentang ijarah Muntahiyah Bittamlik.
C. Mekanisme Leasing
Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi sewa guna usaha (leasing) dapat
dibedakan menjadi :

48
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 394.

92
1. Sewa guna usaha lansung (direct lease) dalam leasing jenis ini, penyewa belum
pernah memiliki barang modal yang akan disewakan, sehingga perlu
menghubungi supplier untuk pengadaan.
2. Penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback) dalam transaksi ini, pihak
penyewa biasanya terlebih dahulu menjual kepada perusahaan leasing barang
modal yang pernah dimilikinya, baru kemudian disewakannya kembali.
Dalam buku berjudul: Aspek Hukum Dalam Bisnis, dinyatakan bahwa
untuk mengetahui mekanisme opersional lembaga sewa guna usaha (leasing),
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,
mengadakan penawaran harga, dan menunjuk supplier peralatan dimaksud.
b. Setelah mengisi formulir permohonan, lesse mengirimkan kepada lessor
disertai dokumen pelengkap.
c. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberi
fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak
pembayaran sewa), maka kontrak lease dapat ditandatangani.
d. Pada saat yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,
seperti tercantum pada kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi
terjalin perjanjian kontrak utama.
e. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani oleh lessor dengan supplier
peralatan tersebut.
f. Supplier dapat mengirim peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan
menandatangani perjanjian pelayanan purna jual.
g. Lesse menandatangi tanda terima peralatan dan penyerahan kepada supplier
h. Supplier menyerahkan tanda terima (dari lesse), bukti kepemilikan dan
pemindahan pemilikan kepada lessor.
i. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
j. Lease membayar sewa lease secara periodic sesuai dengan jadwal pembayaran
yang telah ditentukan lease.
Adapun pihak-pihak yang ada dalam transaksi leasing adalah:49

49
Dahlan Siamit, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), Edisi Kelima, hlm. 523.

93
1. Lessor, yaitu pihak perusahaan yang menyewakan barang. Sebagai pemberi
sewa, lessor tidak diharuskan memiliki barang yang disewakan.
2. Lesse yaitu pihak pengguna barang yang diwajibkan membayar sewa disertai
dengan hak opsi untuk membeli atau memperpanjang leasing.
3. Kreditur merupakan pihak loan participants dalam transaksi leasing. Pada
umumnya yang bertindak sebagai kreditur adalah lembaga keuangan seperti
bank, perusahaan asuransi, dan lain-lain.
4. Supplier yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan. Supplier ini dapat
terdiri dari perusahaan manufaktur yang berada didalam diluar negeri.
D. Teknik-teknik Pembiayaan Leasing
Teknik-teknik pembiayaan leasing dapat kita lihat dari jenis transaksi yang secara garis
besar dapat dibagi dua kategori yaitu:
1. Finance lease
Menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya
memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing,
sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa
leasing, lessee melakukan pembayaran nilai sisa (residual value). Kalau ada, akan
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta
bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan leasing. Dari pengertian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa finance lease atau disebut juga full-pay out
leasing adalah suatu bentu pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan
lessee dimana:
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek
leasing dapat berupa barang bergerak dan memiliki umur maksimum sama
dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut.
b. Lesse berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut
merupakan angsuran atau lease payment yang terdiri atas biaya perolehan
barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan
tingkat keuntungan atau spread yang diinginkan lessor.
c. Dalam jangka waktu perjanjian lessor yang disetujui tidak dapat secara
sepihak mengahiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko

94
ekonomis termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan barang yang dilease tersebut ditanggung oleh lessee.
d. Pada akhir periode lessee kontrak memiliki hak opsi untuk membeli
barang tersebut sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang
disepakati, atau mengembalikan pada lessor, atau memperpanjang lease
sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui bersama.
2. Operating lease
Dalam lease bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya
dileasekan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Sewa guna usaha
biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee dimana:
a. Lessor sebagai pemiliki objek leasing kemudia menyerahkan kepada pihak
lesse untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada
umur ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah
keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut
juga non full pay out lease.
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-
barang tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor.
e. Lessee biasa dapat membatalkan perjanjian kontak leasing sewaktu-waktu.
E. Kelebihan Leasing sebagai sumber Pembiayaan
Ada beberapa keunggulan atau kelebihan dalam menggunakan leasing sebagai sumber
pembiayaan yaitu:
1. Pembiayaan penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan
pembiayaannya dapat diberikan sampai dengan 100 % (full pay out) hal ini
akan membantu cash flow terutama bagi perusahaan (lessee) yang baru berdiri
atau beroperasi dan perusahaan yang sedang berkembang.
2. Lebih fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya leasing lebih luwes karena leasing lebih
mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan

95
perbankan. Pembayaran sewa guna usaha ( payment lease) secara berkala akan
ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga
pengaturan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dapat disesuaikan
dengan pendapatan yang dihasilkan aktiva yang akan dilease.
3. Sumber pembiayaan alternatif
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa
mengganggu jalur kredit yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak
terlalu menuntut adanya jeminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan
apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya.
4. Off balance sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa
mencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian aktiva tidak perlu
dipenuhi secara terperinci.
5. Arus dana
Persyaratan pembayaran dimuka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana.
6. Proteksi inflasi
Leasing merupakan perlindungan terhadap inflasi meskipun dalam
beberapa keadaan sering dikatakan kurang relevan.
7. Perlindungan akibat kemajuan teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat
barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model atau sistem
disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.
8. Sumber peluasan kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui
leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran sewa hamper selalu
diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya aktiva yang
dileasekan.
9. Kapitalisasi biaya
Adanya biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan dan lain sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai
biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan
berdasarkan lamanya masa leasing.

96
10. Risiko keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, leasing yang berjangka waktu
relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan
sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang
mungkin tejadi.
11. Kemudahan penyusutan
Adanya pembayaran sewa guna usaha secara berkala yang jumlahnya
relatif tetap akan akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran
tahunan lessee.

BAB 12

MODAL VENTURA
A. Pengertian dan Dasar Hukum Modal Ventura
1. Pengertian Modal Ventura
Istilah ventura berasal dari kata venture yang secara bahasa bisa berarti sesuatu yang
mengandung risiko atau dapat juga diartikan sebagai usaha. Dengan demikian, secara
bahasa venture (venture capital) adalah modal yang ditanamkan pada usaha yang
mengandung resiko. Adapun defenisi perusahaan modal venture menurut Keppres No. 61
Tahun 1998 adalah bisnis pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu
perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.
Y. Sri Susilo, ddk, menyebutkan pengertian modal ventura menurut beberapa ahli, antara
lain:
a. Modal ventura adalah usaha penyedia pembiayaan untuk memungkinkan
pembentukan dan pengembangan usaha-usaha baru di berbagai bidang (Robert
White).
b. Modal Ventura adalah Investasi jangka panjang dalam bentuk pemberian modal
yang mengandung risiko, dengan penyedia dana (venture capital company) terutama
mengharapkan capital gain di samping pendapatan bungan atau deviden (Tony
Lorenz).

97
c. Modal ventura adalah dana yang di investasikan pada perusahaan atau individu yang
memiliki risiko tinggi (Clinton Richardson).50
Selanjutnya, pengertian Modal Ventura (Venture Capital Company) menurut Pasal 1
ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 09 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan adalah
badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/ penyertaan modal ke dalam suatu
perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu
tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,
dan/ atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Definisi yang sama diulang
kembali pada Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012
tentang Perusahaan Modal Ventura.51
2. Dasar Hukum Modal Ventura
Modal ventura merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang keberadaannya masih
relatif baru. Jika ditinjau dari aspek historis, perkembangan modal ventura telah
mengalami progresivitas dengan adanya beberapa aturan perundang-undangan yang
mengatur tentang segala aspek tentang modal ventura. aturan perundang-undangan
tersebut yakni:52
1) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. Dalam
aturan tersebut disebutkan bahwa modal ventura diakui sebagai salah satu model
penyaluran pembiayaan. Dalam keputusan tersebut ditentukan bahwa perusahaan
modal ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal kedalamsuatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan
untuk jangka waktu tertentu. Bentuk hukum perusahaan modal ventura adalah
Perseroan Terbatas atau Koperasi. Saham perusahaan modal ventura dapat dimiliki
oleh WNI dan/ atau badan hukum Indonesia (usaha patungan).
2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Aturan ini merupakan aturan
pelaksana dari keputusan yang telah dijelaskan diatas. Dalam aturan ini dijabarkan
mengenai tujuan dari adanya pembiayaan modal ventura kepada perusahaan
pasangan usaha. Selain itu Penyertaan modal dalam setiap perusahaan pasangan
usaha bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 tahun. Penarikan
kembali penyertaan modal oleh perusahaan modal ventura dalam segala bentuknya,
50
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.. 307.
51
Miranda Nasihin. Segala Hal tentang Hukum Lembaga Pembiayaan. Cetakan I.
(Yogyakarta:Buku Pintar, 2012), hlm. 112.
52
Heru Soepraptomo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Bandung: PPS Unpad, 2014), hlm. 74.

98
dilaporkan kepada menteri keuangan selambat lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
dilaksanakan.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1973 yang merupakan dasar berdirinya
perusahaan modal ventura yang pertama di Indonesia, yakni PT. Bahana Pembina
Usaha Indonesia (BAHANA), yang sahamsahamnya dipegang oleh Departemen
Keuangan dan Bank Indonesia. Dengan demikian Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1973 juga merupakan dasar hukum dan tonggak sejarah mengenai berdirinya
perusahaan modal ventura di Indonesia.
4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 yang kemudian diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perusahaan modal
ventura dapat berupa badan hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas atau
Perusahaan Perseroan yang modalnya terbagi dalam bentuk saham, maka bentuk
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha dilakukan dengan investasi
pembelian saham. Dalam undang-undang ini juga dijelaskan bahwa suatu badan
usaha dapat menjadi perusahaan modal ventura apabila telah melakukan jual beli di
pasar modal sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.
5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi dimana menjadikan
koperasi sebagai salah satu subjek yang dapat menjadi perusahaan modal ventura.
dalam pasal 41 dan 42 undang-undang tersebut dijelaskan mengenai mekanisme
penyertaan modal yang menjadi tujuan dari pembiayaan modal ventura.
6) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan
Peraturan Pelaksanaanya. Undang-undang ini berlaku apabila perusahaan modal
ventura berurusan dengan pendaftaran, pendaftaran ulang, dan pendaftaran likuidasi
perusahaan.
7) Peraturan Presiden Nomor 09 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Juncto
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/ PMK. 010/ 2012
tentang Perusahaan Modal Ventura. Kedua aturan tersebut merupakan pembaharuan
dari aturan yuridis beserta pelaksana terdahulu yang mengatur tentang pembiayaan
modal ventura.
B. Karakteristik, Mekanisme, Tujuan dan Manfaat Modal Ventura
1. Karakteristik Modal Ventura
Pembiayaan modal ventura memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya
dengan jenis pembiayaan lainnya seperti perbankan, perusahaan pembiayaan: leasing,

99
factoring, dan pembiayaan konsumen. Perbedaan karakteristik pembiayaan modal ventura
inilah yang menempatkan modal ventura sebagi bentuk pembiayaan yang unik.
Karateristik modal ventura tersebut anatara lain sebagai berikut :53
1. Pembiayaan Modal Ventura Merupakan Equity (Quasi Equity Financing) Bentuk
pembiayaan oleh perusahaan modal ventura dilakukan dengan penyertaan modal
langsung pada perusahaan pasangan usaha. Di samping itu, pembiayaan modal
ventura dapat pula dilakukan dengan menggunakan instrument obligasi konversi
atau convertible bond. Bentuk pembiayaan ini dikenal sebagai semi equity financing.
2. Modal Ventura Merupakan Investasi dengan Perspektif Jangka Panjang (Long-term
Perspective) Modal ventura tidak mengharapkan perolehan keuntungan dengan
memperdagangkan sahamnya secara jangka pendek, akan tetapi mengharapkan
capital gain setelah jangka waktu tertentu. Hal ini berarti pembiayaan atau bisnis
modal ventura, pada prinsipnya, memiliki perspektif yang bersifat jangka panjang.
3. Modal Ventura Merupakan Pembiayaan yang Bersifat Risk Capital Dikatakan
berisiko tinggi karena pembiayaan modal ventura tidak disertai dengan jaminan,
seperti halnya dengan kredit perbankan. Akan tetapi hanya didasarkan pada
keyakinan atas gagasan yang diusulkan tersebut. Risiko tinggi tersebut sebenarnya
diimbangi dengan harapan untuk mendapatkan return yang lebih besar.
4. Pembiayaan Modal Ventura Bersifat Aktif (Active Investment) Pembiayaan modal
ventura selalu disertai dengan keterlibatan perusahaan modal ventura dalam
manajemen perusahaan yang dibiayai, meliputi; manajemen keuangan, pemasaran
dan pengawasan operasional. Keikutsertaan dalam manajemen tersebut diharapkan
akan dapat mengurangi risiko investasi perusahaan modal ventura dan membantu
perusahaan yang bersangkutan untuk meningkatkan profitabilitas.
5. Modal Ventura Bersifat Sementara Meskipun pembiayaan modal ventura berupa
penyertaan saham, namun pada prinsipnya, tetap bersifat sementara,misalnya,
ketentuan jangka waktu penyertaan modal ventura di Indonesia maksimum 10 tahun.
Dalam kurun waktu tersebut,diharapkan perusahaan yang dibiayai sudah menacapai
tingkat pertumbuhan yang diinginkan, dan selanjutnya perusahaan modal ventura
akan menarik diri dengan menjual sahamnya (divestasi) pada perusahaan pasangan
usahanya.

53
Ibid., hlm. 339.

100
6. Keuntungan Berupa Capital Gain dan Dividen Keuntungan yang diharapkan
diperoleh perusahaan modal ventura melalui capital gain atau apresiasi nilai saham
di samping deviden.
7. Rate of Return yang Tinggi Bidang usaha yang umumnya dibiayai oleh modal
ventura adalah yang bersifat terobosan-terobosan baru yang menjanjikan keuntungan
yang tinggi.
2. Mekanisme Modal Ventura
Pada prinsipnya, mekanisme modal ventura merupakan suatu proses yang
menggambarkan investasi yang dimulai dari masuknya pemodal dengan membentuk
suatu fool of funds, proses pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha sampai proses
penarikan kembali penyertaan tersebut (divestasi). Dengan demikian modal ventura
merupakan kumpulan dana (fool of funds) yang berasal dari investor, dikelola secara
profesional untuk diinvestasikan kepada perusahaan yang membutuhkan modal. Oleh
karena itu, dalam mekanisme modal ventura paling sedikit tiga unsur yang terlibat secara
langsung, yaitu:54
a. Pemilik modal yang menginginkan keuntungan yang tinggi dari modal yang
dimilikinya. Modal dari beberapa inevstor ini dikumpulkan dalam satu wadah yang
disebut venture capital funds.
b. Profesional yang memiliki keahlian dalam mengelola investasi dan mencari jenis
investasi potensional. Profesional ini dapat berbentuk sebuah lembaga yang disebut
perusahaan manajemen (management venture capital company).
c. Perusahaan yang membutuhkan modal untuk pengembangan usahanya. Perusahaan
yang dibiayai modal ventura ini disebut perusahaan pasangan usaha (investe
company).
Di Indonesia pada prinsipnya perusahaan modal ventura yang telah memperoleh izin
usaha dari Menteri Keuangan dapat mengelola atau dikelola oleh perusahaan modal
ventura lainnya. Pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan investasi modal ventura dalam
mekanisme modal ventura konvensional dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan modal
ventura itu sendiri sebagai badan hukum, atau dengan kata lain suatu perusahaan modal
ventura dapat sebagai pemilik modal (venture capital fund) dan dalam waktu yang sama
menjadi perusahaan manajemen (management venture capital company). Oleh karena itu,
kebijakan dan analisis investasi, pelaksanaan monitoring, dan keterlibatan pada

54
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), ed.4., hlm. 335.

101
manajemen perusahaan pasangan usaha serta pelaksanaan dalam proses divestasi
dilakukan oleh perusahaan modal ventura yang bersangkutan. Sedangkan dalam
mekanisme pendekatan venture capital fund company pelaksanaan semua kebijakan dan
strategi investasi mulai dari analisi, monitoring sampai pada proses divestasi dan review
merupakan dan tanggung jawab perusahaan manajemen investasi. Atas tanggung jawab
tersebut perusahaan manajemen mendapatkan contract fee dan success fee.
3. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura
Kegiatan modal ventura dilakukan dalam bentuk penyertaan modal kedalam suatu PPU
sesuai dengan Kep. Men. Keuangan No. 1251/KMK.013/1998 dengan tujuan:55
a. Memungkinkan dan mempermudah pendirian suatu perusahaan baru.
b. Membantu membiayai perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana dalam
usahanya, terutama tahap-tahap awal.
c. Membantu perusahaan baik pada tahap pengembangan suatu produk maupun pada
tahap mengalami kemunduran.
d. Membantu terwujudnya dari hanya satu gagasan menjadi produk jadi yang siap
dipasarkan.
e. Mempelancar mekanisme investasi dalam dan luar negeri.
f. Mendorong pengembangan proyek research and development.
g. Membantu pengembangan teknologi baru dan mempelancar terjadinya ahli
ternologi.
h. Membantu dan memperlancar pengalihan kepemilikan suatu perusahaan.
Dari sisi perusahaan pasangan usah, masuknya modal ventura sebagai sumber
pembiayaan pada perusahaan akan memberi manfaat bagi perusahaan yang bersangkutan.
Manfaat tersebut antara lain:
a. Kemungkinan berhasilnya usaha lebih besar.
b. Meningkatkan efisiensi pendistribusian produk.
c. Meningkatkan bankabilitas.
d. Meningkatkan kemampuan memperoleh keuntungan.
e. Meningkatkan likuiditas.
C. Sumber Dana Modal Ventura
Sumber dana modal ventura berasal dari berbagai sumber, antara lain:56
1. Investor Perseorangan: Alternatif sumber modal ventura adalah investor individu.
55
Kasmir, bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999),
Cetakan Ketiga, hlm. 260-261.
56
Ibid, hlm 261.

102
2. Saham: Inevstasi modal ventura di Indonesia melalui saham dengan harapan
memperoleh keuntungan.
3. Obligasi Konversi: Jenis ini berupaya memberikan waktu yang lebih banyak
sebelum benar-benar memiliki suatu entitas usaha dan untuk berjaga-jaga agar
pembiayaannya masih mempunyai alternatif mekanisme exit melalui pelunasan
pinjaman.
4. Bagi Hasil: Jenis ini berbentuk pembiayaan berbasis syari’ah. “kan tetapi, di
Indonesia pada kenyataannya bagi hasil tetap atau bagi hasil minimum dari
outstanding pembiayaan yang mengadopsi pola perbankan dengan flat rate atau
efective rate-nya karena berbagai kendala yang dihadapi.
5. Investor Institusi: Investor jenis ini banyak ditemukan di negaranegara industri yang
memiliki divisi khusus yang menangani bisnis modal ventura.
6. Perusahaan Asuransi dan Dana Pensiun: Lembaga keuangan nonbank ini memiliki
potensi sebagai inevstor yang cukup besar bagi modal ventura karena didukung
sumber dananya yang berjangka panjang.
7. Perbankan: Modal jenis ini diperoleh dari bank-bank yang tertarik melakukan bisnis
dengan modal ventura.
8. Pemerintah Daerah: Pemda memberikan bantuan modal yang dimaksud dari APBD
yang disisihkan (khususnya PAD).
9. Lembaga Keuangan Internasional: Perolehan dana ini harus melalui pinjaman dua
tahap dari pemerintah.
D. Jenis Pembiayaan Modal Ventura
Pembiayaan modal ventura juga dapat dibagi beberapa jenis, yaitu :
1. Berdasarkan Cara Pemberi Bantuan
a. Pendekatan satu tingkat (single tier approach)
Pendekatan ini menempatkan sebuah Perusahaan Modal Ventura (PMV)
dalam dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai pemberi bantuan pembiayaan (
fund company) dan juga sebagai pemberi bantuan manajemen atau pengelolaan
dana (management company).
b. Pendekatan dua tingkat (two tier approach)
Pendekatan ini memungkinkan sebuah Perusahaan Pasangan Usaha untuk
menerima bantuan pembiayaan dan bantuan manajemen dari Perusahaan
Modal Ventura yang berbeda.
2. Berdasarkan Cara Penghimpun Dana

103
a. Leverage venture capital
Modal Ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan
sebagian besar pengimpun dananya dalam bentuk pinjaman dari berbagai
macam pihak disebut leverage venture capital.
b. Equity venture capital
Modal ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan
sebagian besar penghimpun dananya dalam bentuk modal sendiri dalam
berbagai bentuk disebut equity venture capital.
3. Berdasarkan Kepemilikan
a. Private’Venture- Capital’ Company
Perusahaan Modal Ventura yang belum go public atau belum menjual
sahamnya melalui Bursa Efek Indonesia disebut Private’Venture- Capital’
Company.
b. Public ’Venture- Capital’ Company
Perusahaan Modal Ventura yang sudah go public atau telah menjual
sahamnya melalui Bursa Efek Indonesia disebut Public ’Venture- Capital’
Company.
c. Bank Affiliate ‘Venture- Capital’ Company
Perusahaan Modal Ventura yang didirikan oleh bank-bank yang mengalami
surplus dana atau memang mempunyai misi khusus dalam hal modal ventura
disebut Bank Affiliate ‘Venture- Capital’ Company.
d. Conglomerate ‘Venture- Capital’ Company
Perusahaan Modal ventura yang didirikan atau dimiliki oleh sejumlah
perusahaan besar disebut Conglomerate ‘Venture- Capital’ Company.
Pembiayaan yang dapat diberikan perusahaan modal ventura dapat dilakukan dalam
beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
1. Penyertaan Modal Langsung
Penyertaan modal langsung adalah penyertaan modal ventura (PMV) pada
perusahaan pasangan usaha, dengan cara megambil sejumlah tertentu dari saham
perusahaan pasangan usaha (PPU) yang bersangkutan. Pola pembiayaan ini dikenal
dengan equity financing atau pembiayaan langsung. Karena pembiayaannya berupa
penyertaan saham, maka perusahaan pasangan usaha haruslah berbentuk badan
hukum perseroan terbatas. Bagian saham yang diambil perusahaan modal ventura
tersebut berasal dari saham-saham yang masih dalam portofolio, yaitu saham yang

104
masih belum diambil bagian dan disetor oleh pemegang saham lainnya (pemegang
saham lama). Penyertaan modal dalam bentuk saham dapat dilakukan dengan cara :
Bersama-sama mendirikan suatu perusahaan. Dalam dilakukan dengan cara
mendirikan PT bersama diberlakukan sepenuhnya ketentuan-ketentuan hukum
Perjanjian dalam KUH Perdata, khususnya ketentuan mengenai kebebasan
berkontrak (pasal 1338), dan ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya suatu
perjanjian (pasal 1320), disamping ketentuan -ketentuan mengenai pendirian suatu
PT yang diatur dalam Undang-undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Selanjutnya, semua janji yang telah disepakati terlebih dahulu oleh
Pendiri/Pemegang Saham (Shareholder Agreement). Penyertaan modal PMV dalam
bentuk pengambilan sejumlah portofolio saham PPU. Penyertaan ini dilakukan oleh
PMV, dalam hal, suatu PPU yang hendak dibiayai telah berbentuk badan hukum,
dalam arti anggaran dasarnya telah memperoleh pengesahan dari instansi yang
berwenang (Menteri Kehakiman). Pembiayaan modal ventura dalam bentuk ini perlu
diperhatikan mengenai ketentuan dalam anggaran dasar calon PPU yang
bersangkutan, keputusankeputusan rapat pemegang saham, rapat Direksi, dan rapat
Dewan Komisaris.
2. Semi Equity Financing
Pembiayaan dalam bentuk semi equity dilakukan dengan membeli obligasi konversi
atau convertible bond yang diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha. Cara
pembiayaan seperti ini banyak disukai, baik oleh perusahaan modal ventura maupun
perusahaan pasangan usaha, karena sifatnya yang lebih fleksibel. Obligasi konversi
lebih menarik bagi perusahaan modal ventura karena dalam periode pembiayaan
tersebut, perusahaan semakin membaik sehingga nilai perusahaan yang dibiayai
tersebut semakin baik, maka perusahaan modal ventura akan menggunakan hak
konversinya (call option).
3. Pembiayaan Bagi Hasil
Instrumen pembiayaan ini dilakukan, dalam hal usaha yang akan dibiayai tidak
berbentuk badan hukum atau syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk penyertaan
langsung belum atau tidak dipenuhi oleh PPU. Bentuk instrumen pembiayaan ini
menekankan pada aspek bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari usaha yang
dibiayai. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk pembiayaan
ini adalah kewenangan bertindak dari pihak yang mewakili PPU, objek usaha, serta
jaminan atas pemberian bantuan dana. Pola pembiayaan bagi hasil ini merupakan

105
instrumen pembiayaan yang dimodifikasi untuk menjembatani kendala pembiayaan
bagi badan usaha yang belum berbadan hukum, terutama usaha kecil. Pembiayaan
modal ventura dalam bentuk penyertaan langsung, baik dengan cara bersama-sama
mendirikan perusahaan baru maupun dengan cara mengambil bagian atau membeli
sejumlah saham perusahaan target, umunya dilakukan oleh PMV terhadap PPU yang
telah berbentuk badan hukum perseroan. Umumnya, PMV lebih menyukai
membiayai perusahaan yang telah berjalan, namun membutuhkan tambahan
pembiayaan. Sedangkan pembiayaan dengan pola bagi hasil terutama disediakan
bagi usaha kecil atau perusahaan yang belum berstatus badab hukum PT. Namun
demikian, pembiayaan dengan memilih pola bagi hasil dapat saja dilakukan antara
PMV dengan PPU yang telah berbadan hukum perseroan, apabila kedua belah pihak
dapat saling menyetujui.

106
BAB 12
PEGADAIAN
A. Sejarah Pengadaian
1. Sejarah Pegadaian Syariah
Sejarah pegadaian syariah di Indonesia tidak dapat dicerah pisahkan dari kemauan
warga masyarakat Islam untuk melaksanakan transakasi akad gadai berdasarkan prinsip
syariah dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan praktik ekonomi dan lembaga
keuangan ayng sesuai dengan nilai dan prinsip hukum Islam. Selain itu, praktik bisnis
ekonomi syariah dan mempunyai peluang yang cerah untuk dikembangkan.
Berdasarkan hal ini, pihak pemerintah bersama DPR memutuskan rancangan peraturan
perundang-undang yang kemudian dilaksanaka pada bulan Mei menjadi UU No. 10
Tahun 1998 tentang Perbankan. UU tersebut memberikan pelung untuk ditetapkan praktik
perekonomian sesuai syariah dibawah perlindungan hukum positif. Dibawah UU tersebut
maka terwujudlah Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Usaha LKS dimulai oleh PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), dengan perum
pengadaian. Bentuk kerjasama kedua pihak, yaitu perum pegadaian bertindak sebagai
kontributor sistem gadai dan BMI sebagai kontributor muatan sistem syariah dan
dananya. Aliansi kedua pihak melahirkan Unit Layanan Gadai Syariah (cabang pegadaian
syariah). Selain aliansi kedua lembaga tersebut, gadai syariah juga dilakukan oleh bank-
bank umum lainnya yang membentuk unit usaha syariah (UUS).57
Pegadaian syariah merupakan sebuah lembaga yang relatif baru di Indonesia. Konsep
operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modren yaitu asas
57
Abdul Ghafur Ansori, Gadai Syariah di Indonesia. (Yogyakarta : Gadjah Mada 2006), hlm. 120.

107
rasionalitas, efesiensi, dan efektivitas yang dilaksanakan dengan nilai Islam. Fungsi
operasional pegadaian syariah dijalankan oleh kantor-kantor cabang Pegadaian
Syariah/Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai suatu unit organisasi dibawah
binaan Divisi Usaha PT. Pegadaian. ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang
struktual terpisah pengolaaannya dari usaha gadai konvensional. Pegadaian syariah
pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) cabag
Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendiri ULGS di
Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta ditahun sama hingga September 2003. Masih
ditahun yang sama pula, 4 kantor cabang pegadaian di Aceh di konversi menjadi
Pegadaian Syarih.
2. Sejarah Pegadaian Secara Umum
Gadai merupakan praktik keuangan yang sudah lama dalam sejarah peradaban manusia.
Sistem rumah gadai yang paling tua terdapat di Negara Cina pada 3.000 tahun yang silam,
juga di Benua Eropa dan Kawasan Laut tengah pada zaman Romawi dahulu. Namun di
Indonesia, praktik gadai sudah berumur ratusan tahun, yaitu warga masyarakat telah
terbiasa melakukan transaksi utang-piutang dengan jaminan barang bergerak.
Berdasarkan sejarah yang ada lembaga pegadaian dikenaldi Indonesia tahun 1746 yang
ditandai dengan Gubernur Jendral VOC Van Imhof mendirikan Bank Van Leaning.
Lembaga kredit dengan sistem gadai pertama kali hadir di bumi nusantara pada saat
Vereenidge Oost Indishe Compagnie (VOC) datang di nusantara ini dan berkuasa.
3. Landasan Prinsip Gadai Syariah
Pada dasarnya pegadaian syariah berjalan diatas dua akad transaksi syariah yaitu :
a. Akad Rahn, yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memproleh
jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagai piutangnya. Dengan
akad ini, pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang
nasabah.
b. Akad Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik
sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan
akad.
Dasar hukum yang menjadi inspirasi gadai syariah adalah ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadits Nabi Muhammad SAW, ijma’ ulama dan fatwa MUI.

108
B. Tinjauan Tentang Gadai Syariah
1. Pengertian Gadai Syariah dan Status Hukum
Pengertian gadai menurut Kitab Undang-undang Hukum Pedata Pasal 1150 disebutkan
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh yang berpiutang atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berpiutang atau oleh seseorang lain atas
namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mrngambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang berpiutang
lainnya : dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang
telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana
yang harus didahulukan.”58
Secara umum usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga
kepada pihak tertentu, guna memproleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan
ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga pengadilan.
Transaksi hukum gadai dalam fikih Islam disebut Ar-Rahn. Ar-rahan adalah suatu jenis
perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tangguangan utang. Pengertian Ar-rahan
dalam bahasa Arab adalah ats-tsubut wa ad-dawam (‫)اثبو والدوام‬, yang berarti “tetap” dan
“kekal”. Pengertian tetap dan kekal dimaksud, merupakan makna ayng tercakup dalam
kata al-habsu yang berarti menahan. Kata ini yang bersifat materil, oleh karena itu secara
bahasa kata Ar-rahn berarti “menjadikan sesuatu barang yang bersifat materil sebagai
pengikat utang”.
Pengertian gadai (rahn) secara bahasa diuangkapkan diatas adalah tetap, kekal dan
jaminan, sedagkan pengertian istilah adalah menyandra sejumlah harta yang diserahkan
sebagai jumlah jaminan secara hak dan dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud
sesudah ditebus. Sedangkan pengertian gadai (rahn) dalam hukum Islam (syara’) adalah :
‫ يمكين اخد ذلك الدين أو اخد بعضه من تلك العين‬k‫حعل عين لن لها قيمه عاليه في نظر الشرع وثيقه بدين‬
Artinya : “Menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam
pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang memungkan untuk
mengambil seluruh atau sebagai utang dari barang tersebut”.
2. Tujuan dan Manfaat Pegadaian
Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan
masyarakat umum dan sekaligus menumpuk keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan
yang baik.sifat yang lain adalah memberikan pinjaman untuk jangka waktu pendek, yaitu
berkisar antara 3-6 bulan dalam jumlah yang relatif kecil. Pinjaman jangka menengah dan
58
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta : Kencana 2009), hlm. 383-385.

109
panjang tidak diberikan pegadaian. Oleh karena itu, perum pegadaian bertujuan sebagai
berikut :
a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atasatasa dasar hukum gadai.
b. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya.
Agar tercapai yang mejadi tujuannya, pegadaian perlu melakukan upaya
strategis yaitu :
1) Melakukan penelitian melalui lembaga keuangan (formal atau informal)
yang melakukan praktik pelepasan uang, mempunyai tuan dan misi yang
sama dengan pegadaian. Hal ini melkukan operasinya. Cara ini
membutuhkan sumber daya dan waktu yang cukup besar dan lama, namun
pemberian cakrawala tentang aktivitas pelepasn uang dan menjadi dasar
pemirikan dalam menyusun strategi selanjutnya.
2) Reorentasi pasar. Dalam mengembangkan sayap usahanya perlu
melakukan reorentasi pasar, karena pegadaian berkonsentrasi pada daerah
perkotaan. Namundalam perwujudannya, tetap berpegang pada prinsip
efisiensi. Artinya tidak harus membangun kantor secara fisik, tetapi
bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak dibidang gedung
perkantoran. Dengan demikian waktu dan dana yang dibutuhkan untuk
merealisasikan relatif cepat dan kecil.
c. Pemanfaatan gadai bebas bunga gadai pada gadai syariah memiliki efek
jaringan pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak
lagi dijerat pinjaman/pembiayaan berbasis bunga.
d. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.
Adapun manfaat pegadaian :
Bagi nasabah ; tersedianya dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dan
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiyaan/kredit perbankkan.
Disamping itu nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai suatu barang bergerak
secara profesional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapt
dipercaya.
3. Kegiatan Usaha
Sejauh ini, perum pegadaian menerbitkan produk pegadaian yang beragam , ada yang
berbasis konvensional ada pula yang syariah. Gadai merupakan kegiatan yang sejauh ini

110
masih menjadi otoritas Perum pegadaian, meskipun belakangan sejumlah bank syariah
menerbitkan produk gadai emas syariah. Produk gadai yang diterbitkan oleh perum
pegadaian, antara lain :
a. Kredit KAC adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur
pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan usaha ini, pemerintah
melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki asat dalam perbankan. Dengan
demikian, kalangan tersebut terhindar dari praktik pemberian uang pinjaman
yang tidak wajar. Pemberian kredit jangka pendek dengan pemberian
pinjaman mulai dari Rp 20.000,- sampai Rp 200.000.000,-. Jaminannya
berupa benda bergerak baik berupa barang perhiasan emas dan berlian,
elektronik, kendaraan maupun alat rumah tangga lainnya. Jamgka kredit
maksimum 4 bukan atau 12 hari dan dapat diperpanjang dengan cara hanya
membayar sewa modalnya saja.
b. Kreasi ; kredit angsuran fidusia, yaitu pemberian pinjaman uang yang
ditunjukkan kepada pengusaha kecil atas dasar fidusia. Kredit atas dasar
fidusia adalah pengikatan jaminan dengan lembaga peningkatan jaminan
sempurna dan memberikan hak prefen kepada kreditor (lembaga fidusia). Bagi
debitor barang jaminan tetap dapat digunakan.
c. Kreasida ; kredit angsuran sistem gadai yang merupakan pemberian pinjaman
kepada para pengusaha mikro kecil (dalam rangka pengembangan usaha) atas
dasar gadai yang pengembalian pinjaman dilakukan melalui angsuran dalam
jangka waktu maksimal 3 tahun dan jaminan bergerak seperti perhiasan,
kendaraan bermotor dan sebagainya.
d. Jasa taksiran ; layanan kepada masyarakat yang memerlukan harga atau nilai
harta benda miliknya yang dapat diperiksa dan ditaksir oleh juru taksir yang
berpengalaman dan profesional. Dengan biaya yang relatif ringsn masyarakat
dapat mengetahui pasti nilai atau kualitas barang miliknya.
e. Jasa titipan ; layanan titipan barang berharga seperti perhiasan, emas, batu
permata, kendaraan bermotor, surat-surat berharga (tanah, ijazah) kepda
masyarakat. Untuk menjamin rasa aman dan ketenangan terhadap harta yang
ditinggalkan terutamabila hendak meninggalkan rumah dalam waktu lama.
f. Gadai gabah ; merupakan kredit tunda jual komoditas pertanian yang
diberikan kepada para petani dengan jaminan gabah kering giling.layanan
kredit ini ditunjukan untuk membantu para petani pacapanen terhindar dari

111
tekanan akibat fluktuasi harga pada saat panen dan permainan dan para
tengkulak. Sistem kredit ini sama dengan gadai biasa.
g. Gadai investa ; merupakan salah satu produk perum pegadaian berupa
penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai dalam jangka waktu tertentu
yang diberikan kepada nasabah dengan jaminan berbentuk saham yang tercatat
dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan Obligasi Negara Ritel (ORI).
h. KRISTA ; Kredit Usaha Rumah Tangga merupakan kredit yang ditunjukkan
kepada para pengusaha sangat mikro yang tergabung dalam suatu
kelompok/asosiasi dengan jaminan pokok sistem tanggung renteng diantara
anggota kelompok tersebut. Perum pegadaian melalui KRISTA berusaha
merangkul para pengusaha mikro, yang sebagaian besar nonbank able, untuk
mengerakan roda perekonomian dan usahanya.
i. Gadai Syariah (rahn) adalah produk jas gadai yang berlandaskan pada prinsip-
prinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan
biaya jasa simpanan pemeliharaan barang jaminan (ijarah).
j. ARRUM ; (Ar-Rahn untuk Usaha Mikro Kecil) merupakan pembiayaan bagi
para pengusaha mikro kecil, untuk pengembangan usaha dengan prinsip
syariah.
Kegiatan pegadaian yaitu sebagai berikut :
a. Penghimpun dana
Dana yang diperlukan oleh perum pegadaian untuk melakukan kegiatan
uasahannya berasal dari :
1) Pinjaman jangka pendek dari perbankan
Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk sekitar
80% dari total dana jangka pendek yang dihimpun.
2) Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang kepada rekan, utang
kepada nasabah, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan
diterima dimuka, dan lain-lain).
3) Penerbitan obligasi
Sampa dengan tahun 1994, perum pegadaian suadah 2 kali
menerbitkan obligasi yang jangka waktunya masing-masing 5 tahun.
Pertama pada tahun 1993 sebesar Rp 23 milyar dan kedua pada tahun 1994

112
sebesar Rp25 milyar. Sehingga pada tahun 1994 total nilai obligasi yang
diterbitkan adalah Rp 50 milyar.59
4) Modal sendiri
Modal yang dimiliki perum terdiri dari :
a) Modal awal, yaitu kekayaan Negara diluar APBN sebesar Rp 205
milyar.
b) Penyertaan modal pemerintah.
c) Laba ditahan, ini merupakan akumulasi sejak perusahaan pegadaian ini
berdiri pada masa Hidia Belanda.
4. Sumber Pendanaan
Pegadaian sebagai lembaga keuangan tidak diperkenankan mengimpun dana
secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, misalnya giro, deposito dan
tabungan. Untuk memenuhi kebutuhan dananya, perum pegadaian memiliki sumber
dana sebagai berikut :
a. Modal sendiri
b. Penyertaan modal pemerinth
c. Pinjaman jangka pendek dari perbakan
d. Pinjaman jangka panjang yang berasal dari kredit lunak bank Indonesia
e. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi
Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayan
kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diproleh dari sumber yang benar-benar
terbebas dari unsur riba. Dalam hal ini, seleruh kegiatan pegadaian syariah termasuk
dana yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri
ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pegadaian telah melakukan kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya,
kedepan pegadaian juga akan melakukan kerja sama dengan lembaga keuangan
syariah lain untuk mem-back up modal kerja.
5. Penaksiran
Mengingat besarnya jumlah pinjaman sangat tergntung pada nilai barang yang
akan digdaikan, maka barang ayang akan diterima calon peminjam terlebih dahulu
harus ditaksir nilainya oleh petugas penaksir. Petugas penaksir adalah orang yang
sudah mendapatkan pelatihan khusus dan berpengalaman dalam melakukan

59
Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta : Ghraha Ilmu 2010),
hlm.172-173.

113
penaksiran barang yang akan digadaikan. Pedoman dasar penaksiran telah ditentukan
oleh perum. Pegadaian agar penaksiran atas suatu barang dapat sesuai dengan nilai
yang sebenarnta. Pedoman penaksirannya yang dikelompokan atas dasar jenis barang
adalah sebagai berikut :
a. Barang kantong
1) Emas
a) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standar taksiran
logam yang telah ditetapkan oleh kantor usat. Harga pedoman untuk
keperluan penaksiran ini disesuaikan dengan perkembangan harga
yang terjadi.
b) Petugas penaksir melakukan pengujian karatase dan berat.
c) Petugas penaksiran menentukan nilai taksiran.
2) Permata
a) Petugas penaksir melihat harga standar permata yang telah ditetapkan
oleh kantor pusat. Standar ini slalu disesuikan dengan perkembangan
pasar permata yang ada.
b) Petugas penaksiran melakukan pengujian kualitas dan berat permata.
c) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.
b. Barang gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil dan lain-lain).
1) Petugas penaksiran melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang.
Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini slalu disesuikan
dengan perkembangan harga yang terjadi.
2) Petugas penaksir menetukan harga tahsir. Nilai taksir terhadap suatu
objek barang akan digadaikan tidak ditentukan sebesar harga pasar,
melainkan setelah dikaitkan dengan presentase tertentu.
6. Proses Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai
a. Barang yang dapat digadaikan
Pada dasarnya hampir semua barang bergerak dapat digadaikan di
pegadaian dengan pengecualian untuk barang-barang tertentu. Barang yang
dapat digadaikan meliputi :
1) Barang perhiasan, yang terbuat dari emas, perak, intan, mutiara dan
batu mulia.
2) Kendaraan, seperti mobil, sepeda motor, sepeda dan lain-lain.

114
3) Barang elektronik, deperti kamera, radio, vidio player, televisi dan
lain-lain.
4) Barang rumah tangga, seperti perlengkapan rumah tangga dan lain-
lain.
5) Mesin-mesin.
6) Tekstil.
7) Barang yang dianggap bernilai oleh perum pegadaian
Barang yang tidak dapat digadaikan meliputi :
1) Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyimpanan khusus dan
memerlukan cara pemeliharaan khusus.
2) Hasil bumi, karena mudah busuk dan rusak.
3) Barang dagangan dalam jumlah besar, tidak dap karena memerlukan
tempat penyimpanan yang sangat besar yang tidak dimiliki oleh
pegadaian.
4) Barang yang cepet rusak, busuk atau susut.
5) Barang yang amat kotor.
6) Barang-barang seri yang sulit ditaksir.
7) Barang yang sangat mudah terbakar.
8) Senjata api, amunisi dan mesiu.
9) Barang yang disewa belikan.
10) Barag milik pemerintah.
11) Barang ilegal.
7. Pemberian Pinjaman
Nilai taksir atas barang yang akan digadaikan tidak sama dengan besarnya
pinjaman yang diberikan. Setelah nilai teksir ditentukan, maka petugas menemukan
jumlah uang pinjaman yang dapat diberikan. Penentuan jumlah uang pinjaman ini
juga berdasarkan presentase tertentu terhadap nilai taksir dan presentase ini juga telah
ditentukan oleh perum pegadaian berdasarkan golongan yang besarnya berkisar 80%
hingga 90%. Pinjaman kemudian digolongakan atas dasar jumlah untuk menentukan
syarat-syarat pinjaman seperti besarnya sewa modal, jangka waktu pelunasan, jadwal
atau waktu pelelangan. Pemberian uang pinjaman kepada nasabah dilakukan oleh
kasir tanpa ada potongan biaya selain untuk permi asuransi.
a. Pelunasan

115
Sesuai dengan syarat yang telah ditentukan pada waktu pemberian
pinjaman, nasabah mempunyai kewajiban melakukan pelunasan pinjaman
ayng telah diterima.
b. Pelelangan
Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu plelangan akan
dilakukan melalui perum pegadaian pada saat yang telah ditentukan dimuka
apabila hal-hal berikut terjadi :
1) Pada saat pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa
menembus barang yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya
karena berbagai alasan.
2) Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak
mamperpanjang batas waktu pinjamannya karena berbagai alasan.
Hasil pelelangan barang yang digadaikan akan digunakan untuk
melunasi seluruh kewajiban nasabah kepada perum pegadaian yang terdiri
dari:
1) Pokok pinjaman
2) Sewa modal atau barang
3) Biaya lelang
Apabila barang tidak laku dilelang atau dijual dengan harga yang lebih
rendah dari pada nilai taksir yang telah dilakukan pada awal pemberian
pinjaman kepada nasabah yang bersangkutan, maka barang yang tidak laku
dilelang tersebut dibeli oleh Negara dan kerugian yang timbul ditanggung oleh
perum pegadaian.
Batas Maksimum Pemberian Pinjaman (BMPP) adalah batas
maksimum pemberian pinjaman yang diberikan untuk setiap Surat Bukti Rahn
(SBR) atau jumlah maksimum pinjaman yang dapat diberikan kepada seorang
Rahin. Besarnya BMPP untuk satu orang rahin atau per SBR perlu diatur
secara khusus, yang berlaku juga dalam operasioanl gadai syariah ini. Pejabat
yang berwenang bertanggung jawab terhadap pelampauan BMPP serta
kebenaran nilai taksiran dan prosedurnya.

116
BAB 13

ASURANSI

117
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitra. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana.
Arifin, Zainul., 2000, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan, Dan
Prospek, Jakarta : Alvabet.
Dahlan Siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dodo Suharto. 2001. “ Manajemen Keuangan”. Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Heru Soepraptomo. 2014. Hukum Lembaga Pembiayaan, Bandung: PPS Unpad.
Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta:Raja Grafindo.
Kasmir,2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja wali Press.
Miranda Nasihin. 2012 Segala Hal tentang Hukum Lembaga Pembiayaan. Cetakan I.
Yogyakarta:Buku Pintar.
Muhamad Samsul. 2006 . “Pasar Modal dan manajemen Portofolio”. Jakarta :
Erlangga.
Nasarudin. 2004, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta : Kencana.
Pandji Anoraga, Piji Pakarti, 2001, Pengantar Pasar Modal, Jakarta:PT Rineka.
S, Burhanuddin. 2010. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sri Indah Nikensari, 2012. Perbankan Syariah, Semarang : PT Puska Riski Putra.
Sawidji Widoatmodjo. 2015, Pengetahuan Pasar Modal, Jakarta : PT Elex
Komputindo.
Saliman, Abdul Rasyid. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Jakarta : Kencana.
Sumantoro. 1988, Aspek-Aspek Hukum Dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta
: Ghalia Indonesia.

118

Anda mungkin juga menyukai