Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MENCARI INFORMASI MENGENAI BANK MUAMALAT

DISUSUN OLEH:
ALIKA SINTIA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1. ALIKA SINTIA
2. KEYSA IVANA
3. FITRI KANIA
4. VINA RAMDANI
5. DINAR
6. SALSA
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang
Telah melimpahkan segala rahmatnya sehingga makalah ini
Bisa diselesaikan dengan baik.penyusunan makalah ini tidak
Bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak
Pihak.
Makalah berjudul “Mencari Informasi tentang Bank
Muamalat” disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Perbankan Dasar. Selain itu, makalah ini juga diharapkan
Bisa memberikan sudut pandang baru tentang Bank
Syariah.
Bank Muamalat adalah bank umum pertama di Indonesia.
Yang menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan
Operasionalnya.
Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap
Apa yang sudah kami teliti bisa bermanfaat untuk orang
lain.
Jika ada kritik dan saran terkait ide tulisan maupun
Penyusunannya, kami akan menerimanya dengan senang
Hati.

Bandung, 20 Agustus 2022


DAFTAR ISI

1. DASAR HUKUM PENDIRIAN


2. SEJARAH BANK
3. PARA PEMEGANG SAHAM/PEMILIK BANK
4. PRODUK SIMPANAN
5. PRODUK KREDIT PEMBIAYAAN
MENCARI INFORMASI MENGENAI BANK MUAMALAT
1.DASAR HUKUM PENDIRIAN
HUKUM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.
Oleh ABDUL RASYID (Juni 2015)
Dengan mulai banyaknya bank-bank berbasis syariah yang
didirikan di berbagai negara, seperti di Sudan, Pakistan, dan
Malaysia pada era tahun 1970-80 an, semakin
meningkatkan kesadaran dan motivasi umat Islam di
Indonesia, sebagai umat mayoritas, untuk melakukan hal
yang serupa. Sebenarnya, keinginan untuk mendirikan bank
berdasarkan prinsip syariah di Indonesia sudah ada sejak
tahun 70-an, namun karenakebijakan pemerintah dan
regulasi yang tidak mendukung pada saat itu, keinginan
tersebut sulit terealisasikan. Keinginan tersebut baru bisa
terwujud dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia
(BMI) pada tahun 1991 yang diprakasai oleh Majelis Ulama
Indonesia dan Pemerintah. Bank ini mulai efektif beroperasi
pada tahun 1992.
Beroperasinya BMI berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan. UU ini lalu diamandemen dengan UU
No. 10 Tahun 1998. Pada tahun 2008, UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah diberlakukan. UU No. 21
ini adalah UU khusus yang mengatur perbankan Syariah.
Tulisan ini akan menjelaskan secara singkat periodisasi
perkembangan UU yang mengatur perbankan syariah di
Indonesia berdasarkan kepada UU yang telah disebutkan di
atas.
UU No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan Sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas bahwa BMI adalah bank pertama di Indonesia yang
beroperasi berdasarkan pada prinsip syariah. Dasar hukum
berdirinya BMI adalah UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Secara substansi, UU ini merupakan peraturan
perbankan nasional yang muatannya lebih banyak
mengatur bank konvesional dibandingkan bank syariah.
Tidak banyak pasal yang mengatur tentang bank syariah
dalam UU ini. Kata ‘bank syariah’ juga tidak disebutkan
secara eksplisit. UU ini hanya menyatakan bahwa bank
boleh beroperasi berdasarkan prinsip pembagian hasil
keuntungan atau prinsip bagi hasil (profit sharing) (lihat
Pasal 1 butir 12 & Pasal 6 huruf m). Tidak disebutkannya
kata ‘syariah’ atau ‘Islam’ secara eksplisit dalam UU ini
disebabkan, menurut Sutan Remy Sjahdeini, masih tidak
kondusifnya situasi politik pada saat itu. Pemerintah masih
‘alergi’ dengan penggunaan kata ‘syariah’ atau ‘Islam’.
Meskipun UU No. 7 Tahun 1992 mengizinkan bank
beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak ada
petunjuk lebih lanjut bagaimana bank tersebut mesti
dijalankan. Oleh karena itu, untuk memberikan
pemahaman dan petunjuk yang jelas, maka pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun
1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Menurut
Pasal 1 butir 1 PP No. 72, yang dimaksud dengan bank
berdasarkan prinsip bagi hasil adalah Bank Umum atau
Bank Prekreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha
semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Adapun yang
dimaksud dengan prinsip bagi hasil sebagaimana yang
dimaksud Pasal 1 ayat (1) adalah prinsip bagi hasil yang
berdasarkan Syari’at.
Berdasarkan pasal-pasal ini dapat dipahami bahwa
ungkapan bank bagi hasil secara prinsip merupakan
terminologi yang digunakan untuk bank Islam atau bank
Syariah. Artinya yang dimaksud dengan prinsip bagi hasil
adalah prinsip muamalah yang berdasarkan pada syariah.
Kata syariah secara jelas merujuk pada hukum Islam. Maka,
prinsip dasar bank syariah dalam menjalankan aktivitasnya
adalah hukum Islam atau syariah.
Mengenai aktivitas bisnis bank, PP No. 72 mengatur secara
jelas bahwa bank umum dan bank prekreditan rakyat (BPR)
yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil tidak boleh
secara bersamaan melakukan aktivitas bisnis berdasarkan
prinsip konvensional. Begitu juga sebaliknya, bank umum
dan BPR konvensional juga tidak boleh melakukan aktivitas
bisnis berdasarkan prinsip bagi hasil. (lihat Pasal 6).
Kemudian, untuk memastikan aktivitas bank bagi hasil tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, maka PP No. 72 juga
mengatur bahwa bank bagi hasil harus mendirikan Badan
Pengawas Syariah (BPS). Fungsi utama BPS ini adalah untuk
mengawasi dan memastikan bahwa produk-produk yang
ditawarkan oleh bank ini betul-betul sesuai dengan prinsip
syariah. Adapun secara struktural, posisi BPS di dalam bank
bersifat independen, terpisah dari menajemen bank dan
tidak mempunyai peran dalam operasional bank. BPS dalam
menjalankan aktivitasnya selalu berkonsultasi dengan
Majelis Ulama Indonesia.
Dari penjelasan di atas, dapat dicatat bahwa sejak
diberlakukanya UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
dan Peraturan Pemerintahnya, maka bank syariah di
Indonesia telah menjadi kenyataan. Hal ini dianggap
sebagai front gateberoperasinya bank syariah di Indonesia.
Namun, peraturan-peraturan tersebut masih dianggap
belum memadai untuk mendorong perkembangan bank
syariah, karena sekedar mengatur bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil, namun tidak secara definitif
dan komprehensif mengatur akitifitas bank berdasarkan
prinsip syariah.
UU No. 10 Tahun 1998
Pada tahun 1998, UU Perbankan (UU No. 7 Tahun 1992)
diamandemen dengan UU No. 10 Tahun 1998. Berbeda
dengan UU No. 7 Tahun 1992 yang tidak mengatur secara
pasti perbankan syariah, ketentuan-ketentuan mengenai
perbankan syariah dalam UU No. 10 Tahun 1998 lebih
lengkap (exhaustive) dan sangat membantu perkembangan
perbankan syariah di Indonesia. UU No. 10 Tahun 1998
secara tegas menggunakan kata bank syariah dan mengatur
secara jelas bahwa bank, baik bank umum dan BPR, dapat
beroperasi dan melakukan pembiayaan berdasarkan pada
prinsip syariah. (lihat Pasal 1 butir 12, Pasal 7 huruf c, Pasal
8 ayat (1 & 2), Pasal 11 ayat (1) & (4a), Pasal 13, Pasal 29
ayat (3) dan Pasal 37 ayat (1) huruf c).
Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah, menurut
Pasal 1 butir 13, adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiyaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
pernyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabah), atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Ketentuan di
atas menunjukkan perluasanan eksistensi bank syariah
dalam melaksanakan kegiatannya, di mana dalam UU
sebelumnya hal tersebut tidak diatur secara
jelas.Selanjutnya, UU No. 10 Tahun 1998 ini juga
membolehkan bank konvensional untuk menjalankan
aktifitasnya berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.(Pasal 6 huruf
m). Dalam hal ini, bank konvensional yang hendak
menjalankan kegiatan syariah harus mendirikan kantor
cabang atau sub kantor cabang. Adapun untuk BPR tetap
tidak dibolehkan untuk menjalankan aktifitas secara
konvensional dan syariah secara bersamaan. Perbedaan
lainnya adalah diberikannya wewenang kepada Bank
Indonesia untuk mengawasi dan mengeluarkan peraturan
mengenai bank syariah. Sebelumnya kewenangan tersebut
diberikan kepada kementrian keuangan. Sejarah mencatat,
bagaimana Bank Indonesia sangat aktif dalam
mengembangan perbankan syariah. Banyak Peraturan Bank
Indonesia yang telah dikeluarkan demi menunjang
kelancaran operasional bank syariah.
UU N. 21 Tahun 2008
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan berbagai
peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dasar
hukum perbankan syariah di Indonesia semakin kuat dan
jumlah bank syariah semakin meningkat secara signifikan.
Akan tetapi, beberapa praktisi dan pakar perbankan syariah
berpendapat bahwa peraturan yang ada masih tidak cukup
untuk mendukung operasional perbankan syariah di
Indonesia. Sebagai contoh, bank syariah beroperasi hanya
berdasarkan pada fatwa Dewan Syariah Nasional yang
kemudian diadopsi Bank Indonesia dalam bentuk Peraturan
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia yang tersebar
dalam berbagai bentuk kadangkala overlapping satu sama
lainnya. Kemudian, bank syariah mempunyai karakterisitk
yang berbeda dengan bank konvensional, sehingga
pengaturan bank syariah dan bank konvensional dalam satu
Undang-Undang yang sama dipandang tidak mencukupi.
Oleh karena itu, adanya UU khusus yang mengatur bisnis
perbankan syariah secara konfrehensif merupakan suatu
kebutuhan yang sangat mendesak untuk diwujudkan.
Pada tahun 2008, Dewan Perwakilan Rakyat dengan
dukungan pemerintah, mengesahkan UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah. UU ini terdiri dari 70 pasal
dan dibagi menjadi 13 bab. Secara umum struktur Hukum
Perbankan Syariah ini sama dengan Hukum Perbankan
Nasional. Aspek baru yang diatur dalam UU ini adalah
terkait dengan tata kelola (corporate governance), prinsip
kehati-hatian (prudential principles), menajemen resiko
(risk menagement), penyelesaian sengketa, otoritas fatwa
dan komite perbankan syariah serta pembinaan dan
pengawasan perbankan syariah. Bank Indonesia tetap
mempunyai peran dalam mengawasi dan mengatur
perbankan syariah di Indonesia, namun saat ini pengaturan
dan pengawasan perbankan, termasuk perbankan syariah
di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai dengan
amanah UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan. Dengan adanya UU khusus yang mengatur
perbankan Syariah serta instrumen hukum lainnya ,
diharapkan eksistensi perbankan syariah semakin kokoh,
para investor semakin tertarik untuk melakukan bisnis di
bank syariah sehingga perbankan syariah di Indonesia
semakin lebih baik lagi.
2.SEJARAH BANK
Diskusi tentang bank syariah sebenarnya telah dirilis pada
tahun 80an.Para tokoh yang terlihat adalah Karnaen
Pewatatmaja, M. Dawan Raharjo, M.Amien Azis dan lain –
lainnya. Adapun gagasan pendirian Bank Muamalat Berawal
dari lokakarya Bunga Bank dan Perbankan yang
diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20
Agustus 1990 di Cisarua, Bogor.Ide ini berlanjut dalam
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia diHotel
Sahid Jaya, Jakarta, pada 22-25 Agustus 1990 yang
diteruskan dengan Pembentukan kelompok kerja untuk
mendirikan bank murni syariah pertama Di Indonesia.
Pendirian Bank Muamalat Indonesia juga digagas oleh
Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha
muslim yang Kemudian mendapat dukungan dari
Pemerintah Republik Indonesia. PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk (“Bank Muamalat Indonesia”) memulai
Perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah pertama di
Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani
1412 H yang ditandai dengan Penandatangan akta
pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia di Hotel Sahid Jaya
berdasarkan Akta Notaris Nomor 1 November yang dibuat
oleh Notaris
Yudo Paripurno, S.H. dengan izin Menteri Kehakiman
Nomor C2.2413.T.01.01 Tanggal 21 Maret 1992/Berita
Negara Republik Indonesia Tanggal 28 April 1992 Nomor
34. Pada saat penandatanganan akta pendirian Ini
diperoleh komitmen dari berbagai pihak untuk membeli
saham sebanyak Rp. 84 miliar. Kemudian dalam acara
silaturahmi pendirian di Istana Bogor diperoleh tambahan
dana dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp. 106 miliar
sebagai wujud dukungan mereka. Dengan modal awal
tersebut dan bertandatang Surat Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 1223/MK.013/1991 tanggal 5
November 1991 serta izin usaha yang berupa Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
430/KMK.013/1992 tanggal 24 April 1992, Bank Muamalat
mulai beroperasi pada 1 Mei 1992 bertepatan dengan 27
Syawal 1412 H. Sejak resmi beroperasi pada 1 Mei 1992
atau 27 Syawal 1412 H, Bank Muamalat Indonesia terus
berinovasi dan mengeluarkan produk produk keuangan
syariah seperti Asuransi Syariah (Asuransi Takaful), Dana
Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat)
dan multifinance syariah (Al-Ijarah Indonesia Finance) yang
seluruhnya menjadi terobosan di Indonesia.Pada akhr
tahun 90an, Indonesia dilanda krisi moneter yang
memporak Perandakan sebagian besar perekonomian Asia
Tenggara. Sektor Perbankan nasional tergulung oleh kredit
macet di segmen korporasi, Bank Muamalat pun terimbas
dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar
Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu 39,3
Miliar kurang dari sepertiga modal sektor awal.Dalam
upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara
positif oleh Islamic Develop Bank (IDB) yang berkedudukan
di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB
secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999
dan 2002 merupakan masa - masa yang penuh tantangan
sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil mengembalikan
kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi
dari setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan
yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta
ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara
murni.Melalui masa - masa sulit ini, Bank Muamalat
berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari
pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota
Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank
Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun
dengan penekanan seperti Pembangunan tonggak –
tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan
peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun
ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank
Muamalat, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati ke era
pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 seterusnya. Pada
tahun 2004 Bank Muamalat meluncurkan produk bank
Share-e yang merupakan produk tabungan instan pertama
di Indonesia. Produk Shar-e Gold Debit Visa yang
diluncurkan pada tahun 2011 tersebut mendapatkan
penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai
Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama di
Indonesia serta layanan e-channel Muamalat. Oleh
karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002
merupakan masa - masa yang penuh tantangan sekaligus
keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu
tersebut, Bank Muamalat berhasil mengembalikan kondisi
dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi dari setiap
Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat,
strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan
terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara
murni.Melalui masa - masa sulit ini, Bank Muamalat
berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari
pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota
Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank
Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun
dengan penekanan seperti Pembangunan tonggak –
tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan
peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun
ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank
Muamalat, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati ke era
pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 seterusnya. Pada
tahun 2004 Bank Muamalat meluncurkan produk bank
Share-e yang merupakan produk tabungan instan pertama
di Indonesia. Produk Shar-e Gold Debit Visa yang
diluncurkan pada tahun 2011 tersebut mendapatkan
penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai
Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama di
Indonesia serta layanan e-channel seperti internet banking,
mobile banking, ATM, dan cash management seperti
internet banking, mobile banking, ATM, dan cash
management. Seluruh produk-produk tersebut menjadi
pionir produk syariah di Indonesia Dan menjadi tonggak
sejarah penting di industri perbankan syariah.Seiring
kapasitas Bank Muamalat yang semakin diakui, Bank
Muamalat Semakin melebarkan sayap dengan terus
menambah jaringan kantor Cabangnya di seluruh
Indonesia. Pada tahun 2009, Bank mendapatkan izin Untuk
membuka kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia dan
menjadi bank Pertama di Indonesia serta satu-satunya yang
mewujudkan ekspansi bisnis di Malaysia. Hingga saat ini,
Bank telah memiliki 325 kantor layanan termasuk 1 (satu)
kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank juga didukung
oleh Jaringan layanan yang luas berupa 710 unit ATM
Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM Prima,
serta lebih dari 11.000 jaringan ATM di Malaysia melalui
Malaysia Electronic Payment (MEPS).Menginjak usianya
yang ke-20 pada tahun 2012, Bank Muamalat Indonesia
melakukan rebranding pada logo Bank untuk semakin
Meningkatkan awareness terhadap image sebagai Bank
syariah Islami, Modern dan Profesional. Bank pun terus
mewujudkan berbagai pencapaian Serta prestasi yang
diakui baik secara nasional maupun internasional. Hingga
Saat ini, Bank beroperasi bersama beberapa entitas
anaknya dalam Memberikan layanan terbaik yaitu Al-Ijarah
Indonesia Finance (ALIF) yang Memberikan layanan
pembiayaan syariah, (DPLK Muamalat) yang Memberikan
layanan dana pensiun melalui Dana Pensiun Lembaga
Keuangan, dan Baitulmaal Muamalat yang memberikan
layanan untuk Menyalurkan dana Zakat, Infak dan Sedekah
(ZIS).
Sejak tahun 2015, Bank Muamalat Indonesia
bermetamorfosa untuk menjadi entitas yang semakin baik
dan meraih pertumbuhan jangka panjang. Dengan strategi
bisnis yang terarah Bank Muamalat Indonesia akan terus
melaju mewujudkan visi menjadi “The Best Islamic Bank
and Top 10 Bank in Indonesia with Strong Regional
Presence”.
3.PARA PEMEGANG SAHAM/PEMILIK BANK
Berdasarkan pengumuman di situs resmi BPKH yang dirilis
pada Selasa (16/11/2021), BPKH kini mengenggam saham
Bank Muamalat sebesar 78,45 persen.

Penambahan saham yang dimiliki BPKH didapatkan dari


hibah saham. Pada 21 Juni 2021 serta 15 November dan 16
November 2021, BPKH telah menerima hibah saham yang
berasal dari Islamic Development Bank, Bank Boubyan,
Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDF
Investment Foundation, dan BMF Holding Limited sebanyak
7,903 miliar saham atau setara dengan 77,42 persen,
sehingga total kepemilikan saham BPKH di Bank Muamalat
menjadi 78,45 persen.Pengalihan saham tersebut
merupakan penyerahan saham dengan hibah tidak terdapat
harga pengalihan per saham,”Sebelum hibah saham
dilakukan, BPKH memiliki saham Bank Muamalat sebesar
1,03 persen atau 106,61 juta lembar. Sementara, Islamic
Development Bank mengempit saham bank syariah
pertama di Indonesia tersebut sebesar 32,74 persen.
Kemudian, Bank Boubyan memiliki 22,00 persen saham,
Atwill Holdings Limited memiliki 17,91 persen saham,
National Bank of Kuwait 8,45 persen, IDF Investment
Foundation sebesar 3,48 persen, dan BMF Holdings Limited
sebesar 2,84 persen.Lalu, setelah hibah, maka porsi saham
BPKH di Bank Muamalat menjadi 78,45 persen, sedangkan
Islamic Development Bank menjadi 10,00 persen.
Pemegang saham lain yang disebutkan sebelumnya kini
tidak memiliki porsi saham Bank Muamalat.Dikutip dari
situs Bank Muamalat, terdapat juga pemegang saham lain
yaitu Reza Rhenaldi Syaiful 1,67 persen, Dewi Monita 1,67
persen, Andre Mirza Hartawan 1,66 persen, Koperasi
Perkayuan Apkindo-MPI 1,39 persen, dan pemegang saham
lainnya 6,19 persen.Sementara itu, pengalihan saham
dilakukan dalam rangka memiliki, mengoperasikan, dan
mengembangkan usaha BPKH di bidang perbankan
syariah.BPKH pun menjadi pemegang saham pengendali
Bank Muamalat dari transaksi hibah. Adapun, transaksi ini
dikecualikan dari Pengumuman dan Pelaksanaan Tender
Offer Wajib sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan
Perusahaan Terbuka.Sebagai informasi, BPKH merupakan
badan hukum publik yang dibentuk dengan Peraturan
Presiden Nomor 110/2017 tentang Badan Pengelola
Keuangan Haji, sebagai amanat dari UU No. 34 tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Haji.Sebelumnya, BPKH
berama PT PPA (Persero) dan Bank Muamalat juga
menandatangani Master Restructuring Agreement (MRA)
pada 15 September 2021.MRA ini mengatur dan
mendokumentasikan keseluruhan tahapan maupun
rangkaian transaksi dalam rangka pengelolaan aset
pembiayaan berkualitas rendah milik Bank Muamalat
terkait penguatan permodalan bank syariah tertua di
Indonesia ini.Perjanjian tersebut juga mengatur hubungan
hukum yang menjadi dasar pelaksanaan transaksi yang
akan dilakukan secara terpisah di kemudian hari, antara
lain, penerbitan dan pembelian instrumen berbasis syariah
(sukuk) dan perjanjian pengelolaan aset pembiayaan
berkualitas rendah milik Bank Muamalat dengan
mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik dan berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
4.PRODUK SIMPANAN
1.Tabungan iB Muamalat
iB Muamalat adalah jenis tabungan pertama dari Muamalat
yang bisa Anda pilih. Dengan menggunakan jenis tabungan
yang satu ini, transaksi belanja Anda juga bakal lebih mudah
sebab Anda nantinya bisa dengan bebas bertransaksi
belanja di seluruh merchant berlog Visa yang ada di
Indonesia dan luar negeri.Lebih menarik lagi, dengan
tabungan iB Muamalat ini Anda dapat membayar ZIS (zakat,
infak, dan sedekah) melalui internet dan mobile banking
sehingga bagi seorang muslim, hal ini akan sangat
memudahkan Anda untuk menunaikan kewajiban sebagai
umat Islam.
Untuk persyaratan dan keuntungan dari tabungan ini
adalah sebagai berikut:

 Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening


tabungan iB Muamalat
 Melampirkan identitas diri (KTP/SIM/PASPOR) serta
fotokopinya
 Melampirkan NPWP dan fotokopinya
 Setoran awal Rp100 ribu
 Saldo minimum Rp10 ribu
 Biaya layanan Rp11 ribu untuk rekening aktif dan Rp15
ribu untuk rekening pasif
 Bebas biaya realtime transfer hingga lima kali per
bulan apabila saldo rata-rata nasabah sebesar Rp25
juta
 Bebas biaya tarik tunai di ATM Prima dan Bersama
setelah penarikan ke-10

2.Tabungan iB Muamalat Rencana


Jenis tabungan ini akan membantu Anda untuk
merencanakan keuangan dengan tepat. Dengan tabungan
ini, Anda dapat mewujudkan rencana dan impian di masa
depan dengan lebih baik sesuai dengan prinsip syariah.
Adapun persyaratan dan keuntungan dari tabungan iB
Muamalat Rencana, antara lain:
 Usia ketika pembukaan rekening minimal 17 tahun dan
maksimal 60 tahun
 Usia ketika tabungan Muamalat Rencana iB jatuh
tempo maksimal 65 tahun
 Memiliki rekening Tabungan Muamalat iB sebagai
rekening sumber dana nasabah
 Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening
tabungan iB Muamalat
 Melampirkan identitas diri (KTP/SIM/PASPOR) serta
fotokopinya
 Melampirkan NPWP dan fotokopinya
 Setoran minimum Rp100 ribu akan diautodebet setiap
bulan
 Gratis biaya administrasi
 Mendapatkan asuransi dari Asuransi Takaful Keluarga.

3. iB Muamalat Haji dan Umrah

Sebagaimana jamak diketahui, Kementerian Agama selalu


mempercayakan Bank Muamalat Indonesia untuk menjadi
salah satu BPS BPIH alias Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggara Ibadah Haji.

Karena itu, kinerja bank ini dalam memberangkatkan para


nasabahnya beribadah haji tentu saja tidak perlu diragukan.
Adapun persyaratan dan keuntungan dari tabungan iB
Muamalat Haji dan Umrah, di antaranya:

 Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening


tabungan iB Muamalat
 Melampirkan identitas diri (KTP/SIM/PASPOR) dan
fotokopinya
 Melampirkan NPWP dan fotokopinya
 Setoran awal Rp50 ribu
 Saldo minimal Rp50 ribu
 Dapat memilih jangka waktu dan jumlah setoran
sesuai dengan paket yang tersedia
 Mendapat kartu Shar-E Gold yang bisa memudahkan
bertransaksi ketika tengah menunaikan ibadah haji
 Mendapat bonus dan suvenir haji
 Terkoneksi secara online dengan SISKOHAT DEPAG
buat memperoleh kepastian waktu keberangkatan
 Bebas biaya administrasi bulanan
 Mendapat kesempatan buat ibadah umrah secara
gratis
 Penting juga diketahui bahwa jika saldo nasabah (SRR)
Anda kurang dari Rp2,5 juta, bank akan mengenakan
biaya administrasi sebesar Rp5.000. Sementara itu,
apabila SRR lebih dari Rp2,5 juta, biaya
administrasinya gratis.

4.TabunganKu

Adapun layanan TabunganKu ini bertujuan untuk


menumbuhkan budaya menabung masyarakat
Indonesia. Jenis produk tabungan ini pun diharapkan
mampu menjangkau penduduk yang masih belum
memiliki tabungan di bank. Bukan hhanya Muamalat
yang syariah, TabunganKu pun diselenggarakan secara
bersama-sana oleh bank-bank lain yang ada di tanah
air.

Untuk persyaratan dan keuntungan dari TabunganKu


adalah sebagai berikut:

 Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening


tabungan iB Muamalat
 Melampirkan identitas diri (KTP/SIM/PASPOR) serta
fotokopinya
 Melampirkan NPWP dan fotokopinya
 Melampirkan Kartu Keluarga atau Akta Kelahiran
 Setoran awal pembukaan rekening sebesar Rp 20 ribu
 Bebas biaya administrasi bulanan
5. KREDIT/PEMBIAYAAN
a. Murabahah
Pembiayaan dengan akad murabahah pada Bank adalah
pembiayaan jual beli antara Bank dan Nasabah dimana
Bank menjadi pihak yang menyediakan barang dengan
membeli barang/unit dengan kriteria dan spesifikasi yang
dipesan oleh Nasabah. Setelah barang dibeli dan dimiliki
Bank, Bank menjualnya kepada Nasabah dengan harga
lebih yang merupakan keuntungan Bank dari transaksi
murabahah tersebut. Pada Bank MUAMALAT terdapat
pembiayaan murabahah dengan jenis produk-produk
seperti berikut; KPR Ib MUAMALAT, Pembiayaan IB
MUAMALAT Multiguna, Pembiayaan Investasi, Pembiayaan
Modal Kerja Proyek, Pembiayaan Modal Kerja Konstruksi
Developer, Pembiayaan Buyer Financing, dan lain-lain.

b. Wakalah
Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu
pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu yang
disepakati kedua pihak. Nasabah bertindak sebagai
penerima wakalah dari Bank untuk mencari barang/unit
yang diinginkan oleh Nasabah dalam pemenuhan akad jual
beli antara Nasabah dan Bank. Secara singkat pembiayaan
wakalah dikombinasikan dengan murabahah dapat
dipahami bahwa Bank menguasakan kepada Nasabah untuk
mencari barang yang dinginkan Nasabah untuk dilakukan
jual beli dengan Nasabah. Pada Bank MUAMALAT terdapat
pembiayaan murabahah dengan jenis produk-produk
seperti; KPR Ib MUAMALAT, Pembiayaan IB MUAMALAT
Multiguna, Pembiayaan Investasi, Pembiayaan Modal Kerja
Proyek, Pembiayaan Modal kerja konstruksi developer,
pembiayaan buyer financing dan lain lain.

c. Salam
Salam adalah akad jual beli atas barang pesanan yang
dibayar tunai di awal dengan penangguhan pengiriman
penjual. fiih diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Pembiayaan Jual Beli dengan menggunakan akad salam
atau biasa disebut jual beli pesanan dimana Nasabah yang
memerlukan biaya untuk memproduksi barang-barang
industri bisa mengajukan permohonan pembiayaan ke Bank
dengan akad jual beli salam. Bank sebagai pemesan
sekaligus pembeli barang yang akan diproduksi oleh
nasabah. Maka bank membayar harganya secara kontan.
Pada waktu yang ditentukan, nasabah menyerahkan barang
pesanan tersebut kepada bank. Bank dapat melakukan akad
salam paralel, yaitu dua akad salam yang dilakukan secara
simultan antara bank dan nasabah di satu pihak dan antara
bank dan pemasok barang (supplier) di pihak lain. Belum
terdapat akad salam pada IB MUAMALAT.
 
d. Istishna’
Istiishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antaran pemesan dan
penjual. Pembiayaan jual beli dengan akad isthisna’  dimana
Nasabah melakukan pemesanan atas suatu barang kepada
Bank dengan menjelaskan spesifikasi dan jumlah.
Setelahnya Bank dan Nasabah melakukan negosiasi sampai
dengan tercapainya kesepakatan. Setelah disepakati bank
membeli (memesan) barang pesanan nasabah kepada
supplier/produsen, selanjutnya nasabah membayar ke bank
(di muka atau dicicil atau dibayar di belakang), produsen
mengirim barang sesuai pesanan ke nasabah, dan produsen
mengirim dokumen pembuatan dan pengiriman barang
tersebut ke bank. Pada Bank MUAMALAT terdapat
pembiayaan istishna’ dengan jenis produk-produk seperti;
Pembiayaan KPR iB Muamalat indent

e.Ijarah
Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik obyek
sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek
sewa yang disewakannya. Akad yang digunakan oleh
Nasabah untuk menggunakan jasa bank yang dimana Bank
mendapatkan ujrah dari penggunaan jasa tersebut. Akad ini
dilakukan dengan cara Nasabah mengajukan penggadaian
emas kepada Bank, yang kemudian dilakukan akad ijarah
antara Nasabah dan Bank. Selanjutnya Nasabah
menyerahkan emas sebagai objek gadai dan Bank
memberikan uang pinjaman gadai kepada Nasabah. Setelah
itu, Nasabah mengembalikan uang gadai beserta dengan
uang sewa penyimpanan kepada Bank dan Bank
mengembalikan barang gadai berupa emas kepada
Nasabah. Akad Ijarah ini digunakan pada Pembiayaan IB
MUAMALAT Multiguna seperti save deposit box juga dalam
gadai.

f.Ijarah Muntahiyya Bit Tamlik (IMBT)


Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad sewa menyewa
antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya
dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa pada saat
tertentu sesuai dengan akad sewa.

Akad ini dilakukan dengan cara Nasabah melakukan


permohonan pembiayaan kepemilikan objek sewa kepada
Bank. Bank membeli objek sewa sesuai dengan pesanan
nasabah kepada pihak pemilik objek sewa. Setelah
melakukan pembelian objek sewa, Bank menyewakan
barang tersebut dengan akad ijarah dan janji hibah/jual di
akhir masa sewa kepada Nasabah. Nasabah pun menyetujui
dan melakukan pembayaran sewa cicilan berdasarkan masa
sewa yang telah disepakati. Setelah di akhir masa sewa,
objek sewa dihibahkan atau dijual kepada Nasabah. Pada
Bank MUAMALAT terdapat pembiayaan IMBT pada segmen
corporate dan commercial.

g.Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (modal) dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah pada
Bank Syariah adalah Transaksi penanaman dana dari dua
atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk
menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan
pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian
kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing. Pada
Bank MUAMALAT terdapat pembiayaan musyarakah
dengan jenis produk-produk seperti; Pembiayaan modal
kerja reguler, pembiayaan modal kerja proyek, pembiayaan
rekening koran syariah (PRKS), dan lain-lain.

h. Mutanaqisah
Musyarakah Mutanaqisah adalah Pembiayaan musyarakah
yang kepemilikan aset/barang atau modal salah satu pihak
berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh
pihak lainnya. MMQ ialah akad kerjasama antara Nasabah
dan Bank untuk melakukan pembiayaan KPR. Akad ini
dilakukan dengan cara Nasabah melakukan pengajuan
pembiayaan KPR kepada Bank dengan menggunakan akad
MMQ. Nasabah dan Bank melakukan akad MMQ dengan
syarat porsi kepemilikan Bank lebih besar (hishah). Nasabah
dan Bank selanjutnya menaruh modal sesuai dengan porsi
yang disepakati. Setelah itu KPR tersebut digunakan oleh
Nasabah, dan Nasabah melakukan pengembalian porsi
modal Bank bersama dengan ujrah (karena KPR tersebut
digunakan dengan cara sewa). Setelah pengembalian porsi
modal dari Nasabah dan pemilikan bank dinyatakan sebesar
0% maka kepemilikan KPR tersebut telah menjadi milik
nasabah sepenuhnya. Pada Bank MUAMALAT terdapat
pembiayaan MMQ dengan jenis produk-produk seperti;
Pembiayaan KPR iB Muamalat ready stock dan indent,
Pembiayaan Refinancing Syariah, dan lain-lain.
i.Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah adalah suatu akad kerja sama
kemitraan antara penyedia dana usaha dengan Pengelolaan
dana/manajemen usaha untuk memperoleh hasil usaha
dengan pembagian hasil usaha sesuai porsi (nisbah) yang
disepakati bersama pada awal. Pembiayaan yang dilakukan
di dalam perbankan menggunakan akad mudharabah
muqayyadah dilakukan dengan cara Nasabah mengajukan
pembiayaan kepada Bank, kemudian antara Bank dan
Nasabah melakukan akad mudharabah muqayyadah
dengan adanya ketentuan terkait waktu pembiayaan dan
jenis usaha yang dibatasi. Bank pun selanjutnya
memberikan dana pembiayaan kepada nasabah. Dan
Nasabah melakukan pengembalian dana beserta dengan
nisbah yang telah disepakati. Pada Bank MUAMALAT
terdapat pembiayaan Mudharabah Muqayyadah dengan
jenis produk-produk seperti; Pembiayaan kepada Lembaga
Keuangan Syariah (Multifinance, BPRS, dan lain-lain).

Anda mungkin juga menyukai