A. Sejarah Berdiri
Sejarah berdirinya bank syariah sebelum pendirian Bank Muamalat dapat kita pahami
sejak kurun waktu sebelum terjadinya kemerdekaan di Indonesia. Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah yakni K.H. Mas Mansyur pada periode 1937 – 1944 pernah menyatakan jika
umat Islam Indonesia tidak memiliki lembaga yang bebas riba sehingga terpaksa
menggunakan jasa perbankan konvensional. Kronologis pembentukan bank syariah dapat kita
ketahui sejak beberapa kurun waktu berikut:
Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan
dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala
melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan
keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.
Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim
baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah
(hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi
keyakinannya.
Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang
menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah
Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai
seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman
hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang
menyatakan “Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul
karimah”
Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat yang
antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan
resiko masing-masing pihak
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling
bersinergi untuk memperoleh keuntungan
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan
secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui
kondisi dananya
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keharaman riba, diantaranya:
Jenis-jenis Riba
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan tidak
sama timbangannya atau takarannya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarkan. Contoh: tukar menukar dengan emas, perak dengan perak, beras
dengan beras, gandum dan sebagainya.
2. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi. Contoh : Andi meminjam
uang sebesar Rp. 25.000 kepada Budi. Budi mengharuskan Andi mengembalikan
hutangnya kepada Budi sebesar Rp. 30.000. maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba
Qardh.
3. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum timbang diterima. Maksudnya:
orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelumnya ia menerima barang
tersebut dari sipenjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu
tidak boleh, sebab jual-beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.
4. Riba Nasi’ah, yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis
yang pembayarannya disyaratkan lebih, dengan diakhiri/dilambatkan oleh yang
meminjam. Contoh : Rusminah membeli cincin seberat 10 Gram. Oleh penjualnya
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas seberat 12 gram, dan
jika terlambat satu tahun lagi, maka tambah 2 gram lagi menjadi 14 gram dan
seterusnya.
Dalam model organisasi visi dan misi dalam suatu organisasi perbankan syriah tidak bisa
terlepas guna untuk mencapai suatu tujuan bersama.1
1. Visi Terwujudnya system perbankan syriah yang sehat , kuat dan istiqomah terhadap
prinsip syariah dalam kerangka keadilan, kemaslahatan dan keseimbangan guna mencapai
masyarakat yang sejahtera secara material dan spiritual ( falah ).
2. Misi Mewujudkan iklim yang kondusif utuk pengembangkan perbankan syariah yang
kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian yang mampu
mendukung sector riil kegiatan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalm rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.
1
Umam.khaerul.2013. Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: CV Pustaka
Setia.
muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar daripraktek-praktek riba dan
usaha lain yang mengandung ghoror.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup ummat dengan jalan membuka peluang berusaha lebih
besar terutama kelompok miskin yang di arahkan pada produksi yang lebih produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk menanggulagi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama
dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah dalm mengentaskan
kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol kebersamaannya dari siklus
usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen , pembinaan pedagang
perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja, dan program
pengembangan usaha bersama.
5. Untuk mmenjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktifitas bank syariah akan
mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi ,menghindari
persaingan yang tidak sehat Antara lembaga keuangan.
- Dewan Audit
Fungsi utama dari Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan
fungsi pengawasan terhadap Perseroan. Komite Audit secara berkala mengadakan rapat dengan
Direksi dan jajarannya untuk mengevaluasi kinerja Perseroan serta menyampaikan laporan hasil
evaluasi dalam setiap rapat Dewan Komisaris yang diadakan secara berkala.
- Direksi
Direksi yang terdiri dari seorang direktur utama, yang bertugas dalam memimpin dan
mengawasi kegiatan Bank syariah sehari-hari, sesuai dengan kebijaksanaan umum yang telah
disetujui oleh dewan komisaris dalam RUPS. Tugas dan tanggung jawab direksi adalah:
Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank syariah untuk masa yang akan
datang yang disetujui oleh dewan komisaris serta disyahkan dalam RUPS agar tercapai tujuan
serta kontinuitas operasional perusahaan.
Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaandan Rencana Kerja untuk tahun
buku yang baru disetujui oleh dewan komisaris.
Mengajukan reraca dan laporan laba rugi tahunan serta laporan-laporan berkala lainya kepada
dewan komisaris untuk mendapatkan penilaian.
- Devisi / Urusan
Tugas dari devisi dalam bank syariah adalah menyusun rencana kerja, menopang
kebutuhan organisasi, menciptakan event yang dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan
perbankan.
- Kantor Cabang
Menjalankan kegiatan yang diarahkan oleh managernya sesuai dengan peraturan dan
kebijaksanaan kantor pusat. 2
Pembicaraan mengenai sistem operasional lembaga keuangan syari’ah pada intinya adalah
membicarakan tentang bagaimana kerja dan optimalisasi masing-masing bagian dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. Berkaitan dengan itu, maka adanya job description dan job
spesification merupakan hal yang sangat penting.
Bahasan berikut ini akan diuraikan tentang tugas dan kewenangan masing-masing bagian yang terkait
dalam sistem operasional bank syari’ah.
2
http://lista.staff.gunadarma.ac.id/Downloads.P+4+macam-organisasi-Bank-islam.pdf
Dewan pengawas syari’ah terdiri dari tiga orang atau lebih dengan profesi yang ahli dalam
hukum Islam, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas Sayari’ah, berfungsi memberikan Fatwa
Agama terutama dalam produk-produk Bank Syari’ah. Kemudian bersama dengan Dewan Komisaris
mengawasi pelaksanaanya. Fatwa agama dari hasil keputusan musyawarah Dewan Pengawas Syari’ah
disampaikan secara tertulis kepada Direksi dengan tindakan Dewan Komisaris.
b) Dewan Komisaris
1) Dewan komisaris yang terdiri dari 3 orang atau lebih yang dipimpin oleh seorang Komisaris
Utama, bertugas dalam pengawasan intern Bank Syari’ah, mengarahkan pelaksanaan yagn dijalankan
oleh Direksi agar tetap mengikuti kebijaksanaan Perseroan dan Ketentuan yang berlaku.
- Menyelenggarakan rapat umum luar biasa para pemegang saham dalam hal pembebasan
tugas dan kewajiban Direksi.
- Memberikan penilaian atas neraca dan perhitungan R/L tahunan, serta laporan-laporan
berkala lainnya yang disampaikan oleh Direksi.
- Menyetujui atau menolak pinjaman yang diajukan oleh para anggota Direksi.
- Menyetujui semua hal yang menyangkut perubahan-perubahan modal dan pembagian laba.
- Menandatangani surat-surat saham yang telah diberi nomor urut sesuai dengan yang
diberikan dalam anggaran dasar perseroan.
c) Direksi
1) Direksi yang terdiri seorang Direktur Utama dan seorang atau lebih Direktur, bertugas dalam
memimpin dan mengawasi kegiatan Bank Syari’ah sehari-hari, sesuai dengan kebijaksanaan umum yang
telah disetujui Dewan Komisaris dalam RUPS.
- Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaan dan Rencana Kerja untuk tahun
buku yang baru disetujui oleh Dewan Komisaris.
- Mengajukan Neraca dan Laporan Rugi-Laba tahunan serta laporan-laporans berkala lainnya
kepada Dewan Komisaris untuk mendapatkan penilaiannya.
- Turut menandatangani Surat-surat Saham yang telah diberi nomor urut sesuai dengan
ketentuan didalam Anggaran Dasar Perusahaan.
- Bertanggung jawab atas pengeluaran duplikasi surat saham, tanda penerimaan keuntungan
dan talon yang hilang serta mengumumkan disurat kabar resmi yang terbit ditempat kedudukan
perseroan.
- Mengajukan kepada Dewan Komisaris, jenis pelayanan baru yang dapat diberikan perseroan
kepada masyarakat untuk disetujui.
- Mengangkat pejabat-pejabat Bank Syari’ah yang akan diberi tanggung jawab mengawasi
kegiatan perseroan.
- Menyetujui besarnya gaji dan tunjangan lainnya yang harus dibayarkan kepada para pejabat
dan pegawai perseroan.
- Membantu direktur utama dalam mengelola perseroan sehingga tercapai tujuan perseroan.
- Bersama-sama direktur utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
d) Bidang Marketing
1) Fungsi bidang marketing adalah sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu
Direksi dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut bidang marketing dan pembiayaan
(kredit).
e) Bidang Operasional
1) Fungsi bidang operasional sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu direksi
dalam melakukan tugas-tugas dibidang operasional bank.
f) Bidang umum
1) Fungsi bidang umum adalah sebagai staf/karyawan bank yang bertugas untuk membantu
penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan agar dapat melanjutkan tugasnya dengan
baik.
- Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap dalam kondisi yang baik, dan
bertanggung jawab atas keamanan harta/peralatan tersebut.[5]
g) Bidang pengawasan
Bidang pengawasan disini adalah penegasan manajerial yang dijumpai oleh Direksi (Direktur Utama)
agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan serta dapat mencapai keberhasilan yang
optimal. Diluar bidang pengawasan masih juga terdapat pengawasan pembiayaan yang merupakan
pengawasan fungsional.
Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada operasional bank syari’ah
meliputi:
a) Mobilisasi dana/Funding
Bagian mobilisasi dana bertugas dalam pengumpulan dana masyarakat sesuai dengan funding yang ada,
seperti saham, deposito, mudhorobah, tabunganmudharabah, titipan wadi’ah yad dhomamah, zakat,
infaq dan shadaqah.
b) Account Officer(A/O)
A/O bertugas memproses calon Debitur atau permohonan pembiayaan sehingga menjadi debitur.
Selanjutnya membina debitur tersebut agar memenuhi kesanggupannya terutama dalam pembayaran
kembali pinjamanya.
c) Bagian Support pembiayaan
Bersama dengan A/O mengadakan penilaian permohonan pembiayaan sehingga memenuhi kriteria dan
persyaratannya.
Didalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh A/O ataupun
bagianSupport Pembiayaan.
Bagian pengawasan pembiayaan bertugas untuk memantau pembiayaan antara lain membuat surat-
surat peringatan kepada Debitur, penagihan-penagihan.
S/A memberi informasi dalam hal operasional kantor Bank Syari’ah. Disamping itu S/A
mengadministrasikan nasabah funding yang baru.
Kas dan Teller selaku kuasa bank untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan
penarikan pembayaran uang.
MURABAHAH Akad jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli. Jenis dan
Jumlah barang dijelaskan dengan rinci. Barang diserahkan setelah akad jual beli dan pembayaran bisa
dilakukan secara mengangsur/cicilan atau sekaligus.
SALAM Jual beli dengan cara pemesanan, di mana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang
yang telah disebutkan spesifikasinya, dan barang dikirim kemudian, Salam biasanya dipergunakan untuk
produk-produk pertanian jangka pendek. Dalam hal ini lembaga keuangan bertindak sebagai pembeli produk
dan memberikan uangnya lebih dulu sedangkan para nasabah menggunakannya sebagai modal untuk
mengelola pertaniannya.
ISTISHNA’ Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang berdasarkan persyaratan serta
kriteria tertentu, sedangkan pola pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan (dapat dilakukan di
depan atau pada saat pengiriman barang). MUDHARABAH Akad yang dilakukan antara pemilik modal
(shahibul mal) dengan pengelola (mudharib) dimana nisbah bagi hasil disepakati di awal, sedangkan kerugian
ditanggung oleh pemilik modal.
MUDHARABAH MUQAYYADAH Akad yang dilakukan antara pemilik modal untuk usaha yang
ditentukan oleh pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib), dimana nisbah bagi hasil
disepakati di awal untuk dibagi bersama, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Dalam
terminologi perbankan syariah ini lazim disebut Special Investment.
MUSYARAKAH Akad antara dua pemilik modal atau lebih untuk menyatukan modalnya pada usaha tertentu,
sedangkan pelaksananya bisa ditunjuk salah satu dari mereka. Akad ini diterapkan pada usaha/proyek yang
sebagiannya dibiayai oleh lembaga keuangan sedangkan selebihnya dibiayai oleh nasabah.
MUSYARAKAH MUTANAQISAH Akad antara dua pihak atau lebih yang berserikat atau berkongsi
terhadap suatu barang dimana salah satu pihak kemudian membeli bagian pihak lainnya secara bertahap. Akad
ini diterapkan pada pembiayaan proyek yang dibiayai oleh lembaga keuangan dengan nasabah atau lembaga
keuangan lainnya dimana bagian lembaga keuangan secara bertahap dibeli oleh pihak lainnya dengan cara
mencicil. Akad ini juga terjadi pada mudharabah yang modal pokoknya dicicil, sedangkan usaha itu berjalan
terus dengan modal yang tetap.
WADI’AH Akad yang terjadi antara dua pihak, dimana pihak pertama menitipkan suatu barang kepada pihak
kedua. Lembaga keuangan menerapkan akad ini pada rekening giro.
WAKALAH Akad perwakilan antara satu pihak kepada yang lain. Wakalah biasanya diterapkan untuk
pembuatan Letter of Credit, atas pembelian barang di luar negeri (L/C Import) atau penerusan permintaan.
IJARAH Akad sewa menyewa barang antara kedua belah pihak, untuk memperoleh manfaat atas barang yang
disewa. Akad sewa yang terjadi antara lembaga keuangan (pemilik barang) dengan nasabah (penyewa) dengan
cicilan sewa yang sudah termasuk cicilan pokok harga barang sehingga pada akhir masa perjanjian penyewa
dapat membeli barang tersebut dengan sisa harga yang kecil atau diberikan saja oleh bank. Karena itu biasanya
Ijarah ini dinamai dengan al Ijarah waliqtina’ atau al Ijarah alMuntahia Bittamliik.
KAFALAH Akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Dalam lembaga keuangan biasanya digunakan untuk
membuat garansi atas suatu proyek (performance bond), partisipasi dalam tender (tender bond) atau
pembayaran lebih dulu (advance payment bond).
HAWALAH Akad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak yang lain. Dalam lembaga keuangan
hawalah diterapkan pada fasilitas tambahan kepada nasabah pembiayaan yang ingin menjual produknya
kepada pembeli dengan jaminan pembayaran dari pembeli tersebut dalam bentuk giro mundur. Ini lazim
disebut Post Dated Check. Namun disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah.
RAHN Akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak yang lain, dengan uang sebagai gantinya.
Akad ini digunakan sebagai akad tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan
tambahan. Lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan
barang tersebut.
QARD Pembiayaan kepada nasabah untuk dana talangan segera dalam jangka waktu yang relatif pendek, dan
dana tersebut akan dikembalikan secepatnya sejumlah uang yang digunakannya. Dalam transaksi ini, nasabah
hanya mengembalikan pokok.
F. Operasional
Mekanisme penghitungan bagi hasil menurut ekonomi islam idealnya ada dua macam:
1. Profit sharing atau bagi hasil, di mana total pendapatan usaha dikurangi biaya
operasional untuk mendapatkan profit alias keuntungan bersih. Atau
2. Revenue sharing, yaitu laba berdasarkan total pendapatan usaha sebelum dikurangi
biaya operasional alias pendapatan kotornya.
Perbankan syariah melakukan perhitungan bagi hasil dengan cara profit sharing, yaitu
membagi keuntungan bersih dari usaha atau investasi yang sudah dijalankan. Besarnya
keuntungan untuk pihak bank dan nasabah sudah diputuskan saat akad akan
ditandatangani. Jadi tidak ada kebingungan dan cek cok lagi saat bisnis atau usaha
selesai dijalankan. Dalam menjalankan aktifitasnya, perbankan syariah memiliki tiga
macam akad atau perjanjian yang ujungnya menuju pembagian keuntungan dengan
nasabahnya.
1. Al-Wadi'ah (Simpanan/titipan)
Yaitu suatu titipan dari pihak satu pihak ke pihak yang lain yang harus dipelihara dan dapat
diambil sewaktu-waktu jika penitip menginginkannya. Penerima simpanan disebut yad al
amanah / tangan amanah yang tidak bertanggung jawab terhadap barang titipan apabila
terjadi kerusakan pada barang titipan tsb selama bukan karena kelalaian penerima simpanan.
Dengan demikian tata cara titipan melibatkan nasabah (orang yang menitipkan), pihak yang
dititipi (bank syariah) dan barang titipan (dana nasabah)
2. Mudharaban (Investasi)
yaitu suatu bentuk perniagaan antara nasabah (pemilik dana) dengan Bank (pengelola dana)
untuk melakukan usaha dengan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan kedua
pihak. Dengan demikian cara investasi ini melibatkan pemilik modal (nasabah), pengelola
modal (bank syariah) dan modal (dana) yang jelas jumlahnya, jangka waktu pengelolaan
modal dan jenis pekerjaan/proyek yang dibiayai dan nisbah keuntungan.
Dalam penggunaan uang titipan harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik uang tsb
dan pengguna uang tsb harus menjamin akan mengembalikan uang tsb secara utuh Pada saat
itu, prinsip yad al-amanah akan berubah menjadi yad adh-dhamanah (tangan penanggung).
Oleh karena itu pihak bank akan menerima segala keuntungan sekaligus menerima resiko
kerugian yang ditanggung oleh pihak bank itu sendiri.
Pihak bank akan memberikan suatu pelayanan terhadap pemilik dana yaitu menjamin
keamanan uangnya dan memberikan bonus atau insentif berupa nisbah (bagi hasil) untuk
giro wadi'ah. Akan tetapi besar nominal dan persentase tidak ada perjanjian sebelumnya
sehingga hal ini tergantung pada kebijakan bank.
1. Al-Wadi'ah (Simpanan/titipan)
Yaitu suatu titipan dari pihak satu pihak ke pihak yang lain yang harus dipelihara dan dapat
diambil sewaktu-waktu jika penitip menginginkannya. Penerima simpanan disebut yad al
amanah / tangan amanah yang tidak bertanggung jawab terhadap barang titipan apabila
terjadi kerusakan pada barang titipan tsb selama bukan karena kelalaian penerima simpanan.
Dengan demikian tata cara titipan melibatkan nasabah (orang yang menitipkan), pihak yang
dititipi (bank syariah) dan barang titipan (dana nasabah)
2. Mudharaban (Investasi)
yaitu suatu bentuk perniagaan antara nasabah (pemilik dana) dengan Bank (pengelola dana)
untuk melakukan usaha dengan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan kedua
pihak. Dengan demikian cara investasi ini melibatkan pemilik modal (nasabah), pengelola
modal (bank syariah) dan modal (dana) yang jelas jumlahnya, jangka waktu pengelolaan
modal dan jenis pekerjaan/proyek yang dibiayai dan nisbah keuntungan.
Dalam penggunaan uang titipan harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik uang tsb
dan pengguna uang tsb harus menjamin akan mengembalikan uang tsb secara utuh Pada saat
itu, prinsip yad al-amanah akan berubah menjadi yad adh-dhamanah (tangan penanggung).
Oleh karena itu pihak bank akan menerima segala keuntungan sekaligus menerima resiko
kerugian yang ditanggung oleh pihak bank itu sendiri.
Pihak bank akan memberikan suatu pelayanan terhadap pemilik dana yaitu menjamin
keamanan uangnya dan memberikan bonus atau insentif berupa nisbah (bagi hasil) untuk
giro wadi'ah. Akan tetapi besar nominal dan persentase tidak ada perjanjian sebelumnya
sehingga hal ini tergantung pada kebijakan bank.
Biasanya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan (mudharib) sebesar 30% ,
nisbah untuk tabungan 40% : 60% dan nisbah untuk deposito 45% : 55%
Wacana pendirian bank Islam di Indonesia telah lama diaggap yang seiring dengan
perkembangan perbankan Islam di negara-negara Islam.Namun keinginan tersebut belum
didukung oleh kondisi sosial, politik dan ekonomi sehingga realisasi pendirian bank Islam
tidak dapat diwujudkan. Namun seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi dan politik,
maka ide pendirian bank Islam semakin gencar disuarakan pada awal tahun 1990-an. Ide
konkrit pendirian bank Islam itu bermula ketika diadakannya lokakarya
“Bunga Bank dan Perbankan" pada tanggal 18-20 Agustus 1990 yang
diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia.9 Lokakarya tersebut merupakan satu
rangkaian dari berbagai kegiatan untuk mengakhiri, atau paling tidak mencari
titik temu perdebatan panjang mengenai halal tidaknya bunga bank, dan basil
dari lokakarya itu mengamanatkan kepada MUI untuk mendirikan bank Islam.
MUI ke IV di Hotel Sahid tanggal 22-25 Agustus 1990. Untuk flu, dibentuk
yayasan Dana Dakwah Pembangunan yang akan menjadi induk organisasi bagi
bank Islam yang akan didirikan tersebut. Yayasan tersebut diketuai oteh Ketua
Umum MUI, saat itu, KH. Hasan Basri dan M. Amin Aziz sebagai sekretaris.
dengan ide pendirian bank tersebut. Tim tersebut diketuai oleh M. Amin Aziz,
dikenal dengan Tim MUI. Anggotanya antara lain, M. Syahrul Ralie Siregar, A.
Malik dan Zainul bahar Noor. Tugas awal tim ini adalah menyiapkan buku
panduan bank tanpa bunga sebagai dasar operasional bank Islam yang akan
didirikan. Untuk membantu kelancaran Tim MUI ini, terutama untuk masalahmasalah
hukum, dibentuk Tim Hukum Ikatan Cendikiawan Muslim seIndonesia (ICMI) yang diketuai
Karmen A. Perwataatmadja.10 Tim ini
Bank Muamalat Indonesia. Hal ini penting karena sebuah bank pada saat
yang paling utama yang dilakukan Tim perbankan MUI adalah melakukan
LPPI pada tanggal 25 Maret 1991 dan buka oleh Menteri Muda Keuangan,
Nasruddin Suminatapura57.
telah berdiri lembaga keuangan Islam, baik yang berbentuk bait al-tamwil
9 Bank Muamalat Indonesia, Laporan Direksi 1992 dalam Rapat Umum Pemegang Saham,
17 Juni
1993.
10 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (Bamui dan Takaful)
di
Saifullah Bombang
bait al-tamwil dan bahkan telah dikenal sekitar tahun 1980-an yakni dengan
berdirinya Baitul Tamwil Teknosa di Bandung dan Baitul Tamwil Ridho Gusti
di Jakarta. Namur, kedua lembaga tersebut tidak dapat bertahan lama. Adapun
Bank Perkreditan Rakyat yang beroperasi dengan prinsip syariah yang berdiri
sebelum Bank Muamalat Indonesia, tercatat seperti: BPR Islam AI-Azhar yang
Indonesia. Laporan Oireksi 1992 dalam Rapat Umum Pemegang Saham, 17 Juni
1993 Puri Indah Hotel Sahid Jaya, Lihat Warkum Sumitro. Asas-Asas
dan BPR Amanah Rabaniah, ketiganya di Bandung, dan terakhir BPR Hareukat
Indonesia. Sebab lembaga tersebut masih dalam konteks lokal, seperti BPR
Islam al-Azhar yang hanya meliputi pulau Lombok, BPR Mardatillah, Amanah
Bandung. Mereka tidak memiliki jaringan luas yang mencakup kota-kota lain
di Indonesia.
Strategi pemasaran bank syariah menjadi menarik untuk disimak karena penerapan
kesyariatan Islam dalam produk yang ditonjolkan kepada para nasabah. Oleh karena itu,
semua bank syariah sudah tentu menjaring nasabah yang beragama Islam. Mereka akan
menjadi sasaran untuk menggunakan berbagai produk perbankan dengan prinsip syariah.
Pihak bank syariah tentu saja harus menjamin kemurnian dan ketaatan dalam menjalankan
prinsip syariah di bidang perbankan. Dengan begitu, para nasabah terutama yang benar-benar
ingin menabung dan menyimpan dananya yang terbebas dari bunga bank yang diharamkan,
dapat terwujudkan semua itu.
Sementara itu, bank syariah juga tidak menutup bagi para nasabah dari agama dan
kepercayaan lain. Silakan untuk bergabung dan memanfaatkan berbagai produk perbankan
dengan prinsip syariah. Nasabah non Islam pasti juga sudah mengetahui secara umum
tentang prinsip syariah yang diterapkan. Dengan begitu, mereka akan mengetahui untung
ruginya jika menyimpan dananya di bank syariah.
Perlu Anda ketahui perkembangan perbankan nasional dengan prinsip syariah di Indonesia
cukup mengesankan. Bahkan, semakin banyak berdiri bank dengan nama belakang syariah,
meskipun pada awalnya bank tersebut menganut paham konvensional. Tidak ada masalah
karena merupakan salah satu strategi perbankan untuk menjaring banyak konsumen. Bagitu
juga untuk bank syariah, terdapat beberapa strategi pemasaran yang diterapkannya, antara
lain sebagai berikut.
Pertama, penawaran berbagai produk perbankan syariah. Salah satu strategi yang dilakukan
sama dengan bank konvensional, yaitu menawarkan berbagai produk perbankan, tetapi
dengan prinsip syariah. Sebagai contoh, kredit perumahan rakyat dengan sistem bagi hasil,
tabungan dengan berbagai nama dan jenis, kredit pembiayaan, dan lain sebagainya. Semua
produk tersebut dipasarkan dengan prinsip syariah, yaitu tanpa bunga bank dan sebagai
gantinya memakai sistem bagi hasil yang lebih aman dan menentamkan.
Kedua, jaminan keamanan. Semua nasabah pasti sangat menginginkan jaminan keamanan
dalam penyimpanan dananya di sebuah bank. Begitu juga yang diterapkan oleh bank syariah
yang sudah pasti menjamin keamanan semua dana yang disimpan oleh nasabah dalam
berbagai produk perbankan syariah yang dipilih. Dengan begitu, nasabah akan lebih percaya
akan bank syariah karena kenyamanan dan keamanan dalam menyimpan uang tidak kalah
dengan bank konvensional.
Ketiga, nuansa Islami. Berbeda dengan bank konvensional, sebuah bank dengan prinsip
syariah akan selalu berbalut dengan nuansa Islami. Hal itu dikarenakan sejak awal prinsip
syariah dipilih, mau tidak mau harus menerapkan cara dan pelaksanaan yang lebih Islami
dalam setiap aktivitas perbankan. Baik yang dilakukan oleh semua karyawan bank, serta
prinsip perbankan yang dianut. Sebagai contoh, semua karyawati bank syariah diharuskan
untuk memakai jilbab sebagai penutup kepala. Otomatis semua yang bekerja di bank syariah
memang beragama Islam karena memang prinsip syariah hanya diajarkan dalam agama
Islam. Hal seperti ini bisa menjadi daya tarik bagi nasabah untuk menyimpan dananya di
bank syariah.
Untuk bisa bersaing dengan bank-bank lain, terutama yang berprinsip konvensional, sebuah
bank syariah juga harus menerapkan berbagai teknologi dalam menunjang seluruh produk
perbankannya. Teknologi yang dimaksud, yaitu di dunia maya atau internet. Mungkin Anda
sudah mengenal produk perbankan e-banking di bank konvensional. Sebuah fitur
permbayaran saat transaksi jual beli dengan memanfaatkan teknologi internet. Jadi, nasabah
yang menggunakan e-banking ini bisa bertransaksi secara non tunai hanya dengan fasilitas
komputer, handphone, atau jenis gadget yang lain. Tentu saja harus terkoneksi internet
terlebih dahulu. Dengan begitu, Anda sebagai nasabah dapat bertransaksi di mana pun dan
kapan pun berada.
Produk atau fitur seperti itulah yang harus dicontoh oleh sebuah bank syariah. Oleh karena
itu, hampir semua bank syariah sudah menerapkan e-banking agar dapat dimanfaatkan oleh
para nasabahnya. Hal semacam itu bisa dijadikan sebagai daya tarik dan daya saing bagi bank
syariah di tengah kompetisi perbankan nasional yang telah berlangsung saat ini. Dengan
begitu, bank syariah dapat menjaring lebih banyak nasabah, sehingga prinsip perbankan
syariah dapat disebarluaskan di tengah-tengah masyarakat. Itulah sedikit tulisan dan
informasi mengenai strategi pemasaran bank syariah.
BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM
23