Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PROFIL BANK SYARIAH

A. Sejarah Berdiri

Sejarah berdirinya bank syariah sebelum pendirian Bank Muamalat dapat kita pahami
sejak kurun waktu sebelum terjadinya kemerdekaan di Indonesia. Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah yakni K.H. Mas Mansyur pada periode 1937 – 1944 pernah menyatakan jika
umat Islam Indonesia tidak memiliki lembaga yang bebas riba sehingga terpaksa
menggunakan jasa perbankan konvensional. Kronologis pembentukan bank syariah dapat kita
ketahui sejak beberapa kurun waktu berikut:

1. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah Periode 1967 – 1983


Pada tahun 1967 telah dikeluarkan Undang – Undang no.14 tentang Pokok –
Pokok Perbankan. Tercantum pada pasal 13 C bahwa dalam operasi usaha bank
menggunakan sistem kredit dan kredit tersebut tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya
pengambilan bunga, karena konsep bunga telah melekat dalam pengertian kredit itu
sendiri.
Pada tahun 1980an pemerintah mengalami kesulitan untuk mengendalikan tingkat
bunga karena bank – bank yang ada sangat tergantung kepada likuiditas dari Bank
Indonesia, sehingga keluar Deregulasi tertanggal 1 Juni 1983 untuk melepaskan
keterikatan tingkat bunga tersebut. Adanya deregulasi tersebut memungkinkan bank
untuk menentukan tingkat bunga sebesar 0% yang berasal dari penerapan sistem
perbankan syariah melalui prinsip bagi hasil. Ketahui juga mengenai sejarah berdirinya
Budi Utomo dan sejarah perhimpunan Indonesia.

2. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah Periode 1988


Sejak adanya deregulasi tahun 1983 tersebut, pada tahun 1988 pemerintah
menganggap pembukaan peluang bisnis di bidang perbankan perlu diperluas, dengan
tujuan untuk memobilisasi dana yang dimiliki masyarakat demi kepentingan
pembangunan. Oleh sebab itu pada 27 Oktober 1988, dikeluarkan Paket Kebijaksanaan
Pemerintah Bulan Oktober (PAKTO) yang isinya tentang liberalisasi perbankan untuk
memungkinkan pendirian bank – bank baru selain dari bank yang sudah ada. Sejak itu
dimulai pendirian Bank Perkreditan Rakyat yang menggunakan sistem Syariah di
beberapa daerah di Indonesia. MUI kemudian melakukan Musyawarah Nasional IV pada
1990 yang hasilnya adalah amanat untuk membentuk kelompok kerja yang akan
mendirikan Bank Islam di Indonesia.

3. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah Periode 1991 – Masa Kini


Sejarah berdirinya bank syariah di Indonesia dimulai dengan pendirian Bank
Muamalat pada 1991. Pada kurun waktu ini, pemerintah mengeluarkan Undang –
Undang no.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang mencantumkan mengenai sistem
perbankan bagi hasil. Tertera dalam pasal 6 huruf M dan pasal 13 huruf C menyatakan
bahwa salah satu usaha dari bank umum dan bank perkreditan rakyat adalah untuk
menyediakan pembiayaan bagi nasabah yang didasarkan kepada prinsip bagi hasil.
Peraturan ini adalah tanda dimulainya era sistem perbankan ganda atau dual banking
system di Indonesia, yang berarti ada dua sistem perbankan yang beroperasi secara
sinergis dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa dan produk perbankan bersama
– sama, juga menjadi pendukung pembiayaan bagi beberapa sektor perekonomian
nasional.
Undang – Undang Perbankan no.7 tahun 1992 kemudian diubah menjadi Undang
– Undang no.10 tahun 1998 yang semakin mendorong perkembangan sistem perbankan
syariah di Indonesia. Undang – undang ini memungkinkan bank umum untuk melakukan
kegiatan usaha yang menggunakan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan Unit Usaha
Syariah. Berdasarkan undang – undang tersebut, bank umum memiliki pilihan untuk
melakukan kegiatan usaha dengan sistem umum ataupun syariah, atau bahkan
melakukan usaha berdasarkan kedua prinsip tersebut. Anda juga dapat menyimak
mengenai sejarah Islam di Indonesia, sejarah berdirinya bank mandiri dan sejarah bank
Islam.
Kurangnya regulasi mengenai perbankan syariah kemudian dilengkapi dengan
terbitnya UU no.21 tahun 2008 yang mengatur beberapa hal baru di bidang Perbankan
Syariah, begitu juga dengan UU no.19 tahun 2008 mengenai Surat Berharga Syariah
Negara (SUKUK), dan UU no.42 tahun 2009 tentang Amandmen Ketiga UU no.8 tahun
1983 mengenai PPN Barang dan Jasa . Beberapa aturan baru tersebut yaitu mengenai
otoritas fatwa dan komite dari perbankan syariah, mengenai pembinaan dan pengawasan
bank syariah, pemilihan Dewan Pengawas Syariah (DPS), mengatur perpajakan,
penyelesaian sengketa di bidang perbankan, juga mengenai konversi Unit Usaha Syariah
(UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS). UU ini juga memungkinkan perbankan
syariah lebih leluasa dalam mengembangkan diri, antara lain dalam beberapa hal berikut:
 Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syarian tidak dapat
dikonversi menjadi bentuk Bank Umum konvensional. Bank Umum dapat
dikonversi ke dalam bentuk Bank Syariah dalam pasal 5 ayat 7.
 Apabila dilakukan merger atau akuisisi antara Bank Syariah dengan Bank Non
Syariah maka hasilnya wajib menjadi Bank Syariah , tercantum dalam pasal 17
ayat 2.
 Tercantum dalam pasal 68 ayat 1, Bank umum yang memiliki UUS harus
memisahkan diri apabila UUS telah memiliki aset sebesar paling tidak 50 persen
dari total nilai aset bank induk atau dalam kurun waktu 15 tahun sejak
pemberlakuan UU Perbankan Syariah.
Selain itu juga banyak kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh bank
umum akan tetapi bebas dilakukan oleh bank syariah. Misalnya, penjaminan penerbitan
surat berharga, penitipan untuk kepentingan pihak lain, menjadi wali dari amanat yang
diberikan, penyertaan modal, mendirikan dan mengurus dana pensiun, menerbitkan,
melakukan penawaran, dan perdagangan surat berharga syariah jangka panjang.
Perbankan syariah juga dapat melakukan layanan sosial, seperti
menyelenggarakan lembaga untuk baitul mal yang menyalurkan dana infak, sedekah,
zakat, hibah, atau dana sosial lain untuk disalurkan kepada lembaga pengelola zakat.
Sejarah berdirinya bank syariah hingga saat ini mencatat paling tidak terdapat beberapa
bank syariah di Indonesia, seperti Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat, Bank
Mega Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, BJB Syariah dan banyak lagi.

B. Prinsip Perbankan Syariah Secara Umum


Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip Syariah.
Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan bank
konvensional.  Pada intinya prinsip  syariah tersebut mengacu kepada syariah Islam
yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama
merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan
universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupun
dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).
Sistem ekonomi Islam akan menjadi dasar beroperasinya Bank Syariah yang paling
menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya
adalah untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah
kemitraan/kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil,
sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya
imbalan apapun.

Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan
dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala
melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan
keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.

Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim
baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah
(hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi
keyakinannya.

Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang
menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah

Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai
seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman
hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang
menyatakan “Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul
karimah”

Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat yang
antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut:

 Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur


spekulasi dan perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini
akan mendatangkan kerugian bagi masyarakat. Islam menempatkan fungsi uang
semata-mata sebagai alat tukar dan bukan sebagai komoditi, sehingga tidak layak
untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi
(gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang apalagi dikaitkan dengan
berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk menukar dengan barang.
 Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada
segelintir orang dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta
sehingga tidak produktif dan oleh karenanya bagi mereka yang mempunyai harta
yang tidak produktif akan dikenakan zakat yang lebih besar dibanding jika
diproduktifkan. Hal ini juga dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa kedudukan
manusia dibumi sebagai khalifah yang menerima amanah dari Allah sebagai
pemilik mutlak segala yang terkandung didalam bumi dan tugas manusia untuk
menjadikannya sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan manusia.
 Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan waJib dlakukan sehingga
tidak seorangpun tanpa bekerja - yang berarti siap menghadapi resiko – dapat
memperoleh keuntungan atau manfaat(bandingkan dengan perolehan bunga bank
dari deposito yang bersifat tetap dan hampir tanpa resiko).
 Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi harus
dilakukan secara transparan dan adil atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari
pihak manapun.
 Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya
yang tidak bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa dipercaya (simetri dengan
profesi akuntansi dan notaris).
 Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang
merupakan hak orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga
anjuran yang kuat untuk mengeluarkan infaq dan shodaqah sebagai manifestasi
dari pentingnya pemerataan kekayaan dan memerangi kemiskinan.
 Sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan Islamic banker
dikalangan dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba
diharamkan.

Dalam operasionalnya, perbankan syariah harus selalu dalam koridor-


koridorprinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan
resiko masing-masing pihak
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling
bersinergi untuk memperoleh keuntungan
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan
secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui
kondisi dananya
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Prinsip-Prinsip syariah yang dilarang dalam operasional perbankan syariah adalah


kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

 Maisir:  Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut


istilah maisir berarti memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja
keras. Maisirsering dikenal dengan perjudian karena dalam praktik perjudian
seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah. Dalam
perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi.Judi dilarang
dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam firman
Allah sebagai berikut:”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan” (QS Al-Maaidah : 90)
      
      Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir.
Ketika melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung
maupun rugi secara abnormal. Suatu saat ketika seseorang beruntung ia
mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketimbang usaha yang
dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami
kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan
dan keseimbangan sehingga diharamkan dalam sistem keuangan Islam.

 Gharar : Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut


istilah ghararberarti seduatu yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan
atau perjudian. Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak
berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar.
Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air atau membeli ternak
yang masih dalam kandungan induknya termasuk dalam transaksi yang
bersifat gharar.  Pelarangan ghararkarena memberikan efek negative dalam
kehidupan karena gharar merupakan praktik pengambilan keuntungan secara
bathil. Ayat dan hadits yang melarang gharar diantaranya :“Dan janganlah
sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-
Baqarah : 188)

 Riba:  Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan,


pertumbuhan atau peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama
sepakat bahwa hukumnya riba adalah haram. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Ali Imran ayat 130 yang melarang kita untuk memakan harta riba
secara berlipat ganda. Sangatlah penting bagi kita sejak awal pembahasan
bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat di antara umat Muslim mengenai
pengharaman Riba dan bahwa semua mazhab Muslim berpendapat
keterlibatan dalam transaksi yang mengandung riba adalah dosa besar. Hal ini
dikarenakan sumber utama syariah, yaitu Al-Qur’an dan Sunah benar-benar
mengutuk riba. Akan tetapi, ada perbedaan terkait dengan makna dari riba
atau apa saja yang merupakan riba harus dihindari untuk kesesuaian aktivitas-
aktivitas perekonomian dengan ajaran Syariah.

Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keharaman riba, diantaranya:

 Surat Al-Baqarah, ayat 275:


      Orang-orang yang makan (mengambil) RIBA’ tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan RIBA’, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan RIBA’. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil RIBA’), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Alloh. Orang yang kembali (mengambil RIBA’),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
 Surat An-Nisa, ayat 161:
      Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang darinya dan karena mereka memakan harta orang dengan
cara yang tidak sah (bathil). Kami telah menyediakan untuk orang-orang
kafir diantara mereka azab yang pedih.
 Surat Ali ‘Imran, ayat 130:
      Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.
 Surat Ar-Rum, ayat 39:
      Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
      
    

Jenis-jenis Riba

Menurut para ulama fiqih, riba dibagi menjadi 4 (empat) macam:

1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan tidak
sama timbangannya atau takarannya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarkan. Contoh: tukar menukar dengan emas, perak dengan perak, beras
dengan beras, gandum dan sebagainya.
2. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi. Contoh : Andi meminjam
uang sebesar Rp. 25.000 kepada Budi. Budi mengharuskan Andi mengembalikan
hutangnya kepada Budi sebesar Rp. 30.000. maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba
Qardh.
3. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum timbang diterima. Maksudnya:
orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelumnya ia menerima barang
tersebut dari sipenjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu
tidak boleh, sebab jual-beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.
4. Riba Nasi’ah, yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis
yang pembayarannya disyaratkan lebih, dengan diakhiri/dilambatkan oleh yang
meminjam. Contoh : Rusminah membeli cincin seberat 10 Gram. Oleh penjualnya
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas seberat 12 gram, dan
jika terlambat satu tahun lagi, maka tambah 2 gram lagi menjadi 14 gram dan
seterusnya.

Hikmah Pelarangan Riba

Banyak pihak yang telah menyatakan pandangan berbeda mengenai dasar


rasional atau tujuan pengharaman riba oleh Syariah. Secara keseluruhan, keadilan
sosio ekonomi dan distribusi, keseimbangan antargenerasi, instabilitas perekonomian,
dan kehancuran ekologis dianggap sebagai dasar pengharaman riba. Mengingat
semua teks dan prinsip yang relevan dalam hukum Islam, alasan satu-satunya yang
meyakinkan adalah tentang keadilan distribusi karena pengharaman Riba
dimaksudkan untuk mencegah akumulasi kekayaan pada segelintir orang, yaitu harta
itu jangan hanya “beredar di antara orang-orang kaya” (Kitab Suci Al-Quran, 59:7).
Oleh sebab itu, tujuan utama pelarangan atas Riba adalah untuk menghalangi sarana
yang dapat menuntun ke akumulasi kekayaan pada segelintir pihak, baik itu bank
maupun individu.

C. Visi dan Misi

Dalam model organisasi visi dan misi dalam suatu organisasi perbankan syriah tidak bisa
terlepas guna untuk mencapai suatu tujuan bersama.1

1. Visi Terwujudnya system perbankan syriah yang sehat , kuat dan istiqomah terhadap
prinsip syariah dalam kerangka keadilan, kemaslahatan dan keseimbangan guna mencapai
masyarakat yang sejahtera secara material dan spiritual ( falah ).
2. Misi Mewujudkan iklim yang kondusif utuk pengembangkan perbankan syariah yang
kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian yang mampu
mendukung sector riil kegiatan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalm rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.

Tujuan Bank Syariah


Tujuan Bank Syariah di jabarkan dalam 6 point utama ,yaitu:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi ummat agar bermuamalat secara islam khususnya

1
Umam.khaerul.2013. Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: CV Pustaka
Setia.
muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar daripraktek-praktek riba dan
usaha lain yang mengandung ghoror.

2. Untuk menciptakan keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan


melaui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik
modal dengan pihak yang membutuhkan dana.

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup ummat dengan jalan membuka peluang berusaha lebih
besar terutama kelompok miskin yang di arahkan pada produksi yang lebih produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.

4. Untuk menanggulagi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama
dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah dalm mengentaskan
kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol kebersamaannya dari siklus
usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen , pembinaan pedagang
perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja, dan program
pengembangan usaha bersama.

5. Untuk mmenjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktifitas bank syariah akan
mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi ,menghindari
persaingan yang tidak sehat Antara lembaga keuangan.

6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank non syariah.

D. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas

-          Rups ( Rapat Umum Pemegang Saham ) / Rapat Anggota


-          Dewan Komisaris
Pengawas intern bank syariah, pengarahkan pelaksaan yang dikerjakan oleh direksi supaya tetap
melaksanakan kebijkasaan perseroan dan ketentuan yang ditetapkan. Tugas dan tanggung jawab
dewan komisaris ialah :
         Mempertimbangkan, menyempurnakan, dan mewakili para pemegang saham dalam
memutuskan perumusan kebijaksaan umum yang baru yang diusulkan oleh direksi
untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang.
         Menyelenggarakan rapat umum bagi para pemegang saham untuk pembebasan tugas dan
kewajiban direksi.
         Mempertimbangkan dan menyetujui rancangan kerja untuk tahun buku baru yang diusulkan
direksi.
         Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan kepada
perusahaan yang jumlahnya melebihi maksimum yang dapat diputuskan direksi.

-          Dewan Pengawas Syariah.


Hal inilah yang pada akhirnya memberikan warna berbeda antara struktur organisasi
perbankan syariah dan perbankan konvensional. Jaminan pemenuhan atas ketentuan dan ketaatan
pada prinsip syariah itulah yang pada akhirnya melahirkan suatu konsep yang dikenal dengan
istilah Shariah Compliance. Dewan Pengawas Syariah terdapat ; tiga orang atau lebih, mulai dari
profesi yang ahli dalam hukum islam, yang dipimpin oleh ketua DPS, berfungsi memberikan
fatwa Agama terutama dalam produk- produk bank syariah. kemudian, bersama dewan komisaris
mengawasi pelaksanaannya.

-          Dewan Audit
Fungsi utama dari Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan
fungsi pengawasan terhadap Perseroan. Komite Audit secara berkala mengadakan rapat dengan
Direksi dan jajarannya untuk mengevaluasi kinerja Perseroan serta menyampaikan laporan hasil
evaluasi dalam setiap rapat Dewan Komisaris yang diadakan secara berkala.

-          Direksi
Direksi yang terdiri dari seorang direktur utama, yang bertugas dalam memimpin dan
mengawasi kegiatan Bank syariah sehari-hari, sesuai dengan kebijaksanaan umum yang telah
disetujui oleh dewan komisaris dalam RUPS. Tugas dan tanggung jawab direksi adalah:
         Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank syariah untuk masa yang akan
datang yang disetujui oleh dewan komisaris serta disyahkan dalam RUPS agar tercapai tujuan
serta kontinuitas operasional perusahaan.
         Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaandan Rencana Kerja untuk tahun
buku yang baru disetujui oleh dewan komisaris.
         Mengajukan reraca dan laporan laba rugi tahunan serta laporan-laporan berkala lainya kepada
dewan komisaris untuk mendapatkan penilaian.

-          Devisi / Urusan
Tugas dari devisi dalam bank syariah adalah menyusun rencana kerja, menopang
kebutuhan organisasi, menciptakan event yang dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan
perbankan.

-          Kantor Cabang
Menjalankan kegiatan yang diarahkan oleh managernya sesuai dengan peraturan dan
kebijaksanaan kantor pusat. 2
Pembicaraan mengenai sistem operasional lembaga keuangan syari’ah pada intinya adalah
membicarakan tentang bagaimana kerja dan optimalisasi masing-masing bagian dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. Berkaitan dengan itu, maka adanya job description  dan job
spesification merupakan hal yang sangat penting.

1.      Deskripsi Tugas (Job Describtion)

Bahasan berikut ini akan diuraikan tentang tugas dan kewenangan masing-masing bagian yang terkait
dalam sistem operasional bank syari’ah.

a)      Dewan Pengawas Syari’ah

2
http://lista.staff.gunadarma.ac.id/Downloads.P+4+macam-organisasi-Bank-islam.pdf
Dewan pengawas syari’ah terdiri dari tiga orang atau lebih dengan profesi yang ahli dalam
hukum Islam, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas Sayari’ah, berfungsi memberikan Fatwa
Agama terutama dalam produk-produk Bank Syari’ah. Kemudian bersama dengan Dewan Komisaris
mengawasi pelaksanaanya. Fatwa agama dari hasil keputusan musyawarah Dewan Pengawas Syari’ah
disampaikan secara tertulis kepada Direksi dengan tindakan Dewan Komisaris.

b)      Dewan Komisaris

1)      Dewan komisaris yang terdiri dari 3 orang atau lebih yang dipimpin oleh seorang Komisaris
Utama, bertugas dalam pengawasan intern Bank Syari’ah, mengarahkan pelaksanaan yagn dijalankan
oleh Direksi agar tetap mengikuti kebijaksanaan Perseroan dan Ketentuan yang berlaku.

2)      Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris

-          Mempertimbangkan, menyempurnakan dan mewakili para pemegang saham dalam


memutuskan perumusan kebijaksanaan umum yang baru yang diusulkan oleh Direksi untuk
dilaksanakan pada masa yang akan datang.

-          Menyelenggarakan rapat umum luar biasa para pemegang saham dalam hal pembebasan
tugas dan kewajiban Direksi.

-          Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan kepada


perusahaan yang jumlahnya melebihi maksimum yang dapat diputuskan Direksi.

-          Memberikan penilaian atas neraca dan perhitungan R/L tahunan, serta laporan-laporan
berkala lainnya yang disampaikan oleh Direksi.

-          Memberikan persetujuan tentnag pengikatan perseroan sebagai penanggung, penggadaian


serta penjualan, baik untuk barang bergerak maupun tidak bergerak kepunyaan perseroan.

-          Menyetujui atau menolak pinjaman yang diajukan oleh para anggota Direksi.

-          Menyetujui semua hal yang menyangkut perubahan-perubahan modal dan pembagian laba.

-          Menandatangani surat-surat saham yang telah diberi nomor urut sesuai dengan yang
diberikan dalam anggaran dasar perseroan.

-          Menyetujui pembagian tugas dan kewajiban diantara anggota Direksi.[4]

c)      Direksi

1)      Direksi yang terdiri seorang Direktur Utama dan seorang atau lebih Direktur, bertugas dalam
memimpin dan mengawasi kegiatan Bank Syari’ah sehari-hari, sesuai dengan kebijaksanaan umum yang
telah disetujui Dewan Komisaris dalam RUPS.

2)      Tugas dan tanggung jawab direksi


-          Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank Syari’ah untuk masa yang akan
datang yang disetujui oleh Dewan Komisaris serta disyahkan dalam RUPS, agar tercapai tujuan serta
kontinuitas operasional perusahaan.

-          Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaan dan Rencana Kerja untuk tahun
buku yang baru disetujui oleh Dewan Komisaris.

-          Mengajukan Neraca dan Laporan Rugi-Laba tahunan serta laporan-laporans berkala lainnya
kepada Dewan Komisaris untuk mendapatkan penilaiannya.

-          Turut menandatangani Surat-surat Saham yang telah diberi nomor urut sesuai dengan
ketentuan didalam Anggaran Dasar Perusahaan.

-          Menyetujui pemindahtanganan saham-saham kepada pembeli baru yang ditunjuk dan


dipilih oleh pemegang saham lama, setelah mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar
tentang pemindahtanganan saham-saham tersebut.

-          Bertanggung jawab atas pengeluaran duplikasi surat saham, tanda penerimaan keuntungan
dan talon  yang hilang serta mengumumkan disurat kabar resmi yang terbit ditempat kedudukan
perseroan.

-          Mengundang para pemegang saham untuk menghadiri Rapat Pemegang Saham.

-          Mengajukan kepada Dewan Komisaris, jenis pelayanan baru yang dapat diberikan perseroan
kepada masyarakat untuk disetujui.

-          Memberi persetujuan atas penggunaan formulir-formulir  dan dokumen-dokumen lainnya


dalam transaksi perseroan.

-          Menyetujui pinjaman yang diberikan kepada pegawai Bank Syari’ah.

-          Mengangkat pejabat-pejabat Bank Syari’ah yang akan diberi tanggung jawab mengawasi
kegiatan perseroan.

-          Menyetujui besarnya gaji dan tunjangan lainnya yang harus dibayarkan kepada para pejabat
dan pegawai perseroan.

-          Mengamankan harta kekayaan perseroan agar terlindung dari bahaya kebakaran,


pencurian, perampokan dan kerusakan.

3)      Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama

-          Mewakili Direksi atas nama perseroan.

-          Memimpin dan mengelola perseroan sehingga tercapai tujuan perseroan.

-          Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan khususnya dalam hubungan dengan


pihak ekstern perusahaan.
-          Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

4)      Tugas dan tanggung jawab Direktur

-          Mewakili direktur utama atas nama direksi

-          Membantu direktur utama dalam mengelola perseroan sehingga tercapai tujuan perseroan.

-          Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan, khususnya dalam hubungan dengan


pihak intern perusahaan.

-          Bersama-sama direktur utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).

d)     Bidang Marketing

1)      Fungsi bidang marketing adalah sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu
Direksi dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut bidang marketing dan pembiayaan
(kredit).

2)      Tugas-tugas pokok bidang marketing

-          Melakukan koordinasi setiap pelaksanaan tugas-tugas marketing dan pembiayaan (kredit)


dari unit/bagian yang berada dibawah supervisi-nya, hingga dapat memberikan pelayanan kebutuhan
perbankan bagi nasabah secara efisien dan efektif yang dapat memuaskan dan menguntungkan baik
bagi nasabah maupun bank syari’ah.

-          Melakukan monitoring, evaluasi, review dan surpervisi  terhadap pelaksanaan tugas dan


fungsi bidang   marketing (perkreditan) pada unit/bagian yang ada dibawah supervisi-nya.

-          Bertindak sebagai Komite Pembiayaan dalam upaya pengambilan keputusan pembiayaan


(kredit).

-          Melakukan monitoring, evaluasi, review terhadap kualitas portofolio pembiayaan (kredit)


yang telah diberikan dalam rangka pengamanan atas setiap pembiayaan (kredit) yang telah diberikan.

e)      Bidang Operasional

1)      Fungsi bidang operasional sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu direksi
dalam melakukan tugas-tugas dibidang operasional bank.

2)      Tugas-tugas pokok bidang operasional

-          Melaksanakan supervisi terhadap setiap pelayanan dan pengamanan jasa-jasa perbankan


dari setiap unit/bagian yagn berada dibawah tanggung jawabnya.

-          Melakukanmonitoring, evaluasi, review dan kondisi terhadap pelaksanaan tugas-tugas


pelayanan dibidang operasional.
3)      Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian setiap unit/bagian yang berada
dibawah tanggung jawab.

f)       Bidang umum

1)      Fungsi bidang umum adalah sebagai staf/karyawan bank yang bertugas untuk membantu
penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan agar dapat melanjutkan tugasnya dengan
baik.

2)      Tugas-tugas pokok bidang umum

-          Menginventarisasikan kebutuhan-kebutuhan karyawan dan perusahaan dan kemudian


menyediakannya sepanjang sesuai dengan ketentuan, yagn berlaku.

-          Melakukan pengadaan/pembelian serta pembukuan dan melakukan penyusutan atas setiap


harta/inventaris kantor sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang penyusutan tersebut serta
dengan memperhatikan pengendalian biaya.

-          Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap dalam kondisi yang baik, dan
bertanggung jawab atas keamanan harta/peralatan tersebut.[5]

g)      Bidang pengawasan

Bidang pengawasan disini adalah penegasan manajerial yang dijumpai oleh Direksi (Direktur Utama)
agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan serta dapat  mencapai keberhasilan yang
optimal. Diluar bidang pengawasan masih juga terdapat pengawasan pembiayaan yang merupakan
pengawasan fungsional.

2.      Tugas-tugas khusus (Job    Spesification)

Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada operasional bank syari’ah
meliputi:

a)      Mobilisasi dana/Funding

Bagian mobilisasi dana bertugas dalam pengumpulan dana masyarakat sesuai dengan funding yang ada,
seperti saham, deposito, mudhorobah, tabunganmudharabah, titipan wadi’ah yad dhomamah,  zakat,
infaq dan shadaqah.

b)      Account Officer(A/O)

A/O bertugas memproses calon Debitur atau permohonan pembiayaan sehingga menjadi debitur.
Selanjutnya membina debitur tersebut agar memenuhi kesanggupannya terutama dalam pembayaran
kembali pinjamanya.
c)      Bagian Support  pembiayaan

Bersama dengan A/O mengadakan penilaian permohonan pembiayaan sehingga memenuhi kriteria dan
persyaratannya.

d)     Bagian administrasi Pembiayaan

Didalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh A/O ataupun
bagianSupport Pembiayaan.

e)      Bagian pengawasan pembiayaan

Bagian pengawasan pembiayaan bertugas untuk memantau pembiayaan antara lain membuat surat-
surat peringatan kepada Debitur, penagihan-penagihan.

f)       Service Assistance  (S/A)

S/A memberi informasi dalam hal operasional kantor Bank Syari’ah. Disamping itu S/A
mengadministrasikan nasabah  funding  yang baru.

g)      Kas dan  Teller

Kas dan Teller   selaku kuasa bank untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan
penarikan pembayaran uang.

h)      Bagian jasa nasabah (Janas)

Janas bertugas untuk melakukan pencatatan transaksi pembayaran (funding)kemudian melakukan


penjurnalan.
SDM yang dimiliki dan Latar Belakang Pendidikan

E. Produk dan Aplikasi Akad

MURABAHAH Akad jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli. Jenis dan
Jumlah barang dijelaskan dengan rinci. Barang diserahkan setelah akad jual beli dan pembayaran bisa
dilakukan secara mengangsur/cicilan atau sekaligus.

SALAM Jual beli dengan cara pemesanan, di mana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang
yang telah disebutkan spesifikasinya, dan barang dikirim kemudian, Salam biasanya dipergunakan untuk
produk-produk pertanian jangka pendek. Dalam hal ini lembaga keuangan bertindak sebagai pembeli produk
dan memberikan uangnya lebih dulu sedangkan para nasabah menggunakannya sebagai modal untuk
mengelola pertaniannya.

ISTISHNA’ Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang berdasarkan persyaratan serta
kriteria tertentu, sedangkan pola pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan (dapat dilakukan di
depan atau pada saat pengiriman barang). MUDHARABAH Akad yang dilakukan antara pemilik modal
(shahibul mal) dengan pengelola (mudharib) dimana nisbah bagi hasil disepakati di awal, sedangkan kerugian
ditanggung oleh pemilik modal.

MUDHARABAH MUQAYYADAH Akad yang dilakukan antara pemilik modal untuk usaha yang
ditentukan oleh pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib), dimana nisbah bagi hasil
disepakati di awal untuk dibagi bersama, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Dalam
terminologi perbankan syariah ini lazim disebut Special Investment.

MUSYARAKAH Akad antara dua pemilik modal atau lebih untuk menyatukan modalnya pada usaha tertentu,
sedangkan pelaksananya bisa ditunjuk salah satu dari mereka. Akad ini diterapkan pada usaha/proyek yang
sebagiannya dibiayai oleh lembaga keuangan sedangkan selebihnya dibiayai oleh nasabah.

MUSYARAKAH MUTANAQISAH Akad antara dua pihak atau lebih yang berserikat atau berkongsi
terhadap suatu barang dimana salah satu pihak kemudian membeli bagian pihak lainnya secara bertahap. Akad
ini diterapkan pada pembiayaan proyek yang dibiayai oleh lembaga keuangan dengan nasabah atau lembaga
keuangan lainnya dimana bagian lembaga keuangan secara bertahap dibeli oleh pihak lainnya dengan cara
mencicil. Akad ini juga terjadi pada mudharabah yang modal pokoknya dicicil, sedangkan usaha itu berjalan
terus dengan modal yang tetap.

WADI’AH Akad yang terjadi antara dua pihak, dimana pihak pertama menitipkan suatu barang kepada pihak
kedua. Lembaga keuangan menerapkan akad ini pada rekening giro.

WAKALAH Akad perwakilan antara satu pihak kepada yang lain. Wakalah biasanya diterapkan untuk
pembuatan Letter of Credit, atas pembelian barang di luar negeri (L/C Import) atau penerusan permintaan.

IJARAH Akad sewa menyewa barang antara kedua belah pihak, untuk memperoleh manfaat atas barang yang
disewa. Akad sewa yang terjadi antara lembaga keuangan (pemilik barang) dengan nasabah (penyewa) dengan
cicilan sewa yang sudah termasuk cicilan pokok harga barang sehingga pada akhir masa perjanjian penyewa
dapat membeli barang tersebut dengan sisa harga yang kecil atau diberikan saja oleh bank. Karena itu biasanya
Ijarah ini dinamai dengan al Ijarah waliqtina’ atau al Ijarah alMuntahia Bittamliik.

KAFALAH Akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Dalam lembaga keuangan biasanya digunakan untuk
membuat garansi atas suatu proyek (performance bond), partisipasi dalam tender (tender bond) atau
pembayaran lebih dulu (advance payment bond).

HAWALAH Akad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak yang lain. Dalam lembaga keuangan
hawalah diterapkan pada fasilitas tambahan kepada nasabah pembiayaan yang ingin menjual produknya
kepada pembeli dengan jaminan pembayaran dari pembeli tersebut dalam bentuk giro mundur. Ini lazim
disebut Post Dated Check. Namun disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah.

RAHN Akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak yang lain, dengan uang sebagai gantinya.
Akad ini digunakan sebagai akad tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan
tambahan. Lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan
barang tersebut.

QARD Pembiayaan kepada nasabah untuk dana talangan segera dalam jangka waktu yang relatif pendek, dan
dana tersebut akan dikembalikan secepatnya sejumlah uang yang digunakannya. Dalam transaksi ini, nasabah
hanya mengembalikan pokok.
F. Operasional

G. Perhitungan dan Skema Bagi Hasil

Mekanisme penghitungan bagi hasil menurut ekonomi islam idealnya ada dua macam:

1. Profit sharing atau bagi hasil, di mana total pendapatan usaha dikurangi biaya
operasional untuk mendapatkan profit alias keuntungan bersih. Atau
2. Revenue sharing, yaitu laba berdasarkan total pendapatan usaha sebelum dikurangi
biaya operasional alias pendapatan kotornya.
Perbankan syariah melakukan perhitungan bagi hasil dengan cara profit sharing, yaitu
membagi keuntungan bersih dari usaha atau investasi yang sudah dijalankan. Besarnya
keuntungan untuk pihak bank dan nasabah sudah diputuskan saat akad akan
ditandatangani. Jadi tidak ada kebingungan dan cek cok lagi saat bisnis atau usaha
selesai dijalankan. Dalam menjalankan aktifitasnya, perbankan syariah memiliki tiga
macam akad atau perjanjian yang ujungnya menuju pembagian keuntungan dengan
nasabahnya.

1. Al-Wadi'ah (Simpanan/titipan)

Yaitu suatu titipan dari pihak satu pihak ke pihak yang lain yang harus dipelihara dan dapat
diambil sewaktu-waktu jika penitip menginginkannya. Penerima simpanan disebut yad al
amanah / tangan amanah yang tidak bertanggung jawab terhadap barang titipan apabila
terjadi kerusakan pada barang titipan tsb selama bukan karena kelalaian penerima simpanan.
Dengan demikian tata cara titipan melibatkan nasabah (orang yang menitipkan), pihak yang
dititipi (bank syariah) dan barang titipan (dana nasabah)

2. Mudharaban (Investasi)

yaitu suatu bentuk perniagaan antara nasabah (pemilik dana) dengan Bank (pengelola dana)
untuk melakukan usaha dengan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan kedua
pihak. Dengan demikian cara investasi ini melibatkan pemilik modal (nasabah), pengelola
modal (bank syariah) dan modal (dana) yang jelas jumlahnya, jangka waktu pengelolaan
modal dan jenis pekerjaan/proyek yang dibiayai dan nisbah keuntungan.

Dalam penggunaan uang titipan harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik uang tsb
dan pengguna uang tsb harus menjamin akan mengembalikan uang tsb secara utuh Pada saat
itu, prinsip yad al-amanah akan berubah menjadi yad adh-dhamanah (tangan penanggung).
Oleh karena itu pihak bank akan menerima segala keuntungan sekaligus menerima resiko
kerugian yang ditanggung oleh pihak bank itu sendiri.

Pihak bank akan memberikan suatu pelayanan terhadap pemilik dana yaitu menjamin
keamanan uangnya dan memberikan bonus atau insentif  berupa nisbah (bagi hasil) untuk
giro wadi'ah. Akan tetapi besar nominal dan persentase tidak ada perjanjian sebelumnya
sehingga hal ini tergantung pada kebijakan bank.
1. Al-Wadi'ah (Simpanan/titipan)

Yaitu suatu titipan dari pihak satu pihak ke pihak yang lain yang harus dipelihara dan dapat
diambil sewaktu-waktu jika penitip menginginkannya. Penerima simpanan disebut yad al
amanah / tangan amanah yang tidak bertanggung jawab terhadap barang titipan apabila
terjadi kerusakan pada barang titipan tsb selama bukan karena kelalaian penerima simpanan.
Dengan demikian tata cara titipan melibatkan nasabah (orang yang menitipkan), pihak yang
dititipi (bank syariah) dan barang titipan (dana nasabah)

2. Mudharaban (Investasi)

yaitu suatu bentuk perniagaan antara nasabah (pemilik dana) dengan Bank (pengelola dana)
untuk melakukan usaha dengan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan kedua
pihak. Dengan demikian cara investasi ini melibatkan pemilik modal (nasabah), pengelola
modal (bank syariah) dan modal (dana) yang jelas jumlahnya, jangka waktu pengelolaan
modal dan jenis pekerjaan/proyek yang dibiayai dan nisbah keuntungan.

Dalam penggunaan uang titipan harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik uang tsb
dan pengguna uang tsb harus menjamin akan mengembalikan uang tsb secara utuh Pada saat
itu, prinsip yad al-amanah akan berubah menjadi yad adh-dhamanah (tangan penanggung).
Oleh karena itu pihak bank akan menerima segala keuntungan sekaligus menerima resiko
kerugian yang ditanggung oleh pihak bank itu sendiri.

Pihak bank akan memberikan suatu pelayanan terhadap pemilik dana yaitu menjamin
keamanan uangnya dan memberikan bonus atau insentif  berupa nisbah (bagi hasil) untuk
giro wadi'ah. Akan tetapi besar nominal dan persentase tidak ada perjanjian sebelumnya
sehingga hal ini tergantung pada kebijakan bank.

Biasanya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan (mudharib) sebesar 30% ,
nisbah untuk tabungan 40% : 60% dan nisbah untuk deposito 45% : 55%

H. Prospek Koperasi Harapan Surabaya

VI. Prospek Bank Syariah Di Indonesia

1. Momentum Pendirian Bank Muamalat Indonesia

Wacana pendirian bank Islam di Indonesia telah lama diaggap yang seiring dengan
perkembangan perbankan Islam di negara-negara Islam.Namun keinginan tersebut belum
didukung oleh kondisi sosial, politik dan ekonomi sehingga realisasi pendirian bank Islam
tidak dapat diwujudkan. Namun seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi dan politik,
maka ide pendirian bank Islam semakin gencar disuarakan pada awal tahun 1990-an. Ide
konkrit pendirian bank Islam itu bermula ketika diadakannya lokakarya

“Bunga Bank dan Perbankan" pada tanggal 18-20 Agustus 1990 yang
diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia.9 Lokakarya tersebut merupakan satu

rangkaian dari berbagai kegiatan untuk mengakhiri, atau paling tidak mencari

titik temu perdebatan panjang mengenai halal tidaknya bunga bank, dan basil

dari lokakarya itu mengamanatkan kepada MUI untuk mendirikan bank Islam.

Ide pendirian itu dipertegas lagi dalam Musyawarah Nasional (MUNAS)

MUI ke IV di Hotel Sahid tanggal 22-25 Agustus 1990. Untuk flu, dibentuk

yayasan Dana Dakwah Pembangunan yang akan menjadi induk organisasi bagi

bank Islam yang akan didirikan tersebut. Yayasan tersebut diketuai oteh Ketua

Umum MUI, saat itu, KH. Hasan Basri dan M. Amin Aziz sebagai sekretaris.

Pendirian bank Islam di Indonesia semakin mencapai kenyataan dengan

dibentuknya steering committee yang akan mempersiapkan segala sesuatu

dengan ide pendirian bank tersebut. Tim tersebut diketuai oleh M. Amin Aziz,

dikenal dengan Tim MUI. Anggotanya antara lain, M. Syahrul Ralie Siregar, A.

Malik dan Zainul bahar Noor. Tugas awal tim ini adalah menyiapkan buku

panduan bank tanpa bunga sebagai dasar operasional bank Islam yang akan

didirikan. Untuk membantu kelancaran Tim MUI ini, terutama untuk masalahmasalah
hukum, dibentuk Tim Hukum Ikatan Cendikiawan Muslim seIndonesia (ICMI) yang diketuai
Karmen A. Perwataatmadja.10 Tim ini

mempersiapkan perangkat-perangkat hukum yang berkaitan dengan pendirian

Bank Muamalat Indonesia. Hal ini penting karena sebuah bank pada saat

pendirian dan operasionalnya terkait dengan masalah legalitas formal. Hal

yang paling utama yang dilakukan Tim perbankan MUI adalah melakukan

pendekatan dan konsolidasi dengan pihak terkait .Selain itu,

menyelenggarakan training (pelatihan calon staf Bank Muamalat Indonesia


melalui Management Development Program (MDP). Kegiatan tersebut diadakan di

LPPI pada tanggal 25 Maret 1991 dan buka oleh Menteri Muda Keuangan,

Nasruddin Suminatapura57.

Bank Muamalat merupakan bank umum pertama yang melakukan

transaksi perbankan dengan menggunakan prinsip syariah dan sebelumnya

telah berdiri lembaga keuangan Islam, baik yang berbentuk bait al-tamwil

9 Bank Muamalat Indonesia, Laporan Direksi 1992 dalam Rapat Umum Pemegang Saham,
17 Juni

1993.

10 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (Bamui dan Takaful)
di

Indonesia (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1997), h. 73.

Saifullah Bombang

280 Jurnal Diskursus Islam

Volume 1 Nomor 2, Agustus 2013

maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Lembaga keuangan yang berbentuk

bait al-tamwil dan bahkan telah dikenal sekitar tahun 1980-an yakni dengan

berdirinya Baitul Tamwil Teknosa di Bandung dan Baitul Tamwil Ridho Gusti

di Jakarta. Namur, kedua lembaga tersebut tidak dapat bertahan lama. Adapun

Bank Perkreditan Rakyat yang beroperasi dengan prinsip syariah yang berdiri

sebelum Bank Muamalat Indonesia, tercatat seperti: BPR Islam AI-Azhar yang

didirikan di Lombok, BPR Berkah Amal Sejahtera, Lihat Bank Muamalat

Indonesia. Laporan Oireksi 1992 dalam Rapat Umum Pemegang Saham, 17 Juni
1993 Puri Indah Hotel Sahid Jaya, Lihat Warkum Sumitro. Asas-Asas

Perbankan Islam nan Lembaga Terkait (Bamul dan Takaful)Dana Mardhatillah,

dan BPR Amanah Rabaniah, ketiganya di Bandung, dan terakhir BPR Hareukat

yang didirikan pada tanggal 10 Nopember 1991.

Keberadaan lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut di atas tidak

berpengaruh secara signifikan bagi perkembangan perbankan Islam di

Indonesia. Sebab lembaga tersebut masih dalam konteks lokal, seperti BPR

Islam al-Azhar yang hanya meliputi pulau Lombok, BPR Mardatillah, Amanah

Rabaniyah dan Berkah Amal Sejahtera yang hanya beroperasi di wflayah

Bandung. Mereka tidak memiliki jaringan luas yang mencakup kota-kota lain

di Indonesia.

I. Aplikasi Excellent Koperasi Surabaya

J. Pemasaran Produk-Produk Perbankan Syariah

Berbagai Strategi Pemasaran Bank Syariah untuk Menjaring Nasabah

Strategi pemasaran bank syariah menjadi menarik untuk disimak karena penerapan
kesyariatan Islam dalam produk yang ditonjolkan kepada para nasabah. Oleh karena itu,
semua bank syariah sudah tentu menjaring nasabah yang beragama Islam. Mereka akan
menjadi sasaran untuk menggunakan berbagai produk perbankan dengan prinsip syariah.

Pihak bank syariah tentu saja harus menjamin kemurnian dan ketaatan dalam menjalankan
prinsip syariah di bidang perbankan. Dengan begitu, para nasabah terutama yang benar-benar
ingin menabung dan menyimpan dananya yang terbebas dari bunga bank yang diharamkan,
dapat terwujudkan semua itu.

Sementara itu, bank syariah juga tidak menutup bagi para nasabah dari agama dan
kepercayaan lain. Silakan untuk bergabung dan memanfaatkan berbagai produk perbankan
dengan prinsip syariah. Nasabah non Islam pasti juga sudah mengetahui secara umum
tentang prinsip syariah yang diterapkan. Dengan begitu, mereka akan mengetahui untung
ruginya jika menyimpan dananya di bank syariah.

Beberapa strategi pemasaran bank syariah

Perlu Anda ketahui perkembangan perbankan nasional dengan prinsip syariah di Indonesia
cukup mengesankan. Bahkan, semakin banyak berdiri bank dengan nama belakang syariah,
meskipun pada awalnya bank tersebut menganut paham konvensional. Tidak ada masalah
karena merupakan salah satu strategi perbankan untuk menjaring banyak konsumen. Bagitu
juga untuk bank syariah, terdapat beberapa strategi pemasaran yang diterapkannya, antara
lain sebagai berikut.

Pertama, penawaran berbagai produk perbankan syariah. Salah satu strategi yang dilakukan
sama dengan bank konvensional, yaitu menawarkan berbagai produk perbankan, tetapi
dengan prinsip syariah. Sebagai contoh, kredit perumahan rakyat dengan sistem bagi hasil,
tabungan dengan berbagai nama dan jenis, kredit pembiayaan, dan lain sebagainya. Semua
produk tersebut dipasarkan dengan prinsip syariah, yaitu tanpa bunga bank dan sebagai
gantinya memakai sistem bagi hasil yang lebih aman dan menentamkan.

Kedua, jaminan keamanan. Semua nasabah pasti sangat menginginkan jaminan keamanan
dalam penyimpanan dananya di sebuah bank. Begitu juga yang diterapkan oleh bank syariah
yang sudah pasti menjamin keamanan semua dana yang disimpan oleh nasabah dalam
berbagai produk perbankan syariah yang dipilih. Dengan begitu, nasabah akan lebih percaya
akan bank syariah karena kenyamanan dan keamanan dalam menyimpan uang tidak kalah
dengan bank konvensional.

Ketiga, nuansa Islami. Berbeda dengan bank konvensional, sebuah bank dengan prinsip
syariah akan selalu berbalut dengan nuansa Islami. Hal itu dikarenakan sejak awal prinsip
syariah dipilih, mau tidak mau harus menerapkan cara dan pelaksanaan yang lebih Islami
dalam setiap aktivitas perbankan. Baik yang dilakukan oleh semua karyawan bank, serta
prinsip perbankan yang dianut. Sebagai contoh, semua karyawati bank syariah diharuskan
untuk memakai jilbab sebagai penutup kepala. Otomatis semua yang bekerja di bank syariah
memang beragama Islam karena memang prinsip syariah hanya diajarkan dalam agama
Islam. Hal seperti ini bisa menjadi daya tarik bagi nasabah untuk menyimpan dananya di
bank syariah.

Bank syariah yang tidak ketinggalan zaman

Untuk bisa bersaing dengan bank-bank lain, terutama yang berprinsip konvensional, sebuah
bank syariah juga harus menerapkan berbagai teknologi dalam menunjang seluruh produk
perbankannya. Teknologi yang dimaksud, yaitu di dunia maya atau internet. Mungkin Anda
sudah mengenal produk perbankan e-banking di bank konvensional. Sebuah fitur
permbayaran saat transaksi jual beli dengan memanfaatkan teknologi internet. Jadi, nasabah
yang menggunakan e-banking ini bisa bertransaksi secara non tunai hanya dengan fasilitas
komputer, handphone, atau jenis gadget yang lain. Tentu saja harus terkoneksi internet
terlebih dahulu. Dengan begitu, Anda sebagai nasabah dapat bertransaksi di mana pun dan
kapan pun berada.

Produk atau fitur seperti itulah yang harus dicontoh oleh sebuah bank syariah. Oleh karena
itu, hampir semua bank syariah sudah menerapkan e-banking agar dapat dimanfaatkan oleh
para nasabahnya. Hal semacam itu bisa dijadikan sebagai daya tarik dan daya saing bagi bank
syariah di tengah kompetisi perbankan nasional yang telah berlangsung saat ini. Dengan
begitu, bank syariah dapat menjaring lebih banyak nasabah, sehingga prinsip perbankan
syariah dapat disebarluaskan di tengah-tengah masyarakat. Itulah sedikit tulisan dan
informasi mengenai strategi pemasaran bank syariah.

BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM

A. Jadwal dan Kegiatan Praktikum


Selama magang berlangsung 4 (empat) minggu secara daring akibat pandemi
covid-19 ini terdapat kegiatan yang secara rutin dan runtut dilakukan. Setiap sekali
dalam seminggu tepatnya tiap awal pekan selalu dimulai dengan breefing singkat
membahas planning untuk konten disertai evaluasi kegiatan pada minggu
sebelumnya yang dilakukan secara daring melalui aplikasi google meet. Selanjutnya
pada hari-hari berikutnya dilanjutkan riset materi dan eksekusi pembuatan desain
serta memposting pada media sosial yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Hal
ini dilakukan secara kontinu pada setiap minggunya. Adapun kegiatan tersebut
tersusun secara rapi di tabel bawah ini:
Tabel 3.1
Rangkaian Kegiatan Kelompok
No Tanggal Kegiatan dan Deskripsi
1. 02/07/2019 Kegiatan : Pembekalan Magang dan Ta’aruf.

Deskripsi : Pihak Mahasiswa dan Kopsyah Harapan saling


ta’aruf dan dari pihak Kopsyah Harapan menjelaskan apa saja
kegiatan yang akan dilakukan selama magang di Kopsyah
Harapan.

2. 03/07/2019 Kegiatan : Kunjungan anggota dan sekolah TK.

Deskripsi : Kunjungan kepada anggota sebagai sarana


silaturahim dan kunjungan ke TK As Syifa dan TK
Harum ,mahasiswa melakukan wawancara dengan pihak TK
tentang pelayanan Kopsyah Harapan.

3. 04/07/2019 Kegiatan : Kunjungan Anggota.

Deskripsi : Mengunjungi anggota yang melakukan pembiayaan


dengan akad murabahah,mahasiswa dapat melihat proses dan

23

step akad murabahah.

4. 06/07/2019 Kegiatan : Kunjungan anggota.

Deskripsi : Mengunjungi anggota yang melakukan akad ijarah


dalam hal penyewaan rumah,mahasiswa dapat melihat proses
dan step akad ijarah.

5. 09/07/2019 Kegiatan : Kunjungan anggota.

Deskripsi : Kunjungan anggota yang ada di Pasar Semolowaru.


6. 10/07/2019 Kegiatan : Di kantor dan kunjungan anggota.

Deskripsi : Di kantor mahasiswa dan manajer Kopsyah


Harapan membahas masalah AD/ART lalu mengunjungi
anggota.

7. 11/07/2019 Kegiatan : Survey potensi pasar di pasar tradisional semolowaru

Deskripsinya : Melakukan survey pasar Semolowaru,pada


pedagang disana dengan metode wawancara.

8. 12/07/2019 Kegiatan : Survey potensi pasar semolowaru

Deskripsinya : Melakukan survey pasar Semolowaru,pada


pedagang disana dengan metode wawancara.

9. 13/07/2019 Kegiatan : Pelaporan Hasil Survey potensi pasar

Deskripsi : Dari pelaporan tersebut dianalisis seberapa besar


potensi pasar Semolowaru.

10. 16/07/2019 Kegiatan : Diskusi

Deskripsi : Diskusi masalah RAT dengan Manajer Kopsyah


Harapan Surabaya.

11. 17/07/2019 Kegiatan : Kunjungan TK dan Pasar.

Deskripsi : Kunjungan di TKIT Ibnu Sina dan Pasar DTC.

12. 19/07/2019 Kegiatan : Kunjungan Anggota.

Deskripsi : Kunjungan anggota di Unair Fakultas Perikanan dan


Kelautan (FKP) yang melakukan pembiayaan untuk usaha.
13. 20/07/2019 Kegiatan : Kunjungan anggota

Deskripsi : Mengunjungi calon anggota untuk pendaftaran


anggota baru.

14. 23/07/2019 Kegiatan : Kunjungan ke TK dan anggota

Deskripsi : Mengunjungi TK Harum dan wawancara kepada


anggota.

15. 24/07/2019 Kegiatan : Pendidikan dan Pelatihan Dinas Perkoperasian

Deskripsi : Mewakili Kopsyah Harapan menghadiri undangan


Pendidikan dan Pelatihan Dinas Perkoperasian di Dinas
Koperasi Surabaya.

16. 25/07/2019 Kegiatan : Pendidikan dan Pelatihan Dinas Perkoperasian

Deskripsi : Mewakili Kopsyah Harapan menghadiri undangan


Pendidikan dan Pelatihan Dinas Perkoperasian di Dinas
Koperasi Surabaya.

17. 26/07/2019 Kegiatan : Kunjungan TK dan kedatangan DPL.

Deskripsi : Kunjungan ke TKIT Al Wahyu dan kedatangan


DPL untuk penjemputan mahasiswa sebagai pernyataan selesai
magang.

18. 27/07/2019 Kegiatan : Penutupan Magang.

Deskripsi : Penandatangan surat selesai magang oleh dosen


pamong dari pihak Kopsyah Harapan.

Sumber : Data kegiatan magang kelompok


BAB IV
ANALISIS

Anda mungkin juga menyukai