“BANK SYARIAH”
Disusun Oleh :
Kelompok 5
FAKULTAS EKONOMI
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa,sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami, sehingga
mampu menyelesaikan tugas Mini Riset mata kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan.
Mini riset ini disusun dengan menggunakan data tentang bank Syariah kemudian
dianalisis. Apabila didalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan kami mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas. Karena itu
kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
meyenpurnakan tugas ini. Akhir kata kami berharap semoga mini riset ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya, atas perhatiaannya kami mengucapkan terima kasih.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dengan adanya bank syariah diharapkan tidak adanya kerancuan dalam proses
muamalah bagi para pemeluk agama isalam, sehingga mereka terjaga dari keharaman akibat
tidak adanya suatu wadah yang melayani mereka dalam bidang muamalah yang bersifat
islami.
BAB II
PEMBAHASAN
Perbankan syariah atau bank syariah adalah sistem perbankan islam yang
melaksanakan kegiatannya berdasarkan hukum atau syariat agama Islam. Berdasarkan hukum
Islam, perbankan syariah tidak mengenal adanya suku bunga pinjaman atau ‘interest rate’
karena dianggap sebagai riba. Sistem bagi hasil atau nisbah adalah jenis ‘bunga’ yang dikenal
dalam sistem perbankan syariah, yang sama – sama diketahui serta disetujui oleh pihak
nasabah. Sejarah berdirinya bank syariah dimulai dari pelopor bank syariah di Indonesia,
yaitu Bank Muamalat.
Sejarah keberadaan bank syariah sebelum pendirian Bank Muamalat dapat dirunutkan
sejak kurun waktu sebelum kemerdekaan. K.H. Mas Mansyur, Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah periode 1937 – 1944 pernah menyatakan jika umat Islam Indonesia tidak
memiliki lembaga yang bebas riba sehingga terpaksa menggunakan jasa perbankan
konvensional. Kronologis pembentukan bank syariah dapat kita ikuti sejak beberapa kurun
waktu berikut:
Pada tahun 1967 dikeluarkan Undang – Undang no.14 tentang Pokok – Pokok
Perbankan. Tertera pada pasal 13 C bahwa dalam operasi usaha bank menggunakan sistem
kredit dan kredit tersebut tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengambilan bunga, karena
konsep bunga telah melekat dalam pengertian kredit itu sendiri. Pada tahun 1980an
pemerintah mengalami kesulitan untuk mengendalikan tingkat bunga karena bank – bank
yang ada sangat tergantung kepada likuiditas dari Bank Indonesia, sehingga keluar
Deregulasi tertanggal 1 Juni 1983 untuk melepaskan keterikatan tingkat bunga tersebut.
Adanya deregulasi tersebut memungkinkan bank untuk menentukan tingkat bunga sebesar
0% yang berasal dari penerapan sistem perbankan syariah melalui prinsip bagi hasil.
Periode 1988
Sejak adanya deregulasi tahun 1983 tersebut, pada tahun 1988 pemerintah
menganggap pembukaan peluang bisnis di bidang perbankan perlu diperluas, dengan tujuan
untuk memobilisasi dana yang dimiliki masyarakat demi kepentingan pembangunan. Oleh
sebab itu pada 27 Oktober 1988, dikeluarkan Paket Kebijaksanaan Pemerintah Bulan Oktober
(PAKTO) yang isinya tentang liberalisasi perbankan untuk memungkinkan pendirian bank –
bank baru selain dari bank yang sudah ada. Sejak itu dimulai pendirian Bank Perkreditan
Rakyat yang menggunakan sistem Syariah di beberapa daerah di Indonesia. MUI kemudian
melakukan Musyawarah Nasional IV pada 1990 yang hasilnya adalah amanat untuk
membentuk kelompok kerja yang akan mendirikan Bank Islam di Indonesia.
Undang – Undang Perbankan no.7 tahun 1992 kemudian diubah menjadi Undang –
Undang no.10 tahun 1998 yang semakin mendorong perkembangan sistem perbankan syariah
di Indonesia. Undang – undang ini memungkinkan bank umum untuk melakukan kegiatan
usaha yang menggunakan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan Unit Usaha Syariah.
Berdasarkan undang – undang tersebut, bank umum memiliki pilihan untuk melakukan
kegiatan usaha dengan sistem umum ataupun syariah, atau bahkan melakukan usaha
berdasarkan kedua prinsip tersebut.
Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syarian tidak dapat dikonversi
menjadi bentuk Bank Umum konvensional. Bank Umum dapat dikonversi ke dalam
bentuk Bank Syariah dalam pasal 5 ayat 7.
Apabila dilakukan merger atau akuisisi antara Bank Syariah dengan Bank Non
Syariah maka hasilnya wajib menjadi Bank Syariah , tercantum dalam pasal 17 ayat 2.
Tercantum dalam pasal 68 ayat 1, Bank umum yang memiliki UUS harus
memisahkan diri apabila UUS telah memiliki aset sebesar paling tidak 50 persen dari
total nilai aset bank induk atau dalam kurun waktu 15 tahun sejak pemberlakuan UU
Perbankan Syariah.
Selain itu juga banyak kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh bank umum
akan tetapi bebas dilakukan oleh bank syariah. Misalnya, penjaminan penerbitan surat
berharga, penitipan untuk kepentingan pihak lain, menjadi wali dari amanat yang diberikan,
penyertaan modal, mendirikan dan mengurus dana pensiun, menerbitkan, melakukan
penawaran, dan perdagangan surat berharga syariah jangka panjang.
Fungsi dari dewan pengawas syariah adalah agar dalam menjalankan aktivitasnya
bank syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan menjauhi hal-hal yang dilarang
dalam agama Islam. Beberapa hal yang dilarang dalam Islam yaitu menerima dan membayar
bunga (riba), membiayai suatu usaha yang diharamkan seperti minuman keras, kegiatan yang
sangat dekat dengan gambling (maisir), serta transaksi yang mengandung gharar.
SDM bank syariah belum banyak memahami bisnis bank syariah secara total
Karena keterbatasan SDM yang ahli di bidang perbankan syariah, menyebabkan bank
syariah merekrut tenaga-tenaga yang kurang ahli di bidang perbankan syariah, terutama di
SDM pendukung (lapisan kedua).
Efisiensi perbankan syariah terlihat dengan adanya tingkat return yang lebih rendah
kepada nasabah dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh perbankan konvensional.
Peningkatan efisiensi operasional yang berdampak pada perbaikan tingkat return kepada
nasabah tentunya akan memacu para investor untuk bermitra dengan bank syariah yang mana
selain mengharapkan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah, juga tentunya mengharapkan
tingkat return yang lebih baik.
Ada produk bank syariah di Indonesia sebagai alternatif produk perbankan di luar
produk konvensional. Produk-produknya kurang lebih sama dengan produk-produk
perbankan konvesional. Bedanya, produk-produk bank syariah telah disesuaikan dengan
akad-akad syariah dan diakui Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).
Berikut ini adalah beberapa produk bank syariah di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan masyarakat secara luas berdasarkan kebutuhan.
1. Tabungan syariah
2. Deposito syariah
3. Gadai syariah
5. Giro syariah.
Tabungan syariah
Tabungan syariah terikat dengan adanya kesepakatan atau akad antara nasabah dan
bank, yaitu akad mudharabah tentang simpanan yang pengelolaannya diberikan kepada bank
dengan sistem bagi hasil.
Produk syariah ini menerapkan sistem bagi hasil. Jadi, bukan bunga karena adanya
unsur riba yang tidak halal. Bank syariah berperan mengelola dana simpanan untuk
disalurkan sebagai modal usaha produktif yang sesuai dengan prinsip syariah.
Keuntungannya diberikan dalam bentuk bagi hasil kepada nasabah sesuai kesepakatan.
Deposito syariah
Deposito syariah adalah produk simpanan berjangka yang dikelola bank syariah.
Produk ini bisa didapatkan untuk nasabah perorangan dan perusahaan dengan menggunakan
prinsip mudharabah. Deposito syariah bisa ditarik setelah jangka waktu simpanan telah
berakhir atau jatuh tempo, yaitu pilihan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, hingga 24 bulan.
Keuntungan deposito di bank syariah berupa nisbah atau bagi hasil. Umumnya, nisbah yang
ditawarkan adalah 60:40 untuk nasabah dan bank. Melihat angka tersebut, gak heran kalau
banyak kalangan menilai keuntungan deposito bank syariah lebih tinggi.
1. Pembagian keuntungan bisa kamu atur sendiri dan bisa dijadikan jaminan pembiayaan.
4. Dana nasabah dipastikan aman karena dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Gadai syariah
Gadai syariah adalah produk pinjaman tunai dari bank syariah kepada nasabahnya.
Khususnya dalam hal ini, gadai syariah menggunakan akad rahn atau ijarah. Sebagai syarat
utama, nasabah wajib menyerahkan barang jaminan. Pada penerapannya, jika nasabah atau
debitur tidak sanggup melunasi cicilan, barang jaminan akan dijual untuk menutupi utang.
Jika harga jualnya melebihi utang, kelebihannya akan dikembalikan kepada debitur. Untuk
biaya administrasi, debitur dikenakan biaya pemeliharaan barang. Sebagaimana dalam
pandangan Islam bahwa barang gadai tetap menjadi milik debitur, otomatis biaya
pemeliharaan akan ditanggung debitur yang kemudian dibayarkan kepada kreditur atau bank.
Pinjaman syariah adalah produk pinjaman dari bank syariah. Nasabah wajib melunasi
utang tersebut dalam bentuk pembayaran langsung atau cicilan. Transaksi semacam ini tidak
tidak tergolong riba selama bertujuan tolong-menolong dan tetap mengikuti syariat.
Keuntungan bank didapatkan dari margin harga beli barang di toko dengan harga jual kepada
nasabah. Misalnya, nasabah meminjam uang tunai untuk membeli komputer, bank syariah
akan membelikannya terlebih dahulu di toko. Lalu, komputer itu dijual kepada nasabah
dengan harga yang telah dimasukkan margin.
Contoh lainnya dikenal dengan sistem bagi hasil, yaitu saat kita pinjam sejumlah uang
untuk modal usaha. Bank akan dapat beberapa persen dari profit usaha kita nantinya.
Persentase profit sharing akan disetujui bersama di muka.
Giro syariah
Giro syariah adalah produk simpanan di bank syariah yang dana bisa ditarik dengan
menggunakan cek atau bilyet giro selain kartu ATM. Nasabah giro, disebut juga dengan
giran, bisa dari perorangan atau badan hukum yang membutuhkan kemudahan bertransaksi
dalam jumlah yang sangat besar kapan saja. Kalau kamu punya pertanyaan terkait produk
simpanan dan investasi lainnya sekaligus mendapatkan rekomendasi kepada berbagai produk
asuransi yang ada di Indonesia.
Sistem bagi hasil pada bank syariah diterapkan dengan cara berbagi keuntungan atau
disebut profit sharing. Artinya, nasabah dan bank saling membagi keuntungan bersih dari
hasil usaha atau investasi. Dengan kata lain, tidak menggunakan sistem bunga seperti bank
konvensional.
Mudharabah
Musyarakah
Musyarakah adalah kerja sama di antara dua pihak atau lebih dengan pembagian laba
dan kerugian berdasarkan persentase dana yang digunakan untuk modal usaha. Di bank
konvensional istilahnya dikenal sebagai produk pembiayaan untuk usaha.
Muzara’ah
Muzara’ah adalah kerja sama dalam mengelola lahan atau tanah kepada orang lain
dengan pembagian imbalan bagi pemilik lahan dan pengelola lahan sesuai dengan
kesepakatan. Di bank konvensional istilahnya dikenal sebagai produk pinjaman modal usaha.
Musaqah
Musaqah adalah kerja sama dalam mengelola kebun atau tanaman dengan pembagian
sesuai dengan akad antara pemilik kebun dan pengelola kebun. Di bank konvensional
istilahnya dikenal sebagai produk pembiayaan modal usaha.
Wadi’ah
Wadi’ah adalah titipan yang mana nasabah dapat menitipkan barang atau uang dengan
ketentuan terdapat biaya jasa titipan dari bank syariah sebagai pengelola titipan, seperti
produk tabungan/simpanan dalam bank konvensional.
Mudharabah
Mudharabah adalah simpanan dana yang dapat digunakan bank (pengelola modal)
untuk modal usaha dengan imbalan bagi hasil yang telah disepakati antara nasabah dan bank.
Misalnya aja, produk simpanan di bank konvensional yang dapat digunakan bank untuk
memberikan modal usaha kepada debitur.
Produk bank konvensional yang paling banyak diminati adalah produk kredit. Produk
kredit syariah umum diaplikasikan untuk pembelian kendaraan, rumah, atau barang lainnya
sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Bai Murabahah
Bai Salam
Bai Salam adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan barang sesuai dengan
kriteria yang diinginkan pembeli serta disanggupi pembuat atau penjual. Metode pembayaran
akad ini di muka dengan penyerahan barang di kemudian hari.
Bai Istishna
Bai istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan pembeli dan disepakati pembuat atau penjual. Metode
pembayaran dalam akad ini bisa dilakukan dengan metode cicilan. Contoh produk ini di bank
konvensional adalah pembelian kendaraan atau rumah dengan metode kredit atau cicilan.
Ijarah
Produk jasa yang ditawarkan bank syariah cukup banyak, seperti penggunaan ATM,
internet banking, dan sebagainya untuk memudahkan transaksi perbankan. Dalam konteks
produk bank syariah atau produk perbankan syariah, layanan tersebut dapat dikenakan biaya
yang dibebankan kepada nasabah.
Wakalah
Hawalah
Al-Hawalah adalah mengalihkan utang kepada orang lain dengan maksud menolong.
Pengalihan utang ini tetap harus berdasarkan kerelaan dari kreditur ataupun debitur.
Rahn
Rahn adalah menahan aset debitur dengan imbalan pinjaman dana atau modal dari
kreditur. Istilah sederhananya adalah menggadaikan barang untuk mendapatkan pinjaman.
Debitur akan dikenai biaya pemeliharaan yang dapat dicicil sesuai dengan akad di awal.
Qardh
Terdapat beberapa strategi pemasaran yang diterapkannya, antara lain sebagai berikut.
Salah satu strategi yang dilakukan sama dengan bank konvensional, yaitu
menawarkan berbagai produk perbankan, tetapi dengan prinsip syariah. Sebagai contoh,
kredit perumahan rakyat dengan sistem bagi hasil, tabungan dengan berbagai nama dan jenis,
kredit pembiayaan, dan lain sebagainya. Semua produk tersebut dipasarkan dengan prinsip
syariah, yaitu tanpa bunga bank dan sebagai gantinya memakai sistem bagi hasil yang lebih
aman dan menentamkan.
Jaminan Keamanan
Nuansa Islami
Berbeda dengan bank konvensional, sebuah bank dengan prinsip syariah akan selalu
berbalut dengan nuansa Islami. Hal itu dikarenakan sejak awal prinsip syariah dipilih, mau
tidak mau harus menerapkan cara dan pelaksanaan yang lebih Islami dalam setiap aktivitas
perbankan. Baik yang dilakukan oleh semua karyawan bank, serta prinsip perbankan yang
dianut. Sebagai contoh, semua karyawati bank syariah diharuskan untuk memakai jilbab
sebagai penutup kepala. Otomatis semua yang bekerja di bank syariah memang beragama
Islam karena memang prinsip syariah hanya diajarkan dalam agama Islam. Hal seperti ini
bisa menjadi daya tarik bagi nasabah untuk menyimpan dananya di bank syariah.