Anda di halaman 1dari 13

MINI RISET

“BANK SYARIAH”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Apriyando Manalu (7203143001)

2. Lola Asyari (7203143013)

3.Pinta Ayu Sagala (7202143002)

4.Sani Lasmarito Sitanggang (7201143012)

Dosen Pengampu : Nurul Wardhani Lubis, S.E, M.Si

Mata Kuliah : Bank & Lembaga Keuangan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa,sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami, sehingga
mampu menyelesaikan tugas Mini Riset mata kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan.

Mini riset ini disusun dengan menggunakan data tentang bank Syariah kemudian
dianalisis. Apabila didalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan kami mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas. Karena itu
kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
meyenpurnakan tugas ini. Akhir kata kami berharap semoga mini riset ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya, atas perhatiaannya kami mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2021

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

perbankan syariah merupakan suatu system perbankan yang dikembangkan


berdasarkan system syariah (hokum islam). Bank syariah adalah suatu bank yang dalam
aktivitasnya baik dalam penghimpunan dan maupun dalam rangka menjelaskan dananya
memberikan dan pengisian ketidakseimbangan atas dasar prinsip syariah. Pada dasarnya
ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana, meminjamkan dana, dan jasa
pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bilang dalam melaksanakannya fungsi
perbankan melakukan hal-hal yang dilarang syariah.

Dengan adanya bank syariah diharapkan tidak adanya kerancuan dalam proses
muamalah bagi para pemeluk agama isalam, sehingga mereka terjaga dari keharaman akibat
tidak adanya suatu wadah yang melayani mereka dalam bidang muamalah yang bersifat
islami.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah di Indonesia

Bank Syariah Pertama di Indonesia

Perbankan syariah atau bank syariah adalah sistem perbankan islam  yang
melaksanakan kegiatannya berdasarkan hukum atau syariat agama Islam. Berdasarkan hukum
Islam, perbankan syariah tidak mengenal adanya suku bunga pinjaman atau ‘interest rate’
karena dianggap sebagai riba. Sistem bagi hasil atau nisbah adalah jenis ‘bunga’ yang dikenal
dalam  sistem perbankan syariah, yang sama – sama diketahui serta disetujui oleh pihak
nasabah. Sejarah berdirinya bank syariah dimulai dari pelopor bank syariah di Indonesia,
yaitu Bank Muamalat.

Pada 18 – 20 Agustus di Cisarua, Bogor diadakan Lokakarya Bunga Bank dan


Perbankan yang diprakarsai MUI (Majelis Ulama Indonesia). Hasil lokakarya ini kemudian
didukung ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan beberapa pengusaha muslim
sehingga pada 1991 ditandatangani akta pendirian Bank Muamalat Indonesia. Bank ini resmi
beroperasi pada 1 Mei 1992 berkat bentukan Tim Perbankan MUI. Akan tetapi dalam
perjalanannya, kinerja bank Muamalat kurang populer dan stagnan. Bank ini baru membaik
kinerjanya serta dilirik oleh nasabah setelah era krisis ekonomi dan reformasi.

Sejarah Berdirinya Bank Syariah di Indonesia

Sejarah keberadaan bank syariah sebelum pendirian Bank Muamalat dapat dirunutkan
sejak kurun waktu sebelum kemerdekaan.  K.H. Mas Mansyur, Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah periode 1937 – 1944 pernah menyatakan jika umat Islam Indonesia tidak
memiliki lembaga yang bebas riba sehingga terpaksa menggunakan jasa perbankan
konvensional. Kronologis pembentukan bank syariah dapat kita ikuti sejak beberapa kurun
waktu berikut:

 Periode 1967 – 1983

Pada tahun 1967 dikeluarkan Undang – Undang no.14 tentang Pokok – Pokok
Perbankan. Tertera pada pasal 13 C bahwa dalam operasi usaha bank menggunakan sistem
kredit dan kredit tersebut tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengambilan bunga, karena
konsep bunga telah melekat dalam pengertian kredit itu sendiri. Pada tahun 1980an
pemerintah mengalami kesulitan untuk mengendalikan tingkat bunga karena bank – bank
yang ada sangat tergantung kepada likuiditas dari Bank Indonesia, sehingga keluar
Deregulasi tertanggal 1 Juni 1983 untuk melepaskan keterikatan tingkat bunga tersebut.
Adanya deregulasi tersebut memungkinkan bank untuk menentukan tingkat bunga sebesar
0% yang berasal dari penerapan sistem perbankan syariah melalui prinsip bagi hasil.

 Periode 1988
Sejak adanya deregulasi tahun 1983 tersebut, pada tahun 1988 pemerintah
menganggap pembukaan peluang bisnis di bidang perbankan perlu diperluas, dengan tujuan
untuk memobilisasi dana yang dimiliki masyarakat demi kepentingan pembangunan. Oleh
sebab itu pada 27 Oktober 1988, dikeluarkan Paket Kebijaksanaan Pemerintah Bulan Oktober
(PAKTO) yang isinya tentang liberalisasi perbankan untuk memungkinkan pendirian bank –
bank baru selain dari bank yang sudah ada. Sejak itu dimulai pendirian Bank Perkreditan
Rakyat yang menggunakan sistem Syariah di beberapa daerah di Indonesia. MUI kemudian
melakukan Musyawarah Nasional IV pada 1990 yang hasilnya adalah amanat untuk
membentuk kelompok kerja yang akan mendirikan Bank Islam di Indonesia.

 Periode 1991 – Masa Kini

Sejarah berdirinya bank syariah di Indonesia dimulai dengan pendirian Bank


Muamalat pada 1991. Pada kurun waktu ini, pemerintah mengeluarkan Undang – Undang
no.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang mencantumkan mengenai sistem perbankan bagi
hasil. Tertera dalam pasal 6 huruf M dan pasal 13 huruf C menyatakan bahwa salah satu
usaha dari bank umum dan bank perkreditan rakyat adalah untuk menyediakan pembiayaan
bagi nasabah yang didasarkan kepada prinsip bagi hasil. Peraturan ini adalah tanda
dimulainya era sistem perbankan ganda atau dual banking system di Indonesia, yang berarti
ada dua sistem perbankan yang beroperasi secara sinergis dan memenuhi kebutuhan
masyarakat akan jasa dan produk perbankan bersama – sama, juga menjadi pendukung
pembiayaan bagi beberapa sektor perekonomian nasional.

Undang – Undang Perbankan no.7 tahun 1992 kemudian diubah menjadi Undang –
Undang no.10 tahun 1998 yang semakin mendorong perkembangan sistem perbankan syariah
di Indonesia. Undang – undang ini memungkinkan bank umum untuk melakukan kegiatan
usaha yang menggunakan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan Unit Usaha Syariah.
Berdasarkan undang – undang tersebut, bank umum memiliki pilihan untuk melakukan
kegiatan usaha dengan sistem umum ataupun syariah, atau bahkan melakukan usaha
berdasarkan kedua prinsip tersebut.

Kurangnya regulasi mengenai perbankan syariah kemudian dilengkapi dengan


terbitnya UU no.21 tahun 2008 yang mengatur beberapa hal baru di bidang Perbankan
Syariah, begitu juga dengan UU no.19 tahun 2008 mengenai Surat Berharga Syariah Negara
(SUKUK), dan UU no.42 tahun 2009 tentang Amandmen Ketiga UU no.8 tahun 1983
mengenai PPN Barang dan Jasa . Beberapa aturan baru tersebut yaitu mengenai otoritas fatwa
dan komite dari perbankan syariah, mengenai pembinaan dan pengawasan bank syariah,
pemilihan Dewan Pengawas Syariah (DPS), mengatur perpajakan, penyelesaian sengketa di
bidang perbankan, juga mengenai konversi Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum
Syariah (BUS). UU ini juga memungkinkan perbankan syariah lebih leluasa dalam
mengembangkan diri, antara lain dalam beberapa hal berikut:

 Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syarian tidak dapat dikonversi
menjadi bentuk Bank Umum konvensional. Bank Umum dapat dikonversi ke dalam
bentuk Bank Syariah dalam pasal 5 ayat 7.
 Apabila dilakukan merger atau akuisisi antara Bank Syariah dengan Bank Non
Syariah maka hasilnya wajib menjadi Bank Syariah , tercantum dalam pasal 17 ayat 2.

 Tercantum dalam pasal 68 ayat 1, Bank umum yang memiliki UUS harus
memisahkan diri apabila UUS telah memiliki aset sebesar paling tidak 50 persen dari
total nilai aset bank induk atau dalam kurun waktu 15 tahun sejak pemberlakuan UU
Perbankan Syariah.

Selain itu juga banyak kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh bank umum
akan tetapi bebas dilakukan oleh bank syariah. Misalnya, penjaminan penerbitan surat
berharga, penitipan untuk kepentingan pihak lain, menjadi wali dari amanat yang diberikan,
penyertaan modal, mendirikan dan mengurus dana pensiun, menerbitkan, melakukan
penawaran, dan perdagangan surat berharga syariah jangka panjang.

Perbankan syariah juga dapat melakukan layanan sosial, seperti menyelenggarakan


lembaga untuk baitul mal yang menyalurkan dana infak, sedekah, zakat, hibah, atau dana
sosial lain untuk disalurkan kepada lembaga pengelola zakat. Sejarah berdirinya bank syariah
hingga saat ini mencatat paling tidak terdapat beberapa bank syariah di Indonesia, seperti
Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, BRI
Syariah, BJB Syariah dan banyak lagi.

Bank Syariah memiliki kelebihan dan Kekurangan diantara lain :

Kelebihan Bank Syariah

 Sistem perbankan syariah lebih adil

Transaksi yang dilakukan di perbankan konvensional berbasis pada bunga, di mana


peminjam harus mengembalikan pinjaman dan bunganya kepada bank. Di dalam bisnis, hasil
dari setiap perusahaan selalu tidak pasti, bisa untung dan juga bisa rugi. Peminjam harus
membayar tingkat bunga yang disetujui walaupun perusahaannya mungkin rugi. Hal ini jelas
bertentangan dengan norma keadilan. Sedangkan di bank syariah, transaksi berdasarkan bagi
hasil atau bagi untung/rugi, sehingga jika perusahaan untung besar, bank dapat untung besar,
jika perusahaan rugi, bank juga ikut menanggung beban kerugian tersebut.

 Adanya lembaga pengontrol berupa dewan pengawas syariah

Fungsi dari dewan pengawas syariah adalah agar dalam menjalankan aktivitasnya
bank syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan menjauhi hal-hal yang dilarang
dalam agama Islam. Beberapa hal yang dilarang dalam Islam yaitu menerima dan membayar
bunga (riba), membiayai suatu usaha yang diharamkan seperti minuman keras, kegiatan yang
sangat dekat dengan gambling (maisir), serta transaksi yang mengandung gharar.

Kelemahan Bank Syariah

 Keterbatasan jaringan pemasaran bank syariah


Jaringan pemasaran bank syariah masih kalah jauh jika dibandingkan dengan bank
konvensional. Hal ini sangat mempengaruhi luasnya jangkauan pelayanan kepada masyarakat
dan luasnya jaringan kerjasama di antara bank syariah.

 SDM bank syariah belum banyak memahami bisnis bank syariah secara total

Karena keterbatasan SDM yang ahli di bidang perbankan syariah, menyebabkan bank
syariah merekrut tenaga-tenaga yang kurang ahli di bidang perbankan syariah, terutama di
SDM pendukung (lapisan kedua).

 Efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal

Efisiensi perbankan syariah terlihat dengan adanya tingkat return yang lebih rendah
kepada nasabah dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh perbankan konvensional.
Peningkatan efisiensi operasional yang berdampak pada perbaikan tingkat return kepada
nasabah tentunya akan memacu para investor untuk bermitra dengan bank syariah yang mana
selain mengharapkan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah, juga tentunya mengharapkan
tingkat return yang lebih baik.

2. Produk Bank Syariah di Indonesia dan Akad-Akadnya

Ada produk bank syariah di Indonesia sebagai alternatif produk perbankan di luar
produk konvensional. Produk-produknya kurang lebih sama dengan produk-produk
perbankan konvesional. Bedanya, produk-produk bank syariah telah disesuaikan dengan
akad-akad syariah dan diakui Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).

Berikut ini adalah beberapa produk bank syariah di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan masyarakat secara luas berdasarkan kebutuhan.

1. Tabungan syariah

2. Deposito syariah

3. Gadai syariah

4. Pembiayaan atau pinjaman syariah

5. Giro syariah.

 Tabungan syariah

Tabungan syariah terikat dengan adanya kesepakatan atau akad antara nasabah dan
bank, yaitu akad mudharabah tentang simpanan yang pengelolaannya diberikan kepada bank
dengan sistem bagi hasil.

Produk syariah ini menerapkan sistem bagi hasil. Jadi, bukan bunga karena adanya
unsur riba yang tidak halal. Bank syariah berperan mengelola dana simpanan untuk
disalurkan sebagai modal usaha produktif yang sesuai dengan prinsip syariah.
Keuntungannya diberikan dalam bentuk bagi hasil kepada nasabah sesuai kesepakatan.

 Deposito syariah

Deposito syariah adalah produk simpanan berjangka yang dikelola bank syariah.
Produk ini bisa didapatkan untuk nasabah perorangan dan perusahaan dengan menggunakan
prinsip mudharabah. Deposito syariah bisa ditarik setelah jangka waktu simpanan telah
berakhir atau jatuh tempo, yaitu pilihan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, hingga 24 bulan.
Keuntungan deposito di bank syariah berupa nisbah atau bagi hasil. Umumnya, nisbah yang
ditawarkan adalah 60:40 untuk nasabah dan bank. Melihat angka tersebut, gak heran kalau
banyak kalangan menilai keuntungan deposito bank syariah lebih tinggi.

Apa manfaat memiliki deposito syariah?

1. Pembagian keuntungan bisa kamu atur sendiri dan bisa dijadikan jaminan pembiayaan.

2. Pengelolaan dana secara syariah jadi dipastikan halal.

3. Adanya fasilitas automatic roll over (ARO).

4. Dana nasabah dipastikan aman karena dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

 Gadai syariah

Gadai syariah adalah produk pinjaman tunai dari bank syariah kepada nasabahnya.
Khususnya dalam hal ini, gadai syariah menggunakan akad rahn atau ijarah. Sebagai syarat
utama, nasabah wajib menyerahkan barang jaminan. Pada penerapannya, jika nasabah atau
debitur tidak sanggup melunasi cicilan, barang jaminan akan dijual untuk menutupi utang.
Jika harga jualnya melebihi utang, kelebihannya akan dikembalikan kepada debitur. Untuk
biaya administrasi, debitur dikenakan biaya pemeliharaan barang. Sebagaimana dalam
pandangan Islam bahwa barang gadai tetap menjadi milik debitur, otomatis biaya
pemeliharaan akan ditanggung debitur yang kemudian dibayarkan kepada kreditur atau bank.

 Pembiayaan atau pinjaman syariah

Pinjaman syariah adalah produk pinjaman dari bank syariah. Nasabah wajib melunasi
utang tersebut dalam bentuk pembayaran langsung atau cicilan. Transaksi semacam ini tidak
tidak tergolong riba selama bertujuan tolong-menolong dan tetap mengikuti syariat.
Keuntungan bank didapatkan dari margin harga beli barang di toko dengan harga jual kepada
nasabah. Misalnya, nasabah meminjam uang tunai untuk membeli komputer, bank syariah
akan membelikannya terlebih dahulu di toko. Lalu, komputer itu dijual kepada nasabah
dengan harga yang telah dimasukkan margin.

Contoh lainnya dikenal dengan sistem bagi hasil, yaitu saat kita pinjam sejumlah uang
untuk modal usaha. Bank akan dapat beberapa persen dari profit usaha kita nantinya.
Persentase profit sharing akan disetujui bersama di muka.
 Giro syariah

Giro syariah adalah produk simpanan di bank syariah yang dana bisa ditarik dengan
menggunakan cek atau bilyet giro selain kartu ATM. Nasabah giro, disebut juga dengan
giran, bisa dari perorangan atau badan hukum yang membutuhkan kemudahan bertransaksi
dalam jumlah yang sangat besar kapan saja. Kalau kamu punya pertanyaan terkait produk
simpanan dan investasi lainnya sekaligus mendapatkan rekomendasi kepada berbagai produk
asuransi yang ada di Indonesia.

3. Akad bagi hasil dalam bank syariah

Sistem bagi hasil pada bank syariah diterapkan dengan cara berbagi keuntungan atau
disebut profit sharing. Artinya, nasabah dan bank saling membagi keuntungan bersih dari
hasil usaha atau investasi. Dengan kata lain, tidak menggunakan sistem bunga seperti bank
konvensional.

 Mudharabah

Mudharabah adalah kerja sama dengan memberikan pinjaman modal kepada


mudharib (debitur) dengan perjanjian yang disepakati di antara kedua belah pihak demi
mendapatkan laba usaha. Di bank konvensional istilahnya dikenal sebagai produk kredit atau
pinjaman.

 Musyarakah

Musyarakah adalah kerja sama di antara dua pihak atau lebih dengan pembagian laba
dan kerugian berdasarkan persentase dana yang digunakan untuk modal usaha. Di bank
konvensional istilahnya dikenal sebagai produk pembiayaan untuk usaha.

 Muzara’ah

Muzara’ah adalah kerja sama dalam mengelola lahan atau tanah kepada orang lain
dengan pembagian imbalan bagi pemilik lahan dan pengelola lahan sesuai dengan
kesepakatan. Di bank konvensional istilahnya dikenal sebagai produk pinjaman modal usaha.

 Musaqah

Musaqah adalah kerja sama dalam mengelola kebun atau tanaman dengan pembagian
sesuai dengan akad antara pemilik kebun dan pengelola kebun. Di bank konvensional
istilahnya dikenal sebagai produk pembiayaan modal usaha.

4. Akad tabungan atau simpanan dalam bank syariah

Produk tabungan atau simpanan dalam bank syariah memungkinkan untuk


mengenakan biaya titipan kepada nasabah.

 Wadi’ah
Wadi’ah adalah titipan yang mana nasabah dapat menitipkan barang atau uang dengan
ketentuan terdapat biaya jasa titipan dari bank syariah sebagai pengelola titipan, seperti
produk tabungan/simpanan dalam bank konvensional.

 Mudharabah

Mudharabah adalah simpanan dana yang dapat digunakan bank (pengelola modal)
untuk modal usaha dengan imbalan bagi hasil yang telah disepakati antara nasabah dan bank.
Misalnya aja, produk simpanan di bank konvensional yang dapat digunakan bank untuk
memberikan modal usaha kepada debitur.

5. Akad kredit dalam bank syariah

Produk bank konvensional yang paling banyak diminati adalah produk kredit. Produk
kredit syariah umum diaplikasikan untuk pembelian kendaraan, rumah, atau barang lainnya
sesuai dengan kebutuhan nasabah.

 Bai Murabahah

Bai Murabahah adalah pembelian barang dengan penambahan keuntungan yang


diketahui pembeli. Penjual juga wajib memberi tahu modal pembelian barang tersebut
sehingga ada transparansi harga serta keuntungan yang didapatkan penjual. Contohnya
produk pembiayaan kendaraan atau rumah dalam produk bank konvensional.

 Bai Salam

Bai Salam adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan barang sesuai dengan
kriteria yang diinginkan pembeli serta disanggupi pembuat atau penjual. Metode pembayaran
akad ini di muka dengan penyerahan barang di kemudian hari.

 Bai Istishna

Bai istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan pembeli dan disepakati pembuat atau penjual. Metode
pembayaran dalam akad ini bisa dilakukan dengan metode cicilan. Contoh produk ini di bank
konvensional adalah pembelian kendaraan atau rumah dengan metode kredit atau cicilan.

 Ijarah

Proses transaksi dengan akad ijarah biasanya digunakan dalam pembiayaan


kendaraan. Debitur akan dikenai biaya sewa barang sekaligus menjadi cicilan pembelian
barang pada saat periode sewa berakhir.

6. Akad jasa keuangan lainnya dalam bank syariah

Produk jasa yang ditawarkan bank syariah cukup banyak, seperti penggunaan ATM,
internet banking, dan sebagainya untuk memudahkan transaksi perbankan. Dalam konteks
produk bank syariah atau produk perbankan syariah, layanan tersebut dapat dikenakan biaya
yang dibebankan kepada nasabah.

 Wakalah

Wakalah adalah nasabah memberikan kekuasaan kepada bank untuk melakukan


pengelolaan keuangan, seperti transfer, pembukuan, dan sebagainya. Atas usaha yang
dilakukannya tersebut, bank akan mendapatkan komisi dari nasabah.

 Hawalah

Al-Hawalah adalah mengalihkan utang kepada orang lain dengan maksud menolong.
Pengalihan utang ini tetap harus berdasarkan kerelaan dari kreditur ataupun debitur.

 Rahn

Rahn adalah menahan aset debitur dengan imbalan pinjaman dana atau modal dari
kreditur. Istilah sederhananya adalah menggadaikan barang untuk mendapatkan pinjaman.
Debitur akan dikenai biaya pemeliharaan yang dapat dicicil sesuai dengan akad di awal.

 Qardh

Qardh adalah penyaluran dana dengan maksud menolong. Nasabah wajib


mengembalikan pokok pinjaman sesuai dengan akad. Nasabah boleh melebihkan jumlah
pembayaran dari pokok sebenarnya tetapi tidak boleh atas dasar paksaan apalagi dicantumkan
dalam perjanjian.

7. Beberapa strategi pemasaran bank syariah

Perlu Kita ketahui perkembangan perbankan nasional dengan prinsip syariah di


Indonesia cukup mengesankan. Bahkan, semakin banyak berdiri bank dengan nama belakang
syariah, meskipun pada awalnya bank tersebut menganut paham konvensional. Tidak ada
masalah karena merupakan salah satu strategi perbankan untuk menjaring banyak konsumen.

Terdapat beberapa strategi pemasaran yang diterapkannya, antara lain sebagai berikut.

 Penawaran Berbagai Produk Perbankan Syariah

Salah satu strategi yang dilakukan sama dengan bank konvensional, yaitu
menawarkan berbagai produk perbankan, tetapi dengan prinsip syariah. Sebagai contoh,
kredit perumahan rakyat dengan sistem bagi hasil, tabungan dengan berbagai nama dan jenis,
kredit pembiayaan, dan lain sebagainya. Semua produk tersebut dipasarkan dengan prinsip
syariah, yaitu tanpa bunga bank dan sebagai gantinya memakai sistem bagi hasil yang lebih
aman dan menentamkan.

 Jaminan Keamanan

Semua nasabah pasti sangat menginginkan jaminan keamanan dalam penyimpanan


dananya di sebuah bank. Begitu juga yang diterapkan oleh bank syariah yang sudah pasti
menjamin keamanan semua dana yang disimpan oleh nasabah dalam berbagai produk
perbankan syariah yang dipilih. Dengan begitu, nasabah akan lebih percaya akan bank
syariah karena kenyamanan dan keamanan dalam menyimpan uang tidak kalah dengan bank
konvensional.

 Nuansa Islami

Berbeda dengan bank konvensional, sebuah bank dengan prinsip syariah akan selalu
berbalut dengan nuansa Islami. Hal itu dikarenakan sejak awal prinsip syariah dipilih, mau
tidak mau harus menerapkan cara dan pelaksanaan yang lebih Islami dalam setiap aktivitas
perbankan. Baik yang dilakukan oleh semua karyawan bank, serta prinsip perbankan yang
dianut. Sebagai contoh, semua karyawati bank syariah diharuskan untuk memakai jilbab
sebagai penutup kepala. Otomatis semua yang bekerja di bank syariah memang beragama
Islam karena memang prinsip syariah hanya diajarkan dalam agama Islam. Hal seperti ini
bisa menjadi daya tarik bagi nasabah untuk menyimpan dananya di bank syariah.

Anda mungkin juga menyukai