Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

ANALISA PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH

BINA WARGA SEJAHTERA

Oleh:

Muhammad Afif Ma’ruf

NIM: 15820035

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

1
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Setelah memberikan pengarahan, koreksi dan perbaikan seperlunya atas


laporan akhir Praktek kerja Lapangan (PKL) Program Studi Strata 1 Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2018 dari Mahasiswa:
Nama : Muhammad Afif Ma’ruf
NIM : 15820035
Lokasi : KSPPS BMT Bina Warga Sejahtera, Sambiroto, Sleman
Laporan akhir Praktek Kerja Lapangan (PKL) tersebut yang dilaksanakan
pada 15 Januari s/d 29 Februari 2018 telah dianggap memenuhi persyaratan
sebagaimana telah dijelaskan dalam buku pedoman praktik kuliah lapangan prodi
Perbankan Syari’ah UIN Sunan Kalijaga dan diterima serta disahkan sebagai salah
satu syarat program studi. Sehingga dapat diajukan sebagai tugas akhir PKL.
Demikian persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Yogyakarta, 25 Juni 2018


Mengetahui,
Dosen pembimbing lapangan

Dian Nuriyah Solissa, SHI., M. Si

NIP: 19840216 200912 2 004

ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

Laporan akhir PKL berjudul


ANALISA PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN MUDHOROBAH
PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH BINA
WARGA SEJAHTERA
Disusun oleh:
Muhammad Afif Ma’ruf (15820035)
Telah diujikan di depan sidang ujian PKL Perbankan Syariah pada
……………………………. dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
sebagai laporan akhir Praktek Kuliah Lapangan Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Yogyakarta, ……………… 2018


Panitia Ujian PKL Perbankan Syari’ah 2018
Dosen Pembimbing Lapangan Penguji

Dian Nuriyah Solissa, SHI., M.Si.


NIP: 19840216 200912 2 004 NIP:……………………………
Mengetahui,
Ketua Program Studi Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Joko Setiyono, SE. M. Si


NIP: 19730702 200212 1 003

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayahnya yang telah memberikan nikmat iman, islam, jasmani dan rohani,

sehingga penulis senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan. Atas berkat

rahmat dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja

lapangan (PKL) ini dengar lancar.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, karena atas perjuangan beliau kita dapat merasakan indahnya

ukhuwah Islamiah dan kehidupan yang lebih baik dengan kemajuan zaman yang

Insya Allah penuh dengan tuntunan al-Qur’an dan Hadist.

Dalam penyusunan laporan PKL ini penulis masih banyak mengalami

kendala dan kekurangan, oleh karena itu dalam penyusunan laporan PKL ini

penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan

bimbingan dan dukungan baik berupa moral, materiil maupun spiritual sehingga

penyusunan laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu perkenankan penulis

menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dian Nuriyah Solissa, SHI., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Lapangan


dari pihak Universitas
2. Ibu Nuning Agustina selaku Manajer KSPPS BWS.

3. Seluruh staf pegawai KSPPS BWS yang sudah memberikan waktunya

untuk membimbing dan bekerjasama.

4. Bapak Joko Setyono, S.E., M.Si selaku ketua prodi Perbankan Syariah.

iv
v

5. Segenap panitia PKL Program Studi Perbankan Syariah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

6. Ibu, Ayah, Adek dan semua keluarga penyusun yang selalu mendukung

dan mendoakan setiap langkah penyusun.

7. Teman-teman sekelompok, Rizalu A dan Abdul Malik K. A.

Disamping itu penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih

banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun dari pembaca

akan sangat penulis hargai. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat

bermanfaat.

Yogyakarta, 21 Mei 2018

Hormat saya,

Muhammad Afif Ma’ruf

NIM. 15820035
DAFTAR ISI

Table of Contents
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 4
C. Manfaat ........................................................................................................ 4
D. Jadwal kegiatan serta alokasi waktu per hari ............................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 8
TINJAUAN UMUM OBYEK PKL ........................................................................ 8
A. Profil Perusahaan ......................................................................................... 8
B. Laporan Kegiatan PKL .............................................................................. 15
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................ 16
BAB III ................................................................................................................. 17
HASIL PELAKSANAAN PKL ............................................................................ 17
A. Kajian Teori ............................................................................................... 17
B. Analisis Masalah ........................................................................................ 31
C. Hasil Analisis ............................................................................................. 32
BAB IV ................................................................................................................. 38
PENUTUP ............................................................................................................. 38
A. Kesimpulan ................................................................................................ 38
B. Saran ........................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
DAFTAR TABEL & GAMBAR .......................................................................... 40
LAMPIRAN .......................................................................................................... 41

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial, manusia dalam hidupnya selalu memerlukan

adanya bantuan dan pertolongan dari orang lain dalam menjalani kehidupan

sehari-hari dalam bentuk jasa maupun materi baik orang tersebut dari golongan

berada maupun dari golongan kurang mampu, dan Islam mengajarkan nilai-nilai

sosial dan tolong menolong dalam kehidupan antar sesama baik dari segi sosial

maupun ekonomi.

Dalam hal keuangan Islam, tentu memiliki ciri khusus yang membedakan,

yaitu terbebas dari segala unsur riba, unsur kedzaliman, unsur eksploitasi, dan

seluruh unsur yang memusat pada ketidakadilan. Di sisi lain, keuangan

konvensional dalam bentuk hutang-piutangnya adalah suatu cara untuk

eksploitasi. Maka Islam bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat untuk

menjaga kestabilan juga keseimbangan sektor riil dan sektor moneter yang

memperhatikan dasar hukum Islam, yaitu agar terhindar dari ketidakadilan.

Islam dalam menentukan suatu larangan terhadap aktivitas duniawiyah

tentunya mempunyai hikmah tersendiri didalamnya, dimana hikmah itu akan

memberikan kemaslahatan, ketenangan dan keselamatan hidup di dunia maupun

di akhirat. Namun demikian, islam tidak melarang begitu saja kecuali di sisi lain

ada ketentuan-ketentuan tertentu yang diatur, misal terbebas dari unsur riba.

1
2

Dalam Islam ada dua jalan untuk menghindari riba pada praktik muamalah.

Pertama berbentuk shadaqah ataupun al-qardhul hasan (pinjaman tanpa adanya

kesepakatan kelebihan berupa apapun pada saat pelunasan), merupakan solusi

bagi siapa saja yang melakukan aktifitas riba untuk keperluan biaya hidup

(konsumtif) ataupun usaha dalam skala mikro. Jalan yang kedua melalui sistem

perbankan Islam

Indonesia mempunyai tiga pelaku ekonomi secara nasional yaitu BUMN,

BUMS, dan Koperasi. Namun pada kenyataannya hanya koperasi yang berperan

dominan sebagai wahana ekonomi kelompok masyarakat ekonomi lemah (Idrus,

2007). Keberadaan koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional

merupakan representasi dari golongan ekonomi lemah. Sehingga dapat dikatakan

keberadaan koperasi di indonesia dalam konteks kelembagaan dan pengembangan

usaha masih dalam upaya pencarian dan penyesuaian dalam sistem ekonomi yang

ada. Konsep koperasi secara esensi sejalan dengan visi kehidupan manusia

(terutama Indonesia) yang mengedepankan semangat kebersamaan. Hal tersebut

tercermin dalam asas-asas koperasi yang dikemukakakan oleh Bung Hatta , (Idrus,

2007) yaitu pertama koperasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya.

Dalam mencapai tujuannya koperasi tetap memiliki orientasi ekonomi,

mendapatkan keuntungan, namun tetap berada dalam tujuan utamanya. Kedua,

koperasi mengembang fungsi sosial dan lebih mengutamakan keberpihakan

kepada masyarakat miskin. Ketiga, koperasi merupakan persekuruan independen

yang merdeka dan tidak lahir atas tekanan dan paksaan. Keempat, koperasi

merupakan bentuk usaha yang dijalankan berdasar asas kekeluargaan dan


3

kerjasama.

Berdasarkan pengalaman penulis ketika magang di Koperasi Simpan Pinjam

dan Pembiayaan Syariah Bina Warga Sejahtera (KSPPS BWS) ketertarikan

penulis terhadap pembiayaan murobahah. Dimana pembiayaan murobahah

merupakan akad transaksi jual beli suatu barang dimana penjual menyebutkan

harga jual yang terdiri dari harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu

(margin) atas barang, dimana harga jual tersebut disetujui oleh pembeli, dimana

nantinya KSPPS BWS akan bertransaksi jual beli kepada anggota yang

mengajukan pembiayaan atas suatu barang yang dibutuhkan yang pembayarannya

dilakukan secara angsuran.

Terdapat resiko-resiko yang harus di ambil oleh pihak KSPPS BWS seperti

pembiayaan macet, gagal bayar atau bahkan anggota kabur. Peneliti bermaksud

ingin meneliti prosedur pemberian pemberian pembiayaan terkait penerapannya di

KSPPS BWS menjadi sebuah judul Laporan Praktek Kerja Lapangan yaitu

“ANALISA PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH BINA

WARGA SEJAHTERA”
4

B. Tujuan

Bagi Penulis :

1. Mengetahui pengetahuan lapangan secara rill mengenai proses pemberian

pembiayaan murobahah di KSPPS BWS

2. Mengetahui proses pelaksanaan pembiayaan murobahah pada KSPPS BWS

3. Melatih dan meningkatkan kemandirian dan adaptasi terhadap dunia kerja

Bagi Universitas :

1. Sebagai pertukaran ilmu pengetahuan serta informasi untuk mengembangakan

ilmu pengetahun yang dapat menjawab persoalan masyarakat.

2. Sebagai realisasi dari tri darma perguruan tinggi guna menjadikan mahasiswanya

siap menempuh dunia kerja.

3. Membangun kerjsama kemitraan dengan lembaga-lembaga terkait salah satunya

KSPPS BWS

4. Ilmu pengetahun serta informasi lapangan dapat dijadikan sebagai dasar

menentukan kurikulum mata kuliah.

C. Manfaat

Manfaat pelekasanaan praktek kerja lapangan :

1. Mengetahui pelaksanaan program pembiyaan murobahah pada KSPPS BWS

2. Menjadi Sarana pembelajaran untuk mendapat ilmu pengetahuan dari seluruh unit

kegiatan KSPPS BWS


5

3. Mendapatkan pengetahuan sebagai modal untuk menjadi pengelola keuangan

yang profesional, transparan dan berkualitas.

D. Jadwal kegiatan serta alokasi waktu per hari

Tabel berikut ini menyajikan lebih rinci kegiatan yang dilakukan oleh

penulis selama pelaksanaan PKL.

Tabel 1.1 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

No Hari, Tanggal Kegiatan PKL di KSPPS BWS

1 Senin, Penulis dan rekan -rekan PKL dari Prodi

15 Januari Perbankan Syariah melakukan perkenalan dengan

2018 staff pelaksana KSPPS BWS sekaligus struktur

keorganisasian di KSPPS BWS. Kemudian setelah

itu diberi kesempatan untuk memperdalam materi-

materi dengan langsung bertanya kepada karyawan.

2 Selasa, Mengikuti kegiatan dalam memasarkan dan

16 Januari mengambil tabungan anggota

2018

3 Rabu, Mengikuti kegiatan dalam memasarkan dan

17 Januari mengambil tabungan anggota, dan membantu untuk

2018 menginput data ke sistem

4 Kamis, Mengikuti kegiatan dalam memasarkan dan

18 Januari mengambil tabungan anggota, mengambil iuran

2018 jatuh tempo anggota yang mengambil pembiayaan


6

No Hari, Tanggal Kegiatan PKL di KSPPS BWS

dan membantu untuk menginput data ke sistem

5 Jum’at, Membaca Alqur’an, mengikuti kegiatan dalam

19 Januari memasarkan dan mengambil tabungan anggota.

2018

6 Sabtu, Mengikuti kegiatan dalam melayani pembelian spt.

20 Januari Token listrik dan PDAM

2018

7 Senin, Mengikuti kegiatan dalam memasarkan dan

22 Januari mengambil tabungan anggota, mengambil iuran

2018 jatuh tempo anggota yang mengambil pembiayaan

8 Selasa, Mengikuti kegiatan dalam memasarkan dan

23 Januari mengambil tabungan anggota, mengambil iuran

2018 jatuh tempo anggota yang mengambil pembiayaan

9 Rabu, Mengikuti kegiatan dalam memasarkan dan

24 Januari mengambil tabungan anggota.

2018

10 Kamis, Mengikuti kegiatan dalam memasarkan dan

25 Januari mengambil tabungan anggota serta membantu

2018 mengiput data kesistem

11 Jum’at, 26 Penulis tidak berangkat ke tempat PKL dikarenakan

Januari 2018 ada keperluan di kampus

12 Sabtu, 27 Mengikuti kegiatan dalam melayani pembelia spt.


7

No Hari, Tanggal Kegiatan PKL di KSPPS BWS

Januari 2018 Token listrik dan PDAM

13 Senin, 29 (Pengganti tanggal 26/01) Mengikuti kegiatan

Januari 2018 dalam memasarkan dan mengambil tabungan

anggota, serta pemberian kenang-kenangan ke

KSPPS BWS dalam PKL di hari terakhir


BAB II

TINJAUAN UMUM OBYEK PKL

A. Profil Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya KSPPS Bina Warga Sejahtera Yogyakarta

Sejarah berdirinya KJKS BMT Bina Warga Sejahtera merupakan cetusan

dari paguyuban BINA WARGA yang aktivitasnya terdiri dari pengobatan

alternative milik KH.Ummarul Yahya Al Faruk, yang berlokasi di Bathok Bolu

Sambiroto Purwomartani Kalasan Sleman dan aktivitas koperasi konvensional

didaerah Wonosobo dan Jawa Timur. Untuk memenuhi pelayanan simpan pinjam

yang berbasis syari’ah terhadap masyarakat Sambiroto dan sekitarnya khususnya

kecamatan Kalasan, yang sebagian besar terdiri dari masyarakat muslim, maka

paguyuban BINA WARGA merdirikan koperasi yang operasionalnya berdasarkan

syaria’ah yang diberinama Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) Bina Warga

Sejahtera disingkat KJKS BW.

KSPPS Bina Warga Sejahtera mulai beroperasi pada tangal 07 Februari

2013 pukul 07.00 WIB dengan ketua pengurus Bapak Tugiran BA selaku Lurah

desa Purwomartani Kalasan Sleman. KSPPS Bina Warga Sejahtera resmi

berbadan hukum BH:116/BH/XV.4/KAB.SLM/II/2015. KSPPS Bina Warga

Sejahtera merupakan badan usaha yang berdasarkan kekeluargaan dan

kegotongroyongan yang bertujuan memajukan kesejahteraan anggota dan lapisan

masyarakat yang berpedoman pada prinsip syari’ah.

8
9

Alokasi tempat usaha KSPPS Bina Warga Sejahtera yaitu masih dalam

komplek gedung milik Koperasi Bina Warga Sejahtera yang meliputi wilayah

Purwomartani, Kalasan, Maguwoharjo, Selomartani, Condongcatur, Ngaglik, dan

Ngemplak (AD Bab. I Ps. 1 Ayat 2). Namun demikian, tidak menutup

kemungkinan daerah bekerja KSPPS Bina Warga Sejahtera meliputi seluruh

wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Operasional KSPPS Bina Warga Sejahtera

berlandaskan syari’ah yang bernaung dibawah undang-undang koperasi yang

didasarkan oleh asas kekeluargaan dan kegotongroyongan serta didampingi dan

dibina oleh Manajemen Muamalat Center Indonesia (MCI).

System administrasi akuntansi KSPPS Bina Warga Sejahtera telah

didukung dengan komputerisasi software dari produk USSI Bandung yang

dinamakan Integral Banking System Syari’ah (IBSS). Sehingga memudahkan

dalam melakukan analisa, control dan meminta laporan keuangan setiap saat.

Selain itu untuk mempermudah transaksi di KSPPS Bina Warga Sejahtera

juga memberlakukan sistem ATM yaitu angkat telpon meluncur. Muamalat

Center

Indonesia (MCI) selaku pendamping dalam proses operasional KSPPS Bina

Warga

Sejahtera juga telah melakukan pelatihan mengenai konsep dasar Ekonomi Islam,

manajemen funding dan financing serta akutansi syari’ah bagi sumberdaya

manusia

pengelola KSPPS Bina Warga Sejahtera.


10

Sesuai dengan perjalanan dan perkembangannya, tahun 2015 badan

hokum KSPPS Bina Warga Sejahtera mendapat teguran dari Dinas Perindustrian

Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta.

Disperindagkoptan Kota Yogyakarta menyebutkan bahwa tidak diperbolehkan

dua lembaga dengan pola manajemen berbeda (konvensional dan syari’ah)

bernaung dalam badan hukum yang sama. Oleh karena itu, pada tanggal 30 bulan

November tahun 2015, KSPPS Bina Warga Sejahtera memulai proses badan

hukum/izin usaha sendiri dengan melaksanakan Rapat Pendirian Koperasi yang

pengelolaannya dilakukan secara otonom dengan pola syariah. Hal ini didukung

sepenuhnya oleh Koperasi Bina Warga Sejahtera dimana selama 3 tahun Badan

Hukum KSPPS Bina Warga Sejahtera mengampu pada peraturan

Disperindagkoptan Kota Yogyakarta.

Sehingga pada tanggal 31 Desember 2015, diterbitkan Pernyataan

Keputusan Rapat Pendirian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

(KSPPS) Bina Warga Sejahtera dengan Akta Notaris Nomor 27 tertanggal 31

Desember 2015 (notaris Bapak Wahyu Wiryono, S.H.).

2. Letak geografis KSPPS Bina Warga Sejahtera Yogyakarta

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Bina Warga

Sejahtera terletak di Timur Provinsi Yogyakarta yang berlokasi di Jl Smbiroto

03/02 Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman Yogyakarta.

3. Visi dan Misi KSPPS Bina Warga Sejahtera Yogyakarta

a. Visi

Lembaga keuangan syariah yang sehat dan unggul dalam permberdayaan umat.
11

b. Misi

1. Menerapkan nilai syari’ah unutk kesejahteraan bersama.

2. Mmberikan pelayanan yang terbaik dalam jasa keuangan mikro syariah.

3. Mewujudkan kehidupan umat islam.

c. Tujuan

1. Meningkatkan kesejahteraan anggota, pengelola dan ummat.

2. Turut berpartisipasi aktif dalam membumikan ekonomi ummat.

3. Menyediakan permodalan islami bagi usaha mikro.

d. Motto

Adil dan Menguntungkan

4. Pengurus KSPPS Bina Warga Sejahtera

Adapun sumberdaya yang ada pada BMT Bina Warga Sejahtera yaitu sebagai

berikut:
12

Gambar 2.1. Struktur sumberdaya KSPPS BWS

5. Jenis Produk atau Jasa KSPPS Bina Warga Sejahtera

a. Produk Simpanan
13

1) Simpanan Wadi’ah (Penitipan Murni dengan Seijin Penitip) KSPPS

bertindak sebagai penerima dana titipan dan anggota bertindak sebagai

pemilik dana titipan. Dana titipan disetor penuh kepada KSPPS dan

dinyatakan dalam jumlah nominal. Dana titipan tidak dapat diambil setiap

saat. Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus

kepada anggota. KSPPS menjamin pengembalian dana titipan anggota.

2) Simpanan Mudharabah Umum

Pada akad simpanan berdasarkan mudharabah, KSPPS bertindak sebagai

pengelola dana dan anggota bertindak sebagai pemilik dana. Dana disetor

penuh kepada KSPPS dan dinyatakan dalam jumlah nominal. Pembagian

keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk

nisbah. Pada akad simpanan berdasarkan mudharabah, anggota wajib

menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan oleh

KSPPS dan tidak dapat ditarik oleh anggota kecuali dalam rangka

penutupan rekening. KSPPS anggota tidak diperbolehkan menarik dana

diluar kesepakatan. KSPPS sebagai mudharib menutup biaya operasional

simpanan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

KSPPS tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan tanpa

persetujuan anggota yang bersangkutan dan KSPPS tidak menjamin dana

anggota.

3) Simpanan Mudharabah Berjangka

Pada prinsipnya simpanan berdarkan mudharabah berjangka sama dengan

jenis simpanan mudharabah, yang membedakan antara keduanya adalah


14

dana hanya dapat ditarik oleh anggota sesuai jangka waktu yang telah

ditentukan dalam akad. KSPPS Bina Warga Sejahtera memberlakukan 4

produk simpanan mudharabah berjangka, yaitu mudharabah berjangka

dengan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 12 bulan dan 24 bulan dengan porsi

hitungan bagi hasil yang disepakati.

b. Produk Simpanan Penyertaan

Pada prinsipnya produk simpanan penyertaan menggunakan akad

mudharabah berjangka dan akan digunakan oleh KSPPS sebagai modal

penyertaan. Produk simpanan penyertaan biasanya dengan jangka waktu

penyimpanan yang relatif lama yaitu minimal 2 tahun penyimpanan.

c. Produk Pembiayaan

1) Skim Bagi hasil

Pembiayaan Musyarakah (MSA) yaitu pembiayaan yang diberikan kepada

anggota dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama. Apabila

untung, maka setiap pihak akan mendapat bagi hasil secara proporsional

sesuai dengan kontribusi modalnya. Apabila merugi, maka kerugian akan

ditanggung secara proporsi.

2) Skim Jual Beli

Pembiayaan Murabahah (MBA) yaitu pembiayaan dengan sistem jual beli

barang pada harga asal dengan tambahan margin atau keuntungan yang

telah disepakati. Pembayaran dilakukan secara angsuran atau jatuh tempo

yang telah ditetapkan oleh pihak


15

B. Laporan Kegiatan PKL

1. Aktivitas PKL

Aktivitas yang dilakukan pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

KSPPS BWS adalah membantu mengerjakan sebagian tugas-tugas

karyawan pada semua bidang dengan arahan kepala unit. Bidang-bidang

tugasnya meliputi menginput data, memindah data buku tabungan anggota

ke sistem, memasarkan ke lapangan dan survey lapangan.

2. Deskripsi aktivitas PKL

Aktivitas yang dilakukan pada saat melakukan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di KSPPS BWS antara lain:

a. Menginput Data

Tugas yang dilakukan saat menginput data adalah memasukkan hasil

pencatatan transaksi yang dilakukan ketika ada simpan pinjam warga ke

dalam system.

b. Memasarkan ke lapangan

Tugas yang dilakukan ketika Memasarkan ke lapangan adalah

mengikuti marketing dalam memasarkan produk KSPPS BWS, serta

mengambil tabungan anggota dan mengambil kewajiban anggota yang

mengambil pembiayaan.

c. Survey lapangan
16

Tugas yang dilakukan ketika survey adalah mengikuti marketing

melihat dan menilai calon penerima pembiayaan yang bisa dijadikan sebagai

anggota yang berhak menerima Pembiayaan dari KSPPS BWS.).

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penulis mengikuti program PKL di Koperasi Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah Bina Warga Syariah Kota Yogyakarta yang berlokasi

di Sambiroto, Purwomartani, Kalasan, Sleman. Kegiatan PKL ini

berlangsung selama 2 (dua) minggu atau 14 hari terhitung sejak 15 Januari

2018 hingga 29 Januari 2018


BAB III

HASIL PELAKSANAAN PKL

A. Kajian Teori

1. Koperasi Syariah

a. Pengertian koperasi

Koperasi secara bahasa berarti bekerja sama dengan orang lain untuk

mencapai tujuan tertentu. Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1967

tentang pokok-pokok perkoperasian, Koperasi Indonesia adalah organisasi

ekonomi rakyat berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan

hukum dengan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan

asas kekeluargaan. Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang

perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-

seseorang atau badan hukum koperasi yang kegiatanya berlandaskan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan. Koperasi merupakan kumpulan orang yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi melalui usaha yang dijalankan anggota

sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi. Koperasi adalah

perusahaan yang berorientasi pada tercapainya kemandirian pengguna jasa

bukan kumpulan modal seperti halnya badan usahan lainya yang

berorientasi pada investor. Meskipun modal menjadi unsur penting dalam

menjalankan suatu usaha, tetapi modal bukan satu-satunya jalan untuk

mencapai tujuan dari koperasi. Bagaimanapun, yang menjadi modal utama

17
18

koperasi adalah kesediaan anggotanya untuk mengembangkan unit-unit

usaha melalui wadah koperasi.

Menurut Undang-Undang No. 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok

perkoperasian, koperasi Indonesia adalahorganisasi ekonomi rakyat

berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas

asas kekeluargaan. (Pasal 3 Undang-Undang No. 12 tahun 1967 tentang

Pokok- Pokok Koperasi.)

Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian

menyatakan bahwa, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang

seorang atau badan hukumkoperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat

yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi merupakan kumpulan orang

bukan kumpulan modal. Koperasi harus betul-betul mengabdi kepada

kepentingan perikemanusiaan dan bukan kepada kebendaan. Kerjasama

dalam koperasi didasarkan pada rasa persamaan derajat dan kesadaran para

anggotanya. Koperasi adalah milik bersama para anggota, pengurus maupun

pengelola. Usaha tersebut diatur sesuai dengan keinginan musyawarah

melalui rapat anggota. (pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 25 tahun 1992

tentang Perkoperasian)

b. Dasar Hukum Koperasi

Prinsip Koperasi berdasarkan UU No. 17 Th. 2012, yaitu: modal

terdiri dari simpanan pokok dan Surat Modal Koperasi (SMK). Lebih detail
19

tentang ketentuan pengaturan koperasi BMT diatur dengan Keputusan

Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah No. 91 Tahun 2004 (Kepmen

No. 91 /KEP /M.KUKM /IX /2004). Dalam ketentuan ini koperasi BMT

disebut sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Dengan ketentuan

tersebut, maka BMT yang beroperasi secara sah di wilayah Republik

Indonesia adalah BMT yang berbadan hukum koperasi yang izin

operasionalnya dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil

dan Usaha Menengah atau departemen yang sama di masing-masing

wilayah kerjanya. Selain harus sesuai dengan Kepmen No.

91/Kep/M.KUKM/IX/2004 ini,koperasi BMT (KJKS) harus juga tunduk

dengan koperasi yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

perkoperasian.

c. Koperasi Syari’ah

Menurut Nuryadin (2004:159) dalam bukunya BMT dan Bank Islam:

Instrumen Lembaga Keuangan Syari’ah mengatakan sebagai berikut

Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) terdiri dari dua kelompok lembaga,

yakni lembaga keuangan berbentuk bank dan lembaga keuangan berbentuk

bukan bank. Lembaga keuangan yang berbentuk bank mencakup Bank

Umum Syari’ah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS).

Sedangkan lembaga keuangan yang bukan berbentuk bank adalah Unit

Usaha Syari’ah (UUS) dan Bait al Maal wa al Tamwil (BMT).

Menurut Sumiyanto (2008 : 23) dalam bukunya Menuju Koperasi

Modern (Panduan untuk Pemilik, Pengelola dan Pemerhati Baitul maal wat
20

Tamwii dalam format Koperasi) mengatakan sebagai berikut berawal dari

lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai sentral perekonomian

yang bernuansa Islam, maka bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang

lain. Yaitu ditandai dengan tingginya semangat bank konvensional untuk

mendirikan lembaga keuangan Islam yaitu bank syari’ah. Tetapi karena

operasionalisasi bank syari’ah di Indonesia kurang menjangkau usaha

masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan

lembaga keuangan mikro seperti BPR syari’ah dan BMT yang bertujuan

untuk mengatasi hambatan operasioanalisasi di daerah-daerah.

Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi

menghimpun dana masyarakat. Dana yang telah terhimpun, kemudian

disalurkan kembali kepada masyarakat. Dalam menjalankan dua aktivitas

besar tersebut, koperasi harus menjalankan sesuai dengan kaidah-kaidah

yang berlaku, utamanya adalah kaidah transaksi dalam pengumpulan dan

penyaluran dana menurut Islam serta tidak bertentangan dengan tujuan

koperasi.

Seperti yang terkutip dalam pasal 3 UU RI Nomor 25 tahun 1992

tentang perkoperasian “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut

membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945” Koperasi sebagai Lembaga Keuangan (non

Bank) yang menggunakan prinsip syari’ah sangat sesuai dengan konsep


21

Lembaga Keuangan Menurut al-Qur’an, walaupun dalam al-Qur’an tidak

menyebut konsep Lembaga Keuangan secara eksplisit, namun al-Qur’an

telah sejak lama memberikan aturan dan prinsipprinsip dasar yang menjadi

landasan bagi Pembentukan Organisasi Ekonomi modern. Seperti konsep

pencatatan (Akuntansi dalam istilah ekonomi modern), baik laporan

keuangan (rugi laba perubahan Modal dan Administrasi bisnis yang lain)

secara jelas telah diatur dalam al-Qur’an.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004

tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

Syariah memberikan pengertian bahwa Koperasi Simpan Pinjam Syariah

atau koperasi jasa keuangan syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya

bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi

hasil (syariah). Dengan demikian semua BMT yang ada di Indonesia dapat

digolongkan dalam KJKS, mempunyai payung Hukum dan legal kegiatan

operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan perundangundangan yang

berlaku.

Keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor 91/kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang

petunjuk pelaksanaan kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah

merupakan realisasi yang tumbuh subur dalam masyarakat ekonomi

Indonesia terutama dalam lingkungan Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah. Kenyataan itu membuktikan bahwa sistem ekonomi syariah


22

dapat diterima dan diterapkan dalam masyarakat Indonesia bahkan

mempunyai nilai positif membangun masyarakat Indonesia dalam kegiatan

ekonomi sekaligus membuktikan kebenaran hukum ekonomi syariah

mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan sistem ekonomi komunis

maupun ekonomi kapitalis. Indonesia yang masyarakatnya mayoritas

beragama Islam adalah lahan subur untuk berkembangnya ekonomi syariah.

Semakin tinggi kualitas kemampuan seseorang dan integritas diniyahnya

akan semakin tertarik untuk menerapkan sistem ekonomi syariah dari pada

yang lain. Hal ini disebabkan oleh panggilan hati nurani dan semangat jihad

yang membakar keteguhan jiwanya memperjuangkan ajaran agama dalam

segala unsur dunia.

c. Tujuan Pengembangan Koperasi Syariah

Sesuai dengan keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha Koperasi Jasa

Keuangan Syariah Bab II Pasal 2, tujuan pengembangan Koperasi Jasa

Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah: a. Meningkatkan program

pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha mikro, kecil,

menengah dan koperasi melalui sistem syariah b. Mendorong kehidupan

ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah

khususnya dan ekonomi Indonesia pada umumnya

2. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan
23

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007, pembiayaan

adalah penyediaan dana atau tagihan atau piutang yang dapat dipersamakan

dengan itu.

Menurut Undang-Undang (UU) No. 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syari’ah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu.

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, pembiayaan syari’ah adalah penyediaan

dana atau tagihan yang merupakan hasil persetujuan atau kesepakatan antara

bank dengan pihak lain di mana nantinya pihak lain wajib mengembalikan

pinjaman tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan memberikan imbalan

atau bagi hasil.

Keputusan Menteri Keuangan (Menkeu) No. 1251/KMK.013/1988

dalam lingkup pembiayaan konsumen dijelaskan bahwa yang dimaksud

pembiayaan adalah pembiayaan yang diberikan kepada konsumen untuk

melakukan pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara berkala

atau angsuran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pembiayaan

adalah pemberian penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian suatu

barang dengan pengembalian dalam jangka waktu tertentu melalui angsuran

dengan terkandung imbalan atau bagi hasil.

Sebagai upaya memperoleh pendapatan yang semaksimal mungkin,

aktivitas pembiayaan koperasi syari’ah juga menganut asas syari’ah, yakni


24

dapat berupa bagi hasil, keuntungan maupun jasa manajemen. Upaya ini

harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan likuiditas dapat

terjamin dan tidak banyak dana yang sia-sia.

Istilah pembiayaan menurut konvensional disebut dengan kredit.

Dalam sehari-hari kredit sering diartikan memperoleh barang dengan

membayar cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Jadi dapat

diartikan bahwa kredit berbentuk barang atau berbentuk uang. Baik kredit

berbentuk barang atau berbentuk uang dalam hal pembayarannya adalah

dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu. Dari pengertian

di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan adalah penyediaan atau

penyaluran dana kepada pihak-pihak yang kekurangan dana (peminjam) dan

wajib bagi peminjam untuk mengembalikan dana tersebut dalam waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

b. Jenis-Jenis Pembiayaan

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua

hal berikut:

• Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk

peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun

investasi.

• Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk

memenuhi kebutuhan.
25

Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut

beberapa aspek diantaranya adalah:

1) Pembiayaan menurut tujuan

Pembiayaan menurut tujuan dibedakan menjadi:

• Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk

mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.

• Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk

melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.

2) Pembiayaan menurut jangka waktu Pembiayaan menurut jangka

waktu dibedakan menjadi:

• Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan

dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.

• Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan

dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.

• Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan

dengan waktu lebih dari 5 tahun.

c. Unsur-Unsur Pembiayaan Unsur-unsur Pembiayaan

• Bank syariah Merupakan badan usaha yang memberikan

pembiayaan kepada pihak lain yang membutuhkan dana.

• Mitra Usaha/Partner merupakan pihak yang mendapatkan

pembiayaan dari bank syariah, atau pengguna dana yang disalurkan

oleh bank syariah.


26

• Kepercayaan (trust) bank syariah memberikan kepercayaan kepada

pihak yang menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi

kewajiban untuk mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan

jangka waktu tertentu yang diperjanjikan. Bank syariah memberikan

pembiayaan kepada mitra usaha sama artinya dengan bank

memberikan kepercayaan kepada pihak penerima pembiayaan, bahwa

pihak penerima pembiayaan akan dapat memenuhi kewajibannya.

• Akad, Akad merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan

yang dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra.

• Syarat Pembiayaan

Syarat administratif:

Seperti juga dalam perbankan konvensional, perbankan syariah

menetapkan syarat-syarat umum untuk sebuah pembiayaan, seperti hal-hal

berikut:

• Surat permohonan tertulis, dengan dilampiri proposal yang memuat

(antara lain) gambaran umum usaha, rencana atau prospek usaha,

rincian dan rencana penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana, dan

jangka waktu penggunaan dana

• Legalitas usaha, seperti identitas diri, akta pendirian usaha, surat izin

umum perusahaan, dan tanda daftar perusahaan.

• Laporan keuangan, seperti neraca dan laporan rugi laba, data

persediaan terakhir, data penjualan, dan fotokopi rekening bank

d. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan


27

1) Fungsi Pembiayaan

• Meningkatkan daya guna uang. Dana yang semula di tangan shahibul

maaal dan kemungkinan besar hanya diam, akan berputar untuk

meningkatkan kapasitas usaha.

• Meningkatkan daya guna barang. Produsen dengan bantuan Bank

syariah dapat meningkatkan kemampuan produksinya, mengolah

bahan mentah menjadi barang jadi sehingga mampu merubah dan

meningkatkan daya guna barang.

• Menimbulkan kegairahan berusaha. Adanya kendala keterbatasan

modal dalam memulai usaha atau mengembangkan usahanya, dapat

diatasi dengan adanya pembiayaan.

2) Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan terdiri atas dua yaitu bersifat makro dan mikro.

Tujuan yang bersifat makro, antara lain:

• Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat

akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat

melakukan akses ekonomi.

• Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk

pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan

ini dapat diperoleh dari pembiayaan. Pihak surplus dana menyalurkan

kepada pihak yang minus dana.

• Meningkatkan produktivitas dan memberi peluang bagi masyarakat

untuk meningkatkan daya produksinya.


28

• Membuka lapangan kerja baru.

Sedangkan tujuan yang bersifat mikro antara lain:

• Memaksimalkan laba

• Meminimalisasikan risiko kekurangan modal pada suatu usaha.

• Pendayagunaan sumber daya ekonomi.

• Penyaluran kelebihan dana dari yang surplus dana ke yang minus dana

3) Prinsip-Prinsip Pembiayaan Islam

Untuk menyesuaikan dengan aturan-aturan dan norma-norma Islam,

lima segi religius, yang berkedudukan kuat dalam literatur, harus diterapkan

dalam perilaku investasi.

Lima segi tersebut adalah:

• Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba)

• Pengenalan pajak religius/pemberian sedekah, zakat

• Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan sistem

nilai Islam (haram)

• Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan

gharar (ketidakpastian)

• Penyediaan takaful (asuransi Islam)

3. Mudharabah

a. Pengertian
29

Mudharabah adalah bahasa penduduk Irak dan qiradh atau muqaradhah

bahasa penduduk Hijaz. Namun, pengertian qiradh dan mudharabah adalah satu

makna. Jadi menurut bahasa, mudharabah atau qiradh berarti al-qath’u

(potongan), berjalan, dan atau bepergian. Menurut para fuqaha, mudharabah ialah

akad antara dua belah pihak (orang) saling menanggung, salah satu pihak

menyerahkan hartanya dan pihak satu sebagai pengelola. (Al-Mushlih, 2004)

Dalam mengaplikasikan, mudharabah penyimpan atau deposan bertindak

sebagai Shahib Al-mal (pemilik modal) dan bank sebagai Mudharib (pengelola).

Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah atau

ijarah. Akad mudharabah merupakan akad utama yang digunakan oleh bank

syariah baik untuk penghimpun dana (pendanaan) maupun untuk penyaluran dana

(pembiayaan). Mudharabah terbagi menjadi 2 macam yaitu, Mudharabah

Muthlaqah biasa diaplikasikan dalam pendanaan, sedangkan mudharabah

Muqayyadah biasa diaplikasikan dalam pendanaan maupun pembiayaan.

b. Dasar Hukum

Dasar Hukum Mudharabah dalam Al-Qur’an

َِ‫يرا لَعَلَّ ُك ِْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ ََِّ ‫ّللاِ َوا ْذ ُك ُروا‬


ً ِ‫ّللا َكث‬ َِّ ‫ل‬ ْ َ‫ن ف‬
ِِ ‫ض‬ ِ ِ ‫ص ََلِة ُ فَا ْنت َ ِش ُروا فِي ْاْل َ ْر‬
ِْ ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
ِِ َ‫ضي‬

Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;

dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

beruntung‛. (QS. Al-Jumuah ayat 10)1

ِِ ‫ّللا ِع ْن َِد ْال َم ْشعَ ِِر ْال َح َر‬


ُ‫ام ِۚ َوا ْذ ُك ُروِه‬ ََِّ ‫ع َرفَاتِ فَا ْذكُ ُروا‬ ْ َ‫ن َربِ ُك ِْم ِۚ فَإِذَا أَف‬
ِْ ِ‫ضت ُِْم م‬
َ ‫ن‬ ِْ َ ‫علَ ْي ُك ِْم ُجنَاحِ أ‬
ًِ ‫ن ت َ ْبتَغُوا فَض‬
ِْ ِ‫َْل م‬ َِ ‫لَي‬
َ ‫ْس‬

َِ‫ن قَ ْب ِل ِِه لَمِ نَِ الضَّالِين‬


ِْ ِ‫ن ُك ْنت ُِْم م‬
ِْ ‫َك َما َه َدا ُك ِْم َو ِإ‬

1
https://tafsirq.com/62-al-jumuah/ayat-10 diakses pada 21 Mei 2018 Pukul 18.30
30

Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari

Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah

di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang

ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar

Termasuk orang-orang yang sesat‛. (QS. Al-Baqarah 198)2

c. Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah

Diperbankan syariah Indonesia, praktek akad mudharabah didasarkan pada

Fatwa DSN MUI 115/DSN-MUI/IX/2017.3 Secara umum fatwa tersebut

memberikan arahan baik kepada perbankan atau kepada nasabah.

Ketentuan fatwa terhadap bank adalah sebagai berikut:

Mudharabah klasik mempunyai ciri khusus, yakni bahwa biasanya hubungan

antara pemilik modal dan pengelola modal merupakan hubungan personal.

Pemilik modal hanya mau menyerahkan modalnya kepada orang yang ia kenal

dengan baik. Zaman sekarang praktek seperti ini tidak efisien dan kecil

kemungkinan diterapkan di bank karena beberapa hal :

a. Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, dimana mereka

saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinan terjadi hubungan yang

langsung dan personal.

b. Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar,

sehingga diperlukan puluhan bahkan ratusan ribu pemilik modal untuk

bersama-sama menjadi penyandang dana suatu proyek tertentu. Untuk

mengatasi hal di atas, ulama’ kontemporer melakukan inovasi baru atas

2
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-198 diakses pada 21 Mei 2018 Pukul 18.45
3
https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/#1442 diakses pada 21 Mei 2018 Pukul 20.25
31

skema mudharabah dengan melibatkan pihak ketiga, yakni bank syariah.

Fungsinya adalah sebagai perantara yang mempertemukan pemilik modal

dan pengelola modal. Bank menerima dana dari pemilik modal berbentuk

tabungan dalam jangka waktu yang bervariasi. Selanjutnya, dana yang

sudah terkumpul tersebut disalurkan kepada pengelola modal. Keuntungan

yang diperoleh dari pengelola modal akan dibagi antara pemilik modal dan

bank

B. Analisis Masalah

Penyusunan laporan PKL ini dikerucutkan pada pembahasan

mengenai salah satu produk KSPPS BWS yaitu program Pembiayaan

Mudharabah. Dalam sistem pengajuan pembiayaan di KSPPS BWS untuk

mengajukan pembiayaan, anggota terlebih dahulu mempersiapkan syarat-

syarat untuk pengajuan termasuk diantaranya dengan jaminan, spt; BPKB,

Sertifikat Tanah, Akta Kelahiran dan Buku Nikah. Apabila terdapat syarat

yang kurang/tidak lengkap maka pembiyaan akan otomatis di tolak oleh

pihak KSPPS BWS. Apabila syarat lengkap maka pihak KSPPS BWS akan

merundingkan dengan staff KSPPS BWS lainnya dan melihat riwayat

angsuran pembiayaan dari anggota tersebut. Apabila pihak Koperasi Syariah

KSPPS BWS sudah menyetujui, maka akan dilakukan penyerahan hasil

pembiayaan kepada anggota

Gambar 3.1 Skema Umum Pengajuan Pembiayaan

Survey
Penyerahan
Lapangan
Pengajuan berkas Lolos/Tidak
Calon
pendukung
Nasabah
32

Gambar 3.2. Ketentuan


permohonan pembiayaan

C. Hasil Analisis

Mudharabah merupakan produk pembiayaan yang sudah lama dimiliki oleh

Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS), yang salah satunya adalah KSPPS BWS.

Penulis akan mencoba menganalisa sejauh mana prinsip-prinsip syariah

diterapkan dalam akad mudharabah oleh KSPPS BWS. Untuk mengetahui apakah
33

akad mudharabah di KSPPS BWS tersebut sudah sah dan mengikat, penulis akan

menganalisanya melalui empat macam syarat dalam teori akad, yakni :

Analisa Syarat Terbentuknya Akad

Dalam hukum Islam, syarat-syarat yang terkait dengan rukun akad disebut

syarat terbentuknya akad dan jumlahnya ada delapan yaitu :

1. Tamyiz: Dalam semua akad disyaratkan bahwa kedua belah pihak bukan

termasuk anak-anak. Demikian juga para pihak dalam contoh Fatwa DSN

MUI No 115 dijelaskan bahwa penyedia dana (shahib al-maal) dan

pengelola harus cakap hukum.

2. Berbilang pihak: Fatwa DSN No 115 tidak menyebutkan secara eksplisit

bahwa akad pembiayaan mudharabah harus terdiri dari berbilang pihak,

namun hanya mengatakan dalam Rukun dan Syarat Pembiayaan bahwa

penyedia dana (shahib al-maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap

hukum.

3. Persesuaian ijab dan kabul: Sigat akad (ijab qabul) mudharabah yang

dipraktekkan pada pembiayaan mudharabah di KSPPS BWS telah

dibakukan dalam sebuah form yang berisikan akad mudharabah.

4. Kesatuan majlis akad: Penutupan akad harus terjadi dalam satu majelis

yang sama. Umumnya, suatu akad yang ditandatangani oleh kedua pihak

di saksikan oleh para saksi serta dilakukan dalam satu waktu dan tempat.

5. Objek dapat diserahkan: dalam syarat ini menunjukkan adanya penyerahan

sejumlah modal mudharabah dari pihak KSPPS BWS kepada nasabah.


34

Dengan demikian contoh akad pembeiayaan tersebut juga sudah

memenuhi Fatwa DSN MUI.

6. Objek akad tertentu atau dapat ditentukan: Objek akad tertentu artinya

diketahui dengan jelas oleh para pihak sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan sengketa di kemudian hari.

7. Objek dapat ditransaksikan : suatu objek dapat ditransaksikan dalam

hukum Islam apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut :

a. Tujuan objek tersebut tidak bertentangan dengan transaksi

b. Sifat atau hakikat dari objek tersebut tidak bertentangan dengan

transaksi

c. Objek tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum

8. Tujuan akad tidak bertentangan dengan syara’: Tujuan akad adalah

mewujudkan akibat hukum yang pokok dari akad

Analisa Syarat Keabsahan Akad.

Untuk sahnya suatu akad, maka rukun dan syarat terbentuknya akad

tersebut memerlukan unsur-unsur penyempurna yang menjadikan suatu akad sah.

Unsur-unsur penyempurna ini disebut syarat keabsahan akad. Syarat keabsahan

ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu syarat-syarat keabsahan umum yang

berlaku terhadap semua akad atau paling tidak berlaku terhadap kebanyakan akad,

dan syarat-syarat keabsahan khusus yang berlaku bagi masing-masing aneka akad

khusus.

Syarat-syarat keabsahan umum meliputi :


35

a. Tidak ada paksaan : syarat keabsahan ini merupakan penyempurna dari

syarat terbentuknya akad yang berupa persesuaian ijab dan kabul. Pihak

KSPPS BWS sebelum membiayai permohonan pembiayaan terlebih

dahulu melakukan survei. Hasil survei yang mengindikasikan kelayakan

usaha dapat dikabulkan dengan syarat calon nasabah menyepakati

persyaratan yang telah dibuat oleh KSPPS BWS. Ketika persyaratan

kelayakan sebuah usaha terpenuhi, nasabah bukan berarti harus

mengambil pembiayaan dengan konsekuensi harus menyepakati

persyaratan lain yang diberikan oleh KSPPS BWS. Perihal tersebut

menunjukkan bahwa tidak terdapat pemaksaan oleh pihak KSPPS BWS

terhadap nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan. Nasabah

mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan atau tidak melakukan

perjanjian dengan pihak KSPPS BWS.

b. Tidak menimbulkan kerugian, dalam hal ini tidak ada pihak yang

dirugikan, dengan kata lain dengan asas symbiosis mutualisme.

c. Tidak mengandung gharar (ketidakpastian), dalam akad mudharabah yang

dipakai KSPPS BWS tidak mengandung gharar dikarenakan semua

perjanjian dan semua yang berkaitan dengan akad tersebut sudah tertulis di

surat perjanjian yang jelas

d. Bebas dari syarat-syarat fasid

e. Bebas dari riba

Akad yang telah terpenuhi rukunnya, syarat terbentuknya dan syarat

keabsahannya dinyatakan sebagai akad yang sah. Jika syarat-syarat keabsahan


36

diatas tidak terpenuhi, maka akad tersebut tidak sah dan disebut dengan akad

fasid. Menurut para ahli hukum Hanafi, akad fasid adalah akad yang menurut

syara’ sah pokoknya, tetapi tidak sah sifatnya.

Syarat-syarat keabsahan khusus meliputi :

a. Aspek kontrak atau akad : Jenis akad yang digunakan disini adalah

mudharabah yang merupakan salah satu bentuk syirkah yang terbentuk

karena suatu kontrak. Pada perjanjian mudharabah ini dua orang yang

berserikat mempunyai kontribusi yang berbeda, satu pihak dengan

sejumlah uang sebagai modal dan di pihak yang lain dengan usaha atau

pekerjaan.

b. Aspek pelaku akad: Bila dilihat dari ijma’ para ulama’, para pihak yang

terlibat dalam akad mudharabah pada KSPPS BWS sudah memenuhi

syarat pelaku mudharabah. Demikian juga nasabah yang terlibat akad.

b. Aspek modal dan keuntungan : Secara teori, modal mudharabah berupa

mata uang yang umum berlaku, seperti halnya dirham dan dinar. Jumhur

ulama tidak membolehkan penggunaan barang sebagai modal

mudharabah, baik barang itu bergerak ataupun tidak bergerak. Modal

dapat diketahui kadar jumlahnya. Modal harus ada saat penyerahan (tunai)

dan bukan berupa hutang. Modal harus diserahkan sepenuhnya kepada

mudharib.

c. Aspek barang jaminan: Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu

suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat

akad jenis apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan
37

syariat dan memasukkan klausul apa saja ke dalam akad yang dibuatnya

itu sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta

sesama dengan jalan batil. Bila jaminan bertujuan untuk memberikan rasa

aman bagi kedua belah pihak, maka jaminan dapat dijadikan klausul dalam

kontrak mudharabah.4

Analisa Syarat Berlakunya Akibat Hukum

Apabila telah memenuhi rukun-rukunnya, syarat-syarat terbentuknya, dan

syarat-syarat keabsahannya, maka suatu akad dinyatakan sah. Akan tetapi

meskipun sudah sah, ada kemungkinan bahwa akibat-akibat hukum tersebut

belum dapat dilaksanakan. Untuk dapat dilaksanakan akibat hukumnya, akad yang

sudah sah itu harus memenuhi dua syarat berlakunya akibat hukum yaitu :

a. Adanya kewenangan sempurna atas objek akad


b. Adanya kewenangan atas tindakan hukum yang dilakukan

Analisa Syarat Mengikatnya Akad.

Pada dasarnya, akad yang telah terpenuhi rukunnya, syarat terbentuknya, syarat

keabsahannya serta syarat berlakunya akibat hukum yang karena itu akad tersebut

sah dan dapat dilaksanakan akibat hukumnya adalah mengikat para pihak dan

tidak boleh salah satu pihak menarik kembali persetujuannya secara sepihak tanpa

kesepakatan pihak lain. Namun ada beberapa akad yang menyimpang dari asas ini

dan tidak serta merta mengikat meskipun rukun dan semua syaratnya telah

terpenuhi. Hal itu disebabkan oleh sifat akad itu sendiri atau oleh adanya hak

khiyar pada salah satu pihak

4
Hasil pengamatan dan wawancara Penulis dengan staf marketing (Ikka) di lapangan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan kerja praktik yang penulis lakukan

sebagaimana dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, dapat penulis simpulkan

bahwa Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabhah KSPPS BWS dalam prosedurnya

sudah sesuai aturan-aturan yang berlaku dan tidak ada penyelewengan di

dalamnya.

B. Saran

Diharapkan pada KSPPS BWS dapat meningkatkan kinerjanya,

mengadakan sosialisasi atau pembekalan kepada karyawaan mengenai akad-akad

dan prosedur pembiayaan syariah. Hal ini dimaksudkan agar KSPPS BWS dapat

memaksimalkan dan menjalankan program-program sesuai dengan prosedur

syariah. Diharapkan pula KSPPS BWS dapat menginovasi sistem, hal ini

dimaksudkan agar bisa lebih maksimal dalam penginputan data.

38
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Yazid. 2009. Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Logung Prikinta

Al Mushlih, dkk. 2004. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq

Anwar, Syamsul. 2007. Hukum Perjanjian Syariah, Studi Tentang Teory

Akad Dalam Fikih Muamalah. Jakarta: PT. Rajagrafindo.

Idrus, Salim Al. 2007. Jurnal Igtishoduna; Strategi Pengembangan Koperasi

Indonesia Menuju Koperasi Mandiri. Fakultas Ekonomi; UIN Malang

Kasmir, SE., MM,. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Nuryadin, Hadin. 2004. BMT dan Bank Islam: Instrumen Lembaga

Keuangan Syari’ah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Purwadi, Muhammad Imam. 2014. Jurnal; Al-Qardh dan Al-Qardhul

Hasan sebagai Wujud Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial

Perbankan Syariah. Fakultas Hukum: Universitas Mataram

Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT),

Yogyakarta: UII Press

Sumiyanto, Ahmad. 2008. Menuju Koperasi Modern (Panduan untuk

Pemilik, Pengelola dan Pemerhati Baitul maal wat Tamwii dalam

format Koperasi). Yogyakarta: Debeta

39
DAFTAR TABEL & GAMBAR

Tabel 1.1 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan …………………………………... 5

Gambar 2.1. Struktur sumberdaya KSPPS BWS ……………………………… 12

Gambar 3.1 Skema Umum Pengajuan Pembiayaan …………………….……... 31

Gambar 3.2. Ketentuan permohonan pembiayaan …………………………….. 32

40
LAMPIRAN
Lampiran 1
Curriculum Vitae

Nama : Muhammad Afif Ma’ruf

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tgl Lahir : Blora, 25 Februari 1998

Agama : Islam

Jurusan/Prodi : Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Alamat lengkap : Ngronggah, 01/01, Sempu, Kunduran, Blora

Nomor HP : 082243274138

E-mail : afifmaruf64@gmail.com

Riwayat Pendidikan:

2003-2009 : SD Negeri Ngronggah 01

2009-2012 : MTs Al Fatah Kunduran

2012-2015 : MA Sunan Pandanaran Yogyakarta

2015-Sekarang : Sedang kuliah di UIN Sunan Kalijaga

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Perbankan Syariah S1

41
42

Lampiran 2
DOKUMENTASI

Penulis Bersama pihak KSPPS BWS saat penyerahan kenang-kenangan

Tampilan Kantor KSPPS BWS


43

Tampilan buku tabungan KSPPS BWS


44

Draft pelunasan pembiayaan

Tabel angsuran pembiayaan

Draft simpan pinjam


45

Tampilan slip pengeluaran

Tampilan slip penarikan

Tampilan slip setoran

Anda mungkin juga menyukai