Disusun oleh:
Kelompok 3
Anisa Nur Hikmah (1804411055)
Muhammad Ziya Ulhaq (1804411049)
Putri Azizah (1804411002)
Rifa Amalia (1804411017)
Tanisha Sudarta Bachtiar (1804411031)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Aset dan Liabilitas Bank Syariah yang berjudul “Pengelolaan PDN dan GWM Bank Syariah.”
Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi para
pembaca. Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan – masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada Dosen mata kuliah Manajemen Aset dan Liabilitas Bank Syariah dan terima kasih
kepada teman – teman yang membantu penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah Manajemen Aset dan Liabilitas Bank
Syariah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
ii | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
BAB 1
PENDAHULUAN
Risiko perbankan dapat mengancam kelangsungan hidup bank, maka dari itu
bank wajib menerapkan manajemen risiko perbankan secara efektif. Risiko perbankan
adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis perbankan sebagai bentuk dari keputusan
yang dilakukan dalam berbagai bidang.
Perkembangan bank Syariah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi dapat dilihat
pada laporan keuangan, salah satunya pada bagian rasio keuangan. Selain itu ada juga
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan bank Syariah, di antaranya
adalah faktor ekonomi makro Indonesia seperti Posisi Devisa Netto dan Giro Wajib
Minimum.
Tujuan ditetapkan Posisi Devisa Netto yaitu membatasi suatu resiko karena
posisi valuta asing yang dilakukan bank devisa sebagai akibat adanya fluktuasi
perubahan kurs. Posisi Devisa Netto digunakan untuk mengendalikan terjadinya
perubahan kurs naik atau turun, agar bank dapat meminimalisir resiko kerugian yang
terjadi. Dan Giro Wajib Minimum (GWM) adalah sejumlah dana yang harus disetorkan
bank kepada Bank Indonesia atas setiap unit deposito yang diterimanya. Besarnya
GWM sangat tergantung kepada persentase (GWM Ratio) yang ditetapkan Bank
Indonesia.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang masalah, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Posisi Devisa Neto (PDN) dan Giro Wajib Minimum
(GWM)?
2. Apa tujuan dari penetapan Posisi Devisa Neto (PDN)?
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian serta difinisi Posisi Devisa Neto
(PDN) dan Giro Wajib Minimum (GWM)
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari penetapan Posisi Devisa Neto
(PDN)
3. Untuk mengetahui dan memahami latar belakang serta penyebab timbulnya
Posisi Devisa Neto (PDN)
4. Untuk mengetahui dan memahami ketentuan, jenis dan rasio Posisi Devisa Neto
(PDN)
5. Untuk mengetahui bagaimana periode dan perhitungan Giro Wajib Minimum
(GWM)
PEMBAHASAN
Posisi devisa neto (PDN) adalah selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalam
neraca (on balance sheet) untuk setiap valuta asing, ditambah dengan selisih bersih
tagihan dan kewajiban, baik yang merupakan komitmen maupun kontinjensi dalam
rekening administratif (off balance sheet). Perhitungan posisi devisa neto harus
dilakukan setiap hari dan per-hitungannya berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia
yang di-quote / diinformasikan melalui Reuters pukul 16.00.
Bank Umum Devisa wajib mengelola dan memelihara PDN pada akhir hari
kerja secara keseluruhan setinggi-tingginya 20% dari modal.Selain wajib mengelola
dan memelihara PDN pada akhir hari kerja, Bank wajib mengelola dan memelihara
PDN paling tinggi 20% dari modal setiap 30 menit sejak sistem tresuri bank dibuka
sampai dengan sistem tresuri bank ditutup.
PDN merupakan salah satu bentuk pengendalian terhadap risiko pasar yang
memberi gambaran seberapa besar potensi kerugian bank apabila terjadi perubahan
suku bunga yang berlawanan dengan posisi bank. Dengan PDN (20% dari modal),
kerugian bank yang terjadi akibat perubahan kurs valas masih dapat dicover oleh modal
dan tidak sampai menggangu kelangsungan bank.
Tujuan mikro ialah membatasi suatu risiko karena posisi valuta asing
yang dilakukan oleh bank devisa sebagai akibat adanya fluktuasi perubahan kurs
(foreign exchange risk).
Perkembangan perbankan yang sangat pesat, baik dari segi jumlah kantor
maupun transaksi pada awal deregulasi perbankan di Indonesia sekitar awal 1990 atau
setelah paket oktober 1988, telah member kesempatan kepada bank untuk
mengoptimalkan tingkat keuntungannya, dengan berbagai macam transaksi yang dapat
dilakukan oleh setiap bank.
PDN yang dikelola oleh bank dalam melakukan kegiatan operasional perbankan
hariannya, dengan tujuan agar pengelolaan dananya menjadi lebih optimal. Adapun
penyebab timbulnya PDN adalah:
• Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto pada akhir
hari kerja dengan ketentuan yaitu secara keseluruhan paling tinggi 20%
(dua puluh perseratus) dari Modal.
• Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto paling tinggi
20% dari Modal setiap 30 (tiga puluh) menit sejak sistem tresuri Bank
dibuka sampai dengan sistem tresuri Bank ditutup.
• Posisi terbuka tresuri pada setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh)
menit merupakan selisih bersih antara transaksi beli dan jual valuta asing
yang terkait dengan kegiatan tresuri Bank pada posisi akhir 30 (tiga
puluh) menit yang bersangkutan.
• Besarnya PDN yang harus dipelihara oleh bank umum Syariah secara
harian maksimal 20% dari modal yang harus diperihara setelah
memperhitungkan penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta
asing.
1. Posisi Long
Posisi dimana jumlah asset bank dalam valas lebih besar dari pasiva bank
dalam valas setelah memperhitungkan rekening administratif bank.
2. Posisi Short
Posisi dimana jumlah asset bank dalam valas lebih kecil dari pasiva bank
dalam valas setelah memperhitungkan rekening administratif bank.
Valas yang ada pada aktiva maupun pasiva bank merupakan komponen
posisi valas bank pada masing-masing uang seperti uang kertas yang ada di
brankas bank, rekening bak yang bersangkutan di bank koresponden di luar
negeri, pinjaman bank dari sebuah konsorsium bank di luar negeri, uang muka
kepada karyawan dalam bentuk valas, dan kontrak jual atau kontrak beli valas
yang masih berlaku.
Apabila bank mempunyai posisi Long dan Short dalam beberapa jenis
mata uang, maka untuk dapat mengukur posisi keseluruhannya diperlukan
adanya satu jenis mata uang yang dapat dipergunakan sebagai tolok ukur. Tolok
ukur ini diperlukan karena risiko perubahan kurs akan sangat berpengaruh bagi
kelangsungan hidup bank. Bank Indonesia mengatur ketentuan posisi valas ini
dengan peraturan yang disebut dengan Posisi Devisa Nettp (PDN).
Posisi Short dipilih apabila keadaan tingkat suku bunga valas lebih
murah dibandingkan dengan tingkat bunga rupiah karena pada posisi short
sumber dana valas cenderung dikonversikan dalam bentuk rupiah. Sebaliknya
bila suku bunga rupiah lebih murah, maka lebih baik dijaga dalam posisi Long.
Artinya lebih baik menghimpun dana dalam bentuk rupiah dan
menempatkannya dalam bentuk valas.
1. Bank wajib menyampaikan laporan posisi devisa neto akhir hari kerja
secara berkala dan benar kepada BI dengan menggunakan kurs penutupan
dan format laporan sesuai dengan ketentuan BI
2. Bank wajib menatausahakan informasi yang mendukung pemantauan
Posisi Devisa Neto Bank Indonesia dapat meminta informasi apabila
diperlukan.
3. Dalam hal terjadi pelanggaran kewajiban pengelolaan dan pemeliharaan
atas Posisi Devisa Neto pada akhir hari kerja dan Posisi Devisa Neto setiap
30 (tiga puluh) menit Bank wajib menyampaikan laporan pelanggaran
dimaksud kepada Bank Indonesia dengan format Lampiran 1 Peraturan
Bank Indonesia ini.
4. Laporan pelanggaran disampaikan paling lambat pukul 16.00 WIB pada 2
(dua) hari kerja setelah terjadinya pelanggaran.
5. Laporan pelanggaran ditandatangani paling kurang oleh pejabat eksekutif
Bank.
6. Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis.
7. Bank yang melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana
dikenakan sanksi berupa:
a. Teguran tertulis
b. Sanksi kewajiban membayar sebesar Rp250.000.000,00 (dua
ratus lima puluh juta rupiah) setiap hari pelanggaran atau paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dalam 1 (satu)
tahun kalender
8. Bank yang melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto selama lebih dari
1 (satu) hari kerja dan tidak menyampaikan laporan dalam waktu, maka
selain dikenakan juga dikenakan sanksi berupa penurunan 1 (satu)
peringkat penilaian faktor manajemen dan peningkatan penilaian profil
10 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
risiko untuk Risiko Kepatuhan pada penilaian tingkat kesehatan Bank
dalam 2 (dua) periode penilaian setelah exit meeting.
9. Dalam hal Bank melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto selama 5
(lima) hari kerja secara berturut-turut atau 15 (lima belas) hari kerja dalam
1 (satu) tahun kalender, namun Bank telah menyampaikan laporan
pelanggaran, maka selain dikenakan sanksi terhadap pengurus dan/atau
pejabat eksekutif yang bertanggung jawab dilakukan proses penilaian
kemampuan dan kepatutan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper
test).
10. Sanksi terkait dengan tingkat Kesehatan tidak berlaku dalam hal
pelanggaran Posisi Devisa Neto lebih dari 1 (satu) hari kerja jika terjadi
karena adanya koreksi perhitungan modal dari hasil pemeriksaan Bank
Indonesia.
11. Laporan harian Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari
kerja dengan memperhitungkan penempatan berjangka (term deposit)
dalam valuta asing sebagai pengurang merupakan tambahan dari
kewajiban pelaporan Posisi Devisa Neto melalui Sistem Laporan Harian
Bank Umum (LHBU).
12. Penyampaian laporan kepada Bank Indonesia dilakukan secara offline
sampai pelaporan secara online melalui Sistem LHBU dapat
dilaksanakan.
13. Laporan Posisi Devisa Neto yang disampaikan secara offline merupakan
Posisi Devisa Neto pada 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal penyampaian
laporan
11 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
• Aktiva valuta asing terdiri dari kas, emas, giro (termasuk giro pada Bank
Indonesia), deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin
deposit, surat berharga,kredit yang diberikan, nilai bersih wesel ekspor
yang telah diambil alih, rekening antar kantor aktiva dan tagihan lainnya,
dalam valuta asing baik kepada penduduk maupun bukan penduduk.
• Pasiva valuta asing terdiri dari giro, deposit on call, deposito berjangka,
sertifikat deposito, margin deposit, pinjaman yang diterima, jaminan
impor, rekening antar kantor pasiva, pendapatan komprehensif lainnya
dari surat-surat berharga valuta asing selain saham dan kewajiban lainnya
dalam valuta asing baik terhadap penduduk maupun bukan penduduk.
• Kurs Penutupan adalah kurs penutupan pada pukul 16.00 WIB setiap hari
yang dapat dilihat pada informasi Laporan Harian Bank Umum yang
dikelola Bank Indonesia.
12 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
sehingga tidak menyalahi hukum yang berlaku secara sengaja. Dengan demikian, bank
akan terhindar dari berbagai macam sanksi yang mungkin terjadi.
Dalam hal ini, perubahan eksternal yang paling dominan adalah perubahan atau
pergeseran kurs valuta asing. Dua implikasi yang dimaksud adalah potensi keuntungan
atau kerugian yang harus ditanggung bank ketika terjadi pergeseran kurs valuta asing
yang dikelola bank.
Perubahan kurs kemungkinannya ada dua, yakni naik atau turun. Masing-
masing PDN bank mempunyai Impikasi yang berbeda-beda ketika terjadi apresiasi atau
depresiasi valuta asing. Implikasi ini terjadi ketika valuta asing yang dikelola oleh bank
dinyatakan dalam mata uang dalam negeri (rupiah). Ketika bank ada pada posisi long,
bank akan mengalami kerugian ketika terjadi depresiasi. Demikian sebaliknya akan
mengalami keuntungan ketika terjadi apresiasi.
Demikian juga ketika suatu bank PDN-nya ada pada posisi short, akan
mengalami keuntungan ketika terjadi depresiasi dan akan mengalami kerugian ketika
terjadi apresiasi. Ketika bank ada pada posisi square, bank tidak akan terpengaruh oleh
perubahan kurs mata uang asing.
Dengan demikian, pihak manajemen, dalam hal ini ALCO atau mungkin Dealer
akan menyesuaikan PDN-nya ketika diperkirakan akan terjadi depresiasi atau apresiasi.
Tujuannya, agar bank tidak mengalmi kerugian ketika fenomena tadi tejadi, atau kalau
harus mengalami kerugian, kerugian yang dialami bank baru pada sebatas kerugian
yang minimal dan terkendalikan. Demikian, PDN sangat berpengaruh terhadap
kebijakan valuta asing yang diambil oleh bank sehingga keuntungan dapat di
optimalkan dan risiko dapat dikendalikan.
13 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
2.6 Pengertian Giro Wajib Minimum
Kedua adalah GWM Sekunder, yakni cadangan minimum (rupiah) yang wajib
dipelihara oleh bank berupa surat berharga, seperti Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat
Deposito Bank Indonesia, dan Surat Berharga Negara). Besaran GWM sekunder
ditetapkan dalam rasio dana pihak ketiga. Per Maret 2016 besaran GWM sekunder
ditetapkan 4% dalam rupiah dan untuk valas tidak ada.
14 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
untuk mengurangi kapasitas kredit bank. Sebaliknya, jika diturunkan, tujuannya untuk
menambah kapasitas kredit bank.
Tujuan dari GWM-LFR ini untuk mendorong penyaluran kredit bank tetap
berada dalam rentang yang ditentukan agar mendorong intermediasi sehingga
pertumbuhan ekonomi terpacu, tetapi tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Pada posisi
Juli 2016 dana pihak ketiga perbankan mencapai Rp4.585,38 triliun. Dengan ketentuan
GWM primer 6,5% berarti dana giro bank yang ditempatkan di bank sentral sebesar
Rp298,05 triliun. Dana itu belum termasuk GWM Sekunder dan GWM-LFR.
Tetapi jika kasusnya GWM Syariah maka hanya diterapkan dua jenis kebijakan
GWM sebagai instrumen kebijakan moneter maupun kebijakan makroprudensial.
Yakni GWM Primer serta GWM FDR (Financing to Deposit Ratio).
15 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
2. Tanggal 8 – 15 Rata-rata harian jumlah DPK dalam masa
laporan sejak tanggal 24 sampai dengan
tanggal akhir bulan sebelumnya
3. Tangga; 16 – 23 Rata-rata harian jumlah DPK dalam masa
laporan sejak tanggal 1 – 7 bulan yang
sama
4. Tanggal 24 sampai Rata-rata harian jumlah DPK dalam masa
tanggal akhir bulan laporan sejak tanggal 8 – 15 bulan yang
sama
A. GWM Primer
16 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
3,5% (tiga koma lima persen) dari DPK BUS dan UUS dalam rupiah selama
periode laporan tertentu, yang wajib dipenuhi:
Keterangan:
GWM = Giro Wajib Minimum
DPK t-2 = Rata-rata harian jumlah DPK Bank dalam rupiah dalam 2 (dua)
periode laporan pada 4 (empat) periode laporan sebelumnya
B. GWM FDR
Tujuan kebijakan giro wajib minimum pada bank syariah ini sangat
erat kaitannya dengan pengaturan lalu lintas transaksi antar bank. Termasuk
juga sebagai alat bank sentral untuk mendorong bank syariah agar lebih
aktif menempatkan dananya pada pembiayaanpembiayaan berbasis syariah
di sektor riil. Karena pada sistem perbankan syariah, giro wajib minimum
yang ditetapkan BI memiliki korelasi dengan nilai FDR (financing to
deposit ratio) masing-masing bank syariah.
17 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan dengan mengandalkan pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi FDR maka penyaluran
dana (pembiayaan) oleh bank akan meningkat.
18 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
dan gangguan terhadap fungsi intermediasi perbankan. Instrumen
kebijakan RIM diharapkan dapat mendorong fungsi intermediasi
perbankan kepada sektor riil sesuai dengan kapasitas dan target
pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
Sedangkan dengan instrumen kebijakan PLM, diharapkan dapat
mengatasi risiko likuiditas perbankan mengingat risiko likuiditas ini
mampu mengamplifikasi risiko lain menjadi risiko sistemik.
19 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
Perhitungan
Giro RIM = Parameter Disinsentif Bawah/atas x (Target RIM –
RIM) x DPK BUK dalam rupiah
Perhitungan
Giro RIM Syariah = Parameter Disinsentif Bawah/atas x (Target
RIM Syariah – RIM Syariah) x DPK BUS dalam rupiah atau DPK
UUS dalam rupiah
a. Batas bawah Target RIM atau Target RIM Syariah sebesar 84%
(delapan puluh empat persen)
b. Batas atas Target RIM atau Target RIM Syariah sebesar 94%
(sembilan puluh empat persen)
c. KPMM Insentif sebesar 14% (empat belas persen)
d. Parameter Disinsentif Bawah ditetapkan sebagai berikut:
1. Sebesar 0 (nol), jika Bank memiliki:
a) Rasio kredit bermasalah atau rasio Pembiayaan bermasalah
secara bruto lebih besar dari atau sama dengan 5% (lima
persen); atau
b) KPMM lebih kecil dari atau sama dengan KPMM Insentif
20 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
b) KPMM lebih besar dari 19% (sembilan belas persen)
e. Parameter Disinsentif Atas ditetapkan sebagai berikut:
1. Sebesar 0 (nol), jika Bank memiliki KPMM lebih besar dari
atau sama dengan KPMM Insentif; atau
2. Sebesar 0,2 (nol koma dua), jika Bank memiliki KPMM lebih
kecil dari KPMM Insentif dalam hal RIM lebih kecil dari batas
bawah Target RIM maka Giro RIM yaitu sebesar hasil
perkalian antara Parameter Disinsentif Bawah, selisih antara
batas bawah Target RIM dan RIM, serta DPK BUK dalam
rupiah
Perhitungan
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 + 𝑆𝐵𝑆 𝐾𝑜𝑟𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖
RIM Syariah = 𝐷𝑃𝐾+𝑆𝐵𝑆 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛+𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛
Keterangan:
• Parameter Disinsentif Bawah adalah parameter pengali yang
digunakan dalam pemenuhan jika Giro RIM/RIM Syariah bagi
BUK/BUS yang memiliki RIM/RIM Syariah kurang dari batas
bawah Target RIM/RIM Syariah
• Parameter Disinsentif Atas adalah parameter pengali yang
digunakan dalam pemenuhan jika Giro RIM/RIM Syariah bagi
BUK/BUS yang memiliki RIM/RIM Syariah lebih dari batas
atas Target RIM/RIM Syariah
21 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
• Target RIM adalah kisaran RIM yang dibatasi oleh batas bawah
dan batas atas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk
perhitungan Giro RIM
22 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
b. PLM Syariah ditetapkan sebesar 4,5% (empat koma lima persen)
dari DPK BUS dalam rupiah
1. Surat berharga dalam rupiah yang dimiliki oleh BUK dan dapat
digunakan dalam operasi moneter
2. Surat berharga syariah dalam rupiah yang dimiliki oleh UUS
dan dapat digunakan dalam operasi moneter syariah, bagi BUK
yang memiliki UUS
3. PLM Syariah dipenuhi dalam bentuk surat berharga syariah
dalam rupiah yang dimiliki oleh BUS dan dapat digunakan
dalam operasi moneter Syariah
Perhitungan
a. GWM PLM Bank Umum Konvensional
PLM dihitung dengan membandingkan jumlah surat berharga yang
dimiliki oleh BUK pada setiap akhir hari selama 2 (dua) periode
laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK BUK dalam rupiah
selama 2 (dua) periode laporan pada 4 (empat) periode laporan
sebelumnya
b. GWM PLM Bank Umum Syariah
PLM Syariah dihitung dengan membandingkan jumlah surat
berharga syariah yang dimiliki oleh BUS pada setiap akhir hari
selama 2 (dua) periode laporan terhadap rata-rata harian jumlah
DPK BUS dalam rupiah selama 2 (dua) periode laporan pada 4
(empat) periode laporan sebelumnya
23 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Posisi devisa neto (PDN) adalah selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalam
neraca (on balance sheet) untuk setiap valuta asing, ditambah dengan selisih bersih
tagihan dan kewajiban, baik yang merupakan komitmen maupun kontinjensi dalam
rekening administratif (off balance sheet). Perhitungan posisi devisa neto harus
dilakukan setiap hari dan per-hitungannya berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia
yang di-quote / diinformasikan melalui Reuters pukul 16.00.
PDN merupakan salah satu bentuk pengendalian terhadap risiko pasar yang
memberi gambaran seberapa besar potensi kerugian bank apabila terjadi perubahan
suku bunga yang berlawanan dengan posisi bank. Dengan PDN (20% dari modal),
kerugian bank yang terjadi akibat perubahan kurs valas masih dapat dicover oleh modal
dan tidak sampai menggangu kelangsungan bank.
Giro Wajib Minimum (GWM) adalah jumlah dana minimum yang wajib
dipelihara oleh Bank Umum Konvensional atau Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari
DPK BUK atau DPK BUS dan UUS.
24 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
DAFTAR PUSTAKA
i-Economic. ALMA: Posisi Devisa Netto. Diakses pada Juni 10, 2021, dari
http://arowadi.blogspot.com/2011/06/alma-posisi-devisa-netto.html
Indonesia, Ikatan Bankir dan Ikatan Audit Intern Bank. 2014. Memahami Audit Intern Bank.
Jakarta: PT. Gramedia
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE
Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia. 2018. PADG Nomor 20/10/2018 tentang
Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum
Konvensional, Bank Umum Syariah, Dan Unit Usaha Syariah
Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia. 2020. PADG Nomor 22/10/2020 tentang
perubahan kelima atas PADG Nomor 20/10/2018 tentang Giro Wajib Minimum Dalam
Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, Dan
Unit Usaha Syariah
Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia. 2020. PADG Nomor 22/10/2020 tentang
perubahan kelima atas PADG Nomor 20/10/2018 tentang Giro Wajib Minimum Dalam
Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, Dan
Unit Usaha Syariah
Peraturan Bank Indonesia. 2012. Peraturan Bank Iindonesia Nomor 14/5/PBI/2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi
Moneter
Peraturan Bank Indonesia. 2015. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/5/PBI/2015 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 tentang
Posisi Devisa Neto Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia. 2018. Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/03/PBI/2018 tentang
Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum
Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah
25 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a
Peraturan Bank Indonesia. 2018. Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/04/PBI/2018 tentang
Rasio Intermediasi Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi
Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah
Peraturan Bank Indonesia. 2019. Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/12/PBI/2019 tentang
Perubahan atas PBI Nomor 20/04/PBI/2018 tentang Rasio Intermediasi
Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi Bank Umum
Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah
Peraturan Bank Indonesia. 2020. Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/17/PBI/2020 tentang
Perubahan kedua atas PBI Nomor 20/04/PBI/2018 tentang Rasio Intermediasi
Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi Bank Umum
Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah
Peraturan Bank Indonesia. 2020. Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/10/PBI/2020 tentang
Perubahan kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/3/PBI/2018 tentang Giro
Wajib Minimum Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional,
Bank Umum Syariah, Dan Unit Usaha Syariah
Sikapi Uangmu. Giro Wajib Minimum: Instrumen Moneter Untuk Atur Uang Beredar. Diakses
pada Juni 10, 2021, dari https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/333
Priskila, Sri, Hizkia. Pengaruh Giro Wajib Minimum, Posisi Devisa Netto, Return On Asset
Terhadap Capital Adequacy Ratio. Jurnal EMBA. 7, No. 4 (2019). Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado
26 | P o l i t e k n i k N e g e r i J a k a r t a