Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

MANAJEMEN EKSPOR IMPOR


“PERANAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN, KADIN, SUCOFINDO,
DAN DIRJEN BEA CUKAI DALAM KEGIATAN EKSPOR IMPOR”

Dosen Pengampu :
Nurul Hasanah, S.ST., M.Si.

Penyusun :
Fairuz Nuryana Hadiyanti (1804411005)
Fitria Nur Melly (1804411032)
Luthfiah Karim (1804411046)
Muhammad Ziya Ulhaq (1804411049)
Rifa Amalia (1804411017)

KPS 6A
PROGRAM STUDI D4 KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Ekspor Impor yang berjudul “Peranan Kementerian Perdagangan Kadin, Sucofindo dan
Dirjen Bea Cukai Dalam Kegiatan Ekspor Impor ”.

Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi
para pembaca. Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Nurul Hasanah, S.ST., M.Si. selaku Dosen mata kuliah Manajemen
Ekspor Impor dan terima kasih kepada teman – teman yang membantu penyelesaian makalah
ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah Manajemen Ekspor Impor ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Depok, 21 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................7
1.3 Tujuan dan Manfaat......................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................8
2.1 Kementrian Perdagangan..............................................................................................8
2.1.1 Sejarah Singkat Kementerian Perdagangan...............................................................8
2.1.2 Bidang Usaha Kementerian Perdagangan................................................................12
2.1.3 Peranan Kementerian Perdagangan dalam Kegiatan Ekspor Impor........................14
2.2 KADIN.......................................................................................................................15
2.2.1 Sejarah KADIN........................................................................................................15
2.2.2 Bidang Usaha KADIN.............................................................................................17
2.2.3 Peran KADIN dalam kegiatan Ekspor Impor..........................................................17
2.3 SUCOFINDO.............................................................................................................20
2.3.1 Sejarah Singkat SUCOFINDO................................................................................20
2.3.2 Bidang Usaha SUCOFINDO...................................................................................21
2.3.3 Peranan SUCOFINDO dalam Kegiatan Ekspor Impor...........................................23
2.3.4 Tugas dan Fungsi SUCOFINDO.............................................................................25
2.4 Bea Cukai...................................................................................................................28
2.4.1 Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Bea & Cukai...................................................28
2.4.2 Bidang Usaha Direktorat Jenderal Bea & Cukai.....................................................30
2.4.3 Fungsi Ditjen Bea Cukai..........................................................................................30
2.4.4 Peranan Direktorat Jenderal Bea & Cukai dalam Kegiatan Ekspor Impor..............31
BAB III PENUTUP.................................................................................................................37
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................37
PERTANYAAN......................................................................................................................40

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adanya kegiatan Perdagangan Internasional merupakan salah satu hal yang
berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, dalam sistem perdagangan
internasional ini seluruh negara saling bertransaksi dan bersaing untuk mendapatkan pasar
internasional. Hubungan perdagangan yang telah terjadi diantara penjual dan pembeli
merupakan suatu hasil kesepakatan dalan transaksi jual beli, sehingga setelah barang
tersebut disepakati pengirimannya dapat segera diproses menuju negara pembelinya.
Suatu negara yang melakukan ekspor impor memiliki beberapa alasan tertentu,
selain juga untuk mencukupi kebutuhan suatu barang yang tidak tersedia di negaranya.
Dengan adanya kegiatan ekspor impor ini maka kebutuhan suatu barang atau jasa yang
tidak terdapat di negara sendiri atau lainnya dapat terpenuhi. Ekspor diartikan sebagai
mengeluarkan atau membawa barang yang berasal dari pasar atau produk domestik (dalam
daerah pabean) ke suatu tempat tertentu di luar negeri (luar daerah pabean) dengan tujuan
dipertukarkan atau dijual. Sedangkan pengertian impor adalah sebaliknya daripada ekspor.
Dengan demikian dalam dua pengertian itu, terdapat sistem, prosedur dan persyaratan
tertentu yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, seperti yang telah diperjanjikan
sebelumnya.
Perdagangan ekspor impor memiliki peranan sangat tinggi dalam dunia bisnis
disuatu negara, tidak hanya dilihat dari segi lalu lintas devisa melainkan juga atas
sumbangannya kepada pendapatan nasional. Peran devisa ini sangat penting, terutama
untuk negara berkembang seperti Indonesia. Devisa dibutuhkan untuk membayar Impor,
jaminan pembayaran impor tiga bulan mendatang, membayar utang luar negeri, dan juga
mendukung stabilitas nilai Rupiah. Negara Indonesia merupakan salah satu yang memiliki
kekuatan yang terbesar di Asia Tenggara sehingga ada peran penting di tingkat global,
namun Indonesia saat ini juga perlu diperhatikan karena masih dalam tahap masa transisi
dari bisnis tradisional menuju ke era digital.
Segala hal yang terjadi dalam praktik ekspor impor menjadikannya memiliki
keuntungan bagi yang melakukan kegiatan ini, diantaranya :

4
1. Pertama, ekspor – impor mempunyai ciri yang memberikan keuntungan kepada
kedua belah pihak dan kemungkinan pihak ketiga.
2. Kedua, ekspor – impor merupakan peluang bagi semua orang atau badan hukum
untuk melakukannya.
3. Ketiga, kedua bidang ini memerlukan kecepatan, ketepatan waktu dan kelancaran
arus barang.
4. Keempat, ekspor – impor tidak terlepas dari adanya campur tangan pemerintah
berupa kebijakan-kebijakan, pengendalian maupun pengawasan.
5. Kelima, ekspor – impor terkait perputaran (turn over) uang, barang dan jasa.
6. Keenam, bidang tersebut memerlukan tenaga-tenaga yang berkompetensi,
terampil dalam menangani masalah.

Dari adanya enam keuntungan karakteristik tersebut, bidang ekspor impor


memerlukan tenaga yang professional yang dapat menangani dan menyelesaikan segala
masalah yang mungkin akan timbul. Solusi didapatkan hanya dari orang yang telah
memiliki pengetahuan luas dan berpengalaman dalam praktik yang dapat melakukan
upaya-upaya pembatasan masalahnya, sehingga tidak berlarut-larut atau mengalami jalan
buntu.

Dalam dunia ekspor impor pasti ada peran suatu lembaga ataupun instansi yang
menjadi perantara adanya perdagangan beda dua negara tersebut, dikarenakan selama
berlangsungnya kegiatan tersebut merupakan pertemuan subyek-subyek hukum, bahasa,
ketentuan barang dan lainnya sehingga transaksi yang dilakukan terjamin prosesnya dari
awal hingga akhir. Tanpa adanya peran dari lembaga ataupun instansi, kompleksitas
transaksi yang terjadi selama ekspor impor mungkin akan terasa rumit dipahami oleh para
eksportir ataupun importir. Selain dari peraturan antar negara yang harus dipahami,
kredibilitas pihak pembeli atau penjual yang harus diyakini, ada baiknya pula mengetahui
pihak-pihak yang yang terlibat dalam masalah transaksi ekpor impor. Dimulai dari tahap
negoisasi, eksekusi, hingga transaksi seluruhnya melibatkan instansi yang menjadi
jembatan proses ekspor impor. Kira-kira terdapat 10 lembaga atau instansi yang terlibat
dalam kegiatan ekspor impor, yaitu :

1. Penjual (Exportir) sebagai Agent dari Exportir atau disebut juga Trader.
2. Pembeli (Importir) sebagai Agent dari Importir atau disebut juga Trader.

5
3. Bank atau Lembaga keuangan lainnya sebagai fasilitator pembayara, keuangan
dan penjaminan.
4. Asuransi sebagai institusi penjaminan risiko.
5. Maskapai Pelayaran / Penerbangan sebagai Agent.
6. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) sebagai penghubung antara eksportir
dengan pelayaran dalam hal pengangkutan dan dokumentasi ekspor.
7. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)
8. Bea Cukai sebagai gerbang keluar masuknya barang.
9. Surveyor sebagai lembaga survei jika dibutuhkan.
10. Departemen pemerintahan terkait : Deperindag, Kadin, Depkes/BPOM, Dirjen
pajak/ KPKN dan legalisasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.
11. Consulate sebagai pelegalisasi ke beberapa negara tertentu.
12. Badan sertifikat lainnya.

Peran-peran lembaga atau instansi sebagai tenaga ahli yang memahami alur transaksi
di Indonesia sendiri terbagi sesuai pada fungsi dan tujuan peran proses perdagangan
internasional, seperti Kementerian Perdagangan, KADIN, Sucofindo, dan Dirjen Bea
Cukai. Lembaga tersebut memiliki peran yang berbeda baik itu dalam perizinan barang
masuk dan keluar, penyambung komunikasi antar negara, pemerhati kebijakan
perdagangan internasional, pemeriksa barang masuk serta pajak yang dikenakan dan yang
lainnya.
Secara singkat dalam tugasnya, Kementerian perdagangan mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. KADIN Indonesia sebagai wadah dan
wahana komunikasi, informasi, representasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi pengusaha
Indonesia, antara para pengusaha Indonesia dan pemerintah, dan antara para pengusaha
Indonesia dan para pengusaha asing, mengenai hal - hal yang berkaitan dengan masalah
perdagangan, perindustrian, dan jasa dalam arti luas yang mencakup seluruh kegiatan
ekonomi, dalam rangka membentuk iklim usaha yang bersih, transparan dan profesional,
serta mewujudkan sinergi seluruh potensi ekonomi nasional. Sucofindo merupakan
perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa pemastian tepatnya lima kegiatan utama.
Kegiatan usaha tersebut meliputi inspeksi, pengujian, sertifikasi, pelatihan, dan konsultasi.
Dan Dirjen Bea Cukai mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi

6
penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka perlu untuk mengenal lebih jauh
mengenai lembaga atau instansi tersebut yang berpengaruh dalam kegiatan ekspor impor
barang impor melalui makalah “Peranan Kementerian Perdagangan, KADIN, Sucofindo,
dan Dirjen Bea Cukai dalam Kegiatan Ekspor Impor”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang masalah, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah singkat Kementerian Perdagangan, KADIN, Sucofindo, dan


Dirjen Bea Cukai?
2. Apa saja bidang usaha Kementerian Perdagangan KADIN, Sucofindo, dan Dirjen
Bea Cukai?
3. Bagaimana Peranan Kementerian Perdagangan, KADIN, Sucofindo, dan Dirjen
Bea Cukai dalam Kegiatan Ekspor Impor?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan penelitian ini dengan tujuan dapat memberikan jawaban terhadap
masalah yang telah dirumuskan dan memberikan manfaat yang sesuai dengan yang
dikehendaki. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah singkat Kementerian Perdagangan, KADIN, Sucofindo,
dan Dirjen Bea Cukai
2. Untuk mengetahui bidang usaha yang ditangani dari Kementerian Perdagangan,
KADIN, Sucofindo, dan Dirjen Bea Cukai
3. Untuk mengetahui peranan dari Kementerian Kementerian Perdagangan, KADIN,
Sucofindo, dan Dirjen Bea Cukai dalam Kegiatan Ekspor Impor di Indonesia.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kementrian Perdagangan


2.1.1 Sejarah Singkat Kementerian Perdagangan
Pada 19 Agustus 1945 dibentuk Kabinet Republik Indonesia, Kementerian
Kemakmuran saat itu membawahi sektor industri serta pedagangan yang dijabat oleh
Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo. Lalu pada Kabinet Sjahrir periode pertama
menganut sistem pemerintahan parlementer. Kementerian Kemakmuran saat itu
dipimpin oleh Ir. Darmawan Mangoenkoesoemo yang juga menjabat sebagai
Menteri Menteri Perdagangan dan Perindustrian pada periode kedua Kabinet Sjahrir.
Selanjutnya pada Kabinet Sjahrir periode ketiga wewenang serta pembinaan sektor
industri dan perdagangan kembali berada dibawah Kementerian Kemakmuran yang
dipimpin oleh Dr. A.K. Gani.

Gambar 1 Menteri Perdagangan Radius Prawiro mendapat penjelasan dari pengrajin


Praptowihardjo di Kotagede, Yogyakarta (30/3/1976). Dari rongsokan selongsong peluru,
kerajinan ukir kuningan ditumbuhkan. Penyediaan bahan baku kuningan dan perak yang
tidak kontinyu menghambat pertumbuhan kerajinan ukiran. Sumber: www.kompas.id

Pada Kabinet Hatta Periode pertama yang kembali seperti awal pembentukan
kabinet dengan sistem presidensiil, saat itu menteri yang menjabat yaitu Sjafroeddin
Prawiranegara hingga 4 Agustus 1949. Selanjutnya pada Kabinet Hatta periode
8
kedua pada 4 Agustus – 20 Desember 1949 Ir. Indratjaja digantikan oleh I.J. Kasimo
hingga akhir Kabinet RIS dengan sistem parlementer, sejak tanggal 20 Desember
1949 – 21 Januari 1950. Kemudian pada Kabinet Halim (RI Yogyakarta) sektor
industri dan perdagangan berubah menjadi Kementerian Perdagangan dan
Perindustrian dan dipimpin oleh Mr. Tandiono Manoe. Masuk pada kabinet Natsir
terjadi perubahan dalam kabinet dan saat itu dipimpin oleh Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo.
Pada Kabinet Wilopo berubah kembali tidak menjadi kementerian, sektor
industri dan perdagangan menjadi berada dibawah tanggung jawab Kementerian
Perekonomian yang saat itu dipimpin oleh Mr. Soemanang dan kemudian digantikan
oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisoerjo yang berlangsung selama 5 tahun dan berakhir pada
Kabinet Ali Sastroamidjojo tanggal 9 April 1957. Dalam Kabinet Boerhanuddin
Harahap yang berakhir pada 24 Maret 1956, Menteri Perekonomian dijabt oleh I.J.
Kasimo.
Berikutnya pada Kabinet Karya yang di pimpin oleh Ir. Djoeanda, sektor
industri dan perdagangan dipisahkan, sektor perdagangan dibawah tanggung jawab
Kementerian Perdagangan kemudian sektor industri dibina oleh Menteri
Perindustrian yang dijabat oleh Ir. F.J. Inkiriwang. Lalu masuk pada Kabinet Kerja,
Menteri Muda Perindustrian Rakyat dipimpin oleh Dr. Soeharto dan Menteri Muda
Perindustrian Dasar dan Pembangunan yang dijabat oleh Chairoel Saleh kemudian
dan Menteri Muda Perdagangan dijabat oleh Mr. Arifin Harahap.
Pada tahun 1961 adanya program Pembangunan Nasional Semesta Berencana,
saat itu Dr. Soeharto dan Mr. Arifin Harahap menjabat sebagai Menteri
Perindustrian Rakyat dan Menteri Perdagangan sampai perubahan Kabinet tanggal 6
Maret 1962. Selanjutnya pada Kabinet Kerja IV Menteri Perindustrian dan
Pertambangan dipimpin oleh Chairoel Saleh, lalu Dr. Aziz Saleh yang saat itu
menjabat Menteri Perindustrian Rakyat dan Menteri Perdagangan dipimpin oleh
Adam Malik.
Dalam perjalannya masuk pada Kabinet Dwikora dan pada saat itu
Departemen Perdagangan dan Departemen Koperari berada dibawah naungan
Kementerian Perdagangan yang dijabat oleh Brigjen Achmad Joesoef pada 27
Agustus 1964 – 22 Februari 1966. Kemudian pada Kabinet Dwikora ketiga Menteri
Perdagangan dijabat oleh Ashari Danudirdjo sampai era Kabinet Ampera Pertama

9
yang saat itu sudah masuk pada era Orde Baru pada 17 Oktober 1967 pada era
Kepemimpinan Presiden Soeharto.

Gambar 2 Menteri Perdagangan Sumitro Djojohadikusumo (tengah) memberi keterangan


kepada pers, di Binagraha, Jakarta. Selama delapan hari, 5-14 Maret 1971, digelar Rapat
Kerja (raker) perdagangan menjelang Pembangunan Lima Tahun (Pelita) tahap kedua.
Sumber: www.kompas.id

Pada Kabinet Pembangunan periode pertama Menteri Perdagangan dijabat


oleh Soemitro Djojohadikoesoema pada 6 Juni 1968 sampai 28 Maret 1973 yang
sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian pada
era Kabinet Nasir. Selanjutnya Radius Prawiro menjabat sebagai Menteri
Perdagangan dan Koperasi pada Kabinet Pembangunan kedua. Kemudian pada
Kabinet Pembangunan ketiga Menteri Perdagangan dijabat oleh Rachmat Saleh.
Pada Kabinet Pembangunan keempat Menteri Perdagangan dijabat oleh Arifin
Siregar.
Pada Kabinet Pembangunan Keenam Satrio Budihardjo mejabat Menteri
Perdagangan sejak 19 Maret 1993 sampai 6 Desember 1995. Kemudian Pemerintah
menggabungkan kembali sektor Perindustrian dengan Perdagangan dan pada periode
ketujuh Kabinet Pembangunan Menteri Perindustrian dan Perdagangan di jabat oleh
T. Ariwibowo, namun tidak berjalan lama posisinya digantikan oleh Mohammad
Hasan sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Karena kondisi politik saat
itu terjadi gerakan reformasi yang kemudian banyak mengalami perubahan. Pada 21

10
Mei 1998 Jabatan Menteri kembali digantikan oleh Rahardi Ramelan yang hanya
berselang dua bulan.
Era Reformasi
Pada era Kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) terjadi
beberapa kali perubahan susunan serta komposisi porsonil kabinetnya. Saat itu Jusuf
Kalla ditunjuk sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang kemudian
digantikan oleh Luhut Binsar Panjaitan Jabatan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan. Tidak berjalan lama, kepemimpinan Abdurahman Wahid
diberhentikan oleh MPR RI melalui Sidang Istimewa (SI) pada 23 Juli 2001.
Kemudian Wakil Presiden RI Megawati Soekarno Putri diangkat sebagai Presiden
RI. Jabatan Menteri saat itu dipercayakan kepada Rini Mariani Soemarno yang
memimpin Departemen Perindustrian dan Perdagangan agar dapat menghidupkan
kembali perekonomian bangsa Indonesia dan berakhir pada 2004.

Gambar 3 Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini MS Soewandi menanyakan harga


beras kepada seorang pedagang beras di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, saat melakukan
inspeksi, Rabu (9/1/2002). Inspeksi tersebut dilakukan bersama Kepala Badan Urusan
Logistik (Bulog) Widjanarko Puspoyo dalam rangka memantau pelaksanaan operasi pasar
Bulog di beberapa pasar tradisional di Jakarta. Sumber: www.kompas.id

Pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Kabinet


Indonesia Bersatu, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dipecah dan
Departemen Perdagangan saat itu dipimpin oleh Mari Elka Pangestu yang juga
menjabat pada Kabinet Indonesia Bersatu periode kedua. Kemudian pada periode
kedua kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono posisi Departemen
11
Perdagangan kembali diubah menjadi setara Kementerian dan juga mengalami
beberapa kali pergantian Menteri Perdagangan, seperti Gita Wirjawan (19 Oktober
2011-31 Januari 2014), lalu digantikan oleh Bayu Krisnamurthi (31 Januari 2014-12
Februari 2014), lalu Muhammad Lutfi (14 Februari 2014-20 Oktober 2014).
Pada era Kepemimpinan Presiden Joko Widodo dengan Kabinet Kerja jabatan
Menteri Perdagangan dijabat oleh Rachmad Gobel pada 27 Oktober 2014 sampai 12
Agustus 2015 yang kemudian digantikan oleh Thomas Trikasih Lembong pada 12
Agustus 2015 sampai 26 Juli 2016, kemudian digantikan kembali oleh Enggartiasto
Lukita yang menjabat lebih lama dari dua menteri sebelumnya pada Kabinet Kerja
yaitu pada 27 Juli 2016 sampai 20 Oktober 2019.
Pada Kabinet Indonesia Maju periode kedua Kepemimpinan Presiden Joko
Widodo, Menteri Perdagangan dijabat oleh Agus Suparmanto pada 23 Oktober 2019
– 23 Desember 2020. Saat ini jabatan Menteri Perdagangan dijabat oleh Muhammad
Lutfi sejak 23 Desember 2020.

2.1.2 Bidang Usaha Kementerian Perdagangan


Kementerian perdagangan memiliki tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perdagangan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam bidangnya memiliki beberapa
direktorat atau badan antara lain:
1. Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional
2. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
3. Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
4. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
5. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
6. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
7. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Dalam menjalankan tugas dan bidang usahanya, kementerian perdagangan
memiliki fungsi yang diantaranya:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penguatan dan pengembangan
perdagangan dalam negeri, pemberdayaan konsumen, standardisasi
perdagangan dan pengendalian mutu barang, tertib ukur, dan pengawasan
barang beredar dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan,
peningkatan dan fasilitasi ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan

12
jasa, pengendalian, pengelolaan dan fasilitasi impor serta pengamanan
perdagangan, peningkatan akses pasar barang dan jasa di forum internasional,
promosi, pengembangan dan peningkatan produk, pasar ekspor serta pelaku
ekspor, serta pengembangan, pembinaan dan pengawasan di bidang
perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang
komoditas
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan dan pengembangan perdagangan
dalam negeri, pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan
pengendalian mutu barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar
dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan, peningkatan
dan fasilitasi ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa,
pengendalian, pengelolaan dan fasilitasi impor serta pengamanan
perdagangan, peningkatan akses pasar barang dan jasa di forum internasional,
promosi, pengembangan dan peningkatan produk, pasar ekspor serta pelaku
ekspor, serta pengembangan, pembinaan dan pengawasan di bidang
perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang
komoditas
c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di
bidang penguatan dan pengembangan perdagangan dalam negeri,
pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu
barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar,
serta pengawasan kegiatan perdagangan, peningkatan dan fasilitasi ekspor
barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa, pengendalian, pengelolaan
dan fasilitasi impor serta pengamanan perdagangan, promosi, pengembangan
dan peningkatan produk, pasar ekspor serta pelaku ekspor, serta
pengembangan, pembinaan dan pengawasan di bidang sistem resi gudang dan
pasar lelang komoditas.
d. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang perdagangan
e. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Perdagangan
f. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian
Perdagangan
g. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perdagangan

13
h. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perdagangan.

2.1.3 Peranan Kementerian Perdagangan dalam Kegiatan Ekspor Impor


Salah satu peranan kementerian dalam kegiatan ekspor dan impor adalah
akselerasi peningkatan ekspor dan pengelolaan impor, serta penguatan pasar dalam
negeri. Penetapan dua kebijakan utama ini mengacu pada tema Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) tahun 2021, yaitu ‘Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial’.
Dengan akselerasi peningkatan ekspor dan pengelolaan impor, serta penguatan
pasar dalam negeri, Kementerian Perdagangan berupaya meningkatkan kontribusi
sektor perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam kebijakan akselerasi
peningkatan ekspor dan pengelolaan impor, lanjut Mendag, Kementerian
Perdagangan akan melakukan sejumlah langkah strategis.
Beberapa langkah yang disiapkan dalam peningkatan ekspor adalah
meningkatkan kemudahan berusaha dalam mendorong ekspor nonmigas, melakukan
pengamanan pangsa ekspor di pasar utama dan perluasan ekspor di pasar potensial
melalui percepatan penyelesaian perjanjian perdagangan, serta meningkatkan
promosi ekspor nonmigas.
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga melakukan misi dagang dan
promosi di luar negeri, meningkatkan diversifikasi produk ekspor, melakukan
penguatan pencitraan dan standar produk Indonesia, optimalisasi peran perwakilan
perdagangan di luar negeri, dan meningkatkan pengamanan perdagangan produk
ekspor.
Terkait hal tersebut, Kementerian Perdagangan pada 2021 akan melakukan
beberapa agenda kegiatan. Diantaranya mengikuti Expo 2020 Dubai (dilaksanakan
Oktober 2021—Maret 2022), melakukan promosi produk dan jasa potensi ekspor,
menyelenggarakan Trade Expo Indonesia, melakukan layanan ekspor dan impor
melalui fasilitasi pembiayaan perdagangan, penurunan hambatan, serta
meningkatkan akses pasar barang dan jasa di negara mitra. Sementara itu, langkah
pengelolaan impor yaitu dengan merelaksasi kebijakan impor untuk pemenuhan
bahan baku industri.
Sedangkan, beberapa langkah strategis yang akan dilakukan melalui kebijakan
penguatan pasar dalam negeri adalah stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok,
peningkatan peran sistem resi gudang dan pasar lelang komoditas, peningkatan

14
penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri serta pengembangan UMKM dan
niaga elektronik.
Kementerian Perdagangan juga akan menguatkan peran perlindungan
konsumen dalam penguatan pasar dalam negeri, peningkatan pemberdayaan
konsumen melalui edukasi dan perlindungan hak konsumen, perlindungan
konsumen pada Perdagangan Berjangka Komoditi, serta penguatan konektivitas dan
Sistem Logistik Nasional.
Beberapa kegiatan yang direncanakan pada 2021 terkait penguatan pasar
dalam negeri, antara lain pembangunan/revitalisasi pasar rakyat; pemberian bantuan
pemasaran dan bantuan sarana usaha; peningkatan penggunaan produk dalam negeri
(Bangga Buatan Indonesia); stabilisasi harga barang kebutuhan pokok menjelang
Hari Besar Keagamaan Nasional; pengawasan barang beredar dan edukasi
konsumen; serta optimalisasi pemanfaatan Sistem Resi Gudang, pasar lelang, dan
pasar berjangka komoditi.

2.2 KADIN
2.2.1 Sejarah KADIN
Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau yang disebut KADIN Indonesia,
adalah salah satu organisasi Indonesia yang bergerak di bidang perekonomian.
Organisasi ini didirikan pada 24 September 1968 dan diatur dalam Undang-undang
Nomor 1 tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri. KADIN Indonesia
merupakan wadah perusahaan Indonesia yang bersifat mandiri. Bukan merupakan
organisasi pemerintah dan bukan organisasi politik. Dalam melakukan kegiatannya
tidak mencari keuntungan. Kadin berfungsi sebagai wadah komunikasi dan
konsultasi antar pengusaha Indonesia dan antara pengusaha Indonesia dengan
pemerintah, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah perdaganga,
perindustrian, dan jasa.Pengusaha Indonesia menyadari sedalam-dalamnya bahwa
dunia usaha nasional yang tangguh merupakan tulang punggung perekonomian
nasional yang sehat dan dinamis dalam mewujudkan pemerataan, keadilan dan
kesejahteraan rakyat, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam
upaya meningkatkan ketahanan nasional dalam percaturan perekonomian regional
dan internasional.

15
Sesuai dengan amanat dan semangat Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
sebagai landasan konstitusional pembangunan di bidang ekonomi, maka pengusaha
Indonesia dengan dilandasi jiwa yang luhur, bersih, transparan, dan profesional,
serta produktif dan inovatif harus membina dan mengembangkan kerja sama
sinergistik yang seimbang dan selaras, baik sektoral dan lintas-sektoral, antar-skala,
daerah, nasional maupun internasional, dalam rangka mewujudkan iklim usaha yang
sehat dan dinamis untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha yang seluas-
luasnya bagi dunia usaha Indonesia dalam ikut serta melaksanakan pembangunan
nasional dan daerah di bidang ekonomi.

24 September 1968

Pembentukan organisasi Kadin Indonesia pertama kali dibentuk tanggal 24


September 1968 oleh Kadin Daerah Tingkat I atau Kadinda Tingkat I (sebutan untuk
Kadin Provinsi pada waktu itu) yang ada di seluruh Indonesia atas prakarsa Kadin
DKI Jakarta, dan diakui pemerintah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 49 Tahun 1973

24 September 1987

Kemudian dibentuk kembali sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor


1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri dalam Musyawarah Pengusaha
Indonesia tanggal 24 September 1987 di Jakarta yang diselenggarakan oleh
Pengusaha Indonesia yang tergabung dalam Kadin Indonesia bekerja sama dengan
Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) dan wakil-wakil Badan Usaha Milik Negara,
didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Undang Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri
menetapkan bahwa seluruh pengusaha Indonesia di bidang usaha negara, usaha
koperasi dan usaha swasta secara bersama-sama membentuk organisasi Kamar
Dagang dan Industri sebagai wadah dan wahana pembinaan, komunikasi, informasi,
representasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi pengusaha Indonesia, dalam rangka
mewujudkan dunia usaha Indonesia yang kuat dan berdaya saing tinggi yang
bertumpu pada keunggulan nyata sumber daya nasional, yang memadukan secara
seimbang keterkaitan antar-potensi ekonomi nasional, yakni antar-sektor, antar-skala
usaha, dan antar-daerah, dalam dimensi tertib hukum, etika bisnis, kemanusiaan, dan
kelestarian lingkungan dalam suatu tatanan ekonomi pasar dalam percaturan

16
perekonomian global dengan berbasis pada kekuatan daerah, sektor usaha, dan
hubungan luar negeri.

2.2.2 Bidang Usaha KADIN


Dalam menjalankan perannya, KADIN terbagi kedalam beberapa bidang dan
sub bidang jasa yang melayani berbagai jenis proses hubungan kegiatan perdagangan
ekspor impor. Pembagian bidang dan subbidang KADIN ini menangani dalam 5
komponen umum, yaitu dalam Bidang/Subbidang Jasa Konsultasi, Bidang/Subbidang
Jasa Pemborongan Non Konstruksi, Bidang/Subbidang Jasa Pemasokan Barang,
Bidang/Subbidang Jasa Pengembangan Real Estate, dan Bidang/Subbidang Jasa
Lainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut pembagian yang terdalam bidang sebagai
berikut :

 Jasa Konsultansi  Non Konstruksi


Bidang Pengembangan Pertanian dan Pedesaan, Transportasi, Telematika,
Kepariwisataan, Perindustrian dan Pertambangan, Energi, Keuangan,
Pendidikan, Kesehatan, Kependudukan, Rekayasa Industri, dan Jasa
 Jasa Pemborongan Non Konstruksi
Bidang Logam, Kayu, dan Plastik, Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan,
Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan, Pertambangan Umum, Pertambangan
Minyak, Gas, dan Panas Bumi, dan Telematika
 Jasa Pemasokan Barang
Pemasokan Barng Semua Bidang, Kelautan, Pertanian, Pertanian Umum,
Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi, Telematika, Perhubungan, Lain-
lainnya
 Jasa Pengembangan Real Estate
Bidang Jasa Real Estate
 Jasa Lainnya
Jasa Semua Bidang, Industri, Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Telematika,
Transportasi, Lainnya

2.2.3 Peran KADIN dalam kegiatan Ekspor Impor


Peran KADIN dalam perdagangan ekspor impor di Indonesia, antaralain
sebagai berikut :

17
 Mewakili suara dan kepentingan dunia usaha beserta seluruh stakeholdernya
yang berkaitan dengan implementasi kebijakan ekonomi di Indonesia
Dalam hal - hal yang berkaitan dengan masalah perdagangan, perindustrian, dan
jasa dalam arti luas yang mencakup seluruh kegiatan ekonomi, dalam rangka
membentuk iklim usaha yang bersih, transparan dan profesional, serta
mewujudkan sinergi seluruh potensi ekonomi nasional
 Mitra strategis pemerintah dan dunia usaha
Sebagai wadah dan wahana komunikasi, informasi, representasi, konsultasi,
fasilitasi dan advokasi pengusaha Indonesia, antara para pengusaha Indonesia
dan pemerintah, dan antara para pengusaha Indonesia dan para pengusaha asing
 Membantu dunia industri lokal menjadi pemain dunia
 Bekerja sama dengan komunitas bisnis internasional untuk meningkatkan
perekonomian nasional seperti Foreign Direct Investment (FDI), ekspor, dan
transfer knowledge and technology bagi dunia usaha di Indonesia
 Bekerja bersama serikat pekerja dan dunia pendidikan Indonesia untuk
menciptakan sebanyak-banyaknya tenaga siap pakai yang berkualifikasi
Internasional
 Bersama pengusaha kreatif menciptakan sebanyak-banyaknya inovasi dan
teknologi siap pakai
 Membantu pemerintah dalam membangun sektor-sektor yang paling strategis
seperti : pangan, perumahan, infrastruktur, energi dan sebagainya

Dalam rangka untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud Pasal 3 Undang -


Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri, serta Pasal 8 dan
Pasal 9 Anggaran Dasar, KADIN mempunyai tugas pokok sebagaimana dimaksud
Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar
Dagang dan Industri, serta :
a. Memfasilitasi penciptaan sinergi antar pengusaha Indonesia dalam pemenuhan
kebutuhan sumber daya;
b. Melaksanakan komunikasi, konsultasi dan advokasi dengan pemerintah dalam
rangka mewakili kepentingan dunia usaha;
c. Mewakili dunia usaha dalam berbagai forum penetuan kebijaksanaan
ekonomi;

18
d. Memfasilitasi pengembangan tanggungjawab sosial perusahaan;
e. Membudayakan etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance) di kalangan dunia usaha;
f. Membina dan memberdayakan Organisasi Perusahaan dan Organisasi
Pengusaha sehingga mampu berperan optimal dalam pembangunan dunia
usaha;
g. Memberikan akreditasi kepada Organisasi Perusahaan yang akan menerbitkan
sertifikat sesuai dengan kriteria dan prosedur yang ditetapkan KADIN
Indonesia;
h. Memberikan jasa - jasa layanan dalam bentuk pemberian surat keterangan,
penengahan, arbitrase dan rekomendasi mengenai usaha pengusaha Indonesia
termasuk legalisasi surat - surat yang diperlukan bagi kelancaran usahanya;
i. Melaksanakan tugas - tugas yang diberikan oleh pemerintah serta
memperjuangkan berbagai pelimpahan wewenang sesuai dengan semangat dan
jiwa Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri;
j. Meningkatkan efisiensi dunia usaha Indonesia dengan menyediakan pelayanan
di bidang informasi pengembangan usaha, solusi teknologi, sumber daya
manusia (SDM), manajemen kendali mutu (MKM), manajemen energi,
lingkungan dan sebagainya;
k. Mendorong tumbuh kembangnya kewirausahaan dan wirausaha baru serta
mengembangkan bisnis, baik yang memiliki lingkup nasional, regional
maupun internasional.

Dan untuk mewujudkan tujuan tersebut, KADIN melakukan kegiatan –kegiatan,


antara lain, sebagai berikut :
1. Menyebar luaskan informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah di bidang
ekonomi kepada pengusaha Indonesia
2. Menyampaikan informasi permasalahan dan perkembangan perekonomian
dunia dalam pengaruhnya dengan ekonomi dan dunia usaha nasional kepada
pemerintah dan para pengusaha;
3. Menyalurkan aspirasi dan kepentingan para pengusaha di bidang perdagangan;
4. Menyelenggarakan pendidikan, latihan, dan kegiatan pengusaha Indonesia;

19
5. Menyelenggarakan dan meningkatkan hubungan dan kerja sama yang saling
menunjang dan saling menguntungkan antar pengusaha Indonesia;
6. Menyelenggarakan upaya memelihara kerukunan di satu pihak lain dengan
mencegah persaingan yang tidak sehat;
7. Menyelenggarakan dan meningkatkan hubungan dan kerjasama antar
pengusaha Indonesia dan pengusaha luar negeri dengan tujuan Pembangunan
Nasional;
8. Menyelenggarakan promosi dalam dan luar negeri, analisis statistic, dan pusat
informasi usaha;
9. Membina hubungan kerja yang serasi antara pekerja dengan pengusaha;
10. Menyelenggarakan upaya menyeimbangkan dan melestarikan alam dalam
upaya pencegahan kerusakan dan pencemaran.

Selain melakukan kegiatan-kegiatan tersebut diatas, dalam rangka pembinaan


pengusaha Indonesia dan menciptaka iklim usaha yang sehat dan tertib, maka
KADIN pula dapat melakukan :

1. Jasa-jasa baik dalam bentuk pemberian surat keterangan, penengahan,


arbitrasi, dan rekomendasi mengenai pengusaha Indonesia, termasuk
Legalisasi surat-surat yang diperlukan bagi kelancaran usahanya.

2. Tugas-tugas lain yang diberikan pemerintah.

2.3 SUCOFINDO
2.3.1 Sejarah Singkat SUCOFINDO
PT Superintending Company of Indonesia (Persero) yang selanjutnya disebut
SUCOFINDO merupakan perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. Sucofindo juga
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang didirikan pada tanggal 22 Oktober 1956
oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Societe Generale de Surveillance
Holding SA (SGS) di mana perusahaan tersebut ialah perusahaan inspeksi terbesar
di dunia yang berpusat di Jenewa, Swiss.

Awalnya Sucofindo hanya berfokus kepada layanan jasa pemeriksaan,


pengawasan, pengujian, dan pengkajian di bidang perdagangan terutama komoditas

20
pertanian serta membantu pemerintah dalam menjamin kelancaran arus barang dan
pengamanan devisa Negara dalam perdagangan ekspor impor. Tetapi seiring dengan
perkembangan kebutuhan dunia usaha, Sucofindo juga melakukan invovasi dan
menawarkan jasa-jasa baru terkait kompetensinya.

Pada saat ini, kepemilikan saham Sucofindo 95% dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia dan 5% dimiliki oleh SGS yang sebelumnya juga mengalami perubahan
pada tahun 1961 di mana porsi kepemilikan saham Sucofindo 80% dari Pemerintah
Indonesia dan 20% dari SGS. Sucofindo juga memiliki pelayanan terbaru seperti
warehouse and forwarding, analytical laboratories, industrial and marianne
engineering, dan fumigation and industrial hygiene.

Seiring dengan perkembangan kebutuan di dunia Sucofindo melakukan


inovasi dan langkah kreatif yang sebelumnya telah disebutkan. Diversifikasi tersebut
meliputi bidang inspeksi dan audit, pengujian dan analisa, sertifikasi, pelatihan, dan
konsultasi yang terbagi ke dalam 152 jenis jasa. Keanekaragaman jenis jasa
perusahaan dikemas secara terpadu, didukung oleh tenaga profesional yang ahli di
bidangnya, kemitraan usaha strategis dengan beberapa institusi internasional serta
jaringan kerja laboratorium, cabang dan titik layanan yang tersebar di berbagai kota
di Indonesia telah memberikan nilai tambah terhadap layanan yang diberikan
perusahaan.

2.3.2 Bidang Usaha SUCOFINDO


PT Sucofindo (Persero) merupakan perusahaan pelat merah yang bergerak di
lima kegiatan utama. Kegiatan usaha tersebut meliputi inspeksi, pengujian,
sertifikasi, pelatihan, dan konsultasi. Tipe perusahaan Sucofindo berbentuk badan
usaha Persero dengan jenis usaha bisnis jasa dengan deskripsi bisnis meliputi
sebagai berikut;

1) Inspeksi dan Audit


Melalui jasa inspeksi dan audit yang independen Sucofindo membantu
perusahaan memastikan bahwa produk, jasa, peralatan dan fasilitas yang
dimiliki memenuhi persyaratan, standar, dan peraturan baik Nasional maupun
Internasional. Berikut adalah beberapa jenis layanan jasa inspeksi dan audit.
a) Inspeksi dan Komoditas Pangan dan Pertanian
b) Inspeksi Tempat Penyimpanan Barang

21
c) Audit Kelayakan Penanganan Hewan Ternak
d) Verifikasi / Estimasi Persediaan
e) Pengendalian Hama
f) Inspeksi, Supervisi, dan Pengujian Produk Batu Bara
g) Inspeksi, Supervisi, dan Pengujian Produk Mineral

2) Pengujian dan Analisis


Pengujian produk, bahan, dan mesin dilakukan melalui berbagai metode
sesuai dengan jenis dan spesifikasinya, mulai dari inspeksi organoleptik,
pengukuran lapangan, hingga pengujian dan analisis laboratorium. Lebih dari
40 Laboratorium tersebar di seluruh Indonesia. Sucofindo juga memiliki
kemampuan yang luas untuk melakukan berbagai analisis mekanis, elektrikal,
pengujian, dan kimia serta mikrobiologi sesuai dengan standar dan persyaratan
yang ditetapkan.

3) Sertifikasi
Saat ini sistem manajemen telah berkembang dalam banyak aspek
kegiatan perusahaan seperti lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja,
keamanan pangan, keamanan sistem informasi serta mutu produk.
Sucofindo merupakan lembaga sertifikasi dengan cakupan sertifikasi
yang luas dan memperoleh akreditasi secara nasional, serta membantu
perusahaan untuk membuktikan komitmennya terhadap mutu produk,
persyaratan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, tanggung jawab
social serta ketentuan nasional dan internasional. Sucofindo didukung tenaga
handal yang berintregritas, serta mendapatakan pengakuan Nasional dan
Internasional. Terdapat 140 jenis jasa sertifikasi di berbagai sektor.

4) Pelatihan
Sucofindo menyediakan jasa pelatihan dalam bidang sistem manajemen
mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta pengamanan untuk
membantu perusahaan meningkatkan kompetensi personilnya. Pelatihan
peningkatan pengetahuan membagikan pengetahuan dan pengalaman dalam
berbagai aspek bisnis, misalnya sistem manajemen mutu, keselamatan dan
kesehatan kerja, HACCP, dan manajemen pengamanan, Jasa pelatihan teknis

22
mempersiapkan personil - personil untuk segala kegiatan teknis, seperti
pelatihan tanggap darurat dan pengoperasian alat - alat berat. Berikut macam –
macam pelatihan yang diadakan oleh Sucofindo.
a) Pelatihan sistem keamanan pangan (HACCP)
b) Pelatihan penanganan kegiatan laboratorium yang baik untuk produk
mineral dan batubara
c) Pelatihan sistem pangan organik
d) Pelatihan ISO 22000
e) Pelatihan sistem manajemen Produk Pakan Ternak (PDV)
f) Pelatihan 5-S
g) Pelatihan penanganan kebakaran
h) Pelatihan audit internal sistem manajemen terpadu
i) Pelatihan pengenalan ISO 9001 – 2008
j) Pelatihan peran panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3)
k) Pelatihan analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja
l) Pelatihan GMP (Good Manufacturing Practices)
m) Pelatihan minyak sawit lestari (Sustainable Palm Oil)
n) Pelatihan MBNQA (Malcolm Baldrige National Quality Award)

5) Konsultasi
Jasa konsultansi akan membantu perusahaan dalam meningkatkan
kemampuan dan menjawab tantangan di bidang mutu, lingkungan, K3, dan
produktifitas. Sucofindo terdorong untuk menyumbangkan keahlian dan
pengalaman yang dimiliki dalam bentuk layanan konsultasi di berbagai
bidang, seperti konsultasi sistem manajemen, AMDAL, sistem informasi,
kandungan komponen dalam negeri, pengembangan wilayah, infrastruktur dan
tata ruang. Berikut macam – macam jasa konsultasi yang ada pada Sucofindo.
a) Konsultasi pelaksanaan GMP (Good Manufacturing Practices)
b) Penyusunan studi kelayakan proyek pertanian
c) Pemeringkatan lembaga keuangan mikro
d) Konsultasi jasa pertambangan dan infrastruktur

23
e) Konsultasi di bidang produk dan keindustrian minyak dan gas bumi;
Kajian, audit dan monitoring pengelolaan lingkungan terpadu; Analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
f) Konsultasi pengembangan laboratorium

2.3.3 Peranan SUCOFINDO dalam Kegiatan Ekspor Impor


Peran SUCOFINDO sebagai Perusahaan Pemastian Bagi Dunia Industri
dan Perdagangan

Kegiatan Pemastian dalam kehidupan sehari-hari tidaklah asing. Pemastian


kualitas atau kandungan terhadap suatu produk adalah salah satu diantara begitu
banyaknya pemastian yang dituntut. Untuk itu kehadiran jasa pemastian diperlukan
di dunia industri dan perdagangan. Jasa yang diberikan adalah memberikan
kepastian kuantitas, kualitas, dll bagi kepentingan kedua belah pihak, pihak penjual
dan pembeli, perusahaan dan konsumen, ataupun pemerintah. Sucofindo merupakan
salah satu perusahaan pemastian yang kegiatannya diantaranya inspeksi, pengujian
dan sertifikasi di Indonesia.

PT SUCOFINDO (Persero) yang telah 56 tahun berdiri, mengawali bisnisnya


dari kegiatan perdagangan, terutama komoditas pertanian, serta kelancaran arus
barang dan pengamanan devisa Negara dalam perdagangan ekspor-impor. Seiring
perkembangan kebutuhan dunia usaha, PT SUCOFINDO (Persero) melakukan
langkah kreatif dan menawarkan inovasi jasa-jasa baru berbasis
kompetensinya. Diversifikasi tersebut meliputi Inspeksi dan Audit, Pengujian dan
Analisa, Sertifikasi, Pelatihan, dan Konsultasi, yang terdiri dari 85 jenis jasa. Saat ini
Sucofindo merupakan perusahaan inspeksi nasional terbesar di Indonesia.

PT Sucofindo memiliki 85 jenis jasa utama di 65 titik layanan, yang terdiri


dari 32 kantor cabang dan 34 kantor unit pelayanan yang tersebar di seluruh
Indonesia. Sucofindo juga memiliki 45 layanan laboratorium terpadu yang
menyediakan layanan pengujian, analisa dan kalibrasi. Semuanya mendapat
pengakuan berupa sertifikasi dan akreditasi nasional dan internasional. Kegiatan
operasional dan dukungan bisnis Sucofindo dijalankan oleh kurang lebih 2.500
pegawai dengan kompetensi dan pengalaman yang beragam. Dukungan ini
menjadikan Sucofindo perusahaan inspeksi, pemeriksaan dan sertifikasi yang
terbesar yang beroperasi di Indonesia.

24
Khusus di Kawasan Timur Indonesia, Sucofindo memiliki cabang di
Makassar, Manado,Timika,Tarakan,Denpasar,Palu,dll. Sering dengan pembangunan
berbagi infrastruktur di Indonesia Timur, seperti pembangunan pelabuhan,
Sucofindo dapat membantu dalam proses feasibility study, analisa dampak
lingkungan serta kegiatan lainnya terkait dengan kemaritiman. Untuk bidang
minerba, Sucofindo juga dapat membantu dalam proses konsultansi pembangunan
dan operasional smelter dan menyediakan jasa Mineral Processing dan Coal Bed
Methane (CBM) untuk mendukung peningkatan nilai produk mineral dalam negeri.

Sertifikasi sebagai salah satu produk pemastian, memiliki prospek pasar


menjanjikan di Indonesia, mengingat keunggulan Sucofindo dibanding para
kompetitor. Sucofindo memiliki citra yang baik sebagai lembaga berkredibilitas
tinggi dalam mengeluarkan sertifikasi. Sertifikasi yang dikeluarkan Sucofindo
diantaranya untuk  Produk, Sistem Manajemen, dll. Tahun 2014, Sucofindo
membantu IKM mainan anak untuk menghasilkan produk dengan standar SNI
melalui sosialisasi dan pemberian keringanan biaya pengujian bagi beberapa IKM
terpilih. Sucofindo juga diberi kepercayaan untuk mensertifikasi hotel oleh
Kemenparkeraf.

Peran Sucofindo Sebagai Mitra Bisnis BUMN

1. Sebagai Pihak ketiga


Sucofindo sebagai fasilitator pihak yang bertransaksi misalnya Importir
dan Eksportir, penjual dan pembeli, kreditur dan debitur dalam rangka mitigasi
risiko, pemenuhan terhadap persyaratan mutu, peraturan perundangan
termasuk ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup.
2. Sebagai Pihak Kedua
Sucofindo sebagai penyedia jasa alih daya perusahaan atau organisasi
yang ingin lebih focus pada bisnis intinya. Proses bisnis yang dapat diserahkan
pelaksanaannya kepada Sucofindo meliputi kegiatan mitigasi risiko dalam
pemastian dan pengendalian mutu (QA/QC) dan pemenuhan persyaratan
mutu, peraturan perundangan termasuk ketentuan tentang perlindungan
lingkungan hidup.

25
2.3.4 Tugas dan Fungsi SUCOFINDO
Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : AHU-80823.AH.01.02 Tahun 2008 Tentang
Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, Pasal 3, PT Sucofindo (Persero) melakukan
usaha dibidang Jasa Survey dan Inspeksi serta optimalisasi pemanfaatan sumber
daya yang dimiliki perseroan untuk menghasilkan barang dan / atau jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saling kuat untuk mendapatkan/ mengejar keuntungan
guna meningkatkan nilai Perseroan Terbatas.

Tugas dan fungsi Sucofindo :

1. Pemeriksaan (inspeksi), pengawasan (supervisi), pengkajian,


pemantauan, pengujian, verifikasi yang berkenaan dan berkaitan dengan
lapangan usaha yang sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) yang secara umum pada bidang usaha:
 Pertanian dan Kehutanan;
 Perikanan;
 Pertambangan (Migas dan Non Migas);
 Industri Pengolahan;
 Listrik, gas dan air;
 Konstruksi;
 Perdagangan;
 Transportasi, pergudangan dan komunikasi;
 Jasa Perusahaan;
 Badan Internasional;
 Pemerintah;
 Energi terbarukan.

2. Survey yang meliputi :


 Keadaan barang muatan ;
 Sarana dan Prasarana angkutan darat, laut dan udara berikut
perlengkapannya;
 Sarana keteknikan dan Industri termasuk rekayasa teknik;

26
 Lingkungan hidup
 Obyek-obyek pembiayaan atas persediaan barang dan pergudangan;
 Hutan, hasil hutan dan industri hasil hutan;
 Kuantitas dan kualitas atas komoditas;
 Proses kegiatan industri, pertambangan, perdagangan, pertanian dan
perkebunan;
 Proyek terkait konstruksi dan instalasi (bangunan, sipil transportasi);
 Survey dan Pemetaan ;
 Penginderaan jauh (remote sensingdan fotogrametri);
 Hidrografi (batimetri);
 Geografi;
 Geologi ;
 Registrasi Kepemilikan tanah (kadastral).
3. Sertifikasi, audit dan assessment yang berkenaan dengan manajemen:
o Mutu;
o Lingkungan;
o Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
o Risiko;
o Pengamanan (Security);
o Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Lacak Balak (Chain of
Custody);
o Pengujian Kalibrasi atas instrumen tangki dan meter proving;
o Hazard Analysis dan Critical Control Point (HACCP) pada industri
farmasi dan industri makanan dan minuman;
o Good Manufacturing Practices (GMP) pada industri farmasi dan industri
makanan dan minuman;
o Vendor assessement;
o Informatika;
o Sertifikasi Produk;
o Sertifikasi Carbon Emission Reduction.

4. Bantuan teknik dan konsultasi yang berkaitan dan berkenaan dengan:

27
o Studi makro dan mikro;
o Studi perencanaan umum;
o Bantuan teknik;
o Perencanaan sistem (informasi, tata kelola perusahaan, dan lain-lain);
o Pelatihan dan pengembangan;
o Penyediaan Peralatan dan Produksi;
o Penyedia teknisi dan personel lain;
o Well testing (DSTdan Well Production Test);
o Seismic Acquistion dan Data Processing;
o NDT radiasi dan non radiasi ;
o Salvage dan Pekerjaan Bawah Air;
o Komoditi Batubara dan MOM (Mineral, Ore, Metal) meliputi:
1) Superitending Quality dan Quantity;
2) Pit sampling dan Testing ;
3) Core Sampling, testing dan Drilling;
4) Refining Witnessing;
5) Gold Assay dan Base Metal Analysis (Au, Cu, Ag, As, Sb);
6) Stockpile Management;
7) Monitoring Production of Coal and MOM;
8) X-Ray dan Wet Chemical Analysis;
9) Mining Upstream Services;
10) Cathonic protection and soil investigation;
5. Penunjang kegiatan pertambangan, pertanian, perindustrian,
perdagangan dan kesehatan:
- Fumigasi cargo di dalam gudang dan atau di dalam palka / sarana
transportasi ;
- Pest Management pada lingkungan pemukiman dan hotel (rat control,
general pest control, termite control);
- Pest Management pada tanaman perkebunan;Lingkungan (Amdal,
RKL/RPL, monitoring); Qualitative & Quantitative guarantee
(penjaminan kualitatif dan kuantitatif).

28
2.4 Bea Cukai
2.4.1 Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Bea & Cukai

Sistem bea dan cukai telah dipraktikkan dari masa dahulu oleh kerajaan-
kerajaan di kepulauan Indonesia. Pada masa kesultanan-kesultanan Islam, dikenal
jabatan syahbandar dan bendahara yang bertugas memungut bea atas barang-barang
yang diperdagangkan di pelabuhan. Di Mataram, dikenal gerbang-gerbang cukai di
pedalaman yang untuk dapat melintasinya, dipungut iuran tertentu.

Kepabeanan pada masa VOC dimulai saat Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon
Coen mengundangkan tarif bea masuk yang pertama di Batavia pada tanggal 1
Oktober 1620. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, didirikan De Dienst der
Invoer en Uitvoer Rechten en Accijnzen (I.U&A), sebuah jawatan di bawah
Departemen Keuangan.

Pada masa ini, tidak hanya kepabeanan saja yang diurus oleh Dinas I.U&A,
melainkan juga cukai. Petugas bea-cukai pada masa ini dikenal sebagai douane,
mantriboom, atau tolenaar.

Pada masa pemerintahan Jepang, pulau Jawa dan Madura di bawah kendali
pemerintahan militer Angkatan Darat (Gun) Kekaisaran Jepang ke-16 dengan ibu
kota di Jakarta. Sementara di Sumatra oleh AD Kekaisaran Jepang ke-25. Pulau-
pulau lainnya di bawah pemerintahan Kaigun (Angkatan Laut) Kekaisaran Jepang
dengan ibu kota di Makassar. Untuk Jawa dan Madura, pemerintahan Jepang yang
disebut Gunseikanbu mengeluarkan Osamu Serei (Undang-Undang) Nomor 13
tahun 1942 yang dalam Pasal 1 angka 2-nya disebutkan bahwa “untuk sementara
waktu bea tidak usah diurus”. Pada saat itulah kegiatan kepabeanan dibekukan,
sehingga hanya cukai saja yang dijalankan.

Cukai berada satu bagian dengan jawatan pajak pemerintahan Jepang di bawah
departemen keuangan yang bernama Zaimubu. Sebagian pegawai bea dan cukai
Indonesia zaman Belanda pada masa ini disalurkan ke jawatan pelabuhan.
Sementara itu, tidak diketahui bagaimana kebijakan kepabeanan dan cukai di
Sumatra dan wilayah lainnya. Meskipun besar kemungkinan, urusan kepabeanan
juga dibekukan mengingat saat itu terjadi blokade internasonal terhadap
perdagangan luar negeri Jepang.

29
Model Zaimubu di Jawa dan Madura inilah yang diadopsi oleh para pendiri
bangsa ketika merumuskan bentuk Departemen Keuangan setelah proklamasi.
Bentuk ini baru dirumuskan setelah 25 September 1945 setelah pengangkatan A.A.
Maramis sebagai Menteri Keuangan. Karena mengadopsi Zaimubu, wajar jika pada
awalnya urusan kepabeanan tidak diikutsertakan. Setelah itu mulai tanggal 1
November 1945, urusan Bea masuk Departemen Keuangan bagian Pajak.

Pada tahun 1946, Pejabatan Pajak direorganisasi menjadi tiga pejabatan: Pajak,
Pajak Bumi, dan Bea dan Cukai. Di saat inilah istilah Pejabatan Pajak baru dapat
dianalogikan dengan Ditjen Pajak sekarang ini, karena tidak lagi membawahkan
pajak, bea dan cukai, serta pajak bumi. Saat itulah Bea dan Cukai menjadi unit
eselon I di bawah Menteri Keuangan.

Setelah reorganisasi terjadi, Menteri Muda Keuangan, Mr. Sjafruddin


Prawiranegara menunjuk Mr. R.A. Kartadjoemena sebagai Kepala Pejabatan Bea
dan Cukai yang pertama yakni pada tanggal 1 Oktober 1946. Pada saat itulah,
tanggal 1 Oktober 1946 diyakini sebagai hari lahirnya Bea Cukai Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1948, istilah Pejabatan


Bea Cukai berubah menjadi nama menjadi Jawatan Bea dan Cukai, yang bertahan
sampai tahun 1965. Setelah tahun 1965 hingga sekarang, namanya menjadi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).

2.4.2 Bidang Usaha Direktorat Jenderal Bea & Cukai


Sesuai Undang-Undang yang ada, adapaun lingkup bidang usaha dari instansi
ini adalah di bidang kepabeanan dan cukai.  Kepabeanan sendiri berarti segala
sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk
atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.

Sedangkan cukai berarti pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-


barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik tertentu, yaitu: konsumsinya
perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan
dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu
pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan.

30
2.4.3 Fungsi Ditjen Bea Cukai
Ditjen Bea Cukai memiliki tugas pokok menyusun perumusan dan
pelaksanaan kebijakan yang mencakup pengawasan penegakan hukum, pelayanan
dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai. Mengacu pada
laman resmi Ditjen Bea Cukai, lembaga kepabeanan Indonesia ini memiliki fungsi
umum antara lain:

1. Merumuskan kebijakan dalam penegakan hukum, pelayanan dan pengawasan


serta optimalisasi penerimaan negara bidang kepabeanan dan cukai.
2. Melakukan pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi
penerimaan negara bidang kepabeanan dan cukai.
3. Menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria mengenai pengawasan,
penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang
kepabeanan dan cukai.
4. Memberikan bimbingan teknis dan supervisi mengenai pengawasan,
penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara bidang
kepabeanan dan cukai.
5. Melakukan pemantauan, mengevaluasi, dan melaporkan terkait pengawasan,
penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang
kepabeanan dan cukai.
6. Pelaksanaan administrasi kepabeanan.
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri keuangan.
Jika dirinci, Ditjen Bea Cukai memiliki fungsi utama sebagai berikut:

1. Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui penerapan fasilitas


bidang kepabeanan dan cukai yang tepat sasaran.
2. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan memperlancar
logistik ekspor dan impor melalui penyederhanaan prosedur kepabeanan dan
cukai serta penerapan sistem manajemen risiko yang handal.
3. Melindungi masyarakat, industri dalam negeri dan kepentingan nasional
melalui pengawasan serta melakukan pencegahan terkait masuknya barang
impor dan keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya
yang dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi.

31
4. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor dan kegiatan di bidang
kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui penerapan
sistem manajemen risiko yang handal, intelijen, dan penyidikan yang kuat,
serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat.
5. Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi, peredaran dan
konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat
membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban, dan keamanan masyarakat
melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan
keseimbangan.
6. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar, dan
cukai guna menunjang pembangunan nasional.
2.4.4 Peranan Direktorat Jenderal Bea & Cukai dalam Kegiatan Ekspor Impor
Seperti diketahui bahwa perkembangan perdagangan internasional, baik yang
menyangkut kegiatan di bidang impor maupun ekspor akhir-akhir ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Pesatnya kemajuan di bidang tersebut ternyata
menuntut diadakannya suatu sistem dan prosedur kepabeanan yang lebih efektif dan
efisien serta mampu meningkatkan kelancaran arus barang dan dokumen. Dengan
kata lain, masalah birokrasi di bidang kepabeanan yang berbelit-belit merupakan
permasalahan yang nantinya akan semakin tidak populer.
Adanya kondisi tersebut, tentunya tidak terlepas dari pentingnya pemerintah
untuk terus melakukan berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi terutama dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Apalagi dengan adanya
berbagai prakarsa bilateral, regional, dan multilateral di bidang perdagangan yang
semakin diwarnai oleh arus liberalisasi dan globalisasi perdagangan dan investasi,
sudah barang tentu permasalahan yang timbul di bidang perdagangan akan semakin
kompleks pula.
Perubahan-perubahan pada pola perdagangan internasional yang menggejala
dewasa ini pada akhirnya akan memberikan peluang yang lebih besar bagi negara
maju untuk memenangkan persaingan pasar. Disamping itu, pola perdagangan juga
akan berubah pada konteks Borderless World, atau paling tidak pada nuansa
liberalisasi perdagangan dan investasi dimana barriers atas perdagangan menjadi
semakin tabu.

32
Untuk itu, kebijaksanaan Pemerintah dengan disahkannya UU No.10/1995
tentang Kepabeanan yang telah berlaku secara efektif tanggal 1 April 1997, yang
telah direvisi dengan UU No. 17/2006 tentang perubahan Undang-Undang
Kepabeanan, jelas merupakan langkah antisipatif yang menyentuh dimensi strategis,
substantif, dan essensial di bidang perdangangan, serta diharapkan mampu
menghadapi tantangan-tantangan di era perdagangan bebas yang sudah diambang
pintu.
Pemberlakuan UU No.10/1995 tentang Kepabeanan juga telah memberikan
konsekuensi logis bagi DJBC berupa kewenangan yang semakin besar sebagai
institusi Pemerintah untuk dapat memainkan perannya sesuai dengan lingkup tugas
dan fungsi yang diemban, dimana kewenangan yang semakin besar ini pada
dasarnya adalah keinginan dari para pengguna jasa internasional ( termasuk dengan
tidak diberlakukannya lagi pemeriksaan pra-pengapalan atau pre-shipment
inspection oleh PT. Surveyor Indonesia, dan sepenuhnya dikembalikan kepada
DJBC), yang nota bene bahwa kewenangan tersebut adalah kewenangan Customs
yang universal, serta merupakan konsekuensi logis atas keikutsertaan Indonesia
dalam meratifikasi GATT Agreement maupun AFTA, APEC, dan lain-lain.
Berbagai langkah persiapan telah dan terus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan kerangka acuan yang diinginkan oleh ICC yang pada dasarnya
mengajukan kriteria-kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh Customs yang sifatnya
modern.
Dengan beralihnya fungsi dan misi dari Tax Collector menjadi Trade
Facilitator , maka sebagai institusi global, DJBC masa kini dan masa depan harus
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat umum yang bercirikan save time,
save cost, sefety, dan simple. Semua ciri tersebut harus menjadi bagian yang integral
dari sistem dan prosedur kepabeanan, jika DJBC ingin berperan dalam upaya
pembangunan ekonomi secara umum dalam era persaingan yang semakin tajam, era
liberalisasi perdagangan dan investasi serta globalisasi dalam arti seluas-luasnya.
Sejalan dengan itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik dari segi
perlindungan terhadap Intellectual Property Rights, anti dumping, anti subsidi, self
Assessment, maka secara ringkas DJBC diharapkan dapat do more with less
( berbuat lebih banyak dengan biaya lebih rendah ). DJBC juga dituntut untuk
melakukan pelayanan yang time sensitive, predictable, available ( saat dibutuhkan )
dan adjustable.

33
Totalitas pelayanan ini kerangka dasarnya bersumber pada fenomena speed
dan flexibility sebagai formula penting. Hal yang terpenting adalah bagaimana
mengubah visi masa lalu yang amat dominan bahwa revenue collection dan law
enforcement akan selalu mengakibatkan terhambatnya arus barang sehingga akan
menimbulkan High Cost Economy yang pada konsekuensi selanjutnya
mengakibatkan produk-produk dalam negeri tidak mampu bersaing di area
perdagangan internasional. Selain itu, perlu juga diketahui bahwa bussiness
operation akan semakin tergantung pada performance Customs dimanapun.
Effisiensi usaha mereka juga tergantung pada mutu dan kecepatan pelayanan
Customs. Kegagalan Bea dan Cukai dalam menekan High Cost Economy tidak saja
akan mengakibatkan kegagalan ekonomi Indonesia untuk menjerat oppotunity,
mengubah keuntungan komparatif menjadi keuntungan kompetitif, tetapi juga secara
substansial dapat mengakibatkan larinya para investor yang semula akan melakukan
investasinya di Indonesia dengan segala implikasi ekonomis negatif lainnya.
Keinginan dan tuntutan dari para pengguna jasa internasional tersebut adalah
syarat mutlak yang harus dipenuhi, dan sudah menjadi kewajiban moral bagi DJBC
untuk melakukan berbagai perubahan yang cukup mendasar, baik dari segi
penyempurnaan organisasi dan tatalaksana DJBC, simplifikasi dan sekaligus
transparansi sistem dan prosedur Kepabeanan, serta pengembangan kualitas sumber
daya manusia, sehingga diharapkan nantinya terdapat suatu keselarasan dengan jiwa
dan kepentingan dari UU Kepabeanan itu sendiri. Sebagai produk hukum nasional
yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka bentuk UU Kepabeanan yang
bersifat proaktif dan antisipatif ini sangatlah sederhana namun memiliki jangkauan
yang lebih luas dalam mengantisipasi terhadap perkembangan perdagangan
internasional.
Hal-hal baru berupa kemudahan di bidang kepabeanan juga diatur, seperti
penerapan sistem self Assessment, dan Post entry Audit yang merupakan back-up
sistem atas sistem self Assessment. Post audit yang tidak lain bertujuan untuk
mengetahui tingkat kepatuhan dari para pengguna jasa, ternyata juga mampu
berperan ganda yaitu mengoptimalkan penerimaan negara dan meningkatkan
kelancaran arus barang.
Disamping itu, untuk memberikan alternatif kepada para pengguna jasa dalam
penyerahan pemberitahuan pabean, diterapkan pula EDI-system atau yang lebih
dikenal dengan Electronic Data Interchange.

34
Adanya kemudahan-kemudahan di bidang kepabeanan ini juga telah
menunjukkan kesungguhan DJBC untuk benar-benar serius dalam melakukan
reposisi peran dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas kualitas pelayanan,
khususnya kepada para pengguna jasa kepabeanan.
Indonesia merupakan negara terbesar ke-14 di dunia dengan luas wilayah + 1,9
juta2. Wilayah Indonesia terdiri dari banyak kepulauan yang dihubungkan dengan
perairan berupa laut. Saat ini, Indonesia juga dikategorikan sebagai negara
berkembang. Untuk itu, diperlukan fungsi pelayanan dan pengawasan yang
berhubungan dengan kebijakan fiskal untuk meningkatkan perekonomian dan
melindungi masyarakat Indonesia.
Bea dan cukai ada di Indonesia untuk menjadi institusi yang berfungsi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melindungi Indonesia dari masuknya
barang-barang yang terkena larangan dan pembatasan (lartas). Bea dan cukai yang
dikenal saat ini merupakan instansi yang dapat dipercaya masyarakat dalam
pelayanan maupun pengawasan. Hal tersebut didukung dengan adalah pelayanan
prima (Service Level Agreement). Bea dan cukai telah banyak melakukan perbaikan
baik dari dalam instansi sendiri atau dari luar instansi seperti pengaduan masyarakat.
Bea dan cukai memiliki visi yang luar biasa hebat, yaitu menjadi institusi
kepabeanan dan cukai terkemuka di dunia. Visi tersebut dicerminkan dengan cita-
cita yang tinggi melalui penetapan target yang menantang dan terus menerus
terpelihara di masa depan. Visi bea dan cukai tersebut dilakukan dengan
menjalankan beberapa langkah spesifik seperti, memfasilitasi perdagangan dan
industri, menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat dari penyelundupan dan
perdagangan internasional, dan mengoptimalkan penerimaan negara di sektor
kepabeanan dan cukai. Langkah-langkah yang dilakukan tersebut bertujuan untuk
memajukan negara Indonesia dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian
Indonesia.
Bea dan cukai memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan erat dengan
pengelolaan keuangan negara. Sebagaimana yang telah kita ketahui penerimaan
terbesar negara didapatkan dari sektor perpajakan yang didalamnya terdapat bea
masuk dan cukai yang dikelola bea dan cukai. Selain itu, bea cukai juga berfungsi
untuk mengawasi kegiatan ekspor dan impor, dan peredaran barang kena cukai.
Seiring dengan perkembangan zaman, bea dan cukai berfungsi untuk memfasilitasi
perdagangan dengan memberikan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai.

35
Untuk memberikan fasilitas dan pelayanan yang prima, bea cukai membuat
sebuah sistem untuk memudahkan para pengguna jasa. Bea dan cukai membuat
sistem yang dapat digunakan secara online sehingga membuat pelayanan menjadi
lebih efektif dan efisien. Bea dan cukai juga menjalankan sistem penjaluran. Jalur
tersebut dibagi menjadi 3, yaitu jalur hijau, kuning, dan merah. Adapun tujuan
penjaluran adalah untuk mempermudah dan mempercepat pengeluaran barang.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bea dan cukai berperan besar
bagi bangsa Indonesia. Bea dan cukai mengelola keuangan negara dan
melaksanakan penerimaan negara melalui bea masuk dan cukai. Bea dan cukai juga
memfasilitasi perdagangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Namun demikian, bea dan cukai tidak melupakan fungsi pengawasan
terhadap barang yang dilarang atau dibatasi serta barang yang dapat mengganggu
perekonomian bangsa Indonesia.
Adapun peranan dan manfaat Bea Cukai dalam perdagangan internasional
adalah sebagai berikut:
1. Mengatur dan Mengawasi Penerimaan Negara dari Sektor Impor dan
Cukai (Revenue Collection)
Berperan penting dalam mengawasi dan mengatur penerimaan negara baik
dari pemungutan Bea Masuk, Bea Keluar dan sektor pajak impor. Selain itu
Bea Cukai juga memiliki manfaat melancarkan arus barang dari transaksi
perdagangan internasional atau trade facilitation.
2. Melaksanakan Kebijakan Penegakan Hukum dan Perlindungan
Bea Cukai juga memiliki peran sebagai penjaga dan pemegang kebijakan
untuk melindungi. Dengan kebijakan penegakan hukum yang adil dan tepat
maka Bea Cukai melarang barang-barang pembatasan, ilegal dan berbahaya
seperti narkotika sehingga tidak membuat dampak buruk untuk penerimaan
negara.
3. Memberikan Bimbingan Teknis dan Arahan bagi Pengusaha
Peranan Bea Cukai yang lain adalah memberikan arahan atau bimbingan
teknis bagi pengusaha terutama pengusaha baru yang masih asing menghadapi
alur perdagangan internasional. Bimbingan bisa berupa pemberitahuan tentang
aturan yang berlaku, tuntutan kepatuhan atau edukasi seperti coaching clinic.
4. Memfasilitasi Transaksi Perdagangan Internasional

36
Sebagai instansi yang memfasilitasi transaksi perdagangan internasional lewat
pemberian fasilitas kepabeanan dan cukai juga membantu menciptakan iklim
usaha yang sehat bagi pertumbuhan industri melalui pencegahan unfair
trading. Sehingga posisi pengusaha bukan sebagai lawan dari instansi yang
menjalankan Bea Cukai namun sebaliknya mewakili kedua pihak yang saling
berkaitan dan melengkapi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kementerian Perdagangan memiliki fungsi dalam menjalankan tugas dan bidangnya,
diantaranya: Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penguatan dan pengembangan

37
perdagangan dalam negeri, pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan
pengendalian mutu barang, Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang
perdagangan, Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan
Kementerian Perdagangan, dsb.

KADIN atau Kamar Dagang dan Industri Indonesia merupakan organisasi yang
didirikan pada tanggal 24 September 1968. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang
Kamar Dagang dan Industri menetapkan bahwa seluruh pengusaha Indonesia di bidang
usaha negara, usaha koperasi dan usaha swasta secara bersama-sama membentuk
organisasi Kamar Dagang dan Industri sebagai wadah dan wahana pembinaan,
komunikasi, informasi, representasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi pengusaha
Indonesia, dalam rangka mewujudkan dunia usaha Indonesia yang kuat dan berdaya saing
tinggi. Beberapa bidang usaha yang dimiliki oleh KADIN diantaranya meliputi:
Pengembangan dan pertanian dan pedesaan, Transportasi, Telematika, Kepariwisataan,
Perindustrian dan pertambangan, Energi, Keuangan, Pendidikan, Kesehatan,
Kependudukan, Rekayasa Industri, Jasa real estate, Perhubungan, Pertambangan (minyak,
gas, dan panas bumi), Kelautan, dan bidang jasa lainnya.

PT Sucofindo atau PT Superintending Company of Indonesia (Persero) merupakan


BUMN yang didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Societe Generale de
Surveillance Holding SA (SGS) pada tanggal 22 Oktober 1956. PT Sucofindo memiliki 5
(lima) bidang usaha, diantaranya: Inspeksi dan Audit, Pengajuan dan Analisis, Sertifikasi,
Pelatihan, dan juga Konsultasi. Peran Sucofindo sebagai perusahaan pemastian bagi dunia
industri dan perdagangan karena PT Sucofindo merupakan salah satu perusahaan
pemastian yang kegiatannya diantaranya yaitu inspeksi, pengujian, dan sertifikasi di
Indonesia.

Ditjen Bea Cukai memiliki tugas pokok menyusun perumusan dan pelaksanaan
kebijakan yang mencakup pengawasan penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi
penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai. Bea dan cukai ada di Indonesia untuk
menjadi institusi yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
melindungi Indonesia dari masuknya barang-barang yang terkena larangan dan
pembatasan (lartas). Bea dan cukai yang dikenal saat ini merupakan instansi yang dapat
dipercaya masyarakat dalam pelayanan maupun pengawasan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dukung Prioritas Nasional, Kementerian Perdagangan Tetapkan Dua Kebijakan


Utama Dalam RKP. Diakses pada tanggal 21 Mei 2021 dari
https://www.kontan.co.id/

Anonim. Kementerian Perdagangan. Diakses pada tanggal 21 Mei 2021 dari


https://www.kompas.id/

39
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tugas dan Fungsi. Diakses pada tanggal 21
Mei 2021 dari https://www.kemendag.go.id/id

Sucofindo. Sejarah Singkat SUCOFINDO. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari
https://www.sucofindo.co.id/id/sejarah-singkat-sucofindo

Sucofindo. Sertifikasi. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari


https://www.sucofindo.co.id/id/sertifikasi

Sucofindo. Pelatihan. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari


https://www.sucofindo.co.id/id/pelatihan

Sucofindo. Konsultasi. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari


https://www.sucofindo.co.id/id/konsultansi

Sucofindo. Inspeksi dan Audit. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari
https://www.sucofindo.co.id/id/inspeksi-dan-audit

Sucofindo. Pengujian dan Analisis. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari
https://www.sucofindo.co.id/id/pengujian-dan-analisis

Bea Cukai. Sejarah Bea Cukai, Tugas, dan Fungsinya. Diakses pada tanggal 24 Mei 2021
dari https://www.beacukai.go.id/

Bea Cukai. Peran Bea Cukai bagi Indonesia. Diakses pada tanggal 24 Mei 2021 dari
https://www.beacukai.go.id/

40
PERTANYAAN

1) Pertanyaan Putri Azizah


Apakah saat ini kadin dapat menjamin adanya kegiatan ekspor dalam rangka
mendorong produksi dalam negeri ?
Jawab
Dalam kondisi pandemi seperti ini, menurut KADIN meskipun ada stagnansi
perdagangan dengan beberapa negara, namun neraca dagang Indonesia masih bisa
surplus. Contohnya perdagangan Indonesia-Amerika Serikat saat ini. Bahwa faktanya
Ekspor ke AS sangat penting karena porsinya masih ada 11-11,5 persen. Memang ada
stagnasi perdagangan dengan AS meski neraca dagang tetap surplus, tetapi ini harus
dikembangkan.
Informasi dari Kepala KADIN, menurut Rosan untuk meningkatkan ekspor ke
AS tidak harus dilakukan oleh perusahaan besar, namun juga dapat dilakukan oleh
usaha berskala UMKM ataupun eksportir pemula. Kesempatan ini dibutuhkan
keberanian para pelaku UMKM untuk menjadi bagian dari rantai pasok produk global
dan masuk pasar internasional contohnya AS.
Memang tantangannya besar tapi kita harus dorong mereka lebih melek
digital, dan konsisten terhadap standarisasi produk. Ada berbagai diaspora yang bisa
mendukung kegiatan ini dan mereka dapat menjadi penghubung pemberi informasi
dan juga fasilitator. Sekaligus menjadi etalasi bagi penduduk setempat untuk lebih
memahami produk Indonesia

2) Pertanyaan dari Tanisha Sudarta


Dalam kondisi pandemi covid seperti ini, otomatis hal itu jga berdampak pada
kegiatan ekonomi. Adakah peran kadin sebagai salah satu organisasi penjamin
usaha dalam rangka memberi usulan kebijakan pemerintah yang berdampak
pada perekonomian?
Jawab
Berhubungan dengan pandemi covid saat ini, sebenarnya tidak terlalu
menganggu kegiatan ekonomi. Karena, suplai sama demand lagi turun dan otomatis

41
produksi mengikuti menurun. Jadi kegiatan produksi tidak full capacity seperti
biasanya dan bisa bergantian shift. Karena memang semua kondisi sedang melemah,
jadi dipastikan semua sesuai dengan kebutuhan pasar saja.
Sebagai pihak yang memiliki peranan dalam mengusulkan kebijakan, Kepala
KADIN Rosan mengusulkan insentif relaksasi seperti penundaan pajak penghasilan
(PPh) Pasal 21, 22, dan 25 diperluas ke seluruh industri dan tidak hanya manufaktur.
Alasannya dikarenakan pandemi Covid-19 tidak hanya melanda manufaktur, juga
sektor perdagangan dan pariwisata.
Dari beberapa kebijakam yang dianggap dapat diusulkan kepada pemerintah
dari KADIN, yaitu antara lain :
1. Pemerintah dapat mendorong perbankan untuk melakukan relaksasi
pembayaran pokok utang perusahaan dengan izin Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
2. Selanjutnya, pemerintah dan perbankan dapat menguatkan
perekonomian dari unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Salah satu caranya adalah dengan memberikan modal usaha dengan
bunga yang rendah dan memundurkan pembayarannya hingga enam
bulan, untuk memberi keringanan pada sektor usaha dalam mengolah
dana tersebut.

3) Pertanyaan dari Riana Ambar


Pada bidang usaha yang dipunya sucofindo itu pengujian dan analisis ya, jika
saya ingin mengajukan pengujian terhadap barang yang saya punya halal atau
tidak, apakah sucofindo bisa melakukan pengujian tersebut?
Jawab
PT. SUCOFINDO bisa melakukan pengujian suatu barang halal atau tidaknya,
karna PT sucofindo itu sendiri ditunjuk langsung oleh badan penyelenggara jaminan
produk halal (BPJPH) kementrian agama yang dimana ditugaskan sebagai lembaga
pemeriksa halal. dan juga diresmikan oleh 9 deputi bidang rekruterisasi dan
pengembangan usaha kementrian BUMN lalu ada juga kepala badan penyelenggara
jaminan produk halal, lalu jejeran direksi PT sucofindo.
Lalu PT sucofindo pun juga merilis aplikasi lembaga pengujian halal untuk
registrasi online untuk sertifikasi halal. aplikasi ini bertujuan untuk memudahkan para

42
pelaku usaha melakukan proses registrasi dan pengajuan untuk dilakukan
pemeriksaan halal.
Jadi kesimpulannyan PT sucofindo mampu melakukan pengujian suatu barang
apakah halal atau tidaknya.

4) Pertanyaan dari Ayu Rahmah


Kalau di Sucofindo tadi disebutin ada jasa audit, konsultasi, sertifikasi,
pelatihan, sama pengujian. Bedanya pengujian dan sertifikasi itu apa sih? Bisa
dijelasin contohnya?
Jawab
Kalau sertifikasi itu berarti adanya jaminan tertulis berupa sertifikat dari pihak
ketiga yang independen, seperti dari PT Sucofindo (persero). Sertifikat juga
menjelaskan bahwa suatu produk beserta proses produksinya telah memenuhi
persyaratan seperti kualitas, parameter, atau standar tertentu. Misalnya : sertifikasi
untuk makanan organik: parameternya adalah apakah kualitas produk sesuai standar
dan bahan makanan tidak mengandung pestisida. Adapun sertifikasi untuk produk
farmasi dan obat-obatan, standarnya adalah kualitas manfaat dan keamanan dari
produk tersebut.
Tapi kalau pengujian itu adalah proses pemastian kualitas produk terhadap
suatu persyaratan standar tertentu. Jadi pengujian biasanya merupakan salah satu
langkah untuk memperoleh sertifikasi. Proses pengujian dilakukan dengan mengambil
sampel dari produk yang akan diuji. Misalnya : sertifikasi untuk menentukan apakah
suatu produk masuk kategori halal. Sebelumnya, harus dilakukan pengujian terhadap
produk makanan atau minuman tersebut, apakah benar-benar tidak mengandung
bahan yang diharamkan. Maka di dalam proses pengujian ini tentu dibutuhkan
kemampuan untuk mendeteksi kandungan satu jenis ingredient tertentu di dalam
produk makanan/minuman.
Jadi perbedaan intinya misal di dalam PENGUJIAN itu TIDAK terdapat masa
berlaku/jaminan tertulis untuk jangka waktu tertentu tapi kalau dalam SERTIFIKASI
itu TERDAPAT masa berlaku yakni 3-4thn dengan pengawasan tertentu setiap
tahunnya. Lalu di PENGUJIAN tidak terdapat label pada produknya sedangkan di
SERTIFIKASI terdapat label pada produk contohnya label SNI.

43
5) Pertanyaan dari Satrio Alif
Pada Kadin dan Sucofindo ada bidang konsultasi, di Bea Cukai ada bimbingan
teknis, Batasan mana yang menyatakan bahwa ini punya Kadin, Sucofindo, dan
Bea Cukai sendiri?
Jawab
Peranan dalam bimbingan teknis, konsultasi dalam berbagai bidang tersebut
memiliki peranan tersendiri, sesuai dengan fungsi dari jenis bidangnya. Dalam
KADIN bimbingan konsultasi disini merupakan bimbingan atau layanan dari Kadin
dalam membantu pemerintah dan pengusaha yang berniat akan melakukan kegiatan
perdagangan ekspor impor berupa informasi mengenai tata cara, hukum, kebijakan
dan lainnya yang berlaku diantara berbagai negara tujuan. Bidang Sucofindo akan
melakukan tugas survey terhadap barang yang akan diekspor ataupun impor untuk
menguji apakah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Kalau untuk
Dirjen Bea Cukai hanya sebatas sebagai pengawas lalu lintas barang masuk & keluar
daerah pabaean serta pembayarannya; memberikan bimtek dan edukasi seperti
coaching kepada pengusaha yang masih awam tentang perdagangan internasional; dan
sebagai fasilitator antara pedagang & pembeli.

6) Pertanyaan dari Auratul


Ketika berangkat ke LN, membawa barang-barang mahal dan berencana akan
membawanya ke Indonesia, bagaimana agar barang tersebut tidak dikenakan
bea masuk nantinya?
Jawab
Agar tidak dicurigai saat kembali ke Indonesia, maka sebelum keberangkatan
ke Luar Negeri kita harus meminta dan mengisi formulir Surat Pemberitahuan
Membawa Barang (SPMB) di terminal keberangkatan. Jadi, saat kembali ke Indonesia
dan ditanyakan mengenai barang mahal tsb tinggal tunjukkkan saja SPMB bahwa
barang tersebut bukanlah oleh-oleh melainkan barang kita sendiri.

44

Anda mungkin juga menyukai