Dosen Pengampu :
Nurul Hasanah, S.ST., M.Si.
Penyusun :
Fairuz Nuryana Hadiyanti (1804411005)
Fitria Nur Melly (1804411032)
Luthfiah Karim (1804411046)
Muhammad Ziya Ulhaq (1804411049)
Rifa Amalia (1804411017)
KPS 6A
PROGRAM STUDI D4 KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Ekspor Impor yang berjudul “Peranan Kementerian Perdagangan Kadin, Sucofindo dan
Dirjen Bea Cukai Dalam Kegiatan Ekspor Impor ”.
Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi
para pembaca. Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Nurul Hasanah, S.ST., M.Si. selaku Dosen mata kuliah Manajemen
Ekspor Impor dan terima kasih kepada teman – teman yang membantu penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah Manajemen Ekspor Impor ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................7
1.3 Tujuan dan Manfaat......................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................8
2.1 Kementrian Perdagangan..............................................................................................8
2.1.1 Sejarah Singkat Kementerian Perdagangan...............................................................8
2.1.2 Bidang Usaha Kementerian Perdagangan................................................................12
2.1.3 Peranan Kementerian Perdagangan dalam Kegiatan Ekspor Impor........................14
2.2 KADIN.......................................................................................................................15
2.2.1 Sejarah KADIN........................................................................................................15
2.2.2 Bidang Usaha KADIN.............................................................................................17
2.2.3 Peran KADIN dalam kegiatan Ekspor Impor..........................................................17
2.3 SUCOFINDO.............................................................................................................20
2.3.1 Sejarah Singkat SUCOFINDO................................................................................20
2.3.2 Bidang Usaha SUCOFINDO...................................................................................21
2.3.3 Peranan SUCOFINDO dalam Kegiatan Ekspor Impor...........................................23
2.3.4 Tugas dan Fungsi SUCOFINDO.............................................................................25
2.4 Bea Cukai...................................................................................................................28
2.4.1 Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Bea & Cukai...................................................28
2.4.2 Bidang Usaha Direktorat Jenderal Bea & Cukai.....................................................30
2.4.3 Fungsi Ditjen Bea Cukai..........................................................................................30
2.4.4 Peranan Direktorat Jenderal Bea & Cukai dalam Kegiatan Ekspor Impor..............31
BAB III PENUTUP.................................................................................................................37
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................37
PERTANYAAN......................................................................................................................40
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1. Pertama, ekspor – impor mempunyai ciri yang memberikan keuntungan kepada
kedua belah pihak dan kemungkinan pihak ketiga.
2. Kedua, ekspor – impor merupakan peluang bagi semua orang atau badan hukum
untuk melakukannya.
3. Ketiga, kedua bidang ini memerlukan kecepatan, ketepatan waktu dan kelancaran
arus barang.
4. Keempat, ekspor – impor tidak terlepas dari adanya campur tangan pemerintah
berupa kebijakan-kebijakan, pengendalian maupun pengawasan.
5. Kelima, ekspor – impor terkait perputaran (turn over) uang, barang dan jasa.
6. Keenam, bidang tersebut memerlukan tenaga-tenaga yang berkompetensi,
terampil dalam menangani masalah.
Dalam dunia ekspor impor pasti ada peran suatu lembaga ataupun instansi yang
menjadi perantara adanya perdagangan beda dua negara tersebut, dikarenakan selama
berlangsungnya kegiatan tersebut merupakan pertemuan subyek-subyek hukum, bahasa,
ketentuan barang dan lainnya sehingga transaksi yang dilakukan terjamin prosesnya dari
awal hingga akhir. Tanpa adanya peran dari lembaga ataupun instansi, kompleksitas
transaksi yang terjadi selama ekspor impor mungkin akan terasa rumit dipahami oleh para
eksportir ataupun importir. Selain dari peraturan antar negara yang harus dipahami,
kredibilitas pihak pembeli atau penjual yang harus diyakini, ada baiknya pula mengetahui
pihak-pihak yang yang terlibat dalam masalah transaksi ekpor impor. Dimulai dari tahap
negoisasi, eksekusi, hingga transaksi seluruhnya melibatkan instansi yang menjadi
jembatan proses ekspor impor. Kira-kira terdapat 10 lembaga atau instansi yang terlibat
dalam kegiatan ekspor impor, yaitu :
1. Penjual (Exportir) sebagai Agent dari Exportir atau disebut juga Trader.
2. Pembeli (Importir) sebagai Agent dari Importir atau disebut juga Trader.
5
3. Bank atau Lembaga keuangan lainnya sebagai fasilitator pembayara, keuangan
dan penjaminan.
4. Asuransi sebagai institusi penjaminan risiko.
5. Maskapai Pelayaran / Penerbangan sebagai Agent.
6. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) sebagai penghubung antara eksportir
dengan pelayaran dalam hal pengangkutan dan dokumentasi ekspor.
7. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)
8. Bea Cukai sebagai gerbang keluar masuknya barang.
9. Surveyor sebagai lembaga survei jika dibutuhkan.
10. Departemen pemerintahan terkait : Deperindag, Kadin, Depkes/BPOM, Dirjen
pajak/ KPKN dan legalisasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.
11. Consulate sebagai pelegalisasi ke beberapa negara tertentu.
12. Badan sertifikat lainnya.
Peran-peran lembaga atau instansi sebagai tenaga ahli yang memahami alur transaksi
di Indonesia sendiri terbagi sesuai pada fungsi dan tujuan peran proses perdagangan
internasional, seperti Kementerian Perdagangan, KADIN, Sucofindo, dan Dirjen Bea
Cukai. Lembaga tersebut memiliki peran yang berbeda baik itu dalam perizinan barang
masuk dan keluar, penyambung komunikasi antar negara, pemerhati kebijakan
perdagangan internasional, pemeriksa barang masuk serta pajak yang dikenakan dan yang
lainnya.
Secara singkat dalam tugasnya, Kementerian perdagangan mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. KADIN Indonesia sebagai wadah dan
wahana komunikasi, informasi, representasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi pengusaha
Indonesia, antara para pengusaha Indonesia dan pemerintah, dan antara para pengusaha
Indonesia dan para pengusaha asing, mengenai hal - hal yang berkaitan dengan masalah
perdagangan, perindustrian, dan jasa dalam arti luas yang mencakup seluruh kegiatan
ekonomi, dalam rangka membentuk iklim usaha yang bersih, transparan dan profesional,
serta mewujudkan sinergi seluruh potensi ekonomi nasional. Sucofindo merupakan
perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa pemastian tepatnya lima kegiatan utama.
Kegiatan usaha tersebut meliputi inspeksi, pengujian, sertifikasi, pelatihan, dan konsultasi.
Dan Dirjen Bea Cukai mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi
6
penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka perlu untuk mengenal lebih jauh
mengenai lembaga atau instansi tersebut yang berpengaruh dalam kegiatan ekspor impor
barang impor melalui makalah “Peranan Kementerian Perdagangan, KADIN, Sucofindo,
dan Dirjen Bea Cukai dalam Kegiatan Ekspor Impor”.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Pada Kabinet Hatta Periode pertama yang kembali seperti awal pembentukan
kabinet dengan sistem presidensiil, saat itu menteri yang menjabat yaitu Sjafroeddin
Prawiranegara hingga 4 Agustus 1949. Selanjutnya pada Kabinet Hatta periode
8
kedua pada 4 Agustus – 20 Desember 1949 Ir. Indratjaja digantikan oleh I.J. Kasimo
hingga akhir Kabinet RIS dengan sistem parlementer, sejak tanggal 20 Desember
1949 – 21 Januari 1950. Kemudian pada Kabinet Halim (RI Yogyakarta) sektor
industri dan perdagangan berubah menjadi Kementerian Perdagangan dan
Perindustrian dan dipimpin oleh Mr. Tandiono Manoe. Masuk pada kabinet Natsir
terjadi perubahan dalam kabinet dan saat itu dipimpin oleh Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo.
Pada Kabinet Wilopo berubah kembali tidak menjadi kementerian, sektor
industri dan perdagangan menjadi berada dibawah tanggung jawab Kementerian
Perekonomian yang saat itu dipimpin oleh Mr. Soemanang dan kemudian digantikan
oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisoerjo yang berlangsung selama 5 tahun dan berakhir pada
Kabinet Ali Sastroamidjojo tanggal 9 April 1957. Dalam Kabinet Boerhanuddin
Harahap yang berakhir pada 24 Maret 1956, Menteri Perekonomian dijabt oleh I.J.
Kasimo.
Berikutnya pada Kabinet Karya yang di pimpin oleh Ir. Djoeanda, sektor
industri dan perdagangan dipisahkan, sektor perdagangan dibawah tanggung jawab
Kementerian Perdagangan kemudian sektor industri dibina oleh Menteri
Perindustrian yang dijabat oleh Ir. F.J. Inkiriwang. Lalu masuk pada Kabinet Kerja,
Menteri Muda Perindustrian Rakyat dipimpin oleh Dr. Soeharto dan Menteri Muda
Perindustrian Dasar dan Pembangunan yang dijabat oleh Chairoel Saleh kemudian
dan Menteri Muda Perdagangan dijabat oleh Mr. Arifin Harahap.
Pada tahun 1961 adanya program Pembangunan Nasional Semesta Berencana,
saat itu Dr. Soeharto dan Mr. Arifin Harahap menjabat sebagai Menteri
Perindustrian Rakyat dan Menteri Perdagangan sampai perubahan Kabinet tanggal 6
Maret 1962. Selanjutnya pada Kabinet Kerja IV Menteri Perindustrian dan
Pertambangan dipimpin oleh Chairoel Saleh, lalu Dr. Aziz Saleh yang saat itu
menjabat Menteri Perindustrian Rakyat dan Menteri Perdagangan dipimpin oleh
Adam Malik.
Dalam perjalannya masuk pada Kabinet Dwikora dan pada saat itu
Departemen Perdagangan dan Departemen Koperari berada dibawah naungan
Kementerian Perdagangan yang dijabat oleh Brigjen Achmad Joesoef pada 27
Agustus 1964 – 22 Februari 1966. Kemudian pada Kabinet Dwikora ketiga Menteri
Perdagangan dijabat oleh Ashari Danudirdjo sampai era Kabinet Ampera Pertama
9
yang saat itu sudah masuk pada era Orde Baru pada 17 Oktober 1967 pada era
Kepemimpinan Presiden Soeharto.
10
Mei 1998 Jabatan Menteri kembali digantikan oleh Rahardi Ramelan yang hanya
berselang dua bulan.
Era Reformasi
Pada era Kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) terjadi
beberapa kali perubahan susunan serta komposisi porsonil kabinetnya. Saat itu Jusuf
Kalla ditunjuk sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang kemudian
digantikan oleh Luhut Binsar Panjaitan Jabatan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan. Tidak berjalan lama, kepemimpinan Abdurahman Wahid
diberhentikan oleh MPR RI melalui Sidang Istimewa (SI) pada 23 Juli 2001.
Kemudian Wakil Presiden RI Megawati Soekarno Putri diangkat sebagai Presiden
RI. Jabatan Menteri saat itu dipercayakan kepada Rini Mariani Soemarno yang
memimpin Departemen Perindustrian dan Perdagangan agar dapat menghidupkan
kembali perekonomian bangsa Indonesia dan berakhir pada 2004.
12
jasa, pengendalian, pengelolaan dan fasilitasi impor serta pengamanan
perdagangan, peningkatan akses pasar barang dan jasa di forum internasional,
promosi, pengembangan dan peningkatan produk, pasar ekspor serta pelaku
ekspor, serta pengembangan, pembinaan dan pengawasan di bidang
perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang
komoditas
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan dan pengembangan perdagangan
dalam negeri, pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan
pengendalian mutu barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar
dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan, peningkatan
dan fasilitasi ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa,
pengendalian, pengelolaan dan fasilitasi impor serta pengamanan
perdagangan, peningkatan akses pasar barang dan jasa di forum internasional,
promosi, pengembangan dan peningkatan produk, pasar ekspor serta pelaku
ekspor, serta pengembangan, pembinaan dan pengawasan di bidang
perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang
komoditas
c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di
bidang penguatan dan pengembangan perdagangan dalam negeri,
pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu
barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar,
serta pengawasan kegiatan perdagangan, peningkatan dan fasilitasi ekspor
barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa, pengendalian, pengelolaan
dan fasilitasi impor serta pengamanan perdagangan, promosi, pengembangan
dan peningkatan produk, pasar ekspor serta pelaku ekspor, serta
pengembangan, pembinaan dan pengawasan di bidang sistem resi gudang dan
pasar lelang komoditas.
d. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang perdagangan
e. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Perdagangan
f. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian
Perdagangan
g. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perdagangan
13
h. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perdagangan.
14
penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri serta pengembangan UMKM dan
niaga elektronik.
Kementerian Perdagangan juga akan menguatkan peran perlindungan
konsumen dalam penguatan pasar dalam negeri, peningkatan pemberdayaan
konsumen melalui edukasi dan perlindungan hak konsumen, perlindungan
konsumen pada Perdagangan Berjangka Komoditi, serta penguatan konektivitas dan
Sistem Logistik Nasional.
Beberapa kegiatan yang direncanakan pada 2021 terkait penguatan pasar
dalam negeri, antara lain pembangunan/revitalisasi pasar rakyat; pemberian bantuan
pemasaran dan bantuan sarana usaha; peningkatan penggunaan produk dalam negeri
(Bangga Buatan Indonesia); stabilisasi harga barang kebutuhan pokok menjelang
Hari Besar Keagamaan Nasional; pengawasan barang beredar dan edukasi
konsumen; serta optimalisasi pemanfaatan Sistem Resi Gudang, pasar lelang, dan
pasar berjangka komoditi.
2.2 KADIN
2.2.1 Sejarah KADIN
Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau yang disebut KADIN Indonesia,
adalah salah satu organisasi Indonesia yang bergerak di bidang perekonomian.
Organisasi ini didirikan pada 24 September 1968 dan diatur dalam Undang-undang
Nomor 1 tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri. KADIN Indonesia
merupakan wadah perusahaan Indonesia yang bersifat mandiri. Bukan merupakan
organisasi pemerintah dan bukan organisasi politik. Dalam melakukan kegiatannya
tidak mencari keuntungan. Kadin berfungsi sebagai wadah komunikasi dan
konsultasi antar pengusaha Indonesia dan antara pengusaha Indonesia dengan
pemerintah, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah perdaganga,
perindustrian, dan jasa.Pengusaha Indonesia menyadari sedalam-dalamnya bahwa
dunia usaha nasional yang tangguh merupakan tulang punggung perekonomian
nasional yang sehat dan dinamis dalam mewujudkan pemerataan, keadilan dan
kesejahteraan rakyat, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam
upaya meningkatkan ketahanan nasional dalam percaturan perekonomian regional
dan internasional.
15
Sesuai dengan amanat dan semangat Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
sebagai landasan konstitusional pembangunan di bidang ekonomi, maka pengusaha
Indonesia dengan dilandasi jiwa yang luhur, bersih, transparan, dan profesional,
serta produktif dan inovatif harus membina dan mengembangkan kerja sama
sinergistik yang seimbang dan selaras, baik sektoral dan lintas-sektoral, antar-skala,
daerah, nasional maupun internasional, dalam rangka mewujudkan iklim usaha yang
sehat dan dinamis untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha yang seluas-
luasnya bagi dunia usaha Indonesia dalam ikut serta melaksanakan pembangunan
nasional dan daerah di bidang ekonomi.
24 September 1968
24 September 1987
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri
menetapkan bahwa seluruh pengusaha Indonesia di bidang usaha negara, usaha
koperasi dan usaha swasta secara bersama-sama membentuk organisasi Kamar
Dagang dan Industri sebagai wadah dan wahana pembinaan, komunikasi, informasi,
representasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi pengusaha Indonesia, dalam rangka
mewujudkan dunia usaha Indonesia yang kuat dan berdaya saing tinggi yang
bertumpu pada keunggulan nyata sumber daya nasional, yang memadukan secara
seimbang keterkaitan antar-potensi ekonomi nasional, yakni antar-sektor, antar-skala
usaha, dan antar-daerah, dalam dimensi tertib hukum, etika bisnis, kemanusiaan, dan
kelestarian lingkungan dalam suatu tatanan ekonomi pasar dalam percaturan
16
perekonomian global dengan berbasis pada kekuatan daerah, sektor usaha, dan
hubungan luar negeri.
17
Mewakili suara dan kepentingan dunia usaha beserta seluruh stakeholdernya
yang berkaitan dengan implementasi kebijakan ekonomi di Indonesia
Dalam hal - hal yang berkaitan dengan masalah perdagangan, perindustrian, dan
jasa dalam arti luas yang mencakup seluruh kegiatan ekonomi, dalam rangka
membentuk iklim usaha yang bersih, transparan dan profesional, serta
mewujudkan sinergi seluruh potensi ekonomi nasional
Mitra strategis pemerintah dan dunia usaha
Sebagai wadah dan wahana komunikasi, informasi, representasi, konsultasi,
fasilitasi dan advokasi pengusaha Indonesia, antara para pengusaha Indonesia
dan pemerintah, dan antara para pengusaha Indonesia dan para pengusaha asing
Membantu dunia industri lokal menjadi pemain dunia
Bekerja sama dengan komunitas bisnis internasional untuk meningkatkan
perekonomian nasional seperti Foreign Direct Investment (FDI), ekspor, dan
transfer knowledge and technology bagi dunia usaha di Indonesia
Bekerja bersama serikat pekerja dan dunia pendidikan Indonesia untuk
menciptakan sebanyak-banyaknya tenaga siap pakai yang berkualifikasi
Internasional
Bersama pengusaha kreatif menciptakan sebanyak-banyaknya inovasi dan
teknologi siap pakai
Membantu pemerintah dalam membangun sektor-sektor yang paling strategis
seperti : pangan, perumahan, infrastruktur, energi dan sebagainya
18
d. Memfasilitasi pengembangan tanggungjawab sosial perusahaan;
e. Membudayakan etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance) di kalangan dunia usaha;
f. Membina dan memberdayakan Organisasi Perusahaan dan Organisasi
Pengusaha sehingga mampu berperan optimal dalam pembangunan dunia
usaha;
g. Memberikan akreditasi kepada Organisasi Perusahaan yang akan menerbitkan
sertifikat sesuai dengan kriteria dan prosedur yang ditetapkan KADIN
Indonesia;
h. Memberikan jasa - jasa layanan dalam bentuk pemberian surat keterangan,
penengahan, arbitrase dan rekomendasi mengenai usaha pengusaha Indonesia
termasuk legalisasi surat - surat yang diperlukan bagi kelancaran usahanya;
i. Melaksanakan tugas - tugas yang diberikan oleh pemerintah serta
memperjuangkan berbagai pelimpahan wewenang sesuai dengan semangat dan
jiwa Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri;
j. Meningkatkan efisiensi dunia usaha Indonesia dengan menyediakan pelayanan
di bidang informasi pengembangan usaha, solusi teknologi, sumber daya
manusia (SDM), manajemen kendali mutu (MKM), manajemen energi,
lingkungan dan sebagainya;
k. Mendorong tumbuh kembangnya kewirausahaan dan wirausaha baru serta
mengembangkan bisnis, baik yang memiliki lingkup nasional, regional
maupun internasional.
19
5. Menyelenggarakan dan meningkatkan hubungan dan kerja sama yang saling
menunjang dan saling menguntungkan antar pengusaha Indonesia;
6. Menyelenggarakan upaya memelihara kerukunan di satu pihak lain dengan
mencegah persaingan yang tidak sehat;
7. Menyelenggarakan dan meningkatkan hubungan dan kerjasama antar
pengusaha Indonesia dan pengusaha luar negeri dengan tujuan Pembangunan
Nasional;
8. Menyelenggarakan promosi dalam dan luar negeri, analisis statistic, dan pusat
informasi usaha;
9. Membina hubungan kerja yang serasi antara pekerja dengan pengusaha;
10. Menyelenggarakan upaya menyeimbangkan dan melestarikan alam dalam
upaya pencegahan kerusakan dan pencemaran.
2.3 SUCOFINDO
2.3.1 Sejarah Singkat SUCOFINDO
PT Superintending Company of Indonesia (Persero) yang selanjutnya disebut
SUCOFINDO merupakan perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. Sucofindo juga
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang didirikan pada tanggal 22 Oktober 1956
oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Societe Generale de Surveillance
Holding SA (SGS) di mana perusahaan tersebut ialah perusahaan inspeksi terbesar
di dunia yang berpusat di Jenewa, Swiss.
20
pertanian serta membantu pemerintah dalam menjamin kelancaran arus barang dan
pengamanan devisa Negara dalam perdagangan ekspor impor. Tetapi seiring dengan
perkembangan kebutuhan dunia usaha, Sucofindo juga melakukan invovasi dan
menawarkan jasa-jasa baru terkait kompetensinya.
Pada saat ini, kepemilikan saham Sucofindo 95% dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia dan 5% dimiliki oleh SGS yang sebelumnya juga mengalami perubahan
pada tahun 1961 di mana porsi kepemilikan saham Sucofindo 80% dari Pemerintah
Indonesia dan 20% dari SGS. Sucofindo juga memiliki pelayanan terbaru seperti
warehouse and forwarding, analytical laboratories, industrial and marianne
engineering, dan fumigation and industrial hygiene.
21
c) Audit Kelayakan Penanganan Hewan Ternak
d) Verifikasi / Estimasi Persediaan
e) Pengendalian Hama
f) Inspeksi, Supervisi, dan Pengujian Produk Batu Bara
g) Inspeksi, Supervisi, dan Pengujian Produk Mineral
3) Sertifikasi
Saat ini sistem manajemen telah berkembang dalam banyak aspek
kegiatan perusahaan seperti lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja,
keamanan pangan, keamanan sistem informasi serta mutu produk.
Sucofindo merupakan lembaga sertifikasi dengan cakupan sertifikasi
yang luas dan memperoleh akreditasi secara nasional, serta membantu
perusahaan untuk membuktikan komitmennya terhadap mutu produk,
persyaratan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, tanggung jawab
social serta ketentuan nasional dan internasional. Sucofindo didukung tenaga
handal yang berintregritas, serta mendapatakan pengakuan Nasional dan
Internasional. Terdapat 140 jenis jasa sertifikasi di berbagai sektor.
4) Pelatihan
Sucofindo menyediakan jasa pelatihan dalam bidang sistem manajemen
mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta pengamanan untuk
membantu perusahaan meningkatkan kompetensi personilnya. Pelatihan
peningkatan pengetahuan membagikan pengetahuan dan pengalaman dalam
berbagai aspek bisnis, misalnya sistem manajemen mutu, keselamatan dan
kesehatan kerja, HACCP, dan manajemen pengamanan, Jasa pelatihan teknis
22
mempersiapkan personil - personil untuk segala kegiatan teknis, seperti
pelatihan tanggap darurat dan pengoperasian alat - alat berat. Berikut macam –
macam pelatihan yang diadakan oleh Sucofindo.
a) Pelatihan sistem keamanan pangan (HACCP)
b) Pelatihan penanganan kegiatan laboratorium yang baik untuk produk
mineral dan batubara
c) Pelatihan sistem pangan organik
d) Pelatihan ISO 22000
e) Pelatihan sistem manajemen Produk Pakan Ternak (PDV)
f) Pelatihan 5-S
g) Pelatihan penanganan kebakaran
h) Pelatihan audit internal sistem manajemen terpadu
i) Pelatihan pengenalan ISO 9001 – 2008
j) Pelatihan peran panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3)
k) Pelatihan analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja
l) Pelatihan GMP (Good Manufacturing Practices)
m) Pelatihan minyak sawit lestari (Sustainable Palm Oil)
n) Pelatihan MBNQA (Malcolm Baldrige National Quality Award)
5) Konsultasi
Jasa konsultansi akan membantu perusahaan dalam meningkatkan
kemampuan dan menjawab tantangan di bidang mutu, lingkungan, K3, dan
produktifitas. Sucofindo terdorong untuk menyumbangkan keahlian dan
pengalaman yang dimiliki dalam bentuk layanan konsultasi di berbagai
bidang, seperti konsultasi sistem manajemen, AMDAL, sistem informasi,
kandungan komponen dalam negeri, pengembangan wilayah, infrastruktur dan
tata ruang. Berikut macam – macam jasa konsultasi yang ada pada Sucofindo.
a) Konsultasi pelaksanaan GMP (Good Manufacturing Practices)
b) Penyusunan studi kelayakan proyek pertanian
c) Pemeringkatan lembaga keuangan mikro
d) Konsultasi jasa pertambangan dan infrastruktur
23
e) Konsultasi di bidang produk dan keindustrian minyak dan gas bumi;
Kajian, audit dan monitoring pengelolaan lingkungan terpadu; Analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
f) Konsultasi pengembangan laboratorium
24
Khusus di Kawasan Timur Indonesia, Sucofindo memiliki cabang di
Makassar, Manado,Timika,Tarakan,Denpasar,Palu,dll. Sering dengan pembangunan
berbagi infrastruktur di Indonesia Timur, seperti pembangunan pelabuhan,
Sucofindo dapat membantu dalam proses feasibility study, analisa dampak
lingkungan serta kegiatan lainnya terkait dengan kemaritiman. Untuk bidang
minerba, Sucofindo juga dapat membantu dalam proses konsultansi pembangunan
dan operasional smelter dan menyediakan jasa Mineral Processing dan Coal Bed
Methane (CBM) untuk mendukung peningkatan nilai produk mineral dalam negeri.
25
2.3.4 Tugas dan Fungsi SUCOFINDO
Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : AHU-80823.AH.01.02 Tahun 2008 Tentang
Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, Pasal 3, PT Sucofindo (Persero) melakukan
usaha dibidang Jasa Survey dan Inspeksi serta optimalisasi pemanfaatan sumber
daya yang dimiliki perseroan untuk menghasilkan barang dan / atau jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saling kuat untuk mendapatkan/ mengejar keuntungan
guna meningkatkan nilai Perseroan Terbatas.
26
Lingkungan hidup
Obyek-obyek pembiayaan atas persediaan barang dan pergudangan;
Hutan, hasil hutan dan industri hasil hutan;
Kuantitas dan kualitas atas komoditas;
Proses kegiatan industri, pertambangan, perdagangan, pertanian dan
perkebunan;
Proyek terkait konstruksi dan instalasi (bangunan, sipil transportasi);
Survey dan Pemetaan ;
Penginderaan jauh (remote sensingdan fotogrametri);
Hidrografi (batimetri);
Geografi;
Geologi ;
Registrasi Kepemilikan tanah (kadastral).
3. Sertifikasi, audit dan assessment yang berkenaan dengan manajemen:
o Mutu;
o Lingkungan;
o Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
o Risiko;
o Pengamanan (Security);
o Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Lacak Balak (Chain of
Custody);
o Pengujian Kalibrasi atas instrumen tangki dan meter proving;
o Hazard Analysis dan Critical Control Point (HACCP) pada industri
farmasi dan industri makanan dan minuman;
o Good Manufacturing Practices (GMP) pada industri farmasi dan industri
makanan dan minuman;
o Vendor assessement;
o Informatika;
o Sertifikasi Produk;
o Sertifikasi Carbon Emission Reduction.
27
o Studi makro dan mikro;
o Studi perencanaan umum;
o Bantuan teknik;
o Perencanaan sistem (informasi, tata kelola perusahaan, dan lain-lain);
o Pelatihan dan pengembangan;
o Penyediaan Peralatan dan Produksi;
o Penyedia teknisi dan personel lain;
o Well testing (DSTdan Well Production Test);
o Seismic Acquistion dan Data Processing;
o NDT radiasi dan non radiasi ;
o Salvage dan Pekerjaan Bawah Air;
o Komoditi Batubara dan MOM (Mineral, Ore, Metal) meliputi:
1) Superitending Quality dan Quantity;
2) Pit sampling dan Testing ;
3) Core Sampling, testing dan Drilling;
4) Refining Witnessing;
5) Gold Assay dan Base Metal Analysis (Au, Cu, Ag, As, Sb);
6) Stockpile Management;
7) Monitoring Production of Coal and MOM;
8) X-Ray dan Wet Chemical Analysis;
9) Mining Upstream Services;
10) Cathonic protection and soil investigation;
5. Penunjang kegiatan pertambangan, pertanian, perindustrian,
perdagangan dan kesehatan:
- Fumigasi cargo di dalam gudang dan atau di dalam palka / sarana
transportasi ;
- Pest Management pada lingkungan pemukiman dan hotel (rat control,
general pest control, termite control);
- Pest Management pada tanaman perkebunan;Lingkungan (Amdal,
RKL/RPL, monitoring); Qualitative & Quantitative guarantee
(penjaminan kualitatif dan kuantitatif).
28
2.4 Bea Cukai
2.4.1 Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Bea & Cukai
Sistem bea dan cukai telah dipraktikkan dari masa dahulu oleh kerajaan-
kerajaan di kepulauan Indonesia. Pada masa kesultanan-kesultanan Islam, dikenal
jabatan syahbandar dan bendahara yang bertugas memungut bea atas barang-barang
yang diperdagangkan di pelabuhan. Di Mataram, dikenal gerbang-gerbang cukai di
pedalaman yang untuk dapat melintasinya, dipungut iuran tertentu.
Kepabeanan pada masa VOC dimulai saat Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon
Coen mengundangkan tarif bea masuk yang pertama di Batavia pada tanggal 1
Oktober 1620. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, didirikan De Dienst der
Invoer en Uitvoer Rechten en Accijnzen (I.U&A), sebuah jawatan di bawah
Departemen Keuangan.
Pada masa ini, tidak hanya kepabeanan saja yang diurus oleh Dinas I.U&A,
melainkan juga cukai. Petugas bea-cukai pada masa ini dikenal sebagai douane,
mantriboom, atau tolenaar.
Pada masa pemerintahan Jepang, pulau Jawa dan Madura di bawah kendali
pemerintahan militer Angkatan Darat (Gun) Kekaisaran Jepang ke-16 dengan ibu
kota di Jakarta. Sementara di Sumatra oleh AD Kekaisaran Jepang ke-25. Pulau-
pulau lainnya di bawah pemerintahan Kaigun (Angkatan Laut) Kekaisaran Jepang
dengan ibu kota di Makassar. Untuk Jawa dan Madura, pemerintahan Jepang yang
disebut Gunseikanbu mengeluarkan Osamu Serei (Undang-Undang) Nomor 13
tahun 1942 yang dalam Pasal 1 angka 2-nya disebutkan bahwa “untuk sementara
waktu bea tidak usah diurus”. Pada saat itulah kegiatan kepabeanan dibekukan,
sehingga hanya cukai saja yang dijalankan.
Cukai berada satu bagian dengan jawatan pajak pemerintahan Jepang di bawah
departemen keuangan yang bernama Zaimubu. Sebagian pegawai bea dan cukai
Indonesia zaman Belanda pada masa ini disalurkan ke jawatan pelabuhan.
Sementara itu, tidak diketahui bagaimana kebijakan kepabeanan dan cukai di
Sumatra dan wilayah lainnya. Meskipun besar kemungkinan, urusan kepabeanan
juga dibekukan mengingat saat itu terjadi blokade internasonal terhadap
perdagangan luar negeri Jepang.
29
Model Zaimubu di Jawa dan Madura inilah yang diadopsi oleh para pendiri
bangsa ketika merumuskan bentuk Departemen Keuangan setelah proklamasi.
Bentuk ini baru dirumuskan setelah 25 September 1945 setelah pengangkatan A.A.
Maramis sebagai Menteri Keuangan. Karena mengadopsi Zaimubu, wajar jika pada
awalnya urusan kepabeanan tidak diikutsertakan. Setelah itu mulai tanggal 1
November 1945, urusan Bea masuk Departemen Keuangan bagian Pajak.
Pada tahun 1946, Pejabatan Pajak direorganisasi menjadi tiga pejabatan: Pajak,
Pajak Bumi, dan Bea dan Cukai. Di saat inilah istilah Pejabatan Pajak baru dapat
dianalogikan dengan Ditjen Pajak sekarang ini, karena tidak lagi membawahkan
pajak, bea dan cukai, serta pajak bumi. Saat itulah Bea dan Cukai menjadi unit
eselon I di bawah Menteri Keuangan.
30
2.4.3 Fungsi Ditjen Bea Cukai
Ditjen Bea Cukai memiliki tugas pokok menyusun perumusan dan
pelaksanaan kebijakan yang mencakup pengawasan penegakan hukum, pelayanan
dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai. Mengacu pada
laman resmi Ditjen Bea Cukai, lembaga kepabeanan Indonesia ini memiliki fungsi
umum antara lain:
31
4. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor dan kegiatan di bidang
kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui penerapan
sistem manajemen risiko yang handal, intelijen, dan penyidikan yang kuat,
serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat.
5. Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi, peredaran dan
konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat
membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban, dan keamanan masyarakat
melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan
keseimbangan.
6. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar, dan
cukai guna menunjang pembangunan nasional.
2.4.4 Peranan Direktorat Jenderal Bea & Cukai dalam Kegiatan Ekspor Impor
Seperti diketahui bahwa perkembangan perdagangan internasional, baik yang
menyangkut kegiatan di bidang impor maupun ekspor akhir-akhir ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Pesatnya kemajuan di bidang tersebut ternyata
menuntut diadakannya suatu sistem dan prosedur kepabeanan yang lebih efektif dan
efisien serta mampu meningkatkan kelancaran arus barang dan dokumen. Dengan
kata lain, masalah birokrasi di bidang kepabeanan yang berbelit-belit merupakan
permasalahan yang nantinya akan semakin tidak populer.
Adanya kondisi tersebut, tentunya tidak terlepas dari pentingnya pemerintah
untuk terus melakukan berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi terutama dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Apalagi dengan adanya
berbagai prakarsa bilateral, regional, dan multilateral di bidang perdagangan yang
semakin diwarnai oleh arus liberalisasi dan globalisasi perdagangan dan investasi,
sudah barang tentu permasalahan yang timbul di bidang perdagangan akan semakin
kompleks pula.
Perubahan-perubahan pada pola perdagangan internasional yang menggejala
dewasa ini pada akhirnya akan memberikan peluang yang lebih besar bagi negara
maju untuk memenangkan persaingan pasar. Disamping itu, pola perdagangan juga
akan berubah pada konteks Borderless World, atau paling tidak pada nuansa
liberalisasi perdagangan dan investasi dimana barriers atas perdagangan menjadi
semakin tabu.
32
Untuk itu, kebijaksanaan Pemerintah dengan disahkannya UU No.10/1995
tentang Kepabeanan yang telah berlaku secara efektif tanggal 1 April 1997, yang
telah direvisi dengan UU No. 17/2006 tentang perubahan Undang-Undang
Kepabeanan, jelas merupakan langkah antisipatif yang menyentuh dimensi strategis,
substantif, dan essensial di bidang perdangangan, serta diharapkan mampu
menghadapi tantangan-tantangan di era perdagangan bebas yang sudah diambang
pintu.
Pemberlakuan UU No.10/1995 tentang Kepabeanan juga telah memberikan
konsekuensi logis bagi DJBC berupa kewenangan yang semakin besar sebagai
institusi Pemerintah untuk dapat memainkan perannya sesuai dengan lingkup tugas
dan fungsi yang diemban, dimana kewenangan yang semakin besar ini pada
dasarnya adalah keinginan dari para pengguna jasa internasional ( termasuk dengan
tidak diberlakukannya lagi pemeriksaan pra-pengapalan atau pre-shipment
inspection oleh PT. Surveyor Indonesia, dan sepenuhnya dikembalikan kepada
DJBC), yang nota bene bahwa kewenangan tersebut adalah kewenangan Customs
yang universal, serta merupakan konsekuensi logis atas keikutsertaan Indonesia
dalam meratifikasi GATT Agreement maupun AFTA, APEC, dan lain-lain.
Berbagai langkah persiapan telah dan terus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan kerangka acuan yang diinginkan oleh ICC yang pada dasarnya
mengajukan kriteria-kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh Customs yang sifatnya
modern.
Dengan beralihnya fungsi dan misi dari Tax Collector menjadi Trade
Facilitator , maka sebagai institusi global, DJBC masa kini dan masa depan harus
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat umum yang bercirikan save time,
save cost, sefety, dan simple. Semua ciri tersebut harus menjadi bagian yang integral
dari sistem dan prosedur kepabeanan, jika DJBC ingin berperan dalam upaya
pembangunan ekonomi secara umum dalam era persaingan yang semakin tajam, era
liberalisasi perdagangan dan investasi serta globalisasi dalam arti seluas-luasnya.
Sejalan dengan itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik dari segi
perlindungan terhadap Intellectual Property Rights, anti dumping, anti subsidi, self
Assessment, maka secara ringkas DJBC diharapkan dapat do more with less
( berbuat lebih banyak dengan biaya lebih rendah ). DJBC juga dituntut untuk
melakukan pelayanan yang time sensitive, predictable, available ( saat dibutuhkan )
dan adjustable.
33
Totalitas pelayanan ini kerangka dasarnya bersumber pada fenomena speed
dan flexibility sebagai formula penting. Hal yang terpenting adalah bagaimana
mengubah visi masa lalu yang amat dominan bahwa revenue collection dan law
enforcement akan selalu mengakibatkan terhambatnya arus barang sehingga akan
menimbulkan High Cost Economy yang pada konsekuensi selanjutnya
mengakibatkan produk-produk dalam negeri tidak mampu bersaing di area
perdagangan internasional. Selain itu, perlu juga diketahui bahwa bussiness
operation akan semakin tergantung pada performance Customs dimanapun.
Effisiensi usaha mereka juga tergantung pada mutu dan kecepatan pelayanan
Customs. Kegagalan Bea dan Cukai dalam menekan High Cost Economy tidak saja
akan mengakibatkan kegagalan ekonomi Indonesia untuk menjerat oppotunity,
mengubah keuntungan komparatif menjadi keuntungan kompetitif, tetapi juga secara
substansial dapat mengakibatkan larinya para investor yang semula akan melakukan
investasinya di Indonesia dengan segala implikasi ekonomis negatif lainnya.
Keinginan dan tuntutan dari para pengguna jasa internasional tersebut adalah
syarat mutlak yang harus dipenuhi, dan sudah menjadi kewajiban moral bagi DJBC
untuk melakukan berbagai perubahan yang cukup mendasar, baik dari segi
penyempurnaan organisasi dan tatalaksana DJBC, simplifikasi dan sekaligus
transparansi sistem dan prosedur Kepabeanan, serta pengembangan kualitas sumber
daya manusia, sehingga diharapkan nantinya terdapat suatu keselarasan dengan jiwa
dan kepentingan dari UU Kepabeanan itu sendiri. Sebagai produk hukum nasional
yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka bentuk UU Kepabeanan yang
bersifat proaktif dan antisipatif ini sangatlah sederhana namun memiliki jangkauan
yang lebih luas dalam mengantisipasi terhadap perkembangan perdagangan
internasional.
Hal-hal baru berupa kemudahan di bidang kepabeanan juga diatur, seperti
penerapan sistem self Assessment, dan Post entry Audit yang merupakan back-up
sistem atas sistem self Assessment. Post audit yang tidak lain bertujuan untuk
mengetahui tingkat kepatuhan dari para pengguna jasa, ternyata juga mampu
berperan ganda yaitu mengoptimalkan penerimaan negara dan meningkatkan
kelancaran arus barang.
Disamping itu, untuk memberikan alternatif kepada para pengguna jasa dalam
penyerahan pemberitahuan pabean, diterapkan pula EDI-system atau yang lebih
dikenal dengan Electronic Data Interchange.
34
Adanya kemudahan-kemudahan di bidang kepabeanan ini juga telah
menunjukkan kesungguhan DJBC untuk benar-benar serius dalam melakukan
reposisi peran dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas kualitas pelayanan,
khususnya kepada para pengguna jasa kepabeanan.
Indonesia merupakan negara terbesar ke-14 di dunia dengan luas wilayah + 1,9
juta2. Wilayah Indonesia terdiri dari banyak kepulauan yang dihubungkan dengan
perairan berupa laut. Saat ini, Indonesia juga dikategorikan sebagai negara
berkembang. Untuk itu, diperlukan fungsi pelayanan dan pengawasan yang
berhubungan dengan kebijakan fiskal untuk meningkatkan perekonomian dan
melindungi masyarakat Indonesia.
Bea dan cukai ada di Indonesia untuk menjadi institusi yang berfungsi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melindungi Indonesia dari masuknya
barang-barang yang terkena larangan dan pembatasan (lartas). Bea dan cukai yang
dikenal saat ini merupakan instansi yang dapat dipercaya masyarakat dalam
pelayanan maupun pengawasan. Hal tersebut didukung dengan adalah pelayanan
prima (Service Level Agreement). Bea dan cukai telah banyak melakukan perbaikan
baik dari dalam instansi sendiri atau dari luar instansi seperti pengaduan masyarakat.
Bea dan cukai memiliki visi yang luar biasa hebat, yaitu menjadi institusi
kepabeanan dan cukai terkemuka di dunia. Visi tersebut dicerminkan dengan cita-
cita yang tinggi melalui penetapan target yang menantang dan terus menerus
terpelihara di masa depan. Visi bea dan cukai tersebut dilakukan dengan
menjalankan beberapa langkah spesifik seperti, memfasilitasi perdagangan dan
industri, menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat dari penyelundupan dan
perdagangan internasional, dan mengoptimalkan penerimaan negara di sektor
kepabeanan dan cukai. Langkah-langkah yang dilakukan tersebut bertujuan untuk
memajukan negara Indonesia dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian
Indonesia.
Bea dan cukai memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan erat dengan
pengelolaan keuangan negara. Sebagaimana yang telah kita ketahui penerimaan
terbesar negara didapatkan dari sektor perpajakan yang didalamnya terdapat bea
masuk dan cukai yang dikelola bea dan cukai. Selain itu, bea cukai juga berfungsi
untuk mengawasi kegiatan ekspor dan impor, dan peredaran barang kena cukai.
Seiring dengan perkembangan zaman, bea dan cukai berfungsi untuk memfasilitasi
perdagangan dengan memberikan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai.
35
Untuk memberikan fasilitas dan pelayanan yang prima, bea cukai membuat
sebuah sistem untuk memudahkan para pengguna jasa. Bea dan cukai membuat
sistem yang dapat digunakan secara online sehingga membuat pelayanan menjadi
lebih efektif dan efisien. Bea dan cukai juga menjalankan sistem penjaluran. Jalur
tersebut dibagi menjadi 3, yaitu jalur hijau, kuning, dan merah. Adapun tujuan
penjaluran adalah untuk mempermudah dan mempercepat pengeluaran barang.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bea dan cukai berperan besar
bagi bangsa Indonesia. Bea dan cukai mengelola keuangan negara dan
melaksanakan penerimaan negara melalui bea masuk dan cukai. Bea dan cukai juga
memfasilitasi perdagangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Namun demikian, bea dan cukai tidak melupakan fungsi pengawasan
terhadap barang yang dilarang atau dibatasi serta barang yang dapat mengganggu
perekonomian bangsa Indonesia.
Adapun peranan dan manfaat Bea Cukai dalam perdagangan internasional
adalah sebagai berikut:
1. Mengatur dan Mengawasi Penerimaan Negara dari Sektor Impor dan
Cukai (Revenue Collection)
Berperan penting dalam mengawasi dan mengatur penerimaan negara baik
dari pemungutan Bea Masuk, Bea Keluar dan sektor pajak impor. Selain itu
Bea Cukai juga memiliki manfaat melancarkan arus barang dari transaksi
perdagangan internasional atau trade facilitation.
2. Melaksanakan Kebijakan Penegakan Hukum dan Perlindungan
Bea Cukai juga memiliki peran sebagai penjaga dan pemegang kebijakan
untuk melindungi. Dengan kebijakan penegakan hukum yang adil dan tepat
maka Bea Cukai melarang barang-barang pembatasan, ilegal dan berbahaya
seperti narkotika sehingga tidak membuat dampak buruk untuk penerimaan
negara.
3. Memberikan Bimbingan Teknis dan Arahan bagi Pengusaha
Peranan Bea Cukai yang lain adalah memberikan arahan atau bimbingan
teknis bagi pengusaha terutama pengusaha baru yang masih asing menghadapi
alur perdagangan internasional. Bimbingan bisa berupa pemberitahuan tentang
aturan yang berlaku, tuntutan kepatuhan atau edukasi seperti coaching clinic.
4. Memfasilitasi Transaksi Perdagangan Internasional
36
Sebagai instansi yang memfasilitasi transaksi perdagangan internasional lewat
pemberian fasilitas kepabeanan dan cukai juga membantu menciptakan iklim
usaha yang sehat bagi pertumbuhan industri melalui pencegahan unfair
trading. Sehingga posisi pengusaha bukan sebagai lawan dari instansi yang
menjalankan Bea Cukai namun sebaliknya mewakili kedua pihak yang saling
berkaitan dan melengkapi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kementerian Perdagangan memiliki fungsi dalam menjalankan tugas dan bidangnya,
diantaranya: Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penguatan dan pengembangan
37
perdagangan dalam negeri, pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan
pengendalian mutu barang, Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang
perdagangan, Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan
Kementerian Perdagangan, dsb.
KADIN atau Kamar Dagang dan Industri Indonesia merupakan organisasi yang
didirikan pada tanggal 24 September 1968. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang
Kamar Dagang dan Industri menetapkan bahwa seluruh pengusaha Indonesia di bidang
usaha negara, usaha koperasi dan usaha swasta secara bersama-sama membentuk
organisasi Kamar Dagang dan Industri sebagai wadah dan wahana pembinaan,
komunikasi, informasi, representasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi pengusaha
Indonesia, dalam rangka mewujudkan dunia usaha Indonesia yang kuat dan berdaya saing
tinggi. Beberapa bidang usaha yang dimiliki oleh KADIN diantaranya meliputi:
Pengembangan dan pertanian dan pedesaan, Transportasi, Telematika, Kepariwisataan,
Perindustrian dan pertambangan, Energi, Keuangan, Pendidikan, Kesehatan,
Kependudukan, Rekayasa Industri, Jasa real estate, Perhubungan, Pertambangan (minyak,
gas, dan panas bumi), Kelautan, dan bidang jasa lainnya.
Ditjen Bea Cukai memiliki tugas pokok menyusun perumusan dan pelaksanaan
kebijakan yang mencakup pengawasan penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi
penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai. Bea dan cukai ada di Indonesia untuk
menjadi institusi yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
melindungi Indonesia dari masuknya barang-barang yang terkena larangan dan
pembatasan (lartas). Bea dan cukai yang dikenal saat ini merupakan instansi yang dapat
dipercaya masyarakat dalam pelayanan maupun pengawasan.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tugas dan Fungsi. Diakses pada tanggal 21
Mei 2021 dari https://www.kemendag.go.id/id
Sucofindo. Sejarah Singkat SUCOFINDO. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari
https://www.sucofindo.co.id/id/sejarah-singkat-sucofindo
Sucofindo. Inspeksi dan Audit. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari
https://www.sucofindo.co.id/id/inspeksi-dan-audit
Sucofindo. Pengujian dan Analisis. Diakses pada tanggal 22 Mei 2021 dari
https://www.sucofindo.co.id/id/pengujian-dan-analisis
Bea Cukai. Sejarah Bea Cukai, Tugas, dan Fungsinya. Diakses pada tanggal 24 Mei 2021
dari https://www.beacukai.go.id/
Bea Cukai. Peran Bea Cukai bagi Indonesia. Diakses pada tanggal 24 Mei 2021 dari
https://www.beacukai.go.id/
40
PERTANYAAN
41
produksi mengikuti menurun. Jadi kegiatan produksi tidak full capacity seperti
biasanya dan bisa bergantian shift. Karena memang semua kondisi sedang melemah,
jadi dipastikan semua sesuai dengan kebutuhan pasar saja.
Sebagai pihak yang memiliki peranan dalam mengusulkan kebijakan, Kepala
KADIN Rosan mengusulkan insentif relaksasi seperti penundaan pajak penghasilan
(PPh) Pasal 21, 22, dan 25 diperluas ke seluruh industri dan tidak hanya manufaktur.
Alasannya dikarenakan pandemi Covid-19 tidak hanya melanda manufaktur, juga
sektor perdagangan dan pariwisata.
Dari beberapa kebijakam yang dianggap dapat diusulkan kepada pemerintah
dari KADIN, yaitu antara lain :
1. Pemerintah dapat mendorong perbankan untuk melakukan relaksasi
pembayaran pokok utang perusahaan dengan izin Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
2. Selanjutnya, pemerintah dan perbankan dapat menguatkan
perekonomian dari unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Salah satu caranya adalah dengan memberikan modal usaha dengan
bunga yang rendah dan memundurkan pembayarannya hingga enam
bulan, untuk memberi keringanan pada sektor usaha dalam mengolah
dana tersebut.
42
pelaku usaha melakukan proses registrasi dan pengajuan untuk dilakukan
pemeriksaan halal.
Jadi kesimpulannyan PT sucofindo mampu melakukan pengujian suatu barang
apakah halal atau tidaknya.
43
5) Pertanyaan dari Satrio Alif
Pada Kadin dan Sucofindo ada bidang konsultasi, di Bea Cukai ada bimbingan
teknis, Batasan mana yang menyatakan bahwa ini punya Kadin, Sucofindo, dan
Bea Cukai sendiri?
Jawab
Peranan dalam bimbingan teknis, konsultasi dalam berbagai bidang tersebut
memiliki peranan tersendiri, sesuai dengan fungsi dari jenis bidangnya. Dalam
KADIN bimbingan konsultasi disini merupakan bimbingan atau layanan dari Kadin
dalam membantu pemerintah dan pengusaha yang berniat akan melakukan kegiatan
perdagangan ekspor impor berupa informasi mengenai tata cara, hukum, kebijakan
dan lainnya yang berlaku diantara berbagai negara tujuan. Bidang Sucofindo akan
melakukan tugas survey terhadap barang yang akan diekspor ataupun impor untuk
menguji apakah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Kalau untuk
Dirjen Bea Cukai hanya sebatas sebagai pengawas lalu lintas barang masuk & keluar
daerah pabaean serta pembayarannya; memberikan bimtek dan edukasi seperti
coaching kepada pengusaha yang masih awam tentang perdagangan internasional; dan
sebagai fasilitator antara pedagang & pembeli.
44