Disusun Oleh:
NURHASANAH
11140624
7D MSDM
SERANG-BANTEN
2019-2020
DAFTAR ISI
Cover
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
Evaluasi Kinerja Dan Kompensasi............................................................................1
1.1 Pengertian Prestasi kerja.......................................................................................................1
2.2 Pengertian Penilaian Prestasi Kerja....................................................................................1
2.3 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja...........................................................................................3
2.4 Ruang Lingkup Penilaian Prestasi Kerja............................................................................5
2.5 Metode Penilaian Prestasi Kerja..........................................................................................6
2.6 Contoh tabel metode Rating Scale..................................................................................................8
2.7 Kegunaan Penilaian Prestasi Kerja....................................................................................15
2.8 Syarat-Syarat Dalam Penilaian Prestasi Kerja.................................................................16
2.9 Unsur-Unsur Yang Dinilai Dalam Penilaian Prestasi Kerja............................................17
2.10 Aplikasi Penilaian Prestasi kerja.....................................................................................18
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja........................................................20
3.1. Kendala Dalam Penilaian Prestasi Kerja.........................................................................21
3.2 Konsep Dasar Kompensasi..................................................................................................23
3.3 Langkah-Langkah Merumuskan Kebijakan Dan Membuat Sistem Kompensasi........26
3.4 Survei benchmarking kompensasi......................................................................................30
Kompensasi Financial dan Kompensasi Non Financial.........................................37
4.1 Undang-Undang Dan Peraturan Tentang Kompensasi...................................................38
i
Evaluasi Kinerja Dan Kompensasi
1.1 Pengertian Prestasi kerja
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan
pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada
perusahaan. Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat
pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan
menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
1
2
the job which is used to evaluate the effectiveness of his or her work”. (suatu
peninjauan yang sistematis terhadap prestasi kerja individu karyawan dalam
pekerjaan yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas kerja).
2. Dale s. Beach, The Management of People at Work, Mac Milian New York, 1970
p.257, mendifinisikan sebuah penilaian sistimatis atas individu karyawan mengenai
prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan.
6. Menurut Dale Yoder, penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yang formal
dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta
kepentingan pegawai.
7. Menurut French, penilaian prestasi kerja adalah suatu cara dalam melakukan
evaluasi terhadap prestasi kerja para pegawai dengan serangkaian tolok ukur tertentu
yang obyektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta dilakukan secara
berkala.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam organisasi atau perusahaan
yang dilakukan secara sistematis untuk mengevaluasi prestasi, kontribusi, potensi,
dan nilai dari seorang karyawan oleh orang-orang yang diberi wewnang perusahaan
sebagai landasan pengembangan dan sebagainya. Hal ini mengingat bahwa di dalam
4
organisasi, setiap orang sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai keinginan
untuk
· Memotivasi pekerja
1. Siapa (Who)
Didalam suatu penilaian prestasi kerja perlu ditetapkan terlebih dahulu siapa yang
harus dinilai, yaitu meliputi seluruh tenaga kerja yang ada dalam organisasi, sejak
dari pucuk pimpinan sampai dengan tenaga kerja dengan tingkat jabatan terendah.
2. Apa (What)
Untuk menjawab pertanyaan apa yang harus dinilai, maka perlu diketahui beberapa
indikator dibawah ini:
7
a. Objeknya, yaitu bahwa yang menjadi objek penilaian adalah manusia dengan berbagai
kemampuan, sikap, pandangan dan berbagai keterampilan yang dimilikinya.
b. Dimensi waktunya, yaitu bahwa yang dinilai adalah prestasi yang dicapai pada
saat ini dan potensi yang dapat dikembangkan pada waktu yang akan datang.
3. Mengapa (Why)
Pertanyaan ini menunjukan kepada pemahaman tentang apa sebenarnya yang ingin diperoleh
dari suatu penilaian prestasi kerja. Mengapa penilaian prestasi kerja harus dilakukan,
yaitu untuk berbagai tujuan antara lain:
4. Bilamana (When)
8
5. Dimana (Where)
6. Bagaimana (How)
Pendekatan yang dilakukan dalam penilaian prestasi kerja pegawai sangat banyak. Dari
sekian banyak metode yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1).
Metode yang berorientasi masa lalu (tradisional), seperti: Skala Grafik
9
2) Multiple Steps, suatu bentuk penilaian yang hampir sama dengan graphic schale, namun
penilaian dalam metode ini diharapkan pada beberapa alternatif nilai yang dapat diberikan pada
seseorang.
3) Behavior Scale, suatu bentuk penilaian yang didasarkan pada sifat-sifat pribadi
seseorang yang dirumuskan dalam skala-skala yang dapat diukur.
Kelemahan metode ini adalah perilaku yang dinilai tidak spesifik dan penilai
cenderung memberikan nilai rata-rata.
11
b. Employee Comparison
1) Alternation Ranking, suatu bentuk penilaian dengan cara menbandingkan antara tenaga kerja
yang satu denagan tenaga kerja yang lainnya atas dasar kemampuannya, kemudian disusun dalam
bentuk ranking.
12
2) Paired Camparison, suatu bentuk penilaian dengan cara membandingkan tenaga kerja
secara keseluruhan, baik faktor-faktor yang diperbandingkan maupun
diperbandingkan kepada seluruh tenaga kerja yang ada dalam organisasi.
c. Metode Checklist
Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan suatu daftar isian yang berisi
berbagai ukuran karakteristik dalam bentuk kalimat atau kata-kata yang
menggambarkan alternatif prestasi atau karakteristik dari seorang tenaga kerja metode
ini dibagi kedalam 2 (dua) bentuk yaitu :
1) Weight Checklist, yaitu suatu daftar isian yang diberi bobot / nilai untuk setiap
jawaban yang dipilih dari setiap pertanyaan.
2) Forced Score, yaitu suat daftar isian yang cara pengisianya dilakukan dengan
memilih alternatif jawaban yang diberikan terhadap pertanyyan yang diberikan.
Keuntungan dari metode ini mudah untuk digunakan dan dapat menghindari
kecenderungan pemberian nilai rata-rata atau pemberian nilai karena kemurahan hati.
Namun karena keharusan adanya relevansi antara item perilaku yang terdaftar dalam
penilaian prestasi dengan pekerjaan yang dilaksanakan, maka dibutuhkan keahlian
khusus untuk membangun sejumlah item perilaku yang berbeda untuk jenis pekerjaan
dan tingkatan yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan tenaga profesional
yang andal di bidang ini. Ketidakandalan dalam membuat item perilaku dan kesesuaian
13
d. Essay
Dalam metode ini seorang penilai diharuskan membuat sesuatu karangan yang
berkenaan dengan persiapannya tentang seorang tenaga kerja yang sedang dinilai.
Karangan tersebut kemudian diberikan kepada penilai lain untuk diberi tanggapan
dan penilaian terhadap tenaga kerja yang bersangkutan dengan menggunakan karanga
tersebut sebagai dasarnya.
Pada metode ini, penilai menuliskan sejumlah pertanyaan terbuka yang terbagi
dalam beberapa kategori. Beberapa kategori pertanyaan terbuka yang biasa
digunakan:
1. Penilaian kinerja seluruh pekerjaan.
2. Kemungkinan pekerja dipromosikan
3. Kinerja kerja pegawai saat ini
4. Kekuatan dan kelemahan pegawai
5. Kebutuhan tambahan training
14
e. Interview
a. Mendorong perilaku positif.
c. Mengkomunikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
upah dan promosi.
Metode pencatatan kejadian yang kritis adalah Penilaian Prestasi Kerja yang
menggunakan pendekatan dengan menggunakan catatan-catatan yang
menggambarkan perilaku karyawan yang sangat baik atau yang sangat buruk. Dalam
metode ini penilai diharuskan mencatat semua tingkah laku sehari-hari dari seorang
tenaga kerja. Misalnya : inisiatif, kemampuan kerjasama, sikap, kejujuran, loyalitas dan lain
sebagainya.
1. Dilakukan oleh psikolog, yang dinilai adalah potensi individu, bukan prestasi
yang lalu atau yang telah di capai
2. Terdiri dari : interview yang mendalam, psikotes dan diskusi dengan atasan
3. Psikolog membuat evaluasi tentang intelektual, emosi, motivasi, dan karakteristik
lain yang dapat memprediksi prestasi yang akan datang.
b. Assesment Centre
Dalam metode ini penilaian prestasi kerja dilakukan oleh sebuah badan /
lembaga yang dibentuk secara khusus oleh sebuah organisasi dan diberi wewenang
untuk melakukan penilaian atas tenaga kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.
Metode ini berguna untuk membantu identifikasi “talenta”manajemen diwaktu yang
akan datang, banyak perusahaan besar mempunyai pusat-pusat penilaian. Assessment
Center adalah suatu bentuk penilaian karyawan yang distandarisasikan dimana
tergantung pada berbagai tipe penilaian dari penilai. Penilaian bisa meliputi
wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi kelompok, simulasi, dan sebagainya
untuk mengevaluasi potensi karyawan diwaktu yang akan datang.
Penilaian terhadap karyawan yang terstandarkan dengan berbagai tipe evaluasi dan
beberapa penilaian. Digunakan untuk menilai karyawan pada level Middle
Management. Terdiri dari wawancara, psikotes, evaluasi latar belakang, penilaian
oleh rekan kerja, latihan simulasi, diskusi kelompok, permainan manajemen
Metode ini menitik beratkan kepada pengukuran hasil nyata yang mampu dicapai
oleh seorang tenaga kerja yang terlibat dalam proses penentuan sasaran. Dengan kata
17
lain proses penilaian prestasi kerja diukur dari mampu tidaknya mewujudkan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya dan apabila mampu, seberapa jauh hasil hasil nyata dibandingkan
dengan sasaran tersebut, adakah unsur-unsur yang dapat memberikan ke efektifan dan
efisiensinya.
Keuntungan MBO
18
Kelemahan MBO
Pendekatan MBO bukanlah metode yang paling sempurna. MBO efektif bila sistematis
dapat menyatukan setting target yang dibuat oleh individu dan organisasi. Target yang
dihasilkan bersama antara supervisor dan bawahan dengan sendirinya berbeda dengan target
yang telah ditetapkan organisasi. Dengan demikian MBO juga
merupakan autocritic organisasi. Salah satu kelemahan MBO adalah : membutuhkan waktu
yang cukup lama hingga terkesan terjadi pemborosan waktu. Beberapa masalah yang
mungkin timbul akibat diterapkannya metode MBO adalah :
1. Terlalu banyak tekanan pada ukuran tujuan kuantitatif dapat membawa pada
pengabaian tanggung jawab penting lainnya.
3. Jika evaluasi didasarkan pada kesepakatan hasil yang dicapai, maka bawahan secara
sengaja atau tidak sengaja menset target yang rendah sebagai hasil yang mereka
capai.
Teknik penilaian ini berguna bila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan
pengembangan diri. Bila karyawan menilai dirinya, perilaku defensip cenderung tidak
terjadi, sehingga upaya perbaikan diri juga cenderung dilaksanakan. Point yang perlu
diperhatikan :
20
1. Karyawan menilai sendiri kinerja yang telah dicapai dan yang akan dicapai.
2. Memerlukan kematangan diri karyawan untuk dapat menilai diri sendiri secara
objektif.
2. Penyesuaian-penyesuaian Kompensasi
3. Keputusan penempatan
Promosi, transfer, da demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau
antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja
masa lalu.
21
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kebutuhan latihan, demikian juga
prestasi kerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
Prestasi kerja yang baik mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing
departemen personalia.
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kesalahan dalam informasi analisis
jabatan, rencana sumber daya manusia, atau komponen lain system informasi
manajemen personalia.
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain
pekerjaan. Penilaian prestasi kerja membantu diagnosa kesalahan tersebut.
Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan penempatan internal
dengan adil tanpa diskriminasi.
10. Tantangan eksternal
Prestasi kerja juga tidak lepas dari pengaruh dari lingkungan luar kerja seperti
keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah pribadi karyawan lainnya.
1. Relevan
Syarat ini menegaskan bahwa suatu system penilaian prestasi kerja hanya mengukur hal-hal yang
berhubungan atau berkaitan langsung dengan prestasi kerja dalam suatu jabatan tertentu.
2. Akseptabel
Syarat ini menunjukan bahwa penilaian prestasi kerja harus dapat diterima dan
dimengerti baik oleh penilai maupun yang dinilai.
3. Reliabel
23
Syarat ini menegaskan bahwa suatu system penilaian prestasi kerja harus dapat
dipercaya serta mempunyai alat ukur yang dapat diandalkan,konsisten dan stabil.
4. Sensitif
5. Praktis
Syarat ini menghendaki agar suatu system penilaian pekerjaan harus praktis dan
mudah dilaksanakan, baik menyangkut administrasi interprestasi serta tidak perlu biaya
yang besar.
1. Kesetiaan
Penilai menilai kesetiaan pekerja terhadap pekerjaannya, jabatan dan organisasi. Kesetiaan ini
dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjag dan membela organisasi didalam maupun diluar
pekerjaan.
2. Prestasi kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan oleh pekerja dari
uraian pekerjannya.
24
3. Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dan melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya
maupun terhadap orang lain.
4. Kedisplinan
Penilai menilai kedisplinan karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan
mengerjakan pekerjannya sesuai denga instruksi yang diberikan kepadanya.
5. Kreatifitas
6. Kerjasama
Penilai menilai terhadap partisipasi dan kerjasama degan karyawan lainnya baik vertikal maupun
horizontal didalam maupun diluar pekerjaan.
7. Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, mempengaruhi dan mempunyai pribadi yang kuat,
dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain.
8. Kepribadian
Penilai menilai sikap perilaku kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan,
memperhatikan sikap yang baik dan penampilan yang simpatik serta wajar dari karyawan tersebut.
25
9. Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berfikir berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai,
menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan alasan,mendapatkan kesimpulan dan membuat
keputusan akan masalah yang dihadapinya.
10. Tanggung jawab
Usaha yang dapat dilakukan pada awal pelaksanaan penilaian kinerja adalah
sebagai berikut:
2. Untuk melihat apakah system penilaian yang disusun itu efektif dan untuk
menghindari pemborosan waktu dan tenaga, perlu dilaksanakan penilaian di bagian
tertentu lebih dulu sebagai pilot project. Apabila ternyata ada kekurangan, maka dapat
diperbaiki terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya.
a) Melaksanakan pengukuran dan membuat standard baku satuan hasil kerja dengan
melaksanakan workload analysis, yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
membandingkan antara standard hasil dengan hasil yang dicapai oleh karyawan.
c) Diantara atasan dan bawahan menetapkan dan menyepakati aktivitas yang akan
dilaksanakan dengan mengisi dan menandatangani form management performance
sesuai dengan job title yang dipangku oleh karyawan tersebut dan selaras dengan
target organisasi.
e) Meresumekan hasil akhir pada waktu tertentu misal; 6 bulan atas prestasi yang
dicapai oleh karyawan tersebut.
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa
kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan
menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan
28
walaupun efektif dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari
tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 1999:27).
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi
formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk
melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono,
1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk
ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
29
Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode
penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid, dan
relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak
hanya berkaitan dengan masalah prestasi semata, namun juga menyangkut masalah
gaji, hubungan kerja, promosi/demosi, dan penempatan pegawai. Adapun bias-bias
yang sering muncul sebagai berikut :
Hingga saat ini tidak satupun dari metode panilaian prestasi di atas dikatakan
sebagai yang terbaik untuk semua kondisi dan situasi organisasi. Kondisi dan situasi
yang berbeda menghendaki metode dan sistem yang berbeda. Menurut French (1986),
metode penilaian prestasi kerja yang terbaik tergantung pada :
b. Kesalahan Penilaian
faktor manusia, dimana penilai tidak dapat terlepas dari unsur subyektif dalam
manusia. Kesalahan tersebut di antaranya adalah :
1). Hallo Effect
Hallo effect juga kadang terjadi pada saat penilaian awal pada pertemuan
pertama antara seorang penilai saat bertemu degan orang yang akan dinilainya di
mana seseorang cenderung melakukan penilaian-penilaian terhadap orang yang baru
saja dikenalnya dengan cara mengkategorikan setiap hal yang dilihat/dirasakannya
pada orang tersebut dan mencocokkannya dengan kategori-kategori yang telah
ditetapkan olehnya sebelumnya. Pendek kata, hallo effect adalah efek yang
ditimbulkan oleh seseorang dalam pertemuan pertama kali (kesan pertama).
Beberapa hal pengkategorian yang sering menjadi acuan penilaian seseorang terhadap
orang yang baru saja ditemui / dikenalnya antara lain :
Sifat
Cara berjabat tangan yang erat saat berkenalan menandakan pribadi yang
hangat dan terbuka bagi sebuah pertemanan.
Kebanyakan penilai kurang berani mencantumkan nilai yang rendah atau yang
tinggi. Sikap ini merupakan cerminan sebagaimana umumnya masyarakat dalam
menilai. Penilaian yang tinggi dikhawatirkan akan menjadikan pegawai sombong dan
lupa diri, sebaliknya penilaian yang rendah dikhawatirkan dapat menjatuhkan mental
pegawai. Karenanya seringkali penilai mencantumkan nilai rata-rata atau nilai tengah.
Pengertian Kompensasi
Ilustrasi Kompensasi
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau
tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan (Malayu S.P. Hasibuan, 2002:54). Kompensasi berbentuk uang,
artinya gaji dibayar dengan sejumlah uang kartal kepada karyawan yang
bersangkutan. Kompensasi berbentuk barang, artinya gaji dibayar dengan barang.
Misalnya gaji dibayar 10% dari produksi yang dihasilkan. Di Jawa Barat penunai padi
upahnya 10% dari hasil padi yang ditunai.
33
Terminologi Kompensasi
Jenis-jenis kompensasi
5. Pengendalian biaya
35
6. Memenuhi peraturan-peraturan.
4. Menetapkan spektrum yang lebih luas atas perilaku tugas (task behavior) yang
diinginkan dari seluruh anggota organisasi.
1. Faktor hukum.
Dalam faktor ini besaran gaji/upah yang harus dibayar diatur dalam undang-undang
yang meliputi segi upah minimum, tariff lembur dan tunjangan.
3. Faktor kebijakan.
4. Faktor keadilan.
1. Lakukanlah sebuah survey gaji tentang beberapa pembayaran dalam organisasi lain
untuk pekerjaan sebanding.
Selain beberapa hal diatas, penting untuk melihat apakah individu yang
menerima kompensasi tersebut merasa puas dengan apa yang ditermanya, karena
ketidakpuasan atas gaji yang mencukupi pada umumnya menimbulkan tingkat
kepuasan kerja yang lebih rendah atas pembayaran dari komponen pekerjaan tersebut.
Hal ini dapat mengakibatkan seseorang bertindak diluar prosedur yang ditetapkan
oleh perusahaan dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan pihak
perusahaan.
4. Tunjangan (benefit).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan atas tingkat gaji
didefinisikan sebagai persepsi kepuasan atas gaji atau upah secara langsung,
sedangkan kepuasan atas peningkatan gaji berkenaan dengan persepsi kepuasan
dalam perubahan tingkat gaji. Kepuasan atas struktur dan pengadministrasian gaji
didefinisikan sebagai persepsi kepuasan dengan hirarki gaji internal dan metode yang
digunakan untuk mendistribusikan gaji. Kepuasan atas tunjangan menekankan pada
persepsi kepuasan tidak langsung yang diteima karyawan.
A. Pengertian Benchmarking
41
Benchmarking adalah suatu proses Studi Banding dan mengukur suatu kegiatan
perusahaan/organisasi terhadap proses operasi yang terbaik dikelasnya sebagai
inspirasi dalam meningkatkan kinerja (performance) perusahaan/organisasi.Selain itu,
benchmarking di sebut juga Patok Duga yang dapat mendorong perusahaan/
organisasi untuk menyiapkan suatu dasar untuk membangun rencana operasional
praktek terbaik perusahaan dan menganjurkan meningkatkan perbaikan bagi seluruh
komponen lingkungan perusahaan/organisasi.
B. Tujuan Benchmarking
C. Klasifikasi Benchmarking
1. Menurut Subjeknya
42
a. Benchmarking internal
b. Benchmarking eksternal
Functional : membandingkan fungsi yang sama dari organisasi yang berbeda pada
berbagai industri.
Generic : melakukan perbandingan proses bisnis dasar yang cenderung sama pada
setiap industri.
D. Manfaat Benchmarking
1. Perubahan Budaya
2. Peningkatan Kinerja
44
Organisasi yang dijadikan patokan untuk mengadaptasi proses agar sesuai dengan
kebutuhan dan budaya mereka sendiri. Meskipun sejumlah langkah dalam proses
dapat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain. Enam langkah berikut ini
berisi teknik inti:
c. Lakukan perencanaan yang tepat tentang apa, bagaimana dan kapan pembandingan
usaha.
d. Studi lain juga (praktek atau sistem yang ingin Anda benchmark)
f. Gunakan temuan.
45
E. Proses Benchmarking
Hampir segala hal dapat di-benchmark: suatu proses lama yang memerlukan
perbaikan; suatu permasalahan yang memerlukan solusi; suatu perancangan proses
baru; suatu proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum berhasil. Perlu
dibentuk suatu Tim Peningkatan Mutu yang akan menyelidiki proses dan
permasalahannya. Tim ini akan mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-
batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta
keluarannya (output).
Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling
kritis dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang
bertugas me-review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan
melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus. Contoh-contoh
ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap
elemen kerja, waktu untuk setiap titik pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu,
jumlah aliran balik atau pengulangan, dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya
kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal)
yang berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau kebutuhan
(requirements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini.
Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang
berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan)
46
Tim Peningkatan Mutu kemudian menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan
benchmarking ini. Pertimbangan yang perlu adalah tentunya memilih organisasi lain
tersebut yang memang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik dalam
kategori ini.
4. Pengumpulan Data/Kunjungan
Tim Peningkatan Mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang telah dipilih
terhadap organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian informasi ini dapat dimulai
dengan yang telah dipublikasikan: misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei
pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Barangkali juga ada lembaga yang
menyediakan bank data tentang benchmarking untuk beberapa aspek dan kategori
tertentu. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga
yang akan di-benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan
informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung.
Pada saat kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang
menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data internal yang telah
diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa
obyek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan lebih
47
lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau lembaga yang
dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk mendapatkan informasi yang
sejenis dari lembaga yang mengunjunginya yaitu adanya keinginan timbal balik untuk
saling mem-benchmark.
5. Analisis Data
Tim Peningkatan Mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses
yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan
adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi
kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi, dan sikap. Tim
mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan apa saja yang dapat
dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat penting adalah menghindari sikap
penolakan; jika memang ada perbedaan yang nyata maka kenyataan itu harus dapat
diterima dan kemudian disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki.
Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu (executive) untuk
kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang
timbul. Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap, barangkali diperlukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk dapat mengatasi halangan dan
persoalan yang muncul. Juga para pelaksana memerlukan umpan balik dari mereka
yang berkepentingan terhadap proses dan hasilnya (stakeholders).
Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target organisasi
terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata
mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan,
yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat
atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab
melaksanakan benchmarking secara terus menerus (berkelanjutan).
Kompensasi finansial secara langsung berupa; bayaran pokok (gaji dan upah),
bayaran prestasi, bayaran insentif (bonus, komisi, pembagian laba/keuntungan dan
opsi saham) dan bayaran tertangguh (program tabungan dan anuitas pembelian
saham)
Pengendalian biaya
Memenuhi peraturan-peraturan.
51
Upah lembur
Aturan yang berhubungan dengan jenis-jenis pekerjaan yang tidak terikat pada jam
kerja diatur di dalam Keputusan Menteri.
Pekerja hanya dapat diminta untuk bekerja melebihi jam kerjanya setelah adanya
kesepakatan tertulis. Pengusaha dapat membuat daftar pekerja/buruh yang bersedia
untuk melakukan kerja lembur, yang ditandatangani oleh pengusaha dan
pekerja/buruh. Terhadap pekerja/buruh bersedia melakukan lembur, pengusaha harus
memastikan jam lemburnya tidak lebih dari 3 jam per hari atau 14 jam per minggu.
Lembur yang dilaksanakan pada hari istirahat mingguan atau libur nasional tidak
termasuk dalam hal ini. Sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan, peraturan
menteri mengatur tentang beberapa sektor atau jenis pekerjaan tidak termasuk di
dalam aturan pembatasan jam lembur ini.
Pengusaha diwajibkan untuk membayar minimal 150% dari upah normal per jam
untuk setiap jam lembur pertama, dan 200% untuk setiap jam lembur berikutnya.
Upah per jam didapat dengan menggunakan rumus 1/173 dikalikan upah bulanan.
Jika jam lembur lebih dari 3 jam, pengusaha juga wajib menyediakan makanan dan
minuman yang mengandung sekurang-kurangnya 1400 kalori untuk pekerja/buruh.
Uang dan makanan yang dimaksud tidak dapat digantikan dengan uang. Upah lembur
tidak diberikan kepada pekerja/buruh yang memiliki tingkat tanggung jawab tinggi,
52
dengan anggapan bahwa upah yang mereka terima sudah lebih tinggi. Pekerja/buruh
diberikan waktu istirahat yang cukup setelah melakukan lembur.
Tidak ada aturan hukum yang khusus mengenai pengupahan untuk pekerjaan di
malam hari. Larangan dan kewajiban tentang kerja malam hanya berlaku untuk
pekerja perempuan dan pekerja anak (di bawah 18 tahun).
Dalam situasi khusus, pekerja/buruh dapat bekerja pada hari istirahat dan hari libur
nasional. Namun peraturan tidak mengatur secara khusus tentang penggantian hari
istirahat/libur.
53
Pekerja/buruh dapat dipekerjakan pada hari istirahatnya atau hari libur. Untuk itu,
pekerja/buruh berhak atas bayaran khusus karena hal itu dianggap lembur. Namun,
penghitungan lembur normal tidak berlaku untuk hal ini.
Kompensasi kerja pada akhir pekan dan hari libur nasional tergantung pada total hari
kerja seminggu.
Untuk pekerja/buruh yang melaksanakan 6 hari kerja per minggu, nilai upah lembur
yang jatuh pada hari istirahat atau libur nasional dapat berbeda, tergantung lembur
tersebut jatuh pada hari kerja dengan jam normal atau hari dengan jam kerja
terpendek.
Jika lembur dilakukan pada hari kerja dengan jam kerja terpendek dalam seminggu
(yang jatuh pada hari istirahat mingguan atau libur nasional), nilai upah lembur
adalah 200% per jam (dua kali lipat dari upah normal per jam) untuk 5 jam pertama,
300% (tiga kali lipat dari upah normal per jam) untuk jam keenam, dan 400% (empat
kali lipat dari upah normal per jam) untuk jam ketujuh dan kedelapan. Jika lembur
dilakukan pada hari kerja dengan jam kerja normal (yang jatuh pada hari istirahat
mingguan atau libur nasional), nilai upah lembur adalah 200% per jam (dua kali lipat
dari upah normal per jam) untuk 7 jam pertama, 300% (tiga kali lipat dari upah
normal per jam) untuk jam kedelapan, dan 400% (empat kali lipat dari upah normal
per jam) untuk jam kesembilan dan kesepuluh.
Untuk pekerja/buruh yang melaksanakan 5 hari kerja per minggu, nilai upah lembur
yang jatuh pada hari istirahat atau libur nasional adalah 200% per jam (dua kali lipat
dari upah normal per jam) untuk 8 jam pertama, 300% (tiga kali lipat dari upah
normal per jam) untuk jam kesembilan, dan 400% (empat kali lipat dari upah normal
per jam) untuk jam kesepuluh dan kesebelas.
54
Sumber: Pasal 85 ayat (3) UU Ketenagakerjaan (UU No. 13/2003); Pasal 1 (ayat 1),
11 (ayat b & c) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur
a. upah minimum;
• Selanjutnya, masih pada pasal 88 yaitu ayat (4) pemerintah menetapkan upah
minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak, produktivitas, serta
pertumbuhan ekonomi. Pemerintah pun melarang pembayaran upah yang
lebih rendah dari upah minimum sebagaimana diatur pada Pasal 90. Jika
pengusaha memiliki keberatan dalam membayar upah minimum, ia harus
melakukan penangguhan, sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP.231/MEN/2003 tentang Tata
Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.
Pengaturan pengupahan juga tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan
yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meskipun sudah
mencapai kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh. Kesepakatan yang dibuat bisa dibatalkan demi hukum, dan
pengusaha harus memberikan upah menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ketika pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan, maka upah tidak perlu dibayar.
Namun, upah tetap harus dibayarkan jika:
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama, diatur untuk
melaksanakan pembayaran upah sebagaimana disebutkan di atas.
Jika komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah
pokok minimal sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok
dan tunjangan tetap.
Sanksi
Sementara itu, jika perusahaan pailit atau dibekukan karena peraturan perundang-
undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh dianggap
sebagai utang yang pelunasannya harus diprioritaskan.
Kedaluarsa
Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari
hubungan kerja dapat menjadi hilang jika telah melewati jangka waktu 2 (dua) tahun
sejak hak-hak pekerja telah ditetapkan.
58
THR wajib diberikan kepada pekerja yang telah bekerja minimal 1 bulan di
perusahaan. Perhitungan untuk pekerja dengan masa kerja kurang dari 12 bulan dan
lebih dari 12 bulan berbeda. Jika pekerja dengan masa kerja lebih dari 12 bulan
mendapatkan THR sebesar upah 1 bulan, pekerja dengan masa kerja 1 bulan dan
kurang dari 12 bulan mendapatkan THR dengan perhitungan ((masa kerja)/12) x upah
59
1 bulan.
Definisi “upah” yang digunakan sebagai basis perhitungan THR dapat berbeda-beda
sesuai dengan kebijakan perusahaan. Namun pada dasarnya, perusahaan
menggunakan salah satu besaran berikut sebagai basis perhitungan THR:
2. Bentuk THR
THR hanya dapat diberikan dalam bentuk uang rupiah. Dengan kata lain, pemberian
THR berupa voucher, paket sembako, parsel dan hadiah lainnya tidak dihitung
sebagai THR.
Perdebatan seringkali muncul jika terjadi kasus pemutusan hubungan kerja dalam
waktu yang cukup dekat dengan Hari Raya Keagamaan. Ada baiknya hal-hal tersebut
dibahas dengan pihak manajemen serta karyawan yang bersangkutan secara terbuka
dan kekeluargaan untuk menghindari sengketa lebih lanjut.
5. Pajak THR
PPh 21 atas THR hanya dikenakan bagi pekerja yang mendapatkan THR di atas
Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP), yaitu Rp 4,5 juta per bulan atau Rp 54 juta per
tahun.
Jika pekerja mendapatkan THR kurang dari Rp 4,5 juta, maka pekerja tersebut tidak
dikenakan PPh 21 THR. Lihat di sini untuk mempelajari contoh kasusperhitungan
PPh 21 THR secara lebih mendetail.
6. Sanksi Perusahaan
Denda yang dimaksud adalah THR yang harus dibayarkan oleh perusahaan ke pekerja
ditambah dengan 5% dari total THR yang didapatkan oleh pekerja. Sehingga,
perusahaan akan lebih dirugikan secara finansial sebagai sanksi akibat tidak
memberikan THR sebagaimana peraturan pemerintah.
Jam Kerja
61
• Jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang
hari dan/atau malam hari. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan mengatur jam kerja bagi pekerja di sektor swasta.
Sedangkan, untuk pengaturan mulai dan berakhirnya waktu jam kerja diatur
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Kedua sistem jam kerja yang berlaku memberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat
puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila jam kerja dalam perusahaan melebihi
ketentuan tersebut, maka waktu kerja yang melebihi ketentuan dianggap sebagai
lembur, sehingga pekerja berhak atas upah lembur.
• Status Karyawan
• Kontrak Kerja/Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan
pengusaha secara lisan dan/atau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun
untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban pekerja dan perusahaan. Dalam kontrak kerja, pekerja dapat
mengetahui status kerja. Status kerja diatur dalam Undang-Undang No.13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat
tetap atau biasa disebut karyawan tetap. Pada PKWTT dapat mensyaratkan adanya
masa percobaan kerja (probation) dengan waktu paling lama 3 (tiga) bulan, bila ada
yang mengatur lebih dari 3 bulan, maka berdasarkan aturan hukum, sejak bulan
keempat, pekerja dinyatakan sebagai pekerja tetap (PKWTT).
Selain dari status pekerja berdasarkan waktu berakhirnya, ada juga pekerja harian
lepas (freelancer) dan outsourcing:
Pekerja harian lepas diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.100 tahun
2004. Pada perjanjian kerja harian lepas berlaku beberapa ketentuan:
63
Perjanjian kerja harian lepas hanya untuk pekerjaan tertentu yang memiliki waktu dan
volume pekerjaan yang berubah-ubah, serta upah yang didasarkan pada waktu,
volume pekerjaan, dan kehadiran pekerja dalam satu hari.
Perjanjian kerja harian lepas berlaku dengan ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21
hari dalam 1 (satu) bulan. Jika pekerja bekerja selama 21 hari atau lebih selama 3
(tiga) bulan berturut-turut, maka status pekerja berubah menjadi PKWT.
b. Outsourcing
Status kerja outsourcing artinya pekerja tidak berasal dari rekrutmen perusahaan,
melainkan perusahaan meminta pihak ketiga sebagai perusahaan penyedia tenaga
kerja untuk mengirimkan pekerjanya sesuai dengan kebutuhan perusahaan.Sehingga,
perjanjian kerja dilakukan oleh perusahaan dan pihak ketiga tersebut. Ketentuan
terkait status kerja outsourcing diatur dalam Undang-Undang No.13 Pasal 59 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan.
• Cuti
• Berdasarkan Undang-undang no. 13 tahun 2003 Pasal 79 ayat (2), pekerja
yang telah bekerja minimal selama 12 bulan atau 1 (satu) tahun berturut-turut
berhak untuk mendapatkan cuti sekurang-kurangnya 12 hari. Namun,
perusahaan dapat menyesuaikan ketentuan cuti pekerja berdasarkan Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan (PP), atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang
telah disepakati oleh perusahaan dan pekerja.
• Sakit
• Apabila karyawan tidak dapat melakukan pekerjaannya dikarenakan sakit,
pengusaha tetap wajib membayar upah/gajinya. Di Indonesia tidak terdapat
waktu maksimal karyawan diberikan izin sakit. Karyawan yang tidak masuk
64
kerja karena sakit selama 2 hari berturut-turut atau lebih harus menyertakan
surat keterangan sakit dari dokter. tanpa keterangan resmi tersebut karyawan
akan dianggap mangkir dan diperhitungkan sebagai cuti tahunan.
Apabila sakit yang diderita karyawan cukup parah sehingga memerlukan waktu yang
lama untuk kembali bekerja, akan dilakukan penyesuaian terhadap upah yang
diterimanya:
4. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% dari upah sebelum pemutusan hubungan
kerja dilakukan oleh pengusaha.
• Peraturan Lembur
• Pengusaha wajib membayar upah kerja lembur jika mempekerjakan
pekerja/buruhnya melebihi waktu kerja yang telah ditentukan Undang-
Undang. Pemberlakuan lembur pun harus memenuhi syarat antara lain
terdapatnya persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan serta maksimal
waktu lembur selama 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu, tidak
termasuk lembur pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi.
Perhitungan upah lembur sejam yang didasarkan pada upah bulanan dapat dihitung
dengan 1/173 dikali upah sebulan (gaji pokok + tunjangan tetap).
b. Setiap jam kerja lembur berikutnya dibayar dua kali upah sejam.
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada libur akhir pekan atau hari libur resmi
untuk waktu 5 hari kerja, maka:
a. Upah kerja lembur untuk 8 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam,
b. Upah kerja lembur untuk jam kesembilan dibayar 3 kali upah sejam
c. Upah kerja lembur jam kesepuluh dan kesebelas dibayar 4 kali upah sejam.
3. Apabila kerja lembur dilakukan pada libur akhir pekan atau hari libur resmi
untuk waktu 6 hari kerja, maka:
a. Upah kerja lembur untuk 5 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam,
b. Upah kerja lembur untuk jam keenam dibayar 3 kali upah sejam
c. Upah kerja lembur jam ketujuh dan kedelapan dibayar 4 kali upah sejam.
Pengusaha wajib membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima oleh pekerja sebagaimana yang
tertera dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 serta dalam
kesepakatan yang ada pada Perjanjian Kerja Bersama atau Peraturan Perusahaan.
Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran yang tertera dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja sama, pengusaha dapat melakukan PHK
setelah pekerja yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua dan
ketiga secara berturut-turut
Sumber :
http://negerisiapa.blogspot.com/2017/06/penilaian-prestasi-kerja-kinerja.html
67
https://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-jenis-dan-tujuan-kompensasi.html
http://muchakkinen.blogspot.com/2016/03/kebijakan-dalam-pemberian-kompensasi.html
http://sarjana-manajemen.blogspot.com/2017/06/benchmarking.html
http://www.sarjanaku.com/2012/06/pengertian-kompensasi-financial-tujuan.html
https://www.gadjian.com/guide/uu-ketenagakerjaan