Anda di halaman 1dari 9

Disusun oleh :

Leonsamy Taftasni
Muhammad Faldy Aulia
Kahti Ramadhia Risde
Siti Amelia Arsanti N
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya adapun judul yang dibahas dalam makalah
berikut ini yaitu Otoritas jasa keuangan.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen dan
pihak  yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. makalah ini juga
diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang Otoritas Jasa Keuangan. Untuk
kesempurnaan dari makalah ini, maka diharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar
dalam menyusun makalah berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya
makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua, terima kasih.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah……………………………………………………………… 4
B.    Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 4
C.    Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….. 4
D.   Manfaat Penelitian……………………………………………………………………. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian OJK (Otoritas Jasa Keuangan)...................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
A.    Tujuan OJK….……………………………………………………………………….. 6
B. Tugas OJK…………………………………………………………………………….  6
C.    Wewenang OJK………………………………………………………………………  6 
BAB IV PENUTUP
A.   Kesimpulan……………………………………………………………………………. 8
B.    Saran………………………………………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I 
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, sistem keuangan di
Indonesia menjadi porakporanda, dan dirasa butuhnya ada suatu lembaga yang dapat
memelihara kestabilan sector keuangan, maka lahirlah kesepakatan untuk membentuk
Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-undang tersebut harus terbentuk pada tahun
2002. Meskipun Otoritas Jasa Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan
diamanatkan oleh UU, nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa
Keuangan belum ada, sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI)
tersebut direvisi, menjadi UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011,  RUU Otoritas Jasa Keuangan disahkan
oleh DPR, dan selanjutnya Pemerintah mensahkan dan mengundangkan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam Lembaran Negara Republik
pada tanggal 22 November 2011. Akhirnya terbentuknya lembaga independen yang
berfungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan di
bidang sector keuangan. Berikut merupakan ringkasan dari isi Undang Undang Nomor 21
Tahun 2011.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud Otoritas Jasa Keuangan?
2.      Apakah tugas Otoritas Jasa keuangan?
3. Apakah wewenang Otoritas Jasa keuangan?

C.    Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan OJK terhadap peraturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap kegiatan disektor jasa keuangan.
2.    Untuk mengetahui efektifitas OJK  dalam peraturan dan pengawasan di sektor
kuangan.

D.      Manfaat Penelitian
1.    Diharapkan bisa bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengawasan khususnya dalam
bidang Jasa keuangan.
2.    Diharapkan Pembaca lebih mengetahui tentang Tugas dan wewenang OJK
BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian OJK (Otoritas Jasa Keuangan)


Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka
panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal
sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta. Pada dasarnya
fungsi pasar modal sebagai wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan
dengan semakin banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham perusahaan yang
telah go public (Suad Husnan, 1994). Secara formal pasar modal dapat didefinisikan
sebagai suatu pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang
yang dapat diperjualbelikan, baik itu dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan swasta. (Tjiptono D dan Hendy M. F – 2001)
Sedangkan Jasa keuangan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk jasa
yang disediakan oleh industry keuangan. Jasa keuangan juga digunakan untuk merujuk
pada organisasi yang menangani pengelolaan dana. Bank, bank investasi, perusahaan
asuransi, perusahaan kartu kredit, perusahaan pembiayaan konsumen, dan sekuritas
adalah contoh-contoh perusahaan dalam industri ini yang menyediakan berbagai jasa yang
terkait dengan uang dan investasi. Jasa keuangan adalah industri dengan pendapatan
terbesar di dunia; pada tahun 2004, industri ini mewakili 20% kapitalisasi pasar.
Pengguna Jasa Keuangan adalah para nasabah atau konsumen. Konsumen dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen memiliki
pengertian: “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan”, sedangkan dalam sektor Pasar Modal, konsumen adalah
pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia
di Lembaga Jasa Keuangan atau dengan kata lain disebut dengan pemilik modal atau
pemodal.
BAB III 
PEMBAHASAN

A.    Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan: 
1.    Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
2.    Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

B.    Tugas Otoritas Jasa keuangan


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal,
dan sektor IKNB.

C.    Wewenang OJK:

C.1 Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;


2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan;
8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
C.2 Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;


2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak
tertentu;
5. melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. menetapkan penggunaan pengelola statuter;
7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
8. memberikan dan/atau mencabut:
1. izin usaha;
2. izin orang perseorangan;
3. efektifnya pernyataan pendaftaran;
4. surat tanda terdaftar;
5. persetujuan melakukan kegiatan usaha;
6. pengesahan;
7. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
8. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan.
BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
         Pedelegasian tugas, fungsi dan kewenangan Bapepam kini beralih ke Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Kekuasaan yang sangat besar dan unik yang dimiliki oleh Bapepam
diserahkan kepada OJK. Bapepam tidak hanya bertindak sebagai regulator tetapi juga
mempunyai kekuasaan “kepolisian”, serta dapat bertindak dan berwenang menggunakan
kekuasaannya yang bersifat “quasi-judicial”, yakni badan non yudisial yang dapat
menafsirkan hukum.
            Dalam hal melakukan pemerikasaan dan penyidikan atas terjadinya pelanggaran
UUPM, kekuasaan OJK merupakan polisi yang menegakkan hukum sebagai Penyidik
Pegawai Negeri Sipil. Pendelegasian kekuasaan Bapepam kepada OJK juga diperluas
yaitu mempunyai kekuasaan untuk mengenakan sanksi administrasi yang jumlahnya
cukup banyak dalam pelaksanaan kekuasaannya. Termasuk dalam kekuasaan pengenaan
sanksi adalah untuk mengenakan denda, pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha,
pencabutan izin usaha serta pembatalan persetujuan pendaftaran. Sebagai Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS), OJK mempunyai kewenangan seperti layaknya Polisi
dalam melakukan pemeriksaan dan penyidikan. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan
sebagai penyidik, OJK dapat dibantu oleh aparat penegak hukum lainnya, juga dapat
melalukan perintah penangkapan sebagaimana kewenangan yang dimiliki oleh
pendahulunya yaitu Bapepam.

B.  Saran-Saran.
     Saran bagi OJK agar tugas dan fungsinya dapat berjalan dengan lancar, maka
penyelenggaraan pengawasan harus dilakukan secara terintegritas dan trasnparan. Dalam
perekrutan anggota OJK pun harus diperhatikan agar terseleksi orang-orang yang
terintegritas, professional, serta berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan diakses pada tanggal 12 Maret 2019,


pukul 13.40 WIB

http://deniaandro.blogspot.com/2015/05/makalah-otoritas-jasa-keuangan.html diakses pada


tanggal 12 Maret 2019, pukul 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai