Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH OTORITAS JASA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN


(OJK)

Disusun oleh :
Maisyarah 121312213

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
Tahun Akademik 2014/2015
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Makro adapun judul yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu mengenai
pengertian,tugas dan fungsi Otoritas jasa keuangan.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen dan pihak yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini juga diharapkan dapat
menambah pengetahuan kita tentang Otoritas Jasa Keuangan, Untuk kesempurnaan dari makalah
ini, maka diharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun makalah berikutnya
dapat lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan kita semua, terima kasih.

Banjarmasin, 14 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian OJK(Otoritas Jasa Keuangan)....................................................
BAB III PEMBAHASAN
A. Visi OJK
B. Misi OJK
C. Tujuan Didirikannya OJK
D. Tugas OJK
E. Wewenang OJK
F. Perlindungan Konsumen dan Masyarakat
G. Kode Etik OJK
H. Wewenang OJK dalam perbankan
I. Struktur Organisasi OJK
Pelaksana Kegiatan Operasional

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah membuat sistem
keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah kesepakatan untuk membentuk
Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002.
Meskipun Otoritas Jasa Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh UU,
nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa Keuangan belum ada, sampai
akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) tersebut direvisi, menjadi UU No 24 2004
yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011, RUU Otoritas Jasa Keuangan disahkan oleh DPR,
dan selanjutnya Pemerintah mensahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam Lembaran Negara Republik pada tanggal 22
November 2011. Berikut merupakan ringkasan dari isi Undang Undang Nomor 21 Tahun
2011.OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka masalah yang di bahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud Otoritas Jasa Keuangan?
2. Apakah tujuan di buatnya Otoritas Jasa keuangan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan OJK terhadap peraturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap kegiatan disektor jasa keuangan.
2. Untuk mengetahui efektifitas OJK dalam peraturan dan pengawasan di sektor kuangan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan bisa bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengawasan khususnya dalam
bidang Jasa keuangan.
2. Diharapkan Pembaca lebih mengetahui tentang Tugas dan wewenang OJK.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian OJK(Otoritas Jasa Keuangan)
Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang
yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri
(saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta. Pada dasarnya fungsi pasar
modal sebagai wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin
banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham perusahaan yang telah go public (Suad
Husnan, 1994). Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai suatu pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik
itu dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah atau
perusahaan swasta. (Tjiptono D dan Hendy M. F – 2001)
Sedangkan Jasa keuangan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk jasa yang
disediakan oleh industry keuangan. Jasa keuangan juga digunakan untuk merujuk pada
organisasi yang menangani pengelolaan dana. Bank, bank investasi, perusahaan asuransi,
perusahaan kartu kredit, perusahaan pembiayaan konsumen, dan sekuritas adalah contoh-
contoh perusahaan dalam industri ini yang menyediakan berbagai jasa yang terkait dengan
uang dan investasi. Jasa keuangan adalah industri dengan pendapatan terbesar di dunia; pada
tahun 2004, industri ini mewakili 20% kapitalisasi pasar.
Pengguna Jasa Keuangan adalah para nasabah atau konsumen. Konsumen dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen memiliki pengertian:
“setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan”, sedangkan dalam sektor Pasar Modal, konsumen adalah pihak-pihak yang
menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa
Keuangan atau dengan kata lain disebut dengan pemilik modal atau pemodal.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Visi Otoritas Jasa keuangan
Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa
keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu
mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing
global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

B. Misi Otoritas Jasa Keuangan


Misi otoritas Jasa keuangan yaitu:
1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara teratur, adil,
transparan, dan akuntabel.
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
C. Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan:
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
D. Tugas Otoritas Jasa keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan
terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB.
E. Untuk melaksanakan tugas pengawasan OJK mempunyai wewenang:
a. Menetapkan suatu kebijakan:
1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan.
2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif.
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain
terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
4. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu.
5. Melakukan penunjukan pengelola statuter.
6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter.
7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
b. Memberikan dan/atau mencabut:
1. Izin usaha.
2. Izin orang perseorangan.
3. Efektifnya pernyataan pendaftaran.
4. Surat tanda terdaftar.
5. Persetujuan melakukan kegiatan usaha.
6. Pengesahan.
7. Persetujuan atau penetapan pembubaran.
8. penetapan lain.
F. Perlindungan Konsumen dan Masyarakat
Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan
pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:
1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan,
layanan, dan produknya.
2. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut
berpotensi merugikan masyarakat.
3. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan.
G. Kode Etik
a. Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan kepantasan yang wajib dipatuhi
dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK dalam
pelaksanaan tugas.
b. Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas mengawasi kepatuhan
Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK terhadap Kode Etik.
c. Nilai Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan Nilai Strategis
Organisasi OJK yakni Integritas, Profesionalisme, Transparansi, Akuntabilitas, Sinergi, dan
Kesetaraan.
H. Wewenang OJK Untuk melaksanakan tugas pengaturan di sektor Perbankan

a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:


1. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja,
kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta
pencabutan izin usaha bank.
2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas
di bidang jasa;
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank.
2. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank.
3. Sistem informasi debitur.
4. Pengujian kredit (credit testing)
5. Standar akuntansi bank.
c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
1. Manajemen risiko.
2. Tata kelola bank.
3. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang.
4. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.
5. Pemeriksaan bank.

d. Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:


1. Menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini.
2. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK
4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan.
5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.
6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa
Keuangan dan pihak tertentu.
7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa
Keuangan.
8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban.
9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

I. Struktur Organisasi OJK terdiri atas


Struktur Pokok ojk yaitu:
1. Dewan Komisioner OJK
2. Pelaksana Kegiatan Operasional
Struktur Dewan Komisioner Terdiri atas:
1. Ketua merangkap anggota;
2. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga
Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;
6. Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
7. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen;
8. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur Bank
Indonesia; dan
9. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat Eselon I
Kementerian Keuangan.
Pelaksana Kegiatan Operasional Terdiri Atas:
1. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I;
2. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor Perbankan;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga
Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang Pengawasan Sektor IKNB;
6. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko; dan
7. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen memimpin bidang
Edukasi dan Perlindungan Konsumen.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Pedelegasian tugas, fungsi dan kewenangan Bapepam kini beralih ke Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Kekuasaan yang sangat besar dan unik yang dimiliki oleh Bapepam diserahkan kepada
OJK. Bapepam tidak hanya bertindak sebagai regulator tetapi juga mempunyai kekuasaan
“kepolisian”, serta dapat bertindak dan berwenang menggunakan kekuasaannya yang bersifat
“quasi-judicial”
Dalam hal melakukan pemerikasaan dan penyidikan atas terjadinya pelanggaran UUPM,
kekuasaan OJK merupakan polisi yang menegakkan hukum sebagai Penyidik Pegawai Negeri
Sipil. Pendelegasian kekuasaan Bapepam kepada OJK juga diperluas yaitu mempunyai kekuasaan
untuk mengenakan sanksi administrasi yang jumlahnya cukup banyak dalam pelaksanaan
kekuasaannya. Termasuk dalam kekuasaan pengenaan sanksi adalah untuk mengenakan denda,
pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha serta pembatalan persetujuan
pendaftaran. Sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), OJK mempunyai kewenangan
seperti layaknya Polisi dalam melakukan pemeriksaan dan penyidikan. Dalam rangka pelaksanaan
kewenangan sebagai penyidik, OJK dapat dibantu oleh aparat penegak hukum lainnya, juga dapat
melalukan perintah penangkapan sebagaimana kewenangan yang dimiliki oleh pendahulunya
yaitu Bapepam.

B. Saran-Saran.
Saran bagi OJK agar agar fungsi dan tujuannya berhasil yang pertama bagaimana mengawasi
industri keuangan secara integrasi. Kedua perlunya regulasi yang lebih harmonis antar sektor
dan bagaimana memperbaiki interkonektivitas layanan .

DAFTAR PUSTAKA

http://tasbul.blogdetik.com/?p=158, diakses tanggal 14 Agustus 2019, pukul 14.20 WITA


www.ojk.go.id , diakses tanggal 10 Agustus 2019, pukul 15.17 WITA

Anda mungkin juga menyukai