Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

,
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila


Dosen : Annisa Istiqomah, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Annisya Ika Fitria 1800029138
Putri Rina Sari.KR 1800029167
Salsabilla Luthfiana A.H. 1800029171
Nur Syahriana Hatta 1800029197
Nisa Nur Aini 1800029205

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2018
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh
Swt. Yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah Pancasila ini sesuai dengan waktu yang direncanakan. Makalah ini
kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Pancasila. Yang
meliputi nilai tugas,nilai kelompok,nilai individu, dan nilai keaktifan.

Pembuatan makalah ini menggunakan metodei study pustaka, yaitu mengmpulkan dan
mengkaji materi Pancasila dari berbagai referensi. Kami gunakan metode pengumpulan data
ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat dan bisa
dibuktikan.

Penyampaian materi dari referensi yang satu dengan yang lainnya akan menyatu dalam satu
makalah kami.

Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pla dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon
maaf atas segala kekurangannnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada Annisa Istiqomah, S.Pd., M.Pd sebagai pengajar mata
kuliah Pancasila yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa pula
kepada ekan – rekan yang telah ikut berpatisipasi. Sehingga makalah ini slesai tepat pada
waktunya.

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. i


Kata Pengantar .................................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


A. Latar Belakang ...................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
C. Tujuan ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pancasila Pada Era Orde Lama .............................................................................
B. Pancasila Pada Era Orde Baru ..............................................................................
C. Pancasila Pada Era Reformasi ..............................................................................

BAB III KESIMPULAN...................................................................................................

BAB IV SIMPULAN ........................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 yang diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7
bersamaan dengan batang tubuh UUD 1945.Pancasila adalah lima nilai dasar luhur
yang ada dan berkembang bersama dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah
merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa
lampau yang berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara
pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada masa
lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan masa depan
yang berbeda dengan masa yang sebelumnya.
Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun
berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam
fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur - unsurnya yakni
pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar
pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan
pemerintahan. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini
menempatkan pancasila sebagai dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-
nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka masalah dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana Pancasila Pada Era Orde Lama ?
2. Bagaimana Pancasila Pada Era Orde Baru ?
3. Bagaimana Pancasila Pada Era Reformasi ?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang diutarakan tersebut, maka makalah ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui peran pancasila dalam era orde lama
2. Mengetahui peran pancasila dalam era orde baru
3. Mengetahui peran pancasila dalam era reformasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Pada Era Orde Lama


Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembng
pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi
politik dan keamanan dalam negeri banyak diliputi oleh kekacauan. Masa orde lama
dalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem
kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalm bentuk yang berbeda-beda pada masa
orde lama.
1. Periode 1945 – 1950
a. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI)
PKI di Madiun terjadi pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini
dipimpin oleh Muso. Tujuan utamanya adalah mendirikan Negara Soviet
Indonesia yang berideologi komunis. Dengan kata lain, pemberontakan
tersebut akan menggati pancasila dengan paham komunis. Pemberontakan ini
pada akhirnya bisa digagalkan.
b. Pemberontakan Darul Islam /Tentara Islam Indonesia
Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo.
Pemberontakan ini ditandai dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII)
oleh Kartosuwiryo pada tanggal 17 Agustus 1949. Tujuan utama didirikannya
NII adalah untuk mengganti pancasila sebagai dasar negara deingan syari’at
islam. Upaya penumpasan pemberontakan ini memakan waktu yang cukup
lama. Kartosuwiryo bersama para pengikutnya baru bisa ditangkap pada
tanggal 4 Juni 1962.
2. Periode 1950 – 1959
a. Pemberontakan RMS
Republik Maluku Selatan. Pada tanggal 25 April 1950 Dr. Christian Robert
Steven Soumokil memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan
(RMS). Soumokil bertujuan untuk melepaskan wilayah Maluku dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dalam operasi penumpasan di Ambon, Letkol
Slamet Riyadi gugur ketika bertempur merebut benteng New Victoria.
Akhirnya, Dr. Soumokil tertangkap pada tanggal 122 Desember 1963 dan
gereakan RMS dapat dihancurkan.

b. PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia)


Sebab berdirinya PRRI adalah tuntutan otonomi luas dan kekecewaan
terhadap pemerintah pusat karena telah dianggap telah melanggar undang -
undang, pemerintah yang sentralis, sehingga pembangunan di daerah menjadi
terabaikan
Gerakan ini bermula dari acara reuni Divisi Banteng di Padang pada tanggal
20-25 November 1956. Dari pertemuan tersebut di hasilkan perlunya Otonomi
Daerah agar bisa menggali potensi dan kekayaan Daerah dan disetuji pula
pembenukan Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Huesin
komandn resimen IV dan tetorium I yang berkedudukan di Padang. Namun
upaya ini gagal.
Pada tanggal 20 Desember 1956. Letkol Ahmad Husein merebut kekuasaan
Pemerintah Daerah dari Gubernur Ruslan Nuljohardjo. Dalihnya Gubernur
yang ditunjuk Pemeintah tidak berhasil menjalankan pembangunan Daerah.
c. Permesta
Pemberontakan PRRI di barat dan Permesta di timur menumbuhkan berbagai
macam alasan. Utamanya bahwa kelompok etnis tertentu di Sulawesi dan
Sumatera Tengah waktu itu merasa bahwa kebijakan pemerintahan dari Jakarta
stagnan pada pemenuhan ekonomi lokal mereka saja, di mana dalam
gilirannya membatasi setiap kesempatan bagi pengembangan daerah regional
lainnya. Juga ada rasa kebencian terhadap kelompok suku Jawa, yang
merupakan suku dengan jumlah terbanyak dan berpengaruh dalam negara
kesatuan Indonesia yang baru saja terbentuk. Efeknya konflik ini sedikit
menyoal pikiran tentang pemisahan diri dari negara Indonesia, tetapi lebih
menitikberatkan tentang pembagian kekuatan politik dan ekonomi yang lebih
adil di Indonesia.
3. Periode 1959 – 1965
Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi
terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi di mana seluruh keputusan serta
pemikiran berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. Konsep
sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno
dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden
Soekarno :

1. Dari segi keamanan nasional : Banyaknya gerakan separatis pada


masa demokrasi liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
2. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa
demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh
kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga
pembangunan ekonomi tersendat.
3. Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru
untuk menggantikan UUDS 1950.

Masa Demokrasi Terpimpinyang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali


oleh anjuran Soekarno agar Undang- Undang yang digunakan untuk
menggantikan UUDS 1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu
menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak
lanjut usulannya, diadakan pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh
anggota konstituante. Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka
mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno
tersebut.

Hasil pemungutan suara menunjukan bahwa :

 269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945


 119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945

Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat
direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang
menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah
ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekret
yang disebut Dekret Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekret Presiden 5 Juli 1959 :
1. Tidak berlau kembali UUDS 1950
2. Berlakunya kembali UUD 1945
3. Dibubarkannya konstituante
4. Pembentukan MPRS dan DPAS

B. Pancasila Pada Era Orde Baru

Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde
Baru menggantikan ((Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Lahirnya
Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia
berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang
merajalela.
Meski telah merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada dalam kondisi yang
relatif tidak stabil. Bahkan setelah Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1949, keadaan politik maupun ekonomi di Indonesia masih labil karena ketatnya
persaingan di antara kelompok-kelompok politik. Keputusan Soekarno untuk mengganti
sistem parlemen dengan Demokrasi Terpimpin memperparah kondisi ini dengan
memperuncing persaingan antara angkatan bersenjata dengan Partai Komunis Indonesia,
yang kala itu berniat mempersenjatai diri. Sebelum sempat terlaksana, peristiwa Gerakan 30
September terjadi dan mengakibatkan diberangusnya Partai Komunis Indonesia dari
Indonesia. Sejak saat itu, kekuasaan Soekarno perlahan-lahan mulai melemah.

Pada masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap
hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan "persatuan dan kesatuan
bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi
dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke
Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya.Namun dampak negatif yang tidak
diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat
dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang banyak mendapatkan bantuan
pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program transmigrasi sama dengan jawanisasi yang
sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran itu orang Jawa.

Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk
(konflik Ambon dan (konflik Madura-Dayak di Kalimantan. Sementara itu gejolak di Papua
yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan pengelolaan
sumber alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para transmigran.

Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun
1966, yang kemudian menjadi dasar legalitasnya Orde Baru bertujuan meletakkan kembali
tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.]

Kelahiran Supersemar terjadi dalam serangkaian peristiwa pada tanggal 11 Maret 1966. Saat
itu, Sidang Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno
sedang berlangsung.Di tengah-tengah acara, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar
istana terdapat pasukan yang tidak dikenal.Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Wakil Perdana Menteri
(Waperdam) II Dr. Johannes Leimena dan berangkat menuju Istana Bogor, didampingi oleh
Waperdam I Dr Subandrio, dan Waperdam III Chaerul Saleh.Leimena sendiri menyusul
presiden segera setelah sidang berakhir.

Di tempat lain, tiga orang perwira tinggi, yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat, Brigadir
Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud bertemu dengan Letnan Jenderal
Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi
Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk meminta izin menghadap
presiden. Segera setelah mendapat izin, di hari yang sama tiga perwira tinggi ini datang ke
Istana Bogor dengan tujuan melaporkan kondisi di ibukota Jakarta meyakinkan Presiden
Soekarno bahwa ABRI, khususnya AD, dalam kondisi siap siaga.Namun, mereka juga
memohon agar Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan ini.
Sebagai tindak lanjut keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret, Letnan Jenderal Soeharto
mengambil beberapa tindakan. Pada tanggal 12 Maret 1966, ia mengeluarkan surat keputusan
yang berisi pembubaran dan larangan bagi Partai Komunis Indonesia serta ormas-ormas yang
bernaung dan berlindung atau senada dengannya untuk beraktivitas dan hidup di wilayah
Indonesia. Keputusan ini kemudian diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI
ABRI/Mandataris MPRS No.1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966.Keputusan pembubaran Partai
Komunis Indonesia beserta ormas-ormasnya mendapat sambutan dan dukungan karena
merupakan salah satu realisasi dari Tritura.

Pada tanggal 18 Maret 1966, Soeharto mengamankan 15 orang menteri yang dinilai
tersangkut dalam Gerakan 30 September dan diragukan etika baiknya yang dituangkan dalam
Keputusan Presiden No. 5 Tanggal 18 Maret 1966. Ia kemudian memperbaharui Kabinet
Dwikora yang disempurnakan dan membersihkan lembaga legislatif, termasuk MPRS dan
(DPRGR, dari orang-orang yang dianggap terlibat Gerakan 30 September.Keanggotaan Partai
Komunis Indonesiadalam MPRS dinyatakan gugur.Peran dan kedudukan MPRS juga
dikembalikan sesuai dengan UUD 1945, yakni di atas presiden, bukan sebaliknya. Di
DPRGR sendiri, secara total ada 62 orang anggota yang diberhentikan. Soeharto juga
memisahkan jabatan pimpian DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan DPRGR
tidak lagi diberi kedudukan sebagai menteri.

Pada tanggal 20 Juni hingga 5 Juli 1955, diadakanlah Sidang Umum IV MPRS dengan hasil
sebagai berikut:

(Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966tentang Pengesahan dan Pengukuhan Supersemar.


(Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966mengatur Kedudukan Lembaga-Lembaga Negara
Tingkat Pusat dan Daerah.
(Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI Bebas
Aktif.
(Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966tentang Pembentukan Kabinet Ampera.
(Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966tentang Peninjauan Kembali Tap. MPRS yang
Bertentangan dengan UUD 1945.
(Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966tentang Sumber Tertib Hukum RI dan Tata Urutan
Perundang-undangan di Indonesia.
(Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan
Pernyataan Partai Komunis Indonesia dan Ormas-Ormasnya sebagai Organisasi Terlarang di
Indonesia.

Hasil dari Sidang Umum IV MPRS ini menjadi landasan awal tegaknya Orde Baru dan
dinilai berhasil memenuhi dua dari tiga tuntutan rakyat (tritura), yaitu pembubaran Partai
Komunis Indonesia dan pembersihan kabinet dari unsur-unsur Partai Komunis Indonesia.

Selain dibubarkan dan dibersihkan, kader-kader Partai Komunis Indonesia juga dibantai
khususnya di wilayah pedesaan-pedesaan di pulau Jawa. Pembantaian ini tidak hanya
dilakukan oleh angkatan bersenjata, namun juga oleh rakyat biasa yang dipersenjatai.Selain
kader, ribuan pegawai negeri, ilmuwan, dan seniman yang dianggap terlibat juga ditangkap
dan dikelompokkan berdasarkan tingkat keterlibatannya dengan Partai Komunis Indonesia.
Sebagian diasingkan ke Pulau Buru, sebuah pulau kecil di wilayah Maluku. Pada tanggal 30
September setiap tahunnya, pemerintah menayangkan film yang menggambarkan Partai
Komunis Indonesiasebagai organisasi yang keji.

Kelebihan sistem orde baru

Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996
telah mencapai lebih dari AS$1.565
Sukses transmigrasi
Sukses KB
Sukses memerangi buta huruf
Sukses swasembada pangan
Pengangguran minimum
Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
Sukses Gerakan Wajib Belajar
Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
Sukses keamanan dalam negeri
Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

Kekurangan sistem orde baru

Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme


Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara
pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama
di Aceh dan Papua
Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan
pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan
si miskin)
Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
Kebebasan pers sangat terbatas, (diwarnaioleh banyak koran dan majalah yang dibredel
Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
"Penembakan Misterius"
Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal ini
kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur.[butuh
rujukan]
Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang
memperhatikan kesejahteraan anak buah.
Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan negara dipegang oleh
swasta

C. Pancasila Pada Era Reformasi


BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan uraian dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut :


1. Peran Pancasila Pada Era Orde Lama memang mengalami banyak masalah terutama
terpecahnya daerah - daerah di Indonesia,Tapi karena pejuang – pejuang bersungguh –
sungguh untuk merebutnya kembali. Dan daerah tersebut tidak jadi dirampas oleh negara
lain.
2. Peran Pancasila Pada Era Orde Baru sangat mengutamakan persatuan bangsa indonesia
namun banyak mengalami konflik antara pemerintah dengan masyarakat . Orde Baru
terbentuk dari diterbitkannya surat perintah sebelas maret(supersemar) pada tahun 1966.
3. Dst

DAFTAR PUSTAKA

Pak Dhe (2017). Tujuan Pemberontakan RMS. Diakses dari


(http://solusisejarah.blogspot.com/2017/12/tujuan-pemberontakan-rms.html)
Wikipedia.org (2018). Republik Maluku Selatan. Diakses dari
(https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Maluku_Selatan)
Bapak Romi (2015). Masa orde lama periode 1945. Diakses dari
(https://ppknsmp123.blogspot.com/2015/12/jelaskan-masa-orde-lama-periode-
1945.html)
Kaelan. (2000). Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi .Yogjakarta: Paradigma.

Subandi, A. (2006). Pancasila dan UUD dalam paradigma Reformasi . In Pancasila dan
UUD dalam paradigma Reformasi . Jakarta: Rajawali Pers

Juandi Montella (2015). Pemberontakan Repulik Maluku Selatan. Diakses dari


(https://rangkumanberbagaipengetahuan.blogspot.com/2015/03/pemberontakan-
republik-maluku-selatan.html)
Wikipedia.org (2018). Pemerintahhan Revolusiner Republik Indonesia . Diakses dari
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Revolusioner_Republik_Indonesia)
Wikipedia.org (2018). Permesta. Diakses dari
(https://id.wikipedia.org/wiki/Permesta)
Wikipedia.org (2018). Sejarah Indonesia (1959–1965). Diakses dari
(https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1959%E2%80%931965)
Mustofa, Sh., Suryandari, Titik Mulyati (2009). Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas XII Program
IPA. Jakarta: PT. Grahadi. ISBN 978-979-068-061-6.
Vatikiotis, Michael R.J. (1998). Indonesian Politics Under Soeharto: The Rise and Fall of the
New Order. London: Routledge. ISBN 0-203-25980-7.

Anda mungkin juga menyukai