Anda di halaman 1dari 18

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL


Diampu oleh Bpk. Abdul Mujib, M.Pd.I

Oleh ; Kelompok 3

Ariv Sutrisno (1282341)

KELAS/Semester : E/IV

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )

JURAI SIWO METRO

Th.2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah,puji syukur atas kehadirat Allah SWT.yang telah memberikan nikmat-


Nya terutama nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang penulis buat ini bertujuan untuk mengetahui tentang Pendidikan dan
Stratifikasi Sosial. Makalah ini dibuat bukan hanya untuk memenuhi tugas kuliah “Sosiologi
Pendidikan” akan tetapi diharapkan agar dapat menjadi referensi ilmu untuk perkembangan
wacana dalam memahami perkembangan media itu sendiri. Untuk itu koreksi serta saran
sangat diperlukan untuk kemajuan kita bersama.

Taklupa pula disampaikan terimakasih atas semua dukungan dan bantuan materil
maupun moril kepada:

1. Ibu dan Ayahanda tercinta yang telah mendukung dan mendanai kegiatan
perkuliahan.
2. Bapak Abdul Mujib, M.Pd.I selaku dosen pembimbing matakuliah Sosiologi
Pendidikan.

Dengan segenap hati bahwa penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, sehingga sangatlah penting memberikan sumbangan kritikan
demi membangun dan memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat membantu berguna dan
bermanfaat dalam proses pembelajaran mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

Metro,16Maret 2014

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
a) Latar Belakang ..............................................................................................1
b) Rumusan Masalah .........................................................................................2
c) Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

a) Pengertian Pendidikan....................................................................................3
b) Pengertian Stratifikasi Sosial.........................................................................3
c) Penggolongan Sosial......................................................................................5
d) Cara-Cara Menentukan Golongan Sosial.......................................................6
e) Golongan Sosial Dan Jenis Pendidikan .........................................................7
f) Mobilitas Sosial..............................................................................................8
g) Pendidkan Dan Mobilitas Sosial....................................................................9
h) Hubungan Stratifikasi Sosial Dengan Pendidikan.........................................10
i) Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Golongan Sosial........................................10
j) Mobilitas Sosial Melaui Pendidikan..............................................................11
k) Tingkat Sekolah Dan Mobilitas Sosial...........................................................12
l) Pendidikan Menurut Perbedaan Sosial...........................................................13

BAB III PENUTUP

a) Kesimpulan ................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan Indonesia, semakin hari semakin berkembang. Namun, seperti kita ketahui,
perkembangan ini tidak sepadan dengan kualitas pendidikan itu sendiri. Hal ini
mengakibatkan kesenjangan atau ketimpangan di dalam masyarakat Indonesia seperti kualitas
lulusan, kesenjangan antara pendidikan kota dan desa, dan sebagainya. Selain itu, didalam
pendidikan muncul masalah yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan itu sendiri yang
tidak lain adalah bahwa pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial. Ahli
sosiologi berpendapat bahwa dalam semua masyarakan memiliki ketiksamaan diberbagai
bidang. Misalnya dalam bidang ekonomi, sebagian anggota masyararakat memiliki kekayaan
yang berlimpah dan kesejahteraan hidup yang terjamin, sedangkan sebagaian lainnya dalam
keadaan miskin dan tidak sejahtera. Pada bidang politik sebagian orang memiliki kekuasaan
dan sebagain lainnya dikuasai. Pada bidang politik sebagian orang ada yang mengenyam
pendidikan sampai ketingkat yang paling tinggi dan sebagian lainnya ada yang sama sekali
tidak pernah mengenyam pendidikan. Inilah realitas social dalam masyarakat, yang dapat
ditangkap oleh pemerintah dan daya fikir manusia. Perbedaan anggota masyarakat ini, seperti
telah dikatakan terdahulu, dinamakan stratifikasi social (social stratification). Pendidikan
dalam hal ini memiliki peranan strategis dalam membentuk stratifikasi sosial.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan utama yang kami kaji adalah mengenai “Pendidikan dan Stratifikasi Sosial”.
Namun, agar pembahasan tidak meluas, maka penyusun membatasi masalah dengan beberapa
pertanyaan sebagai berikut,
a) Apa Yang Dimaksud Pendidikan
b) Apa Yang Dimaksud Pengertian Stratifikasi Sosial
c) Apa Yang Dimaksud Penggolongan Sosial
d) Bagaimana Cara-Cara Menentukan Golongan Sosial
e) Apa Hubungan Stratifikasi Sosial Dengan Pendidikan
f) Bagaimana Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Golongan Sosial
g) Apa Saja Golongan Sosial Dan Jenis Pendidikan
h) Apa Yang Dimaksud Pendidkan Dan Mobilitas Sosial
i) Apa Hubungan Mobilitas Sosial Melaui Pendidikan
j) Bagaimana Tingkat Sekolah Dan Mobilitas Sosial

1
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah yaitu :

a) Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan


b) Untuk Mengetahui Pengertian Stratifikasi Sosial
c) Untuk Mengetahui Penggolongan Sosial
d) Untuk Menentukan Cara-Cara Menentukan Golongan Sosial
e) Untuk Mengetahui Hubungan Stratifikasi Sosial Dengan Pendidikan
f) Untuk Mengetahui Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Golongan Sosial
g) Untuk Mengetahui Golongan Sosial Dan Jenis Pendidikan
h) Untuk Mengetahui Pendidkan Dan Mobilitas Sosial
i) Untuk Mengetahui Mobilitas Sosial Melaui Pendidikan
j) Untuk Mengetahui Tingkat Sekolah Dan Mobilitas Sosial
k) Untuk Mengetahui Pendidikan Menurut Perbedaan Sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pengertian secara secara sederhana, dapat dirujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian kamus diatas terliahat bahwa
melalui pendidikan: satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata laku: dua, orang
berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku: tiga, proses
pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan1.

Sedangkan menurut UU No. 2 Tahun 1989, pendidikan merupakan usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang. Dari pegertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif untuk mengembangkan potensi dirinya
agar memiliki kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.

B. PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL

Stratifikasi sosial berasal dari bahasa kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan
masyarakat manusia pada umumnya. Menurut Petrim A. Sorokin, bahwa stratifikasi sosial
(social stratification) adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas
secara bertingkat (secara hirarkis). perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas
yang lebih rendah. Selanjutnya Sorokinmenjelaskan bahwa dasar dan inti lapisan-lampisan
dalam masyarakat adalah karena tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan
pengaruhnya diantara anggota masyarakat. Lapisan-lapisan dalam masyarakat itu ada sejak
manusia mengenal kehidupan bersama dalam masyarakat itu ada sejak manusia mengenal
kehidupan bersama dalam masyarakat.2 Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada

1
Damsar.Pengantar Sosiologi Pendidikan.Jakarta.KENCANA.h.8
2
Abdulsyani.Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan.Jakarta.PT Bumi Aksara.h.82

3
pembedaan jenis kelamin, perbedaan antra pemimpin dengan yang dipimpin, pembagian
kerja dan sebagainya. Semakin komplek dan majunya pengetahuan dan tehnologi dalam
masyarakat, maka sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat, maka sistem lapisan-lapisan
dalam masyarakat akan semakin kompleks pula.

Manusian sebagai mahluk sosial tak bisa melangsungkan kehidupan tanpa adanya
bantuan dari manusia lain, kebergantungan ini juga bisamembentuk sebuah lapisan
masyarakat, misalnya produsen dengan konsumen danlain sebagainya. Dalam kehidupan
masyarakat biasanya selalu terdapat perbedaan status antara orang satu dengan yang lainnya,
antara kelompok satu dengan kelompok yang lainya. Ada yang mempunyai status sosial yang
tinggi dan ada pula yang mempunyai status yang paling rendah dalam kehidupan masyarakat,
sehingga kalau dilihat dari bentuknya seakan-akan status manusia dalam masyarakat itu
berlapis-lapis dari atas ke bawah.menurut konsep status, bahwa didalam sekelompok
masyarakat tertentu pasti di dalamnya terdapat beberapa orang yang lebih dihormati daripada
orang lain. Status ekonomi, biasanya juga ada beberapa orang yang memiliki faktor ekonomi
yang lebih tinggi dari pada yang lainya, begitu seterusnya bagi status-status lain yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto (1982), selama dalam satu masyarakat ada suatu yang
dihargai dan setiap masyarakat mempunyaisesuatu yang dihargai, maka hal itu akan menjadi
bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang
sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau bebnda-benda
bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan,kesalehan
beragama ataumungkin keturunan dari keluarga yang terhormat. Hasn Shadily mengatakan
bahwa pada umunya lapisan dalam masyarakat menunjukkan:

1. Keadaan senasib. Dengan paham ini kta mengenal lapisan yang terendah, yaitu
lapisan pengemis, lapisan rakyat dan lain sebagainya.
2. Persamaan batin ataupun kepandaian: lapisan terpelajar dan sebagainya.

Stratifikasi sosial tersebut merupakan pembedaan (diferesiasi) yang berhubungan


dengan pengertian pembedaan tingkat, dimana anggota masyarakat berada didalamnya.

Menurut Petrim A. Sorokin, bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap
dan umunya dalam setiap masyarakat. Bagi siapa saja yang memiliki sesuatu yang dihargai
atau dibanggakan dari jumlah yang lebih dari lainya, maka ia akan dianggap memiliki status

4
yang lebih tinggi pula dalam masyarakat. Sebaliknya bagi mereka yang hanya memiliki
kuantitas sesuatu yang dibanggakan lebih sedikit, makaia akan dianggap mempunyai status
dalam masyarakat yang lebih rendah. Bagi seseorang yang memiliki status, baik yang rendah
maupun yang tinggi, sama-sama mempunyai sifat yang kumulatif; artinya bagi mereka yang
mempunyai status ekonomi yang tinggi biasanya relatif mudah ia akan dapat menduduki
status-status yang lain, seperti status sosial, politik ataupun kehormatan tertentu dalam
masyarakat. Begitupula bagi mereka yang sedikit sesuatu mempunyai status atau mereka
yang tidak mempunyai sama sekali sesuatau yang dibanggakan, biasanya mereka cenderung
akan semakin sulit untuk dapat naik status, atau bahkan dapat dikatakan seseorang yang
miskin cenderung semakin menjadi-jadi kemiskinannya. Mengenai bentuk-bentuk konkret
dari stratifikasi sosial dalam masyarakat, pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu kelas ekonomi, politik dan sistem nilai yang berlaku dan berkembang
dimasyarakat tertentu3.

C. PENGGOLONGAN SOSIAL

Dalam tiap masyarakat orang menggolongkan masing-masing dalam berbagai kategori,


dari lapisan yang paling atas sampai yang paling bawah. Dengan demikian maka
terjadilahstratifikasi sosial yang sangat ketat. Seorang lahir dalam golongan tertentu dan iya
tak mungkin meningkat kegolongan yang yang lebih tinggi, keanggotaannya dalam suatu
katagori merupakan paktor utama yang menentukan tinggi pendidikan yang dapat di
tempuhnya, jabatan yang dapat didudukinya , orang yang dapat dikawininya dan sebagainya.
Golongan yang ketat serupa ini biasanya disebut kasta.

Biasanya penggolongan sosial tidak seketat itu akan tetapi fleksibel dengan batas batas
yang agak kabur dan senantiasa dapat mengalami perubahan. Dalam masarakat yang
sedemikian anak seorang jendral dapat bekerja sebagai seorang penyanyi di night club dan
kawin dengan keturunan putri keturunan bangsawan jaman dulu4.

D. CARA-CARA MENENTUKAN GOLONGAN SOSIAL5

Konsep tentang golongan sosial bergantung pada cara seorang menentukan golongan
sosial itu . adanya golongan sosial timbul karena adanya perbedaan setatus di kalangan

3
Ibid.,h.84
4
Nasution.Sosiologi Pendidikan.Jakarta.PT Bumi Aksara.h.26

5
Ibid.,h.26

5
anggota masarakat untuk menentukan statifikasi sosial agar diikuti tiga metode yakni. (1)
metode obyektif, (1) metode subyektif (1) metode reputasi. Metode obyektif. Staratifikasi
ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi
pendidikan, jenis pekerjaan. Biasanya keterangan demikian terkumpul sewaktu diadakan
sensus. Menurut suatu penelitian (1954) di amerika serikat dokter menepati suatu kedudukan
yang sangat tinggi sama dengan gubernur negara dengan bagian . juga propesor tinggi
kedudukannya sama dengan ilmuan (scientist), anggota kongres dewan perwakilan rakyat.
Guru sekolah menduduki tempat yang lebih rendah dari kapten tentara, pemain orkes atau
kontraktor, akan tetapi lebih tinggi dari pada penyiar radio, masinus, polisi. Yang paling
rendah kedudukannya ialah tukang semir sepatu.

Metode subyektif. Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut pandangan
anggota masarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masarakat itu. Kepada
mereka diajukan pertanyyaan : “ menurut pendapat saudara termasuk golongan manakah
saudara dinegara ini, golongan atas, golongan menengah, atau golongan rendah?” dalam
penelitian tahun 19940 diperoleh golongan atas 6% golongan menengah 88% dan 6%
golongan rendah, golongan menengah sangat menonjol mungkin karna istilah (golongan
rendah) agak menyinggung perasaan. Akan tetapi bila golongan rendah dipecah menjadi
golongan pekerja dan golongan rendah dan maka hasilnya(1945) menjadi golongan atas 3%,
golongan menengah 43%, golongan pekerja 51%, golongan rendah 1%, sedangkan
selebihhya tidak tahu 1%, dan tidak percaya akan adanya golongan sosial 1%,

Metode reputasi. Metode ini dikembangkan oleh W.lloyLLdWarnercs. dalam metode


ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masarakat menempatkan masing
masing dalam stratifikasi masarat itu. Kesulitan penggolongan obyektif dan subyektif ialah
bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang dalam kehidupan sehari
hari yang nyata tentang golongan sosial masing masing. Oleh sebab itu W.L.Warner
mengikuti suatu cara yang realistis yakni memberikan kesempatan bahwa orang dalam
masarakat itu sendiri untuk menentukan golongan golongan mana yang akan dapat didalam
masarakat lalu mengidentifikasi anggota masing-masing golongan itu. Warner cs banyak
menggunakan teknik oprasional ini tanpa sebenarnya merumuskan dasar dasar deferensiasi
penggolongan itu. Metode ini tidak menghiraukan dasar teoritis bagi penggolongan dan
berusaha menentukan startifikasi sosial seperti yang terdapat dalam interaksi yang nyata
dikalangan penduduk dengan dasar pikiran bahwa merekalah yang sesungguhnya mengenal
golongan itu dalam kenyataan. Metode penggolongan ini tidak dimaksud untuk mencari

6
pebedaan setatus atau kekuasaan. Orang dalam masarakat lain mungkin akan mengadakan
startifikasi sosial yang berbeda dengan menggunakan dasar yang berlainan. Dengan
sendirinya sukarlah mengadakan perbandingan startifikasi sosial antara berbagai macam
masarakat. Penelitian lain menggunakan berbagai kriteria sosial ekonomi untuk membedakan
berbagai golongan sosial seperti jabatan, jumlah dan sumber pendapatan, tingkat pendidikan,
agama, jenis dan luas rumah, lokasi rumah, asal keturunan, partisipasi sosial.

E. HUBUNGAN STRATIFIKASI SOSIAL DENGAN PENDIDIKAN

Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang
memiliki keahlian atau berpendidikan akan mendapat penghargaan lebih besar disbanding
mereka yang tidak berpendidikan. Maka dari pada itu pendidikan meruppakan salah satu
dasar stratifikasi social.

Jika sekolah berdampak terhadap kualitas lulusan pendidikan, dan jika kualitas
pendidikan berdampak terhadap lapangan kerja yang diperoleh dan upah atau penghasilan
yang diterima,masa depan anak-anak dari lapisan social yang lebih tinggi (menengah atau
atas) akan tetap bertahan, maka disini kualaitas sekolah atau pendidikan dapat
mempertahankan stratifikasi social. Stratifikasi social merupakan gejala social tyang tidak
dapat dihindari dan terdapat disetiap masyarakat manapun didunia ini. Pandangan dan
keperluan mengenai pendidikan , dorongan, cita-cita dan hal yang lain bertalian dengan
pendidikan, diwarnnai stratifikasi social. Masyarakat yang menganut system social terbuka
memiliki kesempatan luas untuk berusaha naik ketangga social yang lebih tinggi.
Konsekuensinya terbuka pula untuk turun/jatuh dalam tangga social yang lebih rendah.
Gejala naik dan turunnya tangga pelapisan social ini tidak terdapat dalam masyarakat yang
menganut system pelapisan social yang tertutup

F. TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT GOLONGAN SOSIAL6

Dalam berbagai studi, tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan
sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang
tinggi antara kedudukan sosial seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya.
Walaupun tingkat sosial seseorang tidak dapat diramalkan sepenuhnya berdasarkan
pendidikanya, namun pendidikan tinggi memiliki talian erat dengan kedudukan sosial yang
6
Ibid.,h.30

7
tinggi. Ini tidak berarti bahwa pendidikan tinggi sendiri menjamin kedidikan sosial yang
tinggi.

Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab anak
golongan rendah kebanyakan atidak melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Orang
yang termasuk golongan sosial atas beraspirasi agar anaklnya menyelesaikan pendidikan
tinggi. Jabatan orangtua, jumlah dan sumber pendapatan, daerah tempat tinggal, tanggapan
masing-masing tentang golongan sosialnya, dan lambang-lambang lain yang berkaitan
dengan status sosial ada kaitan dengan tingkat pendidikan anak. Orangtua yang berkedudukan
tinggi, yang telah bergelar akademis, yang mempunyai pendapatan besar besar tinggal di
rumah gedung besar di daerah elite, merasa dirinya termasuk golongan atas dan dengan
segala yang dimiliki agar dapat membantu anaknya dalam menyelesaikan pendidikan tinggi.
Sebaliknya anak yang orangtuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan
puntung rokok, tinggal di gubuk kecil di tepi rel kereta api dan harus jalan kaki, tak dapat
diharapkan akan berusaha agar anaknya menikmati pendidikan tinggi.

Pada tingakat SD belum tampak pengaruh perbedaan golongan sosial, apalagi kalau
kewajiban belajar mengharuskan semua anak memasukinya akan tetapi pada tingkat Sekolah
Menengah, apalagi pada tingkat Pendidikan Tinggi lebih jelas tampak pengaruh perbedaan
golongan sosial itu. Perbedaan persentase anak-anak golongan yang berada atau berpangkat
makin meningkat dengan bertambah tingginya taraf pendidikan dan usia pelajar. Sebagian
besar dari mahasiswa yang memasuki ITB anak pegawai dan ABRI.

Perbedaan sumber pendapatan juga mempengaruhi harapan orangtua tentang


pendidikan anaknya. Sudah selayaknya orang tua yang berada mengharapkan agar anaknya
kelak memasuki Perguruan Tinggi. Soalnya hanya universitas mana dan jurusan apa di
samping tentunya kemampuan dan kemauan anak. Sebaliknya orang tua yang tidak mampu
tidak akan mengharapakan pendidikan yang demikian tinggi. Cukuplah bila anak
menyelesaikan SD, paling SM. Ada kalanya anak itu sendiri mempunyai kemauan keras
untuk melepaskan diri dari pendirian lingkuangan dan berusaha sendiri dengan segenap
tenaga untuk melanjutkan pelajaranya ke Perguruan Tinggi.

Faktor lain yang menghambat anak-anak golongan rendah memasuki Perguruan Tinggi
ialah kurangnya perhatian akan pendidikan di kalangan orang tua. Banyak anak-anak
golongan ini yang berhasrat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi akan tetapi
dihalangi oleh ketiadaan biaya. Banyak pula anak-anak yang putus sekolahnya karena alasan

8
finansial. Pendidikan memerlukan uank, tidak hanya untuk uank sekolah akan tetapi juga
untuk pakaian, buku, transport, kegiatan ekstra-kulikuler dan lain-lain.

G. GOLONGAN SOSIAL DAN JENIS PENDIDIKAN 7

Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai persiapan untuk pendidikan


tinggi. Karena biaya pendidikan tinggi pada umunya mahal, tidak semua orang tua mampu
membiayai studi anaknya di situ. Pada umunya anak-anak yang orang tuanya mampu, akan
memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas.

Orang tua yang mengetahui batas kemampuanya akan cenderung memilih sekolah
kejuruan tinggi bagi anaknya. Sebaliknya anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah
kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai musid dari
golongan rendah daripada yang berasal dar golongan atas. Karena itu dapat timbul pendapat
bahwa sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi daripada sekolah
kejuruan. Murid-murid sendiri cenderung memilih sekolah menengah umum, walaupun
sekolah kejuruan memberi jaminan yang lebih baik untuk kelangsungan bekerja daripada
yang lulus sekolah menengah umum.

Demikian pula mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan perguruan
tinggi mempunyai status yang lebih tinggi, misalnya matematika dan fisika dipandang lebih
tinggi dari pada, katakanlah PKK atau Tata Buku. Sikap demikian bukan hanya terdapat di
kalangan siswa, akan tetapi juga dikalangan orang tua dan guru yang dengan sengaja atau tak
sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-anak. Orang tua dan guru memiliki pandangan
yang lebih tinggi terhadap matapelajaran atau klurikulum yang mempersiapakan murid untuk
ke perguruan tinggi dari pada yang tidak memberi persiapan itu. Mendapat angka rendah
misalnya untuk Pendidikan Jasmani tidak dianggap serius oleh orangtua asal anak itu
mendapatkan angka tinggi untuk matematika dan fisika. Mau tak mau guru fisika,
matematika, atau kimia dipandang atau memandang diri lebih tinggi dari pada misalnya guru
olah raga.

H. MOBILITAS SOSIAL 8

Dalam tiap masyarakat modern terdapat mobilitas sossial atau perpindahan golongan
yang cukup banyak. Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem status dalam

7
Ibid.,h.31
8
Ibid.,h.35

9
masyarakat itu yang dirasakan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekuasaan, dan
sebagainya. Perpindahan orang dari golongan sosial yang lain yang lebih tinggi atau lebih
rendah disebut mobilitas sosial vertikal. Mobilitas sosial ini terus berlangsung di semua
negara khususnya dalam masyarakat industri karena dibutuhkannya sejumlah besar tenaga
teknis dan profesional. Golongan sosial tinggi tidak sanggup memenuhi segala kebutuhan itu
dan terpaksa mengambil dari lapisan sosial yang lebih rendah.

I. PENDIDKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di
dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk
mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan
sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan
satu ke golongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi
mobilitas sosial. Tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan
keampuhan pendidikan untuk memperbaiki nasib seseorang. Dengan memperluas dan
pemerataan pendidikan diharapkan dicairkanya batas-bats antara golongan-golongan sosial.
Diharapakan bahwa kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi setiap anak untuk
memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Kewajiban belajar atau pendidikan universal
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama dari semua golongan sosial. Dengan
demikian perbedaan golongan sosial dapat dikurangi meskipun tidak dapat dihapuskan
seluruhnya.

Mengenai mobilitas sosial terdapat dua pengertian. Pertama ialah bahwa suatu sektor
dalm masyarakat secara keseluruhan berubah kedudukan terhadap sektor lain. Misalnya
buruh industri yang dahulu mempunyai kedudukan yang rendah mendapat posisi yang lebih
baik setelah mendapat gaji yang lebih tinggi, kekuasan politik yang lebih besar, kehidupan
yang lebih baik dan terjamin sehingga secara keseluruhan mendapatkan status sosial yang
lebih tinggi dan terhormat. Sebaliknya ada kemungkinan suatu sektor masyarakat merosot
dalam keseluruhanya. Kedudukan guru yang begitu terhormat pada zaman dahulu sudah tidak
setinggi pada saat ini.

Pengertian kedua tentang mobilitas sosial ialah kemungkian bagi individu untuk pindah
dari lapisan satu ke lapisan sosila yang satu lagi. Dapat dilihat disekitar kuta perbedaan status
sosial seorang dibandingkan dengan orang tuanya.

10
Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial. Berkat pendidiakn seorang
dapat meningkat dalam status sosialnya. Pendidikan secara merata memberikan kesamaan
dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah. Melauli
pendidiakn tiap warga negara dapat membaca surat kabar dan majalah yang sama, dapat
memikirkan masalah-masalah pilitik, sosial, ekonomi yang sama.

J. MOBILITAS SOSIAL MELAUI PENDIDIKAN9

Banyak contoh-contoh yang dapat kita lihat di sekitar kita tentang orang yang
meningkat dalam status sosialnya berkat pendidian yang diperolehnya. Pada zaman dahulu
orang yang menyelesaikan pelajarannya pada HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai
harapan menjadi pegawai dan mendapat kedudukan sosial yang terhormat. Apalagi kalau ikut
MULO, AMS atau Perguruan Tinggi maka makin besarlah kesempatannya untuk mendapat
kedudukannya yang lebih baik dan dengan demikian masuk golongan sosila menengah atas.

Kini pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas
sosial. Iklan mencari pesuruh kantor mengundang lamaran dari lulusan SMA. Apalagi bila
kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMA, atau sebagian besar mendapatkan kesempatan
menempuh pendidikan SMTA, mka ijazah SMA tidak ada artinya lagi dam mencari
kedudukan yang tinggi dan dengan demikian berpindah ke golongan sosial yang lebih tinggi.
Kini pendidikan tinggi dianggap suatu syarat bagi mobilitas sosial. Bagi lulusan perguruan
tinggi pun kini sudah bertambah sukar untuk memperoleh kedudukan yang empuk.

Disamping ijazah perguruan tinggi ada lagi faktor lain yang membawa seseorang
kepada kedudukan tinggi dalam pemerintahan atau dalam dunia usaha. Dapat kita pahami
bahwa anak-anak golongan rendah sukar mendapat kedudukan sebagai pimpinan perusahaan
dibanding dengan anak pemimpin perusahaan itu sendiri. Hubungan pribadi, rekomendasi
dari orang yang berkuasa di samping ijazah dan prestasi turut berperan untuk mendapat posisi
yang tinggi. Mobilitas sosial bagi individu agak kompleks karena adanya macam-macam
faktor yang membantu seseorang meningkat dalam jenjang sosial. Juga guru-guru dapat
mempengaruhi individu untuk mencapai kemajuan, bila mereka mendorong anak belajar agar
mencapai prestasi yang tinggi. Guru itu sendiri dapat menjadi model mobilitas sosial berkat
usahanya belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga kedudukan meningkat.
Sebaliknya guru dapat menghalangi mobilitas itu bila ia memandang rendah terhadap anak-

9
Ibid.,h.39

11
anak dari golongan rendah dan tidak yakin akan kemampuan mereka. Mungkin guru tidak
menyadari fungsi sekolah sebagai jalan bagi mobilitas sosial.

Sekolah dapat membuka kesempatan untuk meningkatkan status anak-anak dari


golongan rendah. Disekolah mereka mempunyai hak yang sama atas pelajaran, mempelajari
buku yang sama, bahkan berpakaian seragam yang sama dari anak-anak yang bergolongan
tinggi. Dengan prestasi yang tingi dalam bidang akademis maupun non-akademis maka
mereka akan dihargai oleh semua orang. Dalam hubungan kelas mereka dapat mengikat tali
persahabatan, dengan anak-anak golongan sosial yang lebih tinggi yang mungkindapat
dilanjutkan dikemudian hari. Ia juga diharapakan meneruskan pelajaranya di Perguruan
Tinggi. Akan tetapi bila ia hanya memiliki ijazah Sekolah Menengah, mungkin tingkatb
pendidikan itu kurang memadai dan tidak banyak artinya dalam meningkatkan kedudukan
sosialnya sebagai orang dewasa dan justru akan mengalami frustasi, kecuali bila ia bekerja
keras didorong oleh tekad bulat untuk naik dalam jenjang sosial.

K. TINGKAT SEKOLAH DAN MOBILITAS SOSIAL10

Diduga bahwa bertambahnya taraf pendidikan makin bersarnya kemungkinan mobilitas


bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selalu benar bila
pendidikan itu hanya terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi walaupun kewajiban
belajar ditingkatkan sampai SMTA masih menjadi pertanyaan apakah mobilitas sosial dengan
sendirinya akan meningkat. Mungkin sekali tidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial.
Seperti dikemukakan di atas ijazah SMA tidak lagi memberikan mobilitas yang lebih besar
kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapat memberiakan mobilitas itu
walaupun bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijazah untuk
meningkat dalm status sosial.

Pendidikan masih sangat selektif. Tidak semua orang tua mampu membiayai studi
anaknya di perguruan tinggi. Dengan menggunakan komputer untuk untuk menilai tes seleksi
masuk menjadi obyektif artinya tidak lagi dipengaruhi keedudukan kedudukan orang tua atau
orang yang memberikan rekomendasi. Cara itu membuka kesempatan yang lebih luas bagi
anak-anak golongan rendah dan menengah untuk memasukinperguruan tinggi atas dasar
prestasinya dalam tes masuk itu. Biaya yang cukup banyak tentu selalu merupakan hambatan
bagi golongan rendah untuk menyekolahkan anaknya pada tingkat universitas. Bea-siswa dari

10
Ibid.,h.40

12
pemerintah dan kesempatan untuk menagadakan pinjaman dari bank untuk studi dapat
memperluas kesempatan belajar bagi mereka yang berbakat akan tetap ekonomi lemah.

L. PENDIDIKAN MENURUT PERBEDAAN SOSIAL11

Pendidikan umunya di negara demokrasi orang sukar menerima adanya golongan-


golongan sosial dalam masyarakat. Menurut undang undang semua warga negara sama, sama
hak dan kewajiban sama perlakuanya di hadapan undang-undang. Dalam kenyataan tak dapat
disangkal adanya perbedaan sosial itu yang tampak dari sikap rakyat biasa terhadap
pembesar, orang miskin terhadap orang kaya, pembantu terhadap majikan, pegawai rendah
terhadap atasan. Perbedaan itu nyata dalam simbol-simbol status seperti mobil mewah,rumah
mentereng, perabotan dan lain-lain. Suka atau tidak suka perbedaan sosial terdapat di mana-
mana sepanjang masa, walaupun sering perbedaan tidak mencolok.

Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju
dalam hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah tidak mampu
meniadakan batasan-batasan tingkat sosial itu, oleh sebab banyak daya-daya di luar sekolah
yang memelihara atau mempertajam. Pendidikan selalu merupakan bagian dari sistem sosial,
dan jika demikian halnya timbul pertanyaan apakah sekolah harus mempertimbangkan
perbedaan itu dalam kurikulum artinya memberikan pendidikan bagi setiap golongan sosial
yang sesuai denagn kebutuhan golongan masing-masing sehingga dapat hidup bahagia
menurut golongan masing-masing. Berhubungan dengan itu juga dipilih guru-guru yang
diplih sesuai dengan golongan-golongan sosila murid yang bersangkutan.

11
Ibid.,h.41

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi
tujuan pendidikan tidaklah sama dalam suatu masyarakat. System pendidikan suatu
masyarakat (bangsa) dan tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip, cita-cita dan
filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat.
2. Stratifikasi sosial adalah pelapisan, pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan
kelas yang rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah adanya ketidak seimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban,
kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat.
3. Dalam lapisan mmasyarakat terdapat penggolongan-penggolongan social yang
disebut dengan statifikasi sosial, yang mana stratifikasi social itu dilihat atau ditentukan
berdasarkan : 1) Kekayaan, 2) Kekuasaan,3) Kehormatan, 4) Keturunan, 5) pendidikan.
Dalam statifikasi social terbagi kepada tiga tingkatan, 1) golongan atas, 2) golongan
menengah, 3) golongan bawah. Yang paling mendasari stratifikasi social adalah pendidikan
kita dapat melihat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang penting untuk masyarakat,
namun kondisi dari pendidikan itu sendirilah justru yang memperlihatkan bagaimana
stratifikasi sosial yang ada dimasyarakat dimana dalam hal ini hanya orang-orang yang
berstatus sosial tinggilah yang dapat menikmati pendidikan.
4.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani.Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan.Jakarta.PT Bumi Aksara.2002
Damsar.Pengantar Sosiologi Pendidikan.Jakarta.KENCANA.2011
Nasution.Sosiologi Pendidikan.Jakarta.PT Bumi Aksara.2011

15

Anda mungkin juga menyukai