Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA

Dosen pengampu:

Nurrahmaniah S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Fajar Maulana : (221012100060)

Ahmad Naufal : (221012100272)

Adinda Maullidia : (221012100234)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS PAMULANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya dan
BerkatNya, Sholawat serta salam tak lupa kami hanturkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyusun Makalah sampai selesai
dengan Makalah yang berjudul ” PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH
BANGSA INDONESIA ” Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran Manajemen Pendidikan Islam Prasekolah yang diampu oleh ibu
Nurrahmaniah S.Pd., M.Pd. Harapan kami makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengamalan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, Kami yakin akan


banyak kekurang dalam makalah ini, Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran nya

Tangerang Selatan, 10 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................4
PENDAHULUAN .....................................................................................................4
A. Latar Belakang ................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan Makalah ..............................................................................5
BAB II .......................................................................................................................6
PEMBAHASANA ....................................................................................................6
A. Konsep dan Urgensi Pancasila .......................................................................6
B. Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa ...........................................................9
C. Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila10
BAB III ......................................................................................................................12
PENUTUP .................................................................................................................12
A. Kesimpulan ....................................................................................................12
B. Saran ...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara kepulauan dan
bentuk pemerintahan republik sehingga disebut dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan masyarakatnya tidak asing lagi dengan
pancasila. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesia
mengenal pancasila sebagai dasar Negara, pedoman, dan pandangan
hidup,yang nilainya diangkat dari kehidupan masyarakat sendiri. Pancasila
merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia
sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara, masyarakat, dan
pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas satu sama lain
melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya
sebagai dasar Negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa. Pengertian dari
kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu
meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain. Lantas perumusan pancasila juga
dapat dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa yang selalu berkaitan dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti yang telah diketahui bahwa
pancasila itu juga merupakan dasar Negara Indonesia, yang berarti dasar dari
hukum tertinggi di Indonesia atau sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia. Hal ini terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang
merupakan Naskah Proklamasi Indonesia.

Untuk itu sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab seharusnya
masyarakat mengikuti dan mematuhi pancasila, karena seperti pemaparan di
atas telah disebutkan bahwa pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum
atau dasar Negara yang harus dipatuhi. Karena dalam sila-sila pancasila tidak
memihak kepada satu orang saja melainkan keseluruh warga Negara Indonesia.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perumusan pancasila?


2. Mengapa pancasila diperlukan dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
3. Bagaimana cara menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik
Pendidikan Pancasila

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila dalam arus Sejarah


Bangsa Indonesia dalam Periode Pengusulan Pancasila
2. Untuk mengetahui Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa
3. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Dalam
Arus Sejarah Bangsa Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Urgensi Pancasila dalam arus Sejarah Bangsa Indonesia
dalam Periode Pengusulan Pancasila

Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya


ideologi bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi
pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Ahli sejarah,
Sartono Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi
dalam artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai Modal Rasionalitas
Politik,menengarai bahwa benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam
gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan
kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia menghimbau agar segenap suku
bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian
disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan
momenmomen perumusan diri bagi bangsa Indonesia. Kesemuanya itu
merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki tokoh-tokoh pergerakan
sehingga sidangsidang maraton BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda,
tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah Jepang.

Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar
konstituensi, melainkan juga atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam
konstituensi masingmasing. Oleh karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa
diktum John Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang keniscayaan
mengumpulkan the best mindsatau the best character yang dimiliki suatu
bangsa, terutama di saat bangsa tersebut hendak membicarakan masalah-
masalah kenegaraan tertinggi, sudah terpenuhi. Dengan demikian, Pancasila
tidaklah sakti dalam pengertian Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila,
cikal bakal munculnya ideologi bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa

6
nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan bangsa
Indonesia. Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip oleh
Mochtar Pabottinggi dalam artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai Modal
Rasionalitas Politik,menengarai bahwa benih nasionalisme sudah mulai
tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat
menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia
menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan
dan keterjajahan. Kemudian,disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober
1928 merupakan momenmomenperumusan diri bagi bangsa Indonesia.
Kesemuanya itu merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki tokoh-
tokoh pergerakan sehingga sidang-sidang maraton BPUPKI yang difasilitasi
Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah Jepang.
Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar
konstituensi, melainkan juga atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam
konstituensi masingmasing. Oleh karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa
diktum John Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang keniscayaan
mengumpulkan the best mindsatau the best character yang dimiliki suatu
bangsa, terutama di saat bangsa tersebut hendak membicarakan masalah-
masalah kenegaraan tertinggi, sudah terpenuhi. Dengan demikian, Pancasila
tidaklah sakti dalam pengertian mitologis, melainkan sakti dalam pengertian
berhasil memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan esensial sekaligus.
(Pabottinggi, 2006: 158-159).

Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap dan


penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah bangsa
Indonesia hingga sampai kepada masa sekarang ini.Perlu ketahui bahwa
perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI
pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI
dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan

7
jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat
yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji
Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen
Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei
1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama
dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara.

Dalam sidang BPUPKI menampilkan beberapa toko pembicara yaitu Mr.


Muh Yamin, Ir. Soekarno, Bagus Hadikusumo Mr. Soepomo. Keempat tokoh
tersebut menyampaikan usulan tentang dasar negara menurut pandangannya
masing-masing. Meskipun demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak
mengurangi semangat persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia
merdeka. Sikap toleransi yang berkembang di kalangan para pendiri negara
seperti inilah yang seharusnya perlu diwariskan kepada generasi berikut,
termasuk kita. salah seorang pengusul calon dasar negara dalam sidang
BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir.
Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai
berikut:

a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,

b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,

c. Mufakat atau Demokrasi,

d. Kesejahteraan Sosial,

e. Ketuhanan yang berkebudayaan

Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi
nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya
peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu
Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3)

8
Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1, yaitu
Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.Sejarah mencatat bahwa pidato lisan
Soekarno inilah yang di kemudian hari diterbitkan oleh Kementerian
Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul Lahirnya
Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui bahwa dari judul buku tersebut
menimbulkan kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu pihak, ketika
Soekarno masih berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap Soekarno
sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai hari lahirnyaPancasila. Di lain pihak,
ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul upayaupaya “de-Soekarnoisasi”
oleh penguasa Orde Baru sehingga dikesankan seolah-olah Soekarno tidak
besar jasanya dalam penggalian dan perumusan Pancasila.Setelah pidato
Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar filsafat negara
(Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan kemudian
dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid Hasyim,
Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta)
yang bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar negara. Kemudian,
sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.

B. Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia


1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia Budaya dapat membentuk
identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila
sebagai identitas Bangsa Indonesia merupakan konsekuensi dari proses
inkulturasi dan akulturasi tersebut. s’ad Ali dalam buku Negara Pancasila;
Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan bahwa “Pancasila sebagai
identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku
dalam masyafrakat Indonesia.”
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia Pancasila disebut juga
sebagai kepribadian Bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap

9
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Kepribadian itu mengacu
pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar
sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau hal nya sendiri.
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,kerakyatan, dan keadilan diyakini
kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh Bangsa
Indosenia dan menjadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Pancasila
sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai pancasila melekat dalam
kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak.
4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir
bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah ada sejak
dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia.
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Nilai – nilai

C. Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Dalam Arus


Sejarah Bangsa Indonesia
1. Sumber Historis Pancasila Nilai

Nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama
yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan
dahulu. Dalam encyclopedia of Philosophy disebutkan beberapa unsur
yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada kekuatan supranatural,
perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek
sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan.

2. Sumber Sosiologis Pancasila Nilai

Nilai pancasila secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia


sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu yang terdapat pada masyarakat

10
zaman dahulu dan masyarakat saat ini adalah nilai gotong royong. Hal ini
disebabkan karna masyarakat secara Bersama.

3. Sumber Politis Pancasila Nilai

Nilai pancasila misalnya nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam


suasana kehidupan pedesaan yang pola kehidupan bersama yang bersatu
dan demokratis yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana
tercermin dalam sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup


bangsa Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara,
masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas
satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan
kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa.
Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa sila
yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain. Sila-sila pancasila itu tidak
statis, akan tetapi dinamis, dengan Gerakan gerakannya yang positif dan serasi,
karena ketatanegaraan akan selalu berkaitan dengan tata negara. Karena tata
Negara merupakan pengatur kehidupan bernegara yang mennyangkut sifat,
bentuk, tugas negara,dan pemerintahannya. Karena banyak peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi yaitu seperti krisis-krisis yang menimpa bangsa bangsa dan
negara, sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak menonjol
satu atau beberapa sila saja. Dari kalimat diatas telah diketahui bahwa pancasila
sangat berperan untuk keutuhan negara. Dengan kelima sila tersebut kehidupan
masyarakat akan lebih terarah.

B. Saran

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi


bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta, 2020

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam


Melindungi Hak Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47,
Nomor 1, 2018.

Prawirohardjo, Soeroso, dkk. 1987. Pancasila sebagai Orientasi Pengembangan


Ilmu.Yogyakarta: Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat.

Maria Farida. 2007. Ilmu perundang-undangan proses dan teknik pembentukannya.


Yogyakarta: Kanisius

Ristek (Ed.). 2009, Sains dan Teknologi: Berbagi Ide untuk Menjawab Tantangan dan
Kebutuhan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama..

13

Anda mungkin juga menyukai