Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


PANCASILA
Dosen Pengampu:
Ilham Syukur,M.H

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Finta Endah Sahira 226101012


Hadi Kodri 226101014
Putri Ramadani 216102053

F1-22
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS MASTER
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pancasila Dalam Arus
Sejarah Bangsa” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan kali ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Ilham Syukur,M.H., selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah. Kami
juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi sistematika maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini
kedepannya. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Pekanbaru, 27 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH............................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4
1. Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia....................................................6
2.1.1 Periode Pengumpulan Pancasila............................................................................7
2.1.2 Periode Perumusan Pancasila................................................................................7
2.1.3 Periode Pengesahan Pancasila................................................................................8
2.2 Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia........10
2.2 Perkembangan Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia.................................11
2.2.1 Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan..................................................11
2.2.2 Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaa...........................................................12
2.2.3 Sejarah Pancasila pada Era Orde Lama.............................................................13
2.2.4 Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru..............................................................14
2.2.5 Sejarah Pancasila pada Era Reformas................................................................15

BAB III..................................................................................................................17

PENUTUP.............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………… 17
3.2 Saran………………………………………………………………………………... 17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara yang berisi lima nilai dasar yang
dijadikan sebagai kaidah negara yang fundamental. Pancasila sebagai dasar negara
memiliki arti bahwa Pancasila menjadi pedoman dalam penyelenggaraan segala
norma hukum dan negara. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
telah dilegalkan oleh Instruksi Presiden Nomor 12/1968. Kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia memiliki arti bahwa segala peraturan negara harus
sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Menurut sejarawan Inggris, John Tosh, sejarah merupakan memori
kolektif, pengalaman melalui pengembangan suatu rasa identitas sosial manusia
dan prospek manusia tersebut di masa yang akan datang. Terbentuknya negara
Indonesia adalah suatu proses sejarah yang panjang dan melalui beberapa tahap,
yang dalam tahapan tersebut mencakup beberapa peristiwa berkaitan dengan nilai-
nilai perumusan Pancasila. Pancasila merupakan buah pikiran, musyawarah, dan
mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan
yang dirumuskan melalui sidang BPUPKI, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
Semua nilai Pancasila merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat
dilaksanakan secara terpisah-pisah karena Pancasila saling memiliki keterkaitan
dari sila pertama hingga sila kelima. Pancasila merupakan jiwa bangsa yang harus
diwujudkan dalam setiap lembaga atau organisasi dan insan yang ada di
Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa, berarti Pancasila memberikan ciri khas
tersendiri bagi bangsa Indonesia dan membedakannya dengan bangsa lain.
Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila tentu bersifat abadi, namun dalam pengaplikasiannya harus
bersifat dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat Indonesia yang dapat
menerima dan mengakomodasikan pemikiran dari luar sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang menjadi identitas bangsa.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, kami membahas tentang “Pancasila dalam
Kajian Sejarah Bangsa Indonesia” untuk menelusuri proses sejarah dalam

4
pembentukan Pancasila hingga menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara serta menjadi jati diri bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa


Indonesia?
2. Apakah alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?
4. Apa saja sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian
sejarah bangsa Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah
bangsa Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia.
4. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian
sejarah bangsa Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia

Perumusan Pancasila pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI


pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945. BPUPKI beranggotakan
60 orang yang diketuai oleh dr. Rajiman Wedyoningrat didampingi oleh dua
orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase
(orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima
tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelah pelantikan
dimulailah siding pertama yang membahas calon dasar negara. Dalam sidang
BPUPKI Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno
menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut: a.
Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia, b. Internasionalisme atau Peri
Kemanusiaan, c. Mufakat atau Demokrasi, d. Kesejahteraan Sosial, e. Ketuhanan
yang berkebudayaan. Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh
Soekarno diberi nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika
seandainya peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka
3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan
(3) Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1,
yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong. Sidang menerima usulan nama
Pancasila bagi dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh
Soekarno, dan kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo,
K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata,
dan Moh. Hatta) yang bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar negara.
Kemudian, sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk
sementara.

Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan


Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara
(Philosofische Grondslag) karena mengandung unsur-unsur alasan filosofis
berdirinya suatu negara. Setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan

6
nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung)
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat
istiadat.

2.1.1 Periode Pengumpulan Pancasila


BPUPKI merupakan cikal bakal terbentuknya Pancasila. Dr. Radjiman
Widyodiningrat, selaku ketua BPUPKI, mengajukan suatu masalah khususnya
yang akan dibahas pada sidang tersebut. Tiga orang pembicara yaitu:
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, di
dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai calon
rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari
salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan
namanya. Awalnya sila pertama pada pancasila memiliki perbedaan bunyi dari
pancasila sekarang tetapi, atas perundingan yang terjadi dan pertimbangan lainya
untuk mencapai persatuan dan kesatuan akhirnya sila pertama pancasila berbunyi
“Ketuhanan yang Maha Esa”

Proses perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang


Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan, selanjutnya disebut BPUPKI) yang dilanjutkan dalam sidang-
sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

2.1.2 Periode Perumusan Pancasila


Hal terpenting yang mengemukakan dalam sidang BPUPKI kedua pada
10 - 16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar”
yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.

7
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta”
ini di kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah
perubahan di sana-sini. Periode perumusan pancasila dimulai dari diadakannya
sidang BPUPKI. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali yaitu pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang keduanya pada tanggal 10 - 16 Juni
1945. Sidang pertama digunakan untuk merunfingkan isi dari dasar negara yang
dimana di usulkan oleh tiga orang tokoh yaitu Mohammad Yamin, Dr. Soepomo
dan Ir. Soekarno. Sedangkan sidang kedua BPUPKI membahas mengenai
pengesahan dasar negara dengan nama yang dikenal piagam jakarta.

2.1.3 Periode Pengesahan Pancasila


Karena adanya kekosongan kekuasaan di Indonesia akhirnya golongan
muda mendesak Soekarno untuk memerdekakan Indonesia. Setelah peristiwa
diculiknya Soekano dan Moh. Hatta akhirnya Soekarno menulis naskah
proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda dan keesokan harinya naskah
tersebut dibacakan oleh Soekarno. Isi dari teks proklamasi adalah sebagai
berikut:
PROKLAMASI

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-


hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat- singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945

atas nama bangsa Indonesia

Soekarno-Hatta

8
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus
1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa
Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang
semula merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap
mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota PPKI
ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh komponen
bangsa Indonesia. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara,
Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad
Subarjo. Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan
kelengkapan kehidupan bernegara, seperti: dasar negara, Undang-Undang Dasar,
pemimpin negara, dan perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan penting
yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut:

a) Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang terdiri


atas Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari
Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga berasal
dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.

b) Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan


Hatta).

c) Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI


ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini
dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.

Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

9
2.2 Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

a. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia


Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi
dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan
konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. As’ad Ali dalam
buku Negara Pancasila; Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan bahwa
Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia.

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia


Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan
dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Kepribadian itu
mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-
benar sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau halnya sendiri.

c. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

Artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan


keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya
oleh bangsa Indonesia dan menjadikan sebagai pedoman bermasyarakat.
Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai pancasila melekat dalam
kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak.
5. Pancasila sebagai jiwa bangsa
Pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah
ada sejak dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur
Nilai – nilai sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa yang disepakati oleh
para pendiri Indonesia. Kesepakatan para pendiri negara tentang pancasila sebagai
dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu
merupakan sesuatu yang tepat.

10
2.2 Perkembangan Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia

Sebuah negara pada hakikatnya dibangun berdasarkan suatu landasan yang


kemudian dijadikan dasar negara. Tanpa disadari nilai – nilai luhur Pancasila
sudah mulai terbentuk sejak masa kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebelum
adanya Pancasila sebagai dasar negara pada saat ini, Pancasila mengalami
perkembangan dalam penerapannya di setiap era sejarah yang telah dilalui
bangsa Indonesia. Ada beberapa sejarah yang tercatat, diantaranya:

• Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan


• Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan
• Sejarah Pancasila Pada Era Orde Lama
• Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru
• Sejarah Pancasila pada Era Reformasi

2.2.1 Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan

Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuk Badan Penyelidikan Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.
R. T) Radjiman Widyodiningrat. Dalam pembukaan pidato pada sidang pertama
Radjiman Widyodiningrat melontarkan pertanyaan "Apa dasar negara kita dan
mau dibentuk apa?". Untuk merumuskan Pancasila sebagai dasar negara,
terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam sidang BPUPKI yaitu
Muhammad Yamin, Soekarno, dan Soepomo. Sidang pertama dilaksanakan pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara untuk
negara Indonesia.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi


negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Kebangsaan", sila kedua "Kemanusiaan",
sila ketiga "Ketuhanan", sila keempat "Kerakyatan", dan sila kelima
"Kesejahteraan Rakyat".

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan 3 asas teori-

11
teori bagi negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Teori Negara Perseorangan
(Individualis)", sila kedua "Paham Negara Kelas (Class Theory)", dan sila
ketiga "Paham Negara Integralistik".

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno mengemukakan 5 prinsip dasar Negara


yaitu: Sila pertama "Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)", sila kedua
"Internasionalisme (Peri kemanusiaan)", sila ketiga "Mufakat (Demokarasi)",
sila keempat "Kesejahteraan Sosial", dan sila kelima "Ketuhanan yang Maha
Esa."

2.2.2 Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaa

Selepas perumusan dasar negara Indonesia yang dilaksanakan tanggal 29


Mei-1 Juni 1945, dibentuk panitia kecil (9 orang) untuk merumuskan gagasan-
gagasan tentang dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara pada
persidangan pertama. Pada tanggal 22 Juni 1945, rumusan hasil Panitia 9 itu
diserahkan ke BPUPKI dan diberi nama "Piagam Jakarta". Naskah Piagam Jakarta
ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir.Soekarno,
Moh. Hatta, A. A. Maramis, Abdul Kahar, H. Agus Salim, Achmad Subardjo,
Abikoesno, K. H. Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin. Namun, ada perdebatan
terkait sila pertama pada Piagam Jakarta. Oleh karena itu, dalam rapat Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945, diputuskan
untuk melakukan perubahan pada sila pertama dari yang ditulis dalam Piagam
Jakarta.

Hingga kemudian, rumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945 itu menjadi


seperti yang dikenal saat ini, yaitu:

1. Ketuhanan yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

12
13
2.2.3 Sejarah Pancasila pada Era Orde Lama

Masa setelah kemerdekaan RI (1945-1950), sejak Soekarno dan Mohammad


Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, yang terjadi
setelahnya adalah hiruk-pikuk politik dan keamanan seiring masuknya kembali
Belanda ke wilayah Indonesia. Pada masa awal pemerintahan Soekarno pula
Pancasila dibentuk dan digodok. Tak hanya dasar negara, bentuk pemerintahan
juga birokrasi di dalamnya juga dirumuskan. Pembentukan negara Indonesia ini
diwarnai silang pendapat dan perdebatan panjang. Selain harus menghadapi
Belanda di berbagai front pertempuran maupun meja perundingan, masa
pemerintahan usai kemerdekaan RI kala itu juga terjadi gejolak internal. Ada
rasa ketidakpercayaan dari sejumlah golongan tertentu terhadap pemerintahan
Soekarno-Hatta.

Masa setelah pengakuan kedaulatan (1950-1959), setelah melalui rangkaian


perundingan dan polemik bersenjata yang dituntaskan dengan Konferensi Meja
Bundar (KMB), Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia sebagai
negara yang merdeka dan berdiri sendiri pada 27 Desember 1949. Menjadi
negara yang berdaulat justru membuat pemerintahan Soekarno tidak stabil
lantaran banyak munculnya masalah internal, baik dari kabinet maupun
ancaman dis-integrasi bangsa. Dalam kurun waktu 9 tahun, yakni 1950-
1959, pemerintahan Indonesia (kala itu bernama Republik Indonesia Serikat
atau RIS) mengalami 7 kali perombakan kabinet. Di berbagai wilayah, pada
periode ini muncul gerakan-gerakan yang mengancam keutuhan negara. Sebut
saja pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Andi Azis, Republik
Maluku Selatan (RMS), Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), dan lain-lain.
Pada masa ini pula militer mulai menjadi fraksi yang kuat dalam perpolitikan
Indonesia dan berperan besar dalam proses transisi pemerintahan dari orde lama
ke orde baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Masa akhir Orde Lama (1959-1966), periode ini diwarnai dengansistem


Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin juga menjadi
akhir Orde Lama usai terjadinya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965.

14
Soekarno mengubah sistem politik Indonesia menjadi Demokrasi Terpimpin
melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Akibatnya, sistem perpolitikan dan
pemerintahan negara bertumpu kepada Soekarno selaku presiden. Demokrasi
Terpimpin sejatinya merupakan konsep untuk membentuk ulang sistem
pemerintahan yang kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik sentral
pemerintahan, Soekarno berharap dapat mencipta ulang stabilitas politik
Indonesia waktu itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, pelaksanaan
Demokrasi Terpimpin telah menyeleweng dari ketentuan UUD 1945. Pada
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, justru terjadi pelanggaran terhadap UUD
1945 dan pemerintah cenderung menjadi sentralistik. Hal ini dikarenakan
terpusat hanya kepada presiden yang membuat kedudukan presiden sangat kuat
dan berkuasa, terlebih setelah mundurnya Hatta dari posisi wakil presiden sejak
1956. Kedudukan Pancasila pada masa Orde Lama kembali terancam dengan
terjadinya peristiwa G30S 1965 yang melibatkan orang-orang PKI dan sebagian
militer sebagai pelakunya. Tragedi G30S 1965 sekaligus menjadi awal dari
akhir rezim Orde Lama pimpinan Soekarno yang kemudian digantikan era Orde
Baru sejak 1966.

2.2.4 Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia juga diterapkan pada masa Orde
Baru sejak 1966-1998, ketika Soeharto menjadi Presiden RI. Lima bunyi
Pancasila juga dijadikan sebagai landasan negara selama rezim Orba kendati
sempat terjadi polemik dalam sejarahnya. Pemerintah Orde Baru mempunyai visi
utama dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI dalam kehidupan
masyarakat serta bernegara. Upaya penerapan Pancasila di rezim ini salah
satunya adalah penyederhanaan partai politik. Partai politik dibatasi dan hanya
berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), dan Golkar. Bukan hanya itu, rezim Orde Baru
mewajibkan Pancasila sebagai asas tunggal. Oleh sebab itu, baik organisasi
masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman
utama dalam menjalankan kegiatannya.

15
Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik. Militer juga ikut
terlibat demi menjaga keutuhan Pancasila yang merupakan dasar negara
Indonesia. Pada akhirnya, kegiatan bebas yang seharusnya diperbolehkan
menjadi lebih dibatasi. Atas nama Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara,
kata Soeharto, maka ABRI (militer) dan Golkar harus bersatu, terutama dalam
menjalankan pemerintahan yang kuat dari segala ancaman. Selain itu, tidak
jarang dilakukan pembreidelan surat kabar hingga majalah kala itu. Ada juga
peristiwa penangkapan aktivis karena mengkritik pemerintahan Soeharto pada
masa Orde Baru. Penerapan Pancasila sebagai asas tunggal pada era Orde Baru
dengan segala dampaknya menuai kritik. Beberapa kalangan menyebut Soeharto
telah menyalahgunakan Pancasila untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya.

2.2.5 Sejarah Pancasila pada Era Reformas

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia sebagai ideologi yang dipegang


teguh dalam menjalankan kehidupan bernegara. Penerapan Pancasila pun
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, termasuk masa Reformasi 1998
sampai sekarang. Penerapan Pancasila sebelum Reformasi 1998 mengalami
berbagai cobaan, semisal munculnya berbagai pemberontakan di era Orde
Lama, atau upaya penyalahgunaan Pancasila atas nama kekuasaan pada rezim
Orde Baru. Di era Reformasi 1998, seiring lengsernya Soeharto dari kursi
kepresidenan dan selanjutnya, penerapan Pancasila juga terhalang banyak
godaan. Berakhirnya Orde Baru membuka pintu gerbang kebebasan bagi rakyat
Indonesia, nyaris di semua lini kehidupan.

Penerapan Pancasila kini mendapatkan tantangan dari kondisi masyarakat


Indonesia yang benar-benar mendapat kebebasan. Di satu sisi, adanya kebebasan
merupakan hal yang positif, semisal dengan munculnya kreativitas dari anak-
anak bangsa. Namun, ada juga beberapa sisi negatifnya. Sebagai contoh adalah
terjadinya pergaulan bebas, cara interaksi yang tak beretika, penyalahgunaan
narkoba dan minuman keras, anarkisme-vandalisme, konflik horizontal, serta
hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

16
Penerapan Pancasila di era digital, seperti dikutip dari laman resmi Lembaga
Ketahanan Nasional RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M. P. mengatakan, “Pancasila
merupakan ideologi terbuka”. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa
memadukan beberapa nilai baru dalam kehidupan bernegara. Namun, kendati
sifatnya terbuka, Pancasila harus dijaga kemurniannya agar tidak terancam oleh
ideologi-ideologi lain. Kedatangan ideologi lain tidak terlepas dari
perkembangan teknologi informasi, seperti berbagai platform sosial media
(sosmed), merebaknya media online, dan lain-lain. Oleh karena itu, penerapan
Pancasila sebaiknya memanfaatkan teknologi agar menarik perhatian generasi
muda serta masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan mengamalkannya.

Mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dan penerapan nilai-nilai Pancasila juga


diajarkan melalui pendidikan sekolah. Salah satunya lewat mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) agar generasi muda tidak
melupakan Pancasila. Melalui mata pelajaran PKN dengan kurikulum terbaru,
Pancasila bukan hanya diajarkan melalui teori, namun juga praktik di kehidupan
nyata sehari-hari. Pancasila selalu diterapkan sesuai dengan perkembangan
zaman. Di masa reformasi hingga saat ini, masyarakat tetap dapat menjalankan
nilai-nilai Pancasila dengan memaksimalkan hasil kemajuan teknologi
informasi. Oleh karena itu, cita-cita dari nilai asli masyarakat Indonesia dapat
terus berkembang agar masyarakat dapat mencapai keadilan dan kemakmuran
sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar negara Indonesia


sekaligus menjadi pedoman hidup dan identitas diri bangsa Indonesia, yang mana
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah dilegalkan oleh
Instruksi Presiden Nomor 12/1968. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia memiliki arti bahwa segala peraturan negara harus sesuai dan tidak
boleh bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan bertahap,
mulai dari proses pengumpulan sila-sila Pancasila, proses perumusan Pancasila,
hingga proses pengesahan Pancasila. Pancasila merupakan buah pikiran,
musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada masa
perjuangan kemerdekaan yang dirumuskan melalui sidang BPUPKI, pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
Adapun alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia adalah karena Pancasila merupakan identitas dan jiwa bangsa, serta
mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia, yang artinya semua nilai-nilai Pancasila
tersebut dijadikan pedoman hidup yang melekat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3.2 Saran
Proses sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar negara serta
identitas bangsa Indonesia melalui berbagai tahapan yang panjang dan tidak
instan. Oleh karenanya, penulis berpesan kepada generasi muda penerus bangsa
supaya senantiasa memahami, mengimplementasikan, dan mengamalkan nilai-
nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga Pancasila akan selalu
hidup dan melekat sebagai jati diri bangsa Indonesia di masa sekarang maupun
nanti dimasa depan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Wisnu. 2021. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara & Pandangan

Hidup Bangsa. https://wisnuadi.com/kedudukan-pancasila-sebagai-dasar-


negara/, diakses pada 17 September 2021.

Dream.co.id. 2020. Makna dan Arti Penting Pancasila Sebagai Dasar Negara.
https://m.dream.co.id/your-story/makna-dan-arti-penting-pancasila-
sebagai-dasar-negara-200722m.html, diakses pada 17 September 2021.
Kompasiana. 2019. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia. https://www.kompasiana.com/pancasila-dalam-kajian-sejarah-
bangsa- indonesia, diakses pada 17 September 2021.
Kompasiana. 2019. Pancasila di Era Pra Kemerdekaan dan Era Kemerdekaan.
https://www.kompasiana.com/pancasila-di-era-pra-kemerdekaan-dan-era-
kemerdekaan, diakses pada 17 September 2021.
Nurwadani, P, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Sandila Putri, Laura. 2021. Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia.
file:///C:/Users/riymay/Downloads/makalah%20periode%20pengusulan
%20pancasila%20laura%20sandila%2020220056.pdf, diakses pada 16
September 2021.
Tirto.id. 2021. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Lama Soekarno
1959-1966. https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-
lama-soekarno-1959-1966, diakses pada 17 September 2021
Tirto.id. 2021. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Baru Soeharto
1966-
1998. https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-
baru-soeharto-1966-1998, diakses pada 17 September 2021.
Tirto.id. 2021. Sejarah Penerapan Pancasila Masa Reformasi 1998 Sampai
Sekarang. https://tirto.id/sejarah-penerapan-pancasila-masa-reformasi-

19
1998-sampai-sekarang, diakses pada 17 September 2021.

20

Anda mungkin juga menyukai