Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

PERAN PENTING PANCASILA DALAM SEJARAH NKRI

Dosen Pengampuh :

Ajeng Radyati, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

1. Zhafira Annisa Putri (202101500282)

2. Fahriza Syahrani (202101500292)

3. Asih Wiji Rifqiah (202101500300)

4. Mohammad Syahrur Ramadhan (202101500311)

5. Annisa Raudatul Ilmi (202101500321)

6. Anggi Nursatia (202101500891)

7. Melati Febriana Putri (202101500990)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Peran Penting Pancasila Dalam Sejarah NKRI” ini

dengan baik dan selesai tepat waktu. Kami juga mengucapkan banyak terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ajeng Radyati, S.H., M.H. selaku

dosen kami yang telah membimbing kami dalam proses pembuatan makalah

ini. 

Makalah ini kami buat untuk melengkapi dan memenuhi tugas

kelompok pada mata kuliah Pancasila. Kami selaku penyusun dari makalah ini,

berharap agar makalah yang kami susun dapat memberikan banyak manfaat

serta menambah pengetahuan bagi pihak yang membacanya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

makalah ini karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman. Oleh karena

itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

a. Latar Belakang…………………………………………………………… 1

b. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 1

c. Tujuan Penulisan ………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN3

a. Konsep Terbentuknya Pancasila dan Peristiwa Sejarah yang …………… 3

b. Manfaat Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa ………16

c. Sumber Sosiologis dan Politis tentang Pancasila serta Dinamika dan

Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia…………. 23

BAB III PENUTUP……………………………………………………….. 39

a. Kesimpulan …………………………………………………………….. 39

b. Saran……………………………………………………………………. 41

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan cerminan bangsa Indonesia dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung di dalam

Pancasila menjadi tolak ukur tersendiri bagi bangsa Indonesia, karena seluruh

kegiatan berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak boleh menyimpang dari nilai

ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya

dan agama. Dari semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi

kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila

dan semboyannya, Bhineka Tunggal Ika. Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang

sakral yang setiap warganya harus mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut.

Namun sebagian besar warga negara Indonesia hanya menganggap pancasila

sebagai dasar negara semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam

kehidupan. Tanpa manusia sedari nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam

pancasila sangat berguna dan bermanfaat dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

B. Rumusan Masalah

iv
Berdasarkan apa yang terdapat di dalam latar belakang masalah, maka

yang menjadi rumusan masalah di sini adalah :

1. Bagaimana konsep terbentuknya Pancasila dan jelaskan peristiwa sejarah yang

mencerminkan nilai-nilai dari Pancasila ?

2. Mengapa diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia ?

3. Apa saja sumber sosiologis dan politis tentang Pancasila serta jelaskan

dinamika dan tantangan Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan apa yang terdapat di dalam latar belakang masalah dan

rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penulisan di sini adalah :

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep terbentuknya

pancasila serta contoh peristiwa sejarah yang mencerminkan nilai-nilai dari

Pancasila.

2. Untuk mengetahui manfaat diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah

bangsa Indonesia.

3. Untuk memberikan pemahaman mengenai sumber sosiologis dan politis

Pancasila serta memberikan pengetahuan tentang dinamika dan tantangan

Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Terbentuknya Pancasila dan Peristiwa Sejarah yang

Mencerminkan Nilai-Nilai dari Pancasila

 Sejarah Terbentuknya Pancasila

Istilah Pancasila sebenarnya telah dikenal sejak zaman Majapahit

sebagaimana tertulis dalam kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca dan

kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular yang berarti berbatu sendi yang lima atau

pelaksanaan kesusilaan yang lima. Dalam bahasa Sansekerta pancasila berasal

dari dua kata, yaitu “Panca” yang berarti lima dan “Sila” yang berarti dasar atau

asas. Menurut Prof. Mr. Mohammad Yamin, Pancasila berasal dari kata “Panca”

yang berarti lima dan “Sila” yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah

laku yang penting dan baik. Dengan demikian, Pancasila merupakan lima dasar

yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik dan

juga kelima dasar tersebut telah menjadi rumusan dan pedoman kehidupan

dalam berbangsa dan bernegara bagi seluruh warga Indonesia. Dalam

perjalanan sejarah, pancasila mempunyai sejarah yang sangat panjang tentang

terbentuknya perumusan perumusan pancasila dalam ketatanegaraan Indonesia.

Sebelum tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia dijajah oleh banyak negara.

Misalnya negara Belanda, Inggris, Jepang, dan Portugis. Sebelum dijajah oleh

negara lain, di Indonesia banyak kerajaan-kerajaan yang besar dan berjaya di

Indonesia, diantaranya adalah kerajaan Mataram, Majapahit, Banten, Demak dan

masih banyak yang lainnya, yang selalu melakukan perlawanan terhadap para

vi
penjajah. Negara yang paling lama menjajah di Indonesia adalah Belanda, mulai

dari tahun 1908 dan berakhir pada tahun 1942 tepatnya pada tanggal 8 Maret 1942

Belanda kalah oleh Jepang. Sebelum kekalahan Jepang di Perang Pasifik melawan

sekutu, tentara pendudukan Jepang berusaha menarik atau mencari dukungan

kepada rakyat Indonesia dengan memberikan janji kemerdekaan pada bangsa

Indonesia dan membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu

Zyunbi Tioosakai. BPUPKI ini dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, yaitu

panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945. Badan ini diketuai

oleh Radjiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda

(Wakil Ketua) yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase. Anggota BPUPKI ini

berjumlah 62 orang yang anggota-anggotanya tersebut kebanyakan berasal dari

pulau Jawa, ada pula yang dari Sumatra, Maluku, dan Sulawesi. Serta beberapa

orang yang berasal dari Eropa, Cina, dan Arab. Namun semuanya bertempat

tinggal di Jawa karena BPUPKI yang terbentuk bertempat tinggal di Jawa. Sidang

pertamanya diadakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 untuk membicarakan

tentang calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Inti

pembahasan dalam persidangan pertama ini dititikeratkan pada pembahasan

tentang landasan filosofi, yakni dasar negara Indonesia. Ketua BPUPKI Radjiman

Wedyodiningrat dalam pidatonya meminta pandangan para anggota mengenai

dasar negara Indonesia. Terdapat empat anggota yang menjawab pertanyaan

tersebut yakni Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, Ki Bagoes Hadikusumo, dan Ir.

Soekarno. Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulan tentang dasar negara

vii
menurut pandangannya masing-masing. Berikut ini beberapa usulan dari anggota

BPUPKI yang menjadi rumusan dasar negara diantaranya sebagai berikut

1. Mohammad Yamin

Pada tanggal 29 Mei 1945 Mohammad Yamin mendapat kesempatan yang

pertama untuk mengemukakan pemikirannya tentang dasar negara. Dalam pidato

tersebut ia mengemukakan lima asas dasar negara yaitu :

 Peri Kebangsaan

 Peri Kemanusiaan

 Peri Ketuhanan

 Peri Kerakyatan

 Kesejahteraan Rakyat

2. Ki Bagoes Hadikusumo

Berikutnya pada sidang hari kedua tanggal 30 Mei 1945, Ki Bagoes Hadikusumo

mengusulkan agar yang menjadi dasar negara Indonesia adalah ajaran islam,

namun beliau tidak menyampaikan sesuatu rumusan sebagai tindak lanjutnya.

3. Mr. Soepomo

Pada tanggal 31 Mei 1945 Mr. Soepomo mendapatkan kesempatan

mengemukakan pokok-pokok pikirannya yaitu :

 Persatuan

 Kekeluargaan

 Keseimbangan Lahir dan Batin

viii
 Musyawarah

 Keadilan Rakyat

3. Ir. Soekarno

Pada hari terakhir masa persidangan yaitu tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno

mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya mengenai dasar-dasar negara

bagi Indonesia. Pidato Ir. Soekarno sangat menarik dan sering mendapat tepuk

tangan dari anggota sidang yang lain. Pada intinya, Ir. Soekarno pertama-tama

memaparkan dasar-dasar Indonesia merdeka sebagaimana diminta oleh ketua

BPUPKI yang belum dibahas secara jelas oleh para pembicara sebelumnya.

Selanjutnya Ir. Soekarno mengusulkan dihadapan anggota sidang bahwa rumusan

dasar negara tersebut diberi nama Pancasila yang berisikan sila-sila sebagai

berikut :

 Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

 Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan

 Mufakat atau Demokrasi

 Kesejahteraan Sosial

 Ketuhanan yang berkebudayaan

Selanjutnya jika anggota sidang tidak setuju dengan kelima rumusan di atas, maka

Ir. Soekarno menawarkan bahwa rumusan tersebut dapat diubah mejadi tiga yang

disebut Trisila, yang terdiri dari :

 Sosio-Nasionalisme

 Sosio-Demokrasi

ix
 Ketuhanan Yang Maha Esa

Rumusan Trisila dapat juga diubah menjadi satu sila yang disebut oleh Ir.

Soekarno sebagai Ekasila, yaitu “Gotong-Royong”. Selanjutnya berhubung semua

usul yang diajukan dalam masa persidangan pertama masih berupa usulan yang

bersifat pribadi atau individual, serta pembahasannya belum mencapai pada suatu

kesimpulan dan untuk menindaklanjuti masalah tersebut maka dibentuklah sebuah

kepanitiaan yang diberi nama “Panitia Kecil” yang beranggotakan 8 orang dengan

tugas utamanya adalah menampung semua rumusan dan usul-usul yang telah

disampaikan pada masa persidangan pertama untuk diteliti dan dipelajari.

Berikutnya sambil menunggu masa persidangan BPUPKI yang kedua, Panitia

Kecil yang baru dibentuk ini mengadakan pertemuan pada tanggal 22 Juni 1945

dengan para anggota BPUPKI yang ketika itu dihadiri 38 anggota. Di samping

dalam rapat gabungan tersebut dibentuklah juga panitia lainnya yang dikenal

dengan nama “Panitia 9” yang beranggotakan sebanyak 9 orang. Adapun yang

menjadi tugas pokok dari panitia sembilan ini adalah merumuskan dasar negara

dari usulan-usulan yang sudah tertampung tadi. Akhirnya pada tanggal 22 Juni

1945 panitia sembilan ini yang diketuai oleh Ir. Soekarno berhasil merumuskan

naskah yang berkaitan dengan Dasar Negara, yang kemudian di populerkan oleh

Mohammad Yamin dengan sebutan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang

didalamnya dimuat perumusan dasar negara yang terdiri atas lima sila, yaitu :

 Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-

pemeluknya

 Kemanusiaan yang adil dan beradab

 Persatuan Indonesia

x
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan-perwakilan

 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Piagam Jakarta ini kemudian diserahkan kepada Panita Kecil (Panitia 8) untuk

selanjutnya dilaporkan dalam sidang BPUPKI yang kedua pada tanggal 10-16 Juli

1945. Pada masa persidangan kedua BPUPKI ini pembahasan dipusatkan pada

rancangan undang-undang dasar beserta pembukaannya. Ir. Soekarno diminta

untuk menjelaskan tentang kesepakatan pada 22 Juni 1945 yang lalu mengenai

Piagam Jakarta. Oleh karena sudah mencapai kesepakatan bersama bahwa

pembukaan undang-undang dasar diambil dari Piagam Jakarta maka pembicaraan

mengenai dasar negara dianggap sudah selesai. Sidang BPUPKI yang kedua ini

selain sudah membahas tentang rancangan undang-undang dasar beserta

pembukaannya, juga berhasil menentukan bentuk negara Indonesia jika sudah

merdeka. Bentuk negara yang disepakati adalah republik, yang telah dipilih oleh

55 orang dari 64 orang yang hadir dalam sidang kedua BPUPKI ini. Sementara

itu, kedudukan Jepang terus-menerus terdesak karena serangan balik yang

dilancarkan oleh sekutu, salah satunya ialah jatuhnya bom atom di kota Hiroshima

pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa tersebut yaitu pada 7 agustus 1945,

pemerintah pendudukan Jepang sekali lagi mengeluarkan pernyataan bahwa

Jepang akan memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dengan membentuk

dan menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zyunbi linkai. Pada tanggal tersebut

juga, BPUPKI dibubarkan karena telah selesai menjalankan tugasnya serta

sebagai ganti dan kelanjutannya akan diteruskan oleh PPKI yang rencananya akan

xi
dilantik pada 18 Agustus 1945 dan memulai sidangnya pada 19 Agustus serta

direncanakan pada 24 Agustus 1945 Indonesia akan dimerdekakan. Anggota PPKI

terdiri dari 21 orang dengan ketuanya yaitu Ir. Soekarno dan wakilnya

Mohammad Hatta. Pada 8 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan

Radjiman Wedyodiningrat dipanggil ke Saigon, Vietnam oleh Jendral Terauchi

untuk menerima petujuk-petunjuk mengenai penyelenggaraan kemerdekaan

bangsa Indonesia. Namun, pada tanggal 9 Agustus 1945 Amerika dan sekutunya

menjatuhkan bom atom di kota Nagasaki yang melulantahkan kota tersebut

sehingga menjadikan kekuatan Jepang menjadi lemah. Akibatnya pada tanggal 14

Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu. Akhirnya dengan

memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang ada akibat dari menyerahnya Jepang

pada sekutu, maka Indonesia mengambil putusan sendiri untuk

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam pelaksanaan proklamasi

sendiri ternyata terdapat perbedaan antara golongan tua dan golongan muda

tentang kapan pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia. Golongan muda

yang lebih agresif menghendaki kemerdekaan diproklamasikan secepatnya.

Beberapa anggota yang termasuk golongan muda ialah Soekarni, Adam Malik,

Kusnaini, Sutan Syahrir, Sayuti Malik, Soedarsono, Soepomo, dll. Sutan Syahrir

sebagai tokoh pertama yang menginginkan diproklamasikannya kemerdekaan

Indonesia oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta tanpa menunggu janji Jepang,

karena ia telah mendengar siaran radio tentang kekalahan Jepang. Perbedaan itu

memuncak dengan diamankannya Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke

Rengasdengklok oleh para pemuda agar tidak mendapat pengaruh Jepang. Atas

desakan pemuda dan massa, akhirnya Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta bersedia

xii
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Bertepatan pada hari Jumat, tanggal

17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta sekitar jam 10.00, Ir.

Soekarno dengan didampingi Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan

Indonesia dengan teks Proklamasi yang sudah dibuat. Sehari setelah proklamasi

kemerdekaan Indonesia tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melaksanakan

sidang pertamanya yang dihadiri oleh 27 peserta dengan salah satu keputusan

yang dihasilkan ialah mengesahkan Undang Undang Dasar 1945, yang meliputi

beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai dasar

negara Indonesia yang terdapat pada Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.

Berikut perubahan yang terjadi pada Piagam Jakarta setelah dijadikan sebagai

dasar negara Indonesia pada Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 :

A. Ketuhanan Yang Maha Esa

B. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

C. Persatuan Indonesia

D. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan

E. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Peristiwa Sejarah yang Mencerminkan Nilai-Nilai Pancasila

Nilai- Nilai Pancasila Yang Terkandung Dalam Sejarah Bangsa Indonesia

Sebelum disahkannya pancasila sebagai dasar negara RI pada tanggal 18 agustus

1945, nilai-nilai pancasila telah ada pada bangsa indonesia sejak zaman dahulu

jauh sebelum negara RI didirikan oleh bangsa Indonesia. Nilai- nilai tersebut

berupa adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai essensial

xiii
yang terkandung dalam pancasila yaitu terdiri dari : ketuhanan, kemanusiaan,

persatuan, kerakyatan serta keadilan, yang secara nyata telah dimiliki oleh Bangsa

Indonesia sebelum Negara RI terbentuk.

Menurut Mr. M Yamin berdirinya negara kebangsaan indonesia tidak dapat

dipisahkan dengan kerajaan kerajaan lama yang merupakan warisan nenek

moyang bangsa indonesia. Terbentuknya negara kebangsaan indonesia terdiri dari

3 tahap yaitu : Zaman kerajaan sriwijaya (600-1400) , negara kebangsaan

majapahit (1293-1525) kedua tahap tersebut merupakan negara indonesia lama,

dan yang ketiga adalah negara kebangsaan modern yaitu negara indonesia

merdeka pada 17 Agustus 1945 saya akan menjelaskan sedikit tentang nilai-nilai

yang terkandung dalam pancasila pada zaman kerajaan tertua sebelum adanya

kerajaan sriwijaya yaitu zaman kerajaan kutai :

 Zaman Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai adalah zaman sejarah Indonesia pertama yang telah berdiri sekitar

400 M yang lalu, yang dipimpin oleh rajanya yang bernama Mulawarman besrta

masyarakatnya ketika itu telah memberi sedekah kepada para Brahmana, dan para

brahmana telah membangun yupa (tiang batu) sebanyak 7 buah. Hal tersebut

menggambarkan bahwa nilai-nilai sosial politik, dan nilai ketuhanan sudah ada

sejak zaman keajaan ini berdiri.

 Masa kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya muncul pada sekitar abad ke VII di Sumatera dipimpin dengan

raja yang bernama Wangsa Syailendra. Pada masa ini sistem perdagangan telah

diatur dengan baik, ini merupakan salah satu kegiatan dibidang ekonomi, yang

xiv
dilakukan oleh kerajaan ini adalah mempersatukan kegiatan perdagangan dan

pengrajin melalui pegawai raja yang dibentuk oleh pemerintah yang disebut Tuha

An Vatakvurah (pengawas) sehingga rakyat mengalami kemudahan untuk

memasarkan barang dagangannya.

Sementara dalam bidang politik sudah terdapat pegawai pengurus pajak, harta

benda kekayaan kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawaas teknis

pembanngunan gedung-gedung Dan patung-patung suci. Sehingga pada saat itu

kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya dengan adanya nilai-nilai

ketuhanan.

Pada bidang agama dan kebudayaan pada masa ini mengembangkan serta

mendirikan Universitas agama buddha, yang sudah dikenal di Asia sehingga

banyak pelajar dari luar yang berdatangan untuk mengasah ilmu mereka disana.

Terutama tentang agama buddha dan bahasa sansekerta sebelum mereka

melanjutkan studinya ke india. Dan juga banyak guru guru besar tamu dari India

yang mengajar di Universitas tersebut. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam

suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut sesuai

dengan perkataan “marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa” yang artinya

cita-cita negara yang adil dan makmur.

Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa pada masa kejayaan sriwijaya telah

menunjukkan nilai-nilai pada pancasila yaitu :

1. Nilai sila pertama : terwujudnya umat agama hindu dan buddha berdampingan

secara damai.

2. Nilai sila kedua : terjalinnya hubungan antara masyarakat sriwijaya dan india.

Pengiriman para pelajar untuk belajar di india. Telah tumbuh nilai nilai politik

xv
diluar negeri yang bebas dan aktif

3. Nilai sila ketiga : Sebagai negara maritim, sriwijaya telah menerapkan konsep

sebagai negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara

4. Nilai sila keempat : sriwijaya telah memiliki kedalatan yang sangat luas,

meliputi (indonesia skarang), semenanjung malayu

5. Nilai sila kelima : kerajaan sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan

sehingga kehidupan masyarakatnya sangat makmur.

 Zaman sebelum kerajaan majapahit

Sebelum kerajan majapahit berdiri telah muncul kerajaan kerajaan di Jawa

tengan dan Jawa timur secara silih berganti yaitu :

1. Kerajaan kalingga pada abaad ke VII

2. Kerajaan Sanjay pada abad ke VIII sebagai puncak refleksi bidang

budaya tersebut adalah dibangunnya candi borobudur (candi agama

buddha pada abad kee IX) dan candi prambanan (candi agama hindu)

pada abad ke IX

3. Kerajaan isyana di jawa timur pada abad ke IX

4. Kerajaan darmawangsa di jaawa timur pada abad ke X

5. Kerajaan airlangga pada abad ke XI di jawa timur

6. Kerajaan singasari pada abad ke XIII yang sangat erat hubungannya

dengan berdirinya kerajan majapahit nantinya.

Dari beberapa kerajaan tersebut dapat dikemukakan bahwa kerajaan airlangga lah

yang cukup menonjol, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai pancasila,

Misalnya : agama yang diakui di kerajaan ini adalah agama buddha, agama wisnu,

dan agama syiwa yang telh hidup berdampingan secara damai. Adapula menurut

xvi
prasati kalagen bahwa raja airlangga telah mengadakan hubungan dn bekerja sama

dengan benggala, chola,dan champa. Dan dengan diangkatnya airlangga sebagai

raja melalui musyawarah antara pengikut airlangga ddengan rakyat termasuk

dalam nilai nilai sila keempat, sedangkan nilai nilai keadilan sosial terwujud pada

saat raja airlangga emerintahkan untuk membuat tanggul dn waduk demi

kesejahteraan pertanian rakyat.

Bahkan pada masa ini adanya istilah pancasila yang terdapat dalam buku “empu

tantular”yang artinya berbatu sendi lima atau bisa juga pelaksana kesusilaan yang

kelima :

a. Tidak boleh melakukan kekerasan

b. Tidak boleh mencuri

c. Tidak boleh berjiwa dengki

d. Tidak boleh berbohong

e. Tidak boleh mabuk minuman keras

 Masa kerajaan majapahit

Kerajaan majapahit berdiri ada tahun 1293, dan mencapai masa keemasannya

pada saat dipimpin oleh raja Hayam wuruk dnganmaha patih gaja, serta dibantu

oleh laksamana nala. Nilai nilai pancasila yang terdapat pada masa kerajaan

majapahit antara lain :

Nilai keagamaan, pada masa itu agama yang dianut rakyatnya adalah agama hindu

dan buddha, keduanya dapat berdampingan secara damai yang menunjukkan

adanya realitas kehidupan agama pada saat itu.

xvii
Nilai dari segi persatuan dan kesatuan, dapat dlijhat dari “aumpah palapa” yang

berisi :

“saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara

bertakluk dibawah kekuasaan negara, jikalau gurun,seram, tanjung haru,

pahang,dempo,bali,sunda,palembang dan tumasik telah dikalahkan”

Nilai dari segi politik dan nilai musyawarah pada bidang pemerintahan raja hayam

wuruk telah memiliki penasehat seperti, rakryan I hino, I sirikan, dan I halu yang

bertugas memberikan nasehat kepada raja

 Zaman penjajahan

setelah runtuhnya kerajaan majapahit maka berkembanglah kerajaan

kerajaan islam sepeerti kerajaan demak, setelah itu mulai bermunculan lah

orang-orang eropa di nusantara. Bangsa asing yang berlomba lomba

memperebutkan kemakmuran di indonesia sampai pada akhirnya berubah

menjadi penjajah.

Sejak saat itu mulailah lembaran hitam sejarah di indonesia dengan penjajahan

eropa pada khususnya belanda pada abad ke XVI dengan VOC (kompeni) telah

melakukan paksaan paksaan. Masa penjajahan belanda ini dijadikan tonggak

sejarah perjuangan bangsa indonesia dalam mencapai cita-citanya dengan

melawan penjajah. Lalu pada abad ke XVII belanda meningkatkan kekuasaannya

dengan demikian perlawanan rakyatpun telah diberbagai nusantara, yang

diantaranya :

a. Tahun 1817 di maluku yang ipimpin oleh pahlawan pattimura

xviii
b. Tahun 1819 di Palembang dipimpin oleh Baharuddin

c. Tahun 1821-1837 di minangkabau dipimpin oleh imam bonjol

d. Tahun 1825-1830 di jawa tengah yang dipimpin oleh pangeran diponegoro

e. Tahun 1860 di aceh yang dipimpin oleh teuku Umar,teuku tjik, di tiro,

panglima polim

f. Tahun 1894-1895 di lombok yang dipimpin oleh anak agung made

e. Tahun 1900 di tanah batak dipimpin oleh sisinga mangaraja,

f. dan masih banyak lagi

Pada tahub 1830-1870 belanda makin meningkatkan kekuasaannya dengan

menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa yang menyebabkan

penderitaan kepada masyarakat indonesia. Nilai yang dapat diambil dari

penjajahan bangsa asing terebut ialah dengan adanya menimbulkan rasa

nasionalisme dan menyadarkan para rakyat nusantara bahwa perlawanan akan

lebih efektif jikalau ada rasa kesatuan dan persatuan bersama dalam melawan

penjajah. Hal tersebut sesuai dengan salah satu sila dari pancasila. Dan karna

kondisi demikian pada tanggal 10 maret 1940 pendudukan bangsa belanda

berakhir.

B. Manfaat Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Indonesia

 Untuk Pedoman Hidup Rakyat Indonesia

Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai

ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini

xix
kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa

Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dan

berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk mengamalkannya dalam

kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158) Pancasila sebagai pandangan dan pedoman

hidup rakyat Indonesia mengandung makna bahwa semua aktifitas kehidupan

bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan Pancasila.

Alangkah Pentingnya Menjadikan PancasilaSebagai Pedoman Hidup KitaSangat

sering sekali kita mendengar tentang Pancasila dari lingkungan kampus,

lingkungan masyarakat dan lingkungan dunia maya ( Internet seperti Facebook,

Twitter dan Instagram ).Pancasila apabila di telusuri lebih dalam, sesungguhnya

memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan dan perilaku hidup

masyarakat sehari-hari. Pancasila tidak hanya terpaku pada kehidupan politik saja,

tetapi Pancasila juga sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup

Bangsa.Kenyataannya, hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia

tidak dapat dipisahkan dari sejarah masa lampau. Sama hal nya dengan

terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya

Pancasila sebagai dasar negaranya

Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Pandangan hidup

merupakan kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur pada suatu wawasan yang

menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri, secara berturut-turut, yaitu lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara yang merupakan Lembaga lembaga

masyarakat utama yang diharapkan dapat menyalurkan dan mewujudkan

pandangan hidupnya. Dengan demikian, dalam kehidupan bersama suatu negara

membutuhkan tekad kebersamaan untuk mencapai cita-cita yang bersumber pada

xx
pandangan hidupnya tersebut. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

terkandung di dalam konsepsi dasar mengenai kehidupan yang di cita-citakan.

Pandangan hidup pancasila bagi bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika

harus dijadiakan asas pemersatu bangsa yang tidak boleh merusak ke aneka

ragaman. Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup adalah sebagai petunjuk arah

kegiatan atau aktivitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di segala

bidang. Semua tingkah laku dan perbuatan manusia Indonesia harus dijiwai dan

merupakan manifestasi dari nilai-nilai Pancasila. Karena juga merupakan

kritalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa

Indonesia sendiri.

Nilai-nilai tersebut adalah:

 Nilai dan jiwa Ketuhanan-keagamaan

 Nilai dan jiwa kemanusian

 Nilai dan jiwa persatuan

 Nilai dan jiwa kerakyatan-demokrasi

 Nilai dan jiwa keadilan sosial

Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga

tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Keseluruhan sila dalam Pancasila

merupakan satu kesatuan organis, tiap-tiap silanya kait-mengait membentuk

kesatuan pandangan yang menyeluruh. Keyakinan hidup dapat ditunjukkan secara

jelas dalam sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa yang mendasri sila-sila

lainnya. Melalui sila tersebut bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karenanya manusia percaya dan

xxi
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaannya

berlandaskan sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab. Adapun tujuan yang

dicita-citakan ditunjukkan jelas dalam sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia merupakan tujuan bangsa Indonesia, yaitu menciptkan rakyat

yang adil, makmur, dan sentosa. Tentunya rakyat yang berketuhanan, berperi

kemanusiaan, menjunjung tinggi persatuan, dan berkerakyatan.

Praktik Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bagi Masyarakat Indonesia

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yaitu petunjuk bagi semua kegiatan

atau aktivitas hidup di segala bidang kehidupan. Sebagai pandangan hidup dari

bangsa ini, Pancasila juga memiliki peran sebagai pedoman dalam kehidupan

bermasyarakat, dan bernegara. Berikut penjelasan contoh praktik Pancasila

sebagai pandangan hidup bangsa: Sila pertama: “Ketuhanan yang Maha Esa” , sila

ini menagajarkan untuk percaya kepada Tuhan sang pencipta langit dan bumi,

juga masyarakat diajak untuk menaati serta melakuakan perintah Tuhan. Benda-

benda di sekeliling harus dihargai dan dirawat dengan baik karena itu merupakan

ciptaan Tuhan.

Pancasila Sebagai Dasar Negara, Pandangan Hidup, dan Sumber Hukum 100

penerapan kehidupan sehari-hari contohnya merawat tumbuhan dan binatang,

tidak merusak lingkungan, menghargai sesama umat beragama dengan tidak

menjelekkan agama lain dan menganggap agamanya yang paling baik. Sila yang

kedua: “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, masyarakat diminta untuk

memberikan perlakuan adil terhadap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam

sekitar, dan terhadap Tuhan. Misalnya tidak semena-mena terhadap orang lain,

mengembangkan sikap tenggang rasa, saling mencintai terhadap sesama,

xxii
mengakui kesamaderajatan manusia dan lain sebagainya. Sebagaiman dijelaskan

di dalam Al Qur’an perintah untuk berbuat adil (QS. Al-Maidah : 8) Dalam ayat

ini dijelaskan bahwa adil itu lebih dekat kepada taqwa, Allah SWT. Menegaskan

bahwa ia adalah Maha Waspada, artinya apakah seseorang bersikap adil atau

tidak, Alloh SWT. Pasti mengetahui.6 Sila ketiga: “Persatuan Indonesia”, sila

ketiga ini mengajak masyarakat Indonesia untuk memiliki rasa Nasionalisme yang

tinggi terutama dalam menjaga persatuan dan kesatuan di negara ini. Masyarakat

juga harus mengakui adanya perbedaan suku, ras, etnis, dan menghargai

perbedaan tersebut. Masyarakat harus menjunjung tinggi jiwa Patriotisme dalam

diri masing-masing. Seperti ikut kegiatan gotong royong dalam membangun pos

kampling, saling tolong menolong ketika ada tetangga yang sedang kesusahan.

Sila keempat: “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan”, sila ini menggambarkan bahwa masyarakat di

Indonesia memiliki kedudukan di negara ini, kedaulatan negara berda ditangan

rakyat, dan seluruh keputusan negara diambil berdasarkan musyawarah mufakat.

Contoh penerapannya adalah masyarakat ikut serta dalam pemilu, berani

mengutarakan pendapat di depan umum atau menyampaikan aspirasi kepada

pemerintah dan sebagai pemerintah juga mau mendengarkan keluhan masyarakat

dan langsung menanganinya. Sila kelima: “ Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat

Indonesia”, di sila ini diajarkan keseimbangan antara hak dan kewajiban

masyarakat.

 Sebagai identitas rakyat Indonesia

mengapa pancasila sangat diperlukan dalam kajian sejarah NKRI sebagai identitas

rakyat Indonesia?

xxiii
Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu

perjuangan panjang di antara warga bangsa-negara yang bersangkutan.

Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan oleh karena

identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai

identitasnya setelah mereka bernegara.

Setelah bangsa Indonesia bernegara, mulai dibentuk dan disepakati apa- apa yang

dapat menjadi identitas nasional Indonesia. Bisa dikatakan bangsa Indonesia

relatif berhasil dalam membentuk identitas nasionalnya kecuali pada saat proses

pembentukan ideologi Pancasila sebagai identitas nasional yang membutuhkan

perjuangan dan pengorbanan di antara warga bangsa.

Sejarah Indonesia telah mengungkap bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat

Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta

membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang baik dalam

masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Nilai-nilai Pancasila tersebut sudah

ada sejak dahulu kala yang merupakan terapan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara

seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan

pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga tak ada satupun kekuatan yang

mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Dalam proses

penjabaran pandangan hidup diperlukan suatu nilai-nilai dasar yang menjadi

pandangan hidup bangsa dan negara, yaitu nilai-nilai dasar yang terdapat dalam

butir-butir Pancasila yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

individu maupun bermasyarakat.

xxiv
Jika kita buka lembaran sejarah Indonesia, maka akan kita temukan bahwa ide

kebangsaan Indonesia sejak semula tidak diniatkan untuk meyatukan segala

bentuk keragaman dan kemajemukan yang ada dalam kehidupan masyarakat

menjadi satu kesatuan masyarakat yang seragam. Keanekaragaman warna lokal

justru ingin tetap dijaga dan dipelihara, karena sangat disadari bahwa keragaman

itu merupakan kekuatan lokal, sekaligus sebagai kekuatan seluruh bangsa

Indonesia. Disadari pula, bahwa bangsa yang akan lahir itu akan hidup dan tinggal

bersama dalam satu kesatuan wilayah (Negara), yang dalam kenyataannya (realita

geografik) merupakan kumpulan pulau-pulau yang banyak jumlahnya.

Adapun yang menjadi perekat bangsa Indonesia sehingga tetap bertahan sampai

dengan saat ini tidak lain besar pengaruhnya karena ditunjang oleh identitas

nasional yang memang memiliki karakter yang dalam. Pancasila telah terbukti

berperan sebagai pandangan hidup yang satu bagi Indonesia dalam bentuk

kesadaran, cita-cita dengan satu kejiwaan nasionalisme Indonesia. Identitas

nasional juga sangat mengharapkan bentuk integrasi nasional yang kokoh. Dalam

menopang kekokohannya, integrasi nasional membutuhkan kekuatan dari

integrasi sosial dan integrasi budaya. Kesadaran terhadap identitas nasional pada

hakikatnya merupakan kesadaran tentang diri sendiri. Orang yang memiliki

kesadaran berarti orang tersebut yakin akan cita-cita bangsa yang ingin diraih.

Pancasila sendiri dirumuskan oleh Panitia Sembilan dan berdasar atas pidato Ir.

Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Ideologi Pancasila menjadi sangat penting

bagi bangsa Indonesia karena Pancasila memiliki beberapa kedudukan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.Kedudukan itu seperti Pancasila

sebagai jiwa bangsa Indonesia,Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia,

xxv
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila menjadi dasar

negara,Pancasila sebagai sumber dari segala hukum yang ada di

Indonesia,Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia ketika mendirikan

negara, dan Pancasila sebagai cita-cita bangsa. Kedudukan inilah yang

menjadikan Pancasila menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia. Kedudukan

ini juga dapat diartikan bahwasannya Pancasila merupakan suatu landasan bagi

bangsa Indonesia dalam melaksanakan segala aspek yang menyangkut kehidupan

berbangsa dan bernegera.

C. Sumber Sosiologis dan Politis tentang Pancasila serta Dinamika dan

Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

 Sumber Sosiologis Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antar manusia. Atau

mempelajari tentang perilaku manusia antar individu maupun kelompok. Manusia

adalah makhluk sosial yang tidak pernah jauh dengan yang namanya hubungan

sosial.

Sosiologi secara umum , sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah, melalui

kajian-kajian yang ada pada masyarakat.

Ada 2 objek sosiologi secara umum yaitu objek material dan objek formal.

a. Objek material yaitu: kehidupan sosial,gejala-gejala sosial dan proses

hubungan antara yang mempengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

b. Objek formal yaitu: lebih menekankan pada manusia sebagai makhluk

sosial. Misalnya ada individu yang tergabung dalam kelompok maupun

xxvi
indiviual tetap akan melakukan interaksi sosial dan melakukan komunikasi

sosial.

Sosiologi berupaya untuk memberikan pemahaman bagaimana manusia

menciptakan sturktur sosial dan pola perilaku stabil.

Melalui pendekatan sosiologi dapat mengkaji struktur sosial,proses

sosial,termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah-masalah sosial yang

harus disikapi secara bijaksana dengan menggunakan standar nilai-nilai yang

mengacu pada nilai-nilai pancasila.

Secara sosiologis,pancasila merupakan sikap dan perilaku insan indonesia dalam

pergaulan sosial yang menjadikannya karakter masyarakat bangsa indonesia.

Pancasila sebagai dasar perubahan sosial yang akan mendukung eksistensi

masyarakat indonesia memiliki keberlanjutan yang dinamis. Implementasi

pancasila sebagai dasar perubahan sosial membutuhkan landasan sosiologis yang

masuk kedalam visi misi dan tujuan negara. Harapannya untuk menciptakan

interaksi yang sehat dalam masyarakat,menangani masalah yang muncul secara

proaktif atau berpikir sebelum bertindak. Untuk menghindarkan berbagai potensi

seperti kekerasan yang dimulai dari diri kita sendiri.

Pancasila merupakan Dasar Negara yang menjadikan landasan,panduan dan

pedoman kehidupan bernegara sekaligus ideologi negara.kedudukan pancasila

sebagai dasar negara dan ideologi negara merupakan kesepakatan yang sudah

final karena mampu mempersatukan perbedaan-perbedaan pandangan.

Pancasila memiliki lima sila yang berhubungan dengan sosiologis sebagai

ideologi negara yaitu:

xxvii
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat diartikan masyarakat indonesia

memiliki berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya

Tuhan, dan tidak adanya paksaan dalam beragama.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap,dalam hal saling menghargai dan

menghormati hak-hak orang lain,mencintai antar sesama makhluk atas

dasar kemanusiaan.

3. Persatuan Indonesia,bentuk solidaritas,mengedepankan kepentingan

bangsa diatas kepentingan pribadi secara ikhlas,rasa cinta tanah air dalam

bentuk mencintai produk dalam negeri.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan,yaitu bentuk menghargai pendapat orang

lain,mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan,tidak boleh

memaksakan kehendak orang lain.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,yaitu adil terhadap sesama

manusia,memiliki sikap kedermawanan sesama makhluk hidup dengan

cara saling berbagi dan tolong menolong.

Semua sila dari pancasila tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah,karena

pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan.sila-sila dalam

pancasila merupakan rangkain kesatuan yang bulat sehingga tidak dapat

dipisahkan satu sama lain atau tidak dapat dibagi-bagi.

Nilai-nilai pancasila secara sosiologis sudah ada dalam masyarakat indonesia

sejak dahulu hingga sekarang ,salah satu contoh nilai yang dapat ditemukan dalam

masyarakat indonesia adalah gotong royong.misalnya bekerja sama untuk

keperluan umum dengan dilakukannya kegiatan gotong royong dapat mempererat

xxviii
kekeluargaan atau semangat kekeluargaan sebagai cerminan dari sila ke 5 yaitu

Keadilan Sosial.

Pancasila merupakan indentitas bangsa yang memiliki nilai-nilai yang berbeda

dengan negara lain yaitu memiliki nilai yang mengatur antara hubungan manusia

dan Tuhan, antar sesama manusia dan manusia dengan alam semesta yang

terwujud dalam nilai Ketuhanan ,Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan

Keadilan Sosial. Sosiologi menempatkan Pancasila sebagai hal yang berkaitan

satu sama lain yang memandang relasi individu dan struktur secara timbal balik.

 Sumber Politis Pancasila

Politik sering dimaknai dengan suatu sistem pengatur atau taktik yang kotor dan

licik. Tentu saja hal ini menjadi suatu kekeliruan yang besar. Namun memang

tidak bisa dipungkiri karena 'aktor' atau orang di dalamnya ini lah yang

menjadikan politik sesuatu yang kotor. Oleh karena itu juga pemahaman akan

politik perlu diketahui.

Politik diperlukan untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama. Dengan

adanya politik yang cerdas dan sehat, maka tujuan itu akan mudah dicapai tanpa

menghadirkan konflik yang berarti. Meskipun nantinya akan ditemui konflik di

dalam masyarakat ataupun di antara pelaksanaan politik tersebut. Hal itu terjadi

karena sebagai mana reaksi kecil dari adanya politik. Karena pendapat maupun

ideologi setiap manusia secara tidak langsung akan dituntut mengikuti salah satu

paham yang telah ditentukan.

Pada dasarnya politik selalu berkaitan dengan manusia sebagai makhluk yang

bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial, dinamis dan berkembang, sebisa

xxix
mungkin menyesuaikan dirinya dengan sekitarnya. Maka dari itu, manusia terikat

pada nilai-nilai dan aturan-aturan umum yang diakui dan dianut oleh masyarakat

itu. (Nambo dan Paluhuluwa, 2005 : 262).

Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Tujuannya agar mampu menganalisis dan menjalankan saran-saran tentang upaya

atau usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai

pancasila. Dan juga pancasila merupakan salah satu ideologi politik, karena

mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam menjalankan tata

tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat

Budihardjo (1998:32),

“Ideologi politik adalah himpunan, nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan,

dan keyakinan suatu Weltanshauung yang dimiliki seseorang atau sekelompok

orang atas dasar mana ia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema

politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya.”

Definisi politik menurut Gabriel A. Almond et.al.

, "... the activities associated with the control of public decisions among a given

people and in a given territory, where this control may be backed up by

authoritative and coercive means. Politics refers to the use of these authoritative

and coercive means–who gets to employ them and for what purposes."

“… kegiatan yang berhubungan dengan kendali pembuatan keputusan publik

dalam masyarakat tertentu di wilayah tertentu, di mana kendali ini disokong

melalui instrumen yang sifatnya otoritatif (berwenang secara sah) dan koersif

xxx
(bersifat memaksa). Politik mengacu pada penggunaan instrumen otoritatif dan

koersif ini—siapa yang berhak menggunakannya dan dengan tujuan apa.”

Definisi lain politik pada masa modern juga dicatat oleh Hamid bahwa:

“... modern definition of politics, however, covers the government of the state

and that of other human organizations, where “government” means organized

authority and implies the institutions of leadership and authoritative allocation of

values.”

“... definisi politik pada masa modern mencakup pemerintah suatu negara dan

organisasi yang didirikan manusia lainnya, di mana “pemerintah” adalah otoritas

yang terorganisasi dan menekankan pelembagaan kepemimpinan serta

pengalokasian nilai secara otoritatif.”

Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia

memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno;

sebagaimana diketahui bahwa Soekarno termasuk salah seorang perumus

Pancasila, bahkan penggali dan memberi nama untuk dasar negara. Pancasila

sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada

kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang

pemasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini pula, ideologi Pancasila menjadi

asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi masyarakat

(Ormas).

Bahkan pada masa reformasi masih mengalami pasang surut yakni,enggannya

para penyelenggara negara mewacanakan tentang pancasila, bahkan berujung

xxxi
pada hilangnya pancasila dikurikulum nasional. Meskipun pada akhirnya timbul

kesadaran penyelenggara negara tentang pendidikan pancasila di perguruan tinggi.

Unsur-unsur yang mempengaruhi tantangan terhadap pancasila sebagai ideologi

negara meliputi faktor eksternal dan internal.

Adapun faktor eksternal meliputi hal-hal berikut : Pertarungan ideologi antara

negara-negara super power antara Amerika Serikat dan Uni Soviet antara 1945

sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet sehingga Amerika

menjadi satu-satunya negara super power. Menguatnya isu kebudayaan global

yang ditandai dengan masuknya berbagai ideologi asing dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara karena keterbukaan informasi. Meningkatnya kebutuhan

dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan kemajuan ideologi sehingga

terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara matif. Dampak konkritnya

adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan.

Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut : Pergantian rezim yang

berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada kepentingan

kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering terabaikan.

Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan

masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercyaan terhadap ideologi

menurut drastis.

Politik Indonesia dari masa ke masa

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam pembangunan negaranya itu sendiri.

Banyak hal serta perjuangan dan pengorbanan yang dilewati. Tujuannya hanya

untuk menjadikan negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

xxxii
Dalam perjalanannya, Indonesia juga banyak mengalami perubahan

ketatanegaraan. Hal ini berdampak pada sistem politik. Seiring dengan

berkembangnya jaman, sudah banyak masyarakat yang mulai memahami pola

pikir politik yang berlaku.

Pada masa pasca kemerdekaan, masyarakat mulai menyadari bahwa politik pada

masa itu menjadi permulaan dari pemerintahan yang kacau. Mulai dari,

pemerintahan yang sering berganti, serta kabinet yang datang dan pergi. Partai-

partai politik pun mulai menunjukan ketidak kompakannya di dalam

pemerintahan. Saling menjatuhkan untuk mencapai tujuan golongan-golongannya.

Menaggapi ketidakefektifan sistem demokrasi parlementer yang terjadi atau

berlaku pada masa itu, maka lahirlah sistem demokrasi terpimpin, yang dibuat

oleh Ir. Soekarno bersama dengan temah-teman militernya.

Setelah demokrasi terpimpin ini berakhir, lalu dilanjutkan dengan masa orde baru.

Sistem politik ini sedikit berbeda, karena militer terjun langsung ke dalam

pemerintahan. Hal ini disebabkan dengan sistem demokrasi yang sebelumnya,

karena menganggap bahwa para politisi tidak pintar dalam mengurusi negara,

sehingga militer sampai ikut turun tangan. Namun, dalam perjalanannya

kekuasaan yang ada dalam sistem orde baru ini kehilangan batasannya. Kekuasaan

yang berlaku menjadi absolut dan otoriter. Yang berarti, pemerintahan dipegang

sepenuhnya oleh penguasa. Keputusan ini tentunya berdampak pada kehidupan

masyarakat yang menyedihkan. Pembungkaman pendapat pun menjadi hal yang

mendasari keterbelakangan rakyat. Akhirnya, pada tahun 1998 terjadi demo besar-

besaran untuk melakukan perlawanan terhadap rezim ini.

xxxiii
Lalu sistem politik pada masa orde baru pun digantikan dengan sistem demokrasi

presidensial yang diimbangi dnegan sistem multi partai untuk benar-benar

mengawasi kinerja presiden. Pada masa ini pun, partai politik banyak

bermunculan yang tentu saja berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat untuk ikut

serta dalam pemerintahan. Dan tentunya, kehidupan masyarakat pun semakin

membaik.

Namun ternyata, pada masa ini kekuasaan absolut yang lalu pun mulai menjelma

dalam bentuk lain. Seperti yang dikemukakan oleh Purnaweni (2004 : 123),

"Berbagai upaya untuk membangun sentralisasi otoritas dengan mobilisasi

simbol-simbol karisma politik mulai dilakukan, dalam rangka memberikan kesan

bahwa telah lahir sebuah potensi kepemimpinan baru yang sangat layak untuk

memimpin Indonesia ke depan”. Dominasi politik oleh penguasa ini pun bukanlah

hal yang diinginkan oleh masyarakat. Namun politik yang mampu memberikan

kemerdekaan bagi kedua belah pihak.

Lalu pada masa ini pun dan dengan seiring berjalanannya perkembangan

teknologi, masyarakat mulai diresahkan dengan panggung politik yang ada di

media sosial. Dan ini hanya menciptakan perpecahan dan keteganggan.

Seperti yang dikemukakan oleh Anggara, S (2015:24) dari ketidakstabilan politik

Indonesia tersebut, terdapat dua penyebab yang mendasarinya:

1. Filsafah bukan pengaruh utama terhadap sistem politik dan politisi

2. Belum ditemukan standar dan model sistem politik yang sesuai dan

mendukung cita-cita bangsa Indonesia.

xxxiv
Berdasarkan hal tersebut, penghidupan pancasila dalam dunia politik Indonesia

sangat perlu dilakukan demi mencapai cita-cita dan tujuan negara.

Implementasi Pancasila dalam Ranah Politik Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan sistem politik yang sehat, maka harus ada nilai-nilai

yang terkandung dalam pancasila yang perlu diinternalisasikan dalam setiap

kegiatan politik. Baik negara, organisasi, lembaga, bahkan perorangan. Jika semua

warga negara telah memahami nilai-nilai tersebut, maka kehidupan berbangsa dan

bernegara ini akan berjalan harmonis. Berikut penjabaran mengenai nilai-nilai

Pancasila dalam bidang politik.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada sila ini, setiap warga negara harus memiliki keimanan yang kuat

kepada Tuhan. Dengan keyakinan yang kuat, maka kehidupan yang

berpedoman pada agama pun akan mengantarkan manusia pada kehidupan

yang harmonis.

Kegiatan politik pun jika diberlandaskan dengan agama akan berjalan baik

dan minim terjadinya konflik. Hal ini ditunjukan karena adanya kesadaran

bahwa pengusa yang paling berkuasa adalah Tuhan semata. Sehingga

siapapun yang memegang kekuasaan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, akan dijalankan dengan sebaik-baiknya.

Dengan keyakinan ini juga, pemimpin yang memegang kekuasaan tidak

akan berbuat sesukanya, sesuai dengan kehendaknya sendiri, tanpa

mempertimbangkan dampak yang akan dirasakan oleh rakyatnya.

xxxv
Begitu pula dengan rakyatnya. Rakyat yang berkeyakinan kuat kepada

Tuhannya, akan menerima keputusan dari pemimpinnya. Karena rakyat

yakin, Tuhan memilih pemimpinnya sebagai pemimpin yang mampu

menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Pada sila kedua ini, telah dicantumkan dengan jelas bahwasanya setiap

kegiatan politik untuk bangsa dan juga negara harus mengedepankan

kemanusiaan yang adil dan beradab. Adanya sila ini, diharapkan mampu

menjadi pengingat terhadap setiap pelaksaan politik di Indonesia. Bangsa

Indonesia, adalah bangsa yang memuliakan manusia, serta bangsa yang

berkeadilan.

Rasa kemanusiaan pun harus terus dipupuk, dipelihara dan dikelola

dengan baik. Karena dengan itu, praktik-praktik politik yang licik pun

akan minim terjadi. Penguasa tidak akan mau mengorbankan rakyatnya

demi keuntungan pribadi. Dan rakyatnya pun tidak akan menjatuhkan

penguasanya yang adil.

3. Sila Persatuan Indonesia

Persatuan merupakan hal yang sangat penting bagi negara Indonesia.

Politik yang terjadi dengan menggunakan rasa toleransi akan

menghadirkan suatu hasil yang indah. Kehidupan harmonis akan tercipta

jika keberagaman itu dimaknai sebagai sebuah anugerah dari Tuhan Yang

Masa Esa.

xxxvi
Namun sebaliknya, jika keberagaman tidak dikelola dengan baik maka

akan menimbulkan pertikaian, pertentangan, hingga peperangan.

Ketidakmampuan itu akan memecah belah bangsa Indonesia dengan

mudah.

4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Dalam sila ini ditegaskan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat.

Indonesia yang memakai sistem pemerintahan demokrasi juga membuka

peluang lebar bagi rakyat yang ingin memasuki pemerintahan. Namun

dalam praktiknya, pemerintahan tidaklah dipimpin oleh seluruh rakyat

yang ada dari Sabang sampai Merauke. Melainkan dilakukan oleh

perwakilan-perwakilan tiap daerahnya. Para wakil-wakil rakyat ini lah

yang akan menyampaikan aspirasi masyarakat.

Namun sayangnya, dalam kenyataan ini pun masih banyak wakil-wakil

rakyat yang tidak menjalankan amanahnya dengan baik. Kekuasaan yang

diperolehnya pun seolah-olah menghipnotis dirinya. Hal seperti ini lah

yang akhirnya membuat pemerintah kehilangan kepercayaan dari

masyarakat. Politik pun hanya dijadikan alat untuk memperoleh kekuasaan

yang sepihak.

Kepekaan sosial, rasa kemanusiaan, serta keyakinan yang kuat lagi-lagi

harus dimiliki setiap warga negara. Tidak hanya dimiliki, tetapi harus

dihidupkan. Hal ini dikarenakan agar kekuasaan tidak lagi menghipnotis

para wakil rakyat untuk menjalankan amanahnya.

xxxvii
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan, lagi-lagi ini menjadi aspek penting dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Keadilan yang adil bagi seluruh rakyat, bukan hanya adil

bagi para penguasa. Setiap kebijakan yang dibuat jika berasaskan pada

keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, maka tidak akan ada rakyat yang

protes terhadap pemerintah. Semua kebijakannya pun akan diterima

dengan baik. Membentuk keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

 Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Indonesia

Argumen tentang dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia

memperlihatkan adanya pasang surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-

nilai Pancasila.

1. Pada masa Pancasila pra kemerdekaan

Ketika Dr. Radjiman Wediodiningrat, , pada tanggal 29 Mei 1945, meminta

kepada sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, pada

siding pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945,

atas dasar permintaan Dr. Radjiman Wediodiningrat, ada 3 tokoh yang

mengusulkan calon rumusan dasar negara salah satunya presiden pertama

Indonesia Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan lima dasar

negara yang terdiri dari:

A. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)

B. Internasionalisme (peri kemanusiaan)

xxxviii
C. Mufakat (demokrasi)

D. Kesejahteraan sosial

E. Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan)

2. Pada Era Kemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh

Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari

kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan

tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di

Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Dan

inmdonesia memanfaatkan kesempatan tersebut dimana golongan muda dan

golongan muda melaksanakan perundingan di tanggal 16 agustus 1945 dini hari.

Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad yang Menyusun teks

proklamasi, kemudian teks tersebut diketik oleh Sayuti Melik pada tanggal 17

aggustuh di jam 10 pagi Tepat pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 teks proklamasi

dibacakan Soekarno didampingi Mohammad Hatta di serambi depan rumah

Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Djakarta (sekarang

Jalan Proklamasi Nomor 5, Jakarta Pusat)

3. Pancasila pada orde lama

Pada masa Orde lama Pancasila mengalami ideologisasi. Artinya ,Pancasila di

jadikan keyakinan dan keperibadain bangsa Indonesia. Pada tahun 1950 sampai

1955 pancasila ingin dijadikan sebagasi idologi liberal, walau kenyaataanya tidak

menjamin stabilitas pemerintahan. Pada periode tahun 1956 sampai dengan 1965,

kepemimpinan berada dalam kuasa presiden soekarno dalam ‘Dekrtit Presiden’.

xxxix
Presiden soekarno menjadi presiden yang otoriter, mengangkat dirinya sendiri

menjadi presiden seumur hidup. Dan selain itu juga ada politik konfrontasi yang

di gabungkannya NASAKOM yang ternyata tidak cocok dengan ideologi

Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan dasar negara dengan ideologi yang

lain.

4. Pancasila pada orde baru

Pada masa era orde baru, rezim yang berkuasa pada era orde baru ada beberapa

yang melenceng pada nilai nilai luhur Pancasila.

A. Melanggengkan Presiden Soeharto berkuasa selama 32 tahun.

B. Terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila melalui program P4.

C. Adanya penindasan ideologis sehingga orang-orang yang

mempunyai gagasan kreatif dan kritis menjadi takut bersuara.

D. Adanya penindasan secara fisik, seperti pembunuhan di Timor Timur,

Aceh, Irian Jaya, kasus di Tanjung Priok, kasus pengrusakan pada 27 Juli,

dan lain sebagainya.

E. Perlakuan diskriminasi oleh negara terhadap masyarakat non

pribumi (keturunan) dan golongan minoritas.

5. Pancasila dalam era reformasi

Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat

pelaksana Negara, dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politi

dan jauh dari nilai nilai luhur Pancasila tersebut diantaranya :

A. Korupsi yang suah membudaya dan terbuka

xl
B. Pemerintah kurang konsisten dalam penehakan hukum, seperti tumpul ke

atas tajam kebawah

C. Para elit politik juga cenderung memanfaatkan kekuasaan dan jabatanya

D. Terjadinya KKN (Korupsi, Koalisi, Nepotisme)

Argumen tentang dinamika pancsila dalam kajian sejarah bangsa indonseia

terjadinya pasang surut pancasila seperti dalam era pra kemerdekaan presiden Ir.

Seokarno yang menjadi pelopor gagasan dasar negara, pada masa kemerdekaan

bangsa Indonesia memanfaatkan keadaan dengan memprolamirkan yang sudah

dibuat oleh Sayuti Melik, pada masa era orde lama terjadinyaa ideologisasiyang

dijadikan keyakinan dan keperibadian bangsa, dan juga ingin di ubahnyaa ideologi

negara menjadi ideologi yang liberal dan lebih popular NASAKOM dari pada

pancasila. Pada era orde baru melencengnya nilai nilai luhur dari Pancasila, pada

kekuasan Seoharto Pancasila dijadikan pembenar melalui penetapan P4,sehingga

Ketika seoharto turun ada kelompok yang mengidentikan Pancasila dengan P4,

pada masa pemerintahan era revormasi ada kecenderungan panguasa tidak respek

terhadap Pancasila seolah-olah Pancasila ditinggalkan.

Argument tentang tantangan Pancasila di dalam kajian sejarah bangsa Indonesia

Tantangan Pancasila dalam sejarah Indonesia banyak seperti dalam

kehidupan berbangsa bernegara yang dimana tidak menempatkan nilai nilai

Pancasila dalam tempat yang sebeneranya, sehingga Pancasila tidak berada dalam

nilai nilai yang sebenar-benarnya, salah satu contoh pada saaat Ir. Soekarno

menjadi presiden yang ditunjuk dan seumur hidup itu sudah termasuk dalam

tantangan Pancasila yang tidak ditempatkan dengan sebenar-benarnya. Pada saat

xli
Gerakan 30S/PKI yang mana Ir. Seokarno mengeluarkan Surat Pertintah Sebelah

Maret (Supersemar).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pancasila mempunyai sejarah yang panjang tentang proses terbentuknya.

Perumusan Pancasila dimulai dari terbentuknya BPUPKI yang diketuai oleh

Radjiman Wedyodiningrat. Usulan untuk nama dari dasar negara Indonesia yaitu

“Pancasila” yang diusulkan oleh Ir. Soekarno banyak disetujui oleh anggota

sidang, sehingga nama “Pancasila” lah yang akhirnya digunakan untuk dasar

negara Indonesia. Kemudian dibentuklah Panitia 9 yang bertugas untuk

merumuskan dasar negara dari usulan-usulan yang sudah tertampung tadi. Dalam

xlii
sidang ini semua sepakat bahwa pembukaan UUD akan diambil dari Piagam

Jakarta, maka pembicaraan tentang dasar negara dianggap sudah selesai. Karena

tugas dari BPUPKI sudah selesai, maka tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI

dibubarkan dan diganti oleh PPKI. Sidang pertama PPKI dimulai pada tanggal 18

Agustus 1945 setelah proklamasi, dengan pembahasan mengenai pengesahan

UUD 1945. Sekarang kita tahu bahwa bangsa Indonesia lahir setelah melalui

proses yang sangat panjang. bahkan nilai nilai pancasila terbukti sudah diterapkan

dalam masa kerajaan sebelum indonesia merdeka, mulai dari kerajaan kutai

sampai majapahit. dengan adanya nilai nilai pancasila yang sudah diterapkan pada

masa kerajaan, maka bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan kita sekarang

tidak jauh berbeda pada zaman kerajaan terdahulu yang juga terdapat nilai

pancasila pada pemerintahan nya. jika kita bisa mempertahankan nilai pancasila

yang kita gunakan sebagai ideologi negara pada saat ini, maka bisa dipastikan kita

bisa mencapai kemakmuran, kesejahteraan dalam mempertahankan kesatuan

negara republik indonesia.

2. Pancasila berperan penting di Indonesia sebagai pandangan dan pedoman hidup

rakyat Indonesia karena mengandung makna bahwa semua aktifitas kehidupan

rakyat sehari-hari dan perilakunya harus dijiwai merupakan pancaran dari semua

sila-sila Pancasila. Sejarah Indonesia telah mengungkapkan bahwa Pancasila yang

telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti yang tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa

Indonesia, sehingga tak ada satupun kekuatan yang mampu memisahkan Pancasila

dari kehidupan bangsa Indonesia.

xliii
3. Sosiologi memberikan pemahan bagaimana manusia menciptakan struktur

sosial dan perilaku yang stabil. Melalu pendekatan sosiologi dapat menciptakan

perubahan2 sosial dan masalah2 sosial yang harus di sikapi secara bijaksana

dengan menggunakan standar nilai2 pancasila. Secara sosiologis pancasila

merupakan sikap dan perilaku insan indonesia dalam pergaulan sosial yg

menjadikannya karakter masyarakat indonesia.

Sumber Politik Pendidikan Pancasila Tujuannya agar mampu menganalisis dan

menjalankan saran-saran tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan politik

yang ideal sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Dan juga pancasila merupakan

salah satu ideologi politik, karena mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah

penuntun dalam menjalankan tata tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut juga

sejalan dengan pendapat Budihardjo , “Ideologi politik adalah himpunan, nilai-

nilai, ide, norma-norma, kepercayaan, dan keyakinan suatu Weltanshauung yang

dimiliki seseorang atau sekelompok orang atas dasar mana ia menentukan

sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan yang

menentukan tingkah laku politiknya”. Adapun faktor internal meliputi hal-hal

sebagai berikut : Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik

yang berorientasi pada kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi

Pancasila sering terabaikan. Pada masa pasca kemerdekaan, masyarakat mulai

menyadari bahwa politik pada masa itu menjadi permulaan dari pemerintahan

yang kacau. Seperti yang dikemukakan oleh Purnaweni , “Berbagai upaya untuk

membangun sentralisasi otoritas dengan mobilisasi simbol-simbol karisma politik

mulai dilakukan, dalam rangka memberikan kesan bahwa telah lahir sebuah

xliv
potensi kepemimpinan baru yang sangat layak untuk memimpin Indonesia ke

depan”.

Kesimpulan dari dinamika dan tantangan Pancasila dalam kajian sejarah bangsa

Indonesia adalah Pancasila sebagai dasar negara dan juga sebagai landasan

bernegara, pembuatan dasar negara ini tidak mudah, banyak sekali dinamika dan

tantangan pada saaat perumusan dasar negara dari era pra kemerdekaan hingga era

revormasi saat ini, pada era tersebut tidak menempatkan nilai nilai luhur Pancasila

dalam tempat yang sebenarnya.

B. SARAN

Diharapkan agar semua lapisan masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila, tidak hanya sebatas mengetahui saja tetapi

dapat menerapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai rakyat

Indonesia kita semua harus memahami, memaknai, dan mengamalkan

keseluruhan nilai-nilai dalam Pancasil, karena nilai-nilai tersebut merupakan

dasar negara dan pandangan hidup bangsa serta dapat menjadi benteng yang dapat

mencegah kita dari berbagai macam pengaruh -pengaruh yang dapat mengancam

moral kita semua.

xlv
DAFTAR PUSTAKA

Kholiq, Muhammad. 2012. Aswaja untuk Madrasah Stanawiyah. Gresik: Putra

Kembar Jaya.

Suryana, Y., Suparyanto, Y., Fa'izia, K., & Itariani, N. 2018. Pancasila dan

Konstitusi. Klaten: Cempaka Putih.

Bo'a, F. Y. 2018. Pancasila Sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum

Nasional. Disertasi , 1-49.

xlvi
Kardiman, Y. 2018. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: untuk

SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Syarbaini, Syahrial. 2019. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Sulisworo, Dwi, Tri Wahyuningsih, Dikdik Baehaqi Arif. 2012. Identitas

Nasional.

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33981/1/DARSITA-

FAH.pdf

Tim Penyusun. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Nambo, Abdulkadir B., Muhammad Rusdiyanto Puluhuluwa. 2005. Memahami

Tentang Beberapa Konsep Politik. Suatu Telaah dari Sistem Politik, 21(2), 263-

266

Haryanti, Amelia. Yulita Puji Lestari. 2019. Sistem Politik Indonesia. Banten:

UNPAM PRESS

Purnaweni, H. 2004. MIMBAR: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 21(2), 262-266

Sabilla, A., & Dewi, D. A.. 2021. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam

Ranah Politik.

Nengsih, S. P.. 2021. Sumber Politis Pancasila Sebagai Ideologi Negara.

Kaderi, Alwi H.M.. 2015. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.

Banjarmasin: ANTASARI PRESS

xlvii
Tim Penyusun. 2006. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PENERBIT

GUNADARMA

https://pdfcoffee.com/menggali-sumber-historis-sosiologis-politik-tentang-

integrasi-nasional-2-pdf-free.html

https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sumber+historis+pancasila+sebagai+kajian+sumber&b

tnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DTtqTUnOKoUsJ

http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/view/2676

https://scholar.google.com/scholar?

hl=en&as_sdt=0%2C5&q=sumber+historis+tentang+pancasila+sebagai+kajian+s

ejarah+indonesia&btnG=

xlviii

Anda mungkin juga menyukai