PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas XI, dan untuk membahas dari rumusan masalah di
atas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. TAUBAT
A. Pengertian Taubat
Taubat secara etimologis (bahasa) berasal dari kata tâba (fi’il madhi), yatûbu
(fi’il mudhari’), taubatan (mashdar), yang berarti “kembali” atau “pulang” (raja’a)
(Haqqi, 2003). Adapun secara terminologis (menurut makna syar’i), secara ringkas
Imam an-Nawawi mengatakan, taubat adalah raja’a ‘an al-itsmi (kembali dari dosa)
(Syarah Shahih Muslim, XVII/59). Dengan kata lain, taubat adalah kembali dari
meninggalkan segala perbuatan tercela (dosa) untuk melakukan perbuatan yang
terpuji (‘Atha, 1993).
Taubat tersebut adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak satu pun
anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Semua
manusia, pasti pernah melakukan berdosa. Hanya para nabi dan malaikat saja yang
luput dari dosa dan maksiyat. Manusia yang baik bukan orang yang tidak berdosa,
melainkan manusia yang jika berdosa dia melakukan taubat
Artinya : “…Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat
kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al
Baqarah : 222)
Taubat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat
hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah SWT
atas kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Sesungguhnya Allah menerima taubat
hambanya selagi ia belum tercungak-cungak hendak mati (nyawanya berbalik-balik
dikerongkongan).” (HR Ahmad)
3
B. -Syarat Taubat
2. Raja’
A. Pengertian Raja’
Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang
berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai
harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap
rahmat serta keridaan Allah.
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh
rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan
4
berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut. Namun
jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut berangan-
angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang
dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap
rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja’. Oleh karena itu,
sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT…
Firman Allah SWT.:
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka
buruk kepada Allah.
Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib senantiasa
berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar apapun kesalahan
dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan untuk mengharap ampunan
dari Allah SWT.
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…”(QS.Al
Mu’min:60).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan di
dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.
“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi
maha penyayang.”(QS. Az Zumar:53).
Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a maka kita harus
penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah Swt.
5
B.Dalil Alquran dah Hadist Taubat dan Raja
1.Taubat
ِ َوهُ َو الَّ ِذي يَ ْقبَ ُل التَّوْ بَةَ ع َْن ِعبَا ِد ِه َويَ ْعفُو َع ِن ال َّسيِّئَا
َت َويَ ْعلَ ُم َما تَ ْف َعلُون
Artinya: Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan,
(QS: Asy-Syuura Ayat: 25
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah
suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka
telah
Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik radhiallahu ‘anhum bahwasanya Rasulullah
s.a.w. bersabda:
“Andaikata seorang anak Adam – yakni manusia – itu memiliki selembah emas, ia
tentu menginginkan memiliki dua lembah dan samasekali tidak akan memenuhi
mulutnya kecuali tanah – yaitu setelah mati – dan Allah menerima taubat kepada
orang yang bertaubat.” (Muttafaq ‘alaih)suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
2.Dalil Raja’
6
C. Keutamaan Taubat dan Raja’
1.Taubat
3) Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni
berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
4) Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke
dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan
beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke
dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59,
60)
7
“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya
dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan
Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)
8) Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman,
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh
dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah
yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum
yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
8
9) Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya
kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,
“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah
kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air
hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan
janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
10) Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-
orang yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa
bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan
memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan
ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat
dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS.Al
Mu’min: 7).
11) Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah
‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian, sedang orang-orang yang
mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari
kebenaran).” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti dia adalah
orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya.
12) Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya
ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian
yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan
membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu
mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan
berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba
9
hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya
kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku
dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena terlalu gembira.” (HR. Muslim)
2.Raja’
1) Memperoleh keridaan Allah
2) Terhindar dari perbuatan dosa
3) Mendapatkan kepuasan hidup
4)Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
5) Sarana penyelesaian persoalan hidup
6) Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
7)Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
8)Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa
usahanya akan berhasil, serta siap menghadapi resiko.
9)Munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
10) Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih
baik.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sudah selayaknya setiap muslim,baik laki-laki maupun perempuan bersikap
dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya taubat dan raja’. Karena taubat adalah suatu
keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak keturunan Adam AS di dunia
ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah kita selalu
raja’(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya.
Karena raja’ menjadikan seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis.
2. Saran
Coba anda bayangkan, betapa gembiranya anda jika tiba-tiba anda
menemukan kembali semua barang-barang anda yang hilang. Namun kegembiraan
Allah lebih besar dikala mendapati hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya. Dan jika,
manusia tiada lagi bertaubah kepada Allah, maka Allah akan menggantikannya
dengan kaum lain yang bertaubah kepada-Nya.
Oleh karenanya, janganlah putus harapan atau berhenti meminta ampunan-
Nya. Karena taubat amatlah penting sehingga Nabi Muhammad SAW pun dalam
sebuah hadis mengatakan,“Oh umatku! bertaubatlah dan mintalah ampunan Allah,
sesungguhnya aku meminta ampunan Allah seratus kali setiap harinya.(”Sahih
Muslim vol.4 hal.1418 no.6523).
Tiada dosa yang terlalu besar untuk kembali bertaubah atau terlalu kecil.
Janganlah memohon ampunan kepada siapapun.“Janganlah menganggap remeh
dosamu., namun ingatlah kebesaran dari Tuhan yang telah engkau langgari perintah-
Nya.”(al Baihaqi ‘Sh’abul Iman’
11
DAFTAR PUSTAKA
http://budpool.blogspot.co.id/2013/11/contoh-makalah-taubat-dan-raja.html
http://elsamakalah.blogspot.co.id/2016/03/makalah-pendidikan-agama-islam-
tobat.html
12