Anda di halaman 1dari 32

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA


INDONESIA

Disusun oleh :

KELOMPOK 5
Putu Anggi Junistya Putri (20) (2217011017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjakan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila, dengan judul “Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia”.

` Makalah ini memaparkan mengenai Konsep dan Pentingnya Pancasila


dalam Sejarah Bangsa Indonesia, Sumber Historis, Sosiologi, dan Politis tentang
Pancasila dalam Kajian Sejarah bangsa Indonesia, Essensi dan Urgensi Pancasila
dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia untuk Masa Depan, dan Dinamika dan
Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia sehingga kami
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari beberapa pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dalam
pendidikan

Singaraja, 7 Oktober 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………1
1.4 Manfaat………………………………………………………………………..2

BAB II PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA


2.1 Konsep dan Pentingnya Pancasila dalam Sejarah Bangsa…………. …...……3
2.2 Sumber-sumber Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa……………………..5
2.3 Esenssi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa…………...…..11
2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa……………
2.5 Study Khasus………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan……………………………………………………………………..17
3.2 Saran………………………………………………………………………….18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah lima dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam perumusannya dilalui beberapa peristiwa yang kini menjadi salah satu
Sejarah Bangsa Indonesia. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang
berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara pada
masa yang akan datang. Maka hal ini pula yang menyebabkan peristiwa masa
lalu masih berkaitan dengan kehidupan di masa depan sehingga kita bisa
mewujudkan masa depan yang berbeda dari masa lalu.
Pancasila yang merupakan sebagai dasar negara yang menjadikan pijakan
dan mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Bangsa
Indonesia dibangun berdasarkan pada suatu landasan/dasar yaitu Pancasila.
Fungsi Pancasila sebagai dasar negara yaitu untuk mengatur Negara Kesatuan
Republik Indonesia termasuk di dalam seluruh unsur-unsur pemerintahan,
wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai Dasar Negara memiliki peran yang sangat penting dalam
tatanan bangsa Indonesia.Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar
Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan latar belakang di atas maka
diangkat dalam bentuk makalah dengan judul “PANCASILA DALAM
KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalah menjadi beberapa, antaranya :
1. Bagaimana Konsep dan pentingnya Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Indonesia?
2. Apa saja sumber Historis, Sosiologi, dan Politis Pancasila dalam kajian
Sejarah Bangsa Indonesia?
3. Apa esenssi dan urgensi Pancasila dalam Kajian Bangsa Indonesia untuk
masa depan?
4. Apa saja Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep dan Pentingnya Pancasila dalam Sejarah
Bangsa Indonesia.
2. Untuk mengetahui Sumber Historis, Sosiologi, dan Politis Pancasila dalam
Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.
3. Untuk mengetahui Esenssi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia untuk Masa Depan.
4. Untuk mengetahui Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia.

1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui Konsep dan Pentingnya Pancasila dalam Sejarah
Bangsa Indonesia.
2. Untuk mengetahui Sumber Historis, Sosiologi, dan Politis Pancasila dalam
Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.
3. Untuk mengetahui Esenssi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia untuk Masa Depan.
4. Untuk mengetahui Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia.
BAB II
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA
2.1 Menulusuri konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia
1. Periode Pengusulan Pancasila
Awal munculnya ideologi bangsa itu bermula dengan lahirnya rasa
nasionalisme yang menjadi awal kemerdekaan Indonesia, dan adanya rasa
nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam Gerakan perhimpunan
Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa.
Perhimpunan Indonesia bertujuan agar bangsa Indonesia Bersatu teguh
menghadapi penjajahan dan ketejajahan.gerakan nasional lainnya disusul
dengan sumpah pemuda 28 oktober 1928 merupakan momen perumusan diri
bagi bangsa Indonesia.
Awal perumusan Pancasila dilakukan dengan sidang BPUPKI pertama
yang dilaksanakan pada 29 mei sampai dengan 1 juni 1945.BPUPKI dibentuk
oleh pemerintah pendudukan jepang pada tanggal 29 mei 1945 dengan jumlah
anggota 60 orang yang diantaranya terdiri dari:
1. Ketua : Dr.Radjiman Wedyodiningrat
2. Ketua Muda : Raden Panji Soeroso
3. Ketua Muda : Ichibangase ( Anggota luar Biasa- Orang jepang)
4. Anggota : 60 Orang ( tidak termasuk Ketua Dan Ketua Muda)

BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima Tentara ke-16


jepang di Jakarta pada tanggal 28 mei 1945. Tepatnya tanggal 29 mei 1945,
siding tersebut menampilkan beberapa pembicara,yaitu :

1. Mr.Muh Yamin
2. Ir.Soekarno
3. Ki Bagus Hadikusumo
4. Mr.Soepomo

Keempat tokoh tersebut menyampaikan perdapat dan usulan tentang dasar


negara.

B.Periode Perumusan Pancasila

Pada akhir persidangan pertama BPUPKI, Rumusan dasar negara Indonesia


belum ada kata sepakat. Oleh Karena itu, BPUPKI membentuk panitia perumus
dasar negara dimana anggotanya terdiri dari sembilan orang yang disebut dengan
panitia sembilan. Pada tanggal 22 juni 1945 diadakan rapat gabungan antara
panitia kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Panitia
Kecil yang beranggotankan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta atau Jakarta Charter”
Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Pada alinea Ke- Empat Piagam Jakarta Itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut.

1. Ketuhan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
2. Kemanusian yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruhnya rakyat Indonesia.

Sebelumnya ada juga proses perumusan Pancasila, Pancasila sebagaimana dalam


masa pembentukannya mengalami macam macam rumusan yang berbeda,berikut
diantaranya.

1. Rumusan Mr. Moh Yammin

Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1


Juni 1945 beberapa anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan
mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan “blue print” Negara Republik
Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad
Yamin menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI baik
dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.

Rumusan Pidato:

Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin
mengemukakan lima calon dasar negara yaitu

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Rumusan Tertulis:

Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai
rancangan dasar negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh
Muh Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang
dipresentasikan secara lisan, yaitu:

 Ketuhanan Yang Maha Esa


 Kebangsaan Persatuan Indonesia
 Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
 Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Rumusan Ir. Soekarno

Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan usul dasar
negara, di antaranya adalah Ir Sukarno. Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945
yang kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila.Namun masyarakat bangsa
indonesia ada yang tidak setuju mengenai pancasila yaitu Ketuhanan, dengan
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.Lalu diganti bunyinya
menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu
melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan
satu prinsip.

Rumusan Pancasila:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
3. Mufakat,-atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan

Rumusan Trisila:

 Sosio-nasionalisme
 Sosio-demokratis
 ke-Tuhanan

A. Periode Pengesahan Pancasila


Pengesahan Pancasila diawali dengan dibentuknya PPKI atas usulan Jepang
yang memberikan janji manis kepada bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan. Pada

saat itu, jepang mengalami kekalahan dalam perang pasifik. Pembentukan PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) berlangsung pada tanggal 7 agustus
1945 yang diketuai oleh:ir soekarno dan wakilnya yaitu : Moh.Hatta dan
beranggotakan 27 orang, 21 orang anggota resmi dan 6 orang tanpa
sepengatahuan jepang. Tujuan dibentuknya PPKI ini adalah untuk menyegerakan
proklamasi dan system ketatanegaraan. Dan dilanjutkan dengan golongan muda
yang ingin proklamasi segera dibacakan,golongan tua yang tidak mau buru-buru
dalam mengambil keputusan,dan akhirnya,terjadi peristiwa rengasdengklok
sebagai Tindakan golongan muda yang ingin mendapatkan proklamasi bukan
dengan pemberian jepang.
Pancasila Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945 tidak dapat terpisahkan
baik dalam proses perumusan dan pengesahan. Sejarah perumusan dan
pengesahan Pancasila Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945 secara kronologis
:
1. Tanggal 7 September 1944
Proses perumusan dan pengesahan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
dimulai sejak Indonesia masih dijajah oleh jepang. Terlihat dalam siding
Badan Penyelidik. Latar belakang dibentuknya Badan Penyelidik. Jepang
menderita kekalahan, tekanan dan serangan dari pihak sekutu Adanya
tuntutan dan desakan dari para pemimpin bangsa kepada Balatentara Jepang
agar segera memerdekaan Indonesia atau setidaknya diambil tindaka. Pada
tanggal 7 September 1944 jepang megeluarkan janji “Kemerdekaan Indonesia
dikemudian hari” yang direncanakan pada tanggal 24 Agustus 1945.
2. Tanggal 29 April 1945
Gunseikan (gubernur pemerintah balatentara Jepang di Jawa) membentuk
Dokuritsu Zyunbi Coosakai/Badan penyelidik usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI) tugasnya menyelidiki segala sesuatu mengenai
persiapan kemerdekaan Indonesia.
3. Tanggal 28 Mei 1945
BPUPKI dilantik oleh Gunseikan yang diketuai oleh Dr. Radjiman
Widjodiningrat.
4. Tanggal 29 Mei s.d. 01 juni
Sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei s.d. 01 Juni 1945. Mempersiapkan
Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka. Prof. Mr. Moh Yamin
mengajukan usul yang berjudul “Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia” yang terdiri dari ; peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri
ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Dan terdapat tokoh-
tokoh lain yang turut andil dalam menyumbangkan ide, seperti Prof. Dr. Mr. R.
Soepomo, P.F. Dahlan, Drs.Moh. Hatta
5. Tanggal 1 juni 1945
Ir. Soekarno berpidato dan mengajukan usul tentang Konsepsi Dasar Filsafat

2.2 SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIS TENTANG


PANCASILA DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA
1. Sumber Historis Pancasila
Jika kita lihat dari sumber historis ,pancasila dalam sejarah bangsa
Indonesia terbagi menjadi beberapa tahap yaitu :
a. Pancasila Era Pra Kemerdekaan
Jauh sebelum Indonesia merdeka,bahkan dikatakan dari nenek
moyang bangsa Indonesia ,pancasila sudah hadir tetapi masih dalam
bentuk nilai-nilai yang diyakini hingga akhirnya terus berkembang dari
masa ke masa.Nilai-nilai pancasila tumbuh bersama dengan bangsa
Indonesia mulai dari zaman nenek moyang lalu beralih ke masa pra
kemerdekaan
Pancasila masa kemerdekaan, Pancasila masa orde lama, Pancasila
masa orde baru, dan Pancasila mas reformasi.Tumbuhnya nilai pancasila
Era Pra kemerdekaan dibuktikkan dengan adanya nilai religius atau
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak pernah ada putus-putusnya
orang percaya kepada Tuhan, Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab
dengan bangsa Indonesia sedari dulu terkenal ramah tamah, sopan
santun, lemah lembut dengan sesama manusia, Nilai Persatuan Indonesia
dengan bahwa bangsa Indonesia selalu guyub, rukun, bersatu, dan
kekeluargaan bahkan dalam memperjuangkan kemerdekaan,Nilai
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dengan unsur-unsur demokrasi sudah ada
dalam masyarakat kita,Nilai Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia dimana terlihat bahwa bangsa Indonesia dalam menunaikan
tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap
sesama.

b. Pancasila Era Kemerdekaan


Pancasila terus berkembang setelah era kemerdekaan Indonesia
bahkan dijadikan sebagai dasar Negara.Pada era ini,pancasila melewati
masa masa percobaan demokrasi .Saat awal kemerdekaan, Indonesia
masuk ke dalam era percobaan demokrasi multi-partai dengan menganut
sistem kabinet parlementer.Pancasila mengalami masa kejayaan karena
pengimplementasian nilai-nilai yang pas.Namun,tidak bertahan lama,
pada akhir tahun 1959 Pancasila melewati masa kelamnya dimana
Presiden Soekarno menerapkan sistem demokrasi terpimpin yang
menggerus nilai nilai sila pancasila salah satunya adalah sila ke 4 tentang
permusyawaratan perwakakilan.Kemudian tahun tahun selanjutnya
terjadi pemberontakan yang menyebabkan diangkatnya soeharto sebagai
pemegang kedudukan presiden menggantikan soeharto.Pada masa
soeharto ,pancasila bersifat kaku dan mutlak pemaknaannya lalu akhirnya
kembali mencoreng nilai nilai pancasila. Pada 1998, pemerintahan
presiden Suharto berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam era
baru yaitu era demokrasi, hingga hari ini.

c. Pancasila Era Orde lama


Perkembangan pancasila era orde lama terjadi pada tahun 1959
hingga 1966.Ketika itu presiden soekarno terlalu focus pada persatuan
dan kesatuan. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun
kekuasaan yang terpusat.Demokrasi terpimpin sesungguhnya merupakan
penerapan kepemimpinan oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.Namun dalam pelaksanannya banyak
penyimpangan dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan
tertentu.Karena penyelenggaraan pemerintah berada pada kekuasaan
presiden sehingga menimbulkan lemahnya control DPR pada kebijakan
kebijakan , kehidupan politik dan pemerintah masa orde lama sering
terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang
bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945.Tidak hanya itu
saja,muncul pula berbagai pertentangan hingga puncaknya adalah
kejadian G30S/PKI.Dengan tumbuhnya suasana yang tidak kondusif di
Indonesia,Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar yang isinya
mengutus Soeharto untuk melanjutkan pemerintahan.

d. Pancasila Era Orde Baru


Era Orde baru merupakan masa pemerintahan presiden terlama
serta dapat dikatakan paling stabil dan penuh akan pembangunan. Stabil
dalam artian tidak banyak gejolak yang timbul.dalam masa
orde .Pancasila pada masa ini bersifat kaku dan mutlak. Pancasila begitu
diagung-agungkan; dan begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya
kepada rakyat.Namun, setelah beberapa lama,pemerintah dirasa
menunggangi pancasila dan menjadikan pancasila sebagai tameng
sebagai alat politik untuk meneruskan kekuasaan.Selain itu, penanaman
nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru juga disertai dengan praktik dalam
kehidupan sosial rakyat Indonesia, Kepedulian antarwarga sangat kental,
toleransi di kalangan masyarakat yang cukup baik, dan budaya gotong-
royong sangat dijunjung tinggi.Berbagai kegiatan organisasi pun
didorong untuk menjadikan pancasila sebagai dasar utama.Dalam salah
satu kesempatan, Soeharto mendeklarasikan Pancasila sebagai suatu
dorongan yang dikemas dalam berbagai frase bernada angkuh, elegan
dan begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto menyatakan
Pancasila sebagai “tuntunan hidup”, menjadi “sumber tertib sosial” dan
“sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta merupakan “sumber tertib
negara” dan “sumber tertib hukum”

e. Pancasila Era Reformasi


Pancasila Era Reformasi menjadi landasan dasar Negara dan
ideologi bangsa.Pancasila juga sebagai landasan Negara hukum
Indonesia. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak boleh bertentangan
dengan sila-sila Pancasila.Pancasila merupakan tuntutan wajib agar
setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama hingga
akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan,
peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

2. Sumber Sosiologis Pancasila


Selain sumber historis,Pancasila dipercaya disusun berdasarkan
tingkah laku masyarakatnya (sosiologis). Sesungguhnya nilai – nilai yang
terkandung di dalam pancasila sudah bersumber dari tingkah laku
kehidupan masyarakat zaman pra sejarah.Namun,saat itu,bentuk pancasila
hanya sebagai nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dan belum tersusun
sebagai 5 sila pancasila yang kita kenal saat ini.Contohnya yaitu terdapat
nilai religius yang dibuktikkan dengan adanya pemujaan roh atau
animisme dan dinamisme,Nilai kemanusiaan yang dibuktikkan dengan
adanya ritual dan upacara penguburan bagi yang sudah meninggal,Nilai
persatuan yang dibuktikkan dengan adanya kehidupan berkelompok,Nilai
Demokratis dimana dibuktikkan dengan adanya pemilihan kepala
kelompok atau suku,Lalu yang terakhir terdapat pula nilai keadilan dimana
anggota kelompok dibagi pekerjaan sama rata demi kepentingan
bersama.Nilai-nilai ini terus berkembang melalui waktu yang panjang
hingga masuk ke masa kerajaan. Pada masa kerajaan,nilai religius
berkembang menjadi kepercayaan agama yang masuk ke internal
kerajaan,Nilai Kemanusiaan berkembang dengan adanya sistem
pembagian kasta dan interaksi sosial,Nilai persatuan berkembang dengan
adanya perpaduan budaya masing masing warga kerajaan,Nilai demokratis
berkembang menjadi adanya sistem raja sebagai pemimpin serta
penyusunan kebijakan kerajaan,serta Nilai Keadilan berkembang dalam
pemerintahan kerajaan dalam membagi kerjaan rakyat dan menjalankan
pemerintahan.

Nilai-nilai ini terus berkembang melalui waktu yang panjang


seperti masa penjajahan,pergerakan nasional, hingga saat ini resmi kita
kenal sebagai pancasila.Nama pancasila sendiri muncul sesaat setelah
Indonesia merdeka.Para pemimpin Indonesia saat itu memutuskan bahwa
akan mengambil beberapa nilai yang akan dijadikan sebagai dasar
Negara.Setelah melewati berbagai macam proses perumusan yang
panjang,ditetapkanlah 5 sila yang diberi nama “Pancasila” pada tanggal 1
Juni 1945.Pancasila terus berkembang hingga saat ini dan dijadikan
sebagai landasan idiil bangsa Indonesia atau Pancasila merupakan dasar
negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun
filosofi bangsa.

3. Sumber Politis Pancasila


Nilai – nilai yang terkandung pada pancasila dijadikan sebagai
pedoman dan dasar bangsa Indonesia menjalankan kehidupan berbangsa
dan bernegara.Beberapa contohnya yaitu Sikap Toleransi antar umat
beragama yang merupakan penerapan sila 1 tentang ketuhanan yang Maha
Esa, ,Pelaksanaan Hukum Hak Asasi Manusia yang merupakan penerapan
sila kemanusiaan yang adil dan beradab,sikap mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara daripada kepentingan kelompok atau golongan (partai
politik) yang merupakan pemerapan sila ke 3 pancasila tentang persatuan
Indonesia,Pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat yang
merupakan penerapan sila ke 4 pancasila tentang permusyawaratan
perwakilan,serta tidak menyalahgunakan kekuasaan pemerintahan yang
merupakan penerapan sila ke 5 pancasila tentang keadilan sosial.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya,Pancasila selalu menjadi
dasar dalam dunia perpolitikan Indonesia. Pancasila juga selalu dijadikan
dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu kesatuan nilai
yang tidak dapat dipisah-pisahkan antar masing- masing silanya. Jika
dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan dalam
kehidupan berbangsa.Namun, makna Pancasila terletak pada nilai-nilai
dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tak bisa ditukar-
balikan letak dan susunannya. Pancasila tidak hanya merupakan sumber
penyusun peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan
sumber hukum serta kebijakan dalam penyelenggaraan negara.

2.3 ESENSSI DAN URGENSI PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH


BANGSA INDONESIA
1. Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
a. Pancasila Era Pra Kemerdekaan
Menurut Sunoto (1984), melalui kajian Pancasila menyatakan
bahwa unsur-unsur Pancasila berasal dari Negara Republik Indonesia
sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara
Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum
tanggal tersebut Indonesia memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan
melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa Indonesia
memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat,
tulisan, bahsa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada
umumnya.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar negara, maka nilai-nilai
kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu
haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun pada kenyataannya, nilai-
nilai yang ada dalam Pancasila telah dipraktekkan oleh nenek moyang
bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga sekarang. Hal ini berarti
bahwa semua nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada dalam
kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman nenek moyang. Pada tanggal 22
Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan pembukaan
Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau
Piagam Jakarta. Di dalam rancangan pembukaan alinea keempat terdapat
rumusan Pancasila yang tata urutannya tersusun secara sistematis:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Pancasila Era Kemerdekaan
Bangsa Indonesia pasca kemerdekaan mengalami banyak
perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945,
Pancasila melewati masa-masa percobaan demokrasi. Seperti ketika,
Indonesia masuk ke dalam era percobaan demokratis multi-partai
dengan sistem cabinet parlementer. Partai-partai politik pada masa itu
tumbuh sangat subur, dan proses politik yang ada cenderung selalu
berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara. Pancasila
pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir
tahun 1959, Pancasila melewati masa kelamnya dimana Presiden
Soekarno menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Pada masa itu,
presiden dalam rangka tetap memegang kendali politik terhadap
berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi
paternalistik.
Pada akhirnya, sistem ini seakan mengkhianati nilai-nilai yang ada
dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila
permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah peristiwa
bersejarah di Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan
pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno memberikan
wewenang kepada Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini merupakan era
awal orde baru dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi.
Pancasila pada masa itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya.
Pancasila pada masa pemerintahan presiden Soeharto kembali menodai
nilai-nilai dasar yang sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu
sendiri. Pada 1998, pemerintahan presiden Suharto berakhir dan
Pancasila kemudian masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi,
hingga hari ini.
c. Pancasila Era Orde Lama
Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu
berlaku demokrasi terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali
UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar kepemimpinannya.
Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu demokrasi khas Indonesia
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai
dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal
menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-
kepentingan tertetu. Masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik
dan pemerintah sering terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden
dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945.
Artinya pelaksanaan UUD1945 pada masa itu belum dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan
pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan lemahnya
control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.
Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang
berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan
ekonomi makin memburuk puncak dari situasi tersebut adalah
munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan
keselamatan bangsa dan Negara. Mengingat keadaan makin
membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI memberikan perintah
kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969
(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi
terjaminnya keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan
jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai
awal masa Orde Baru.
d. Pancasila Era Orde Baru
Masa orde baru merupakan masa pemerintahan terlama dalam
sejarah angsa Indonesia. Jika dibandingkan dengan masa pemerintahan
yang lain, masa ini merupakan masa yang paling stabil. Pada era orde
baru ini stabilitas dan pembangunan tidak lepas dari keberadaan
Pancasila. Menurut Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde
Baru sendiri terkesan “menunggangi” Pancasila, yang dianggap
menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk memperoleh
kekuasaan. Pancasila juga digunakan pada kehidupan sosial rakyat
pada masa ini seperti Kepedulian antarwarga sangat kental, toleransi di
kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-royong sangat
dijunjung tinggi. Secara pribadi, Soeharto sendiri seringkali
menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan Pancasila, yang
kesemuanya memberikan penilaian setinggi-tingginya terhadap
Pancasila.
e. Pancasila Era Reformasi
Pancasila sebagai dasar negara dan ideology nasional, merupakan
tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki
pemahaman dan persepsi yang sama terhadap kedudukan Pancasila.
Sejak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945),
Pancasila mengalami perkembangan seiring berjalannya sejarah.
(Koento Wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan
Pancasila sebagai dasar negara dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap 1945 – 1968 sebagai Tahap Politis
Pada Tahap ini Pancasila dijadikan sebagai pangkal sudut pandang
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan Pancasila
merupakan suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, dan
ditegaskan bahwa Pancasila merupakan rumusan ilmiah filsafati
tentang manusia dan realitas, sehingga Pancasila tidak lagi
dijadikan alternatif melainkan menjadi suatu imperatif dan suatu
philosophicalconcensus dengan komitmen transenden sebagai tali
pengikat kesatuan dan persatuan dalam menyongsong kehidupan
masa depan bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Dikatakan pula
bahwa pembukaan UUD 1945 bersifat Fundamental Norm (tidak
dapat diubah secara hukum). Masa ini ditandai oleh kebijakan
nasional yaitu menempatkan Pancasila sebagai asas tunggal.
2. Tahap 1969 – 1994 Sebagai Tahap Pembangunan Ekonomi
Pada tahap ini pembangunan ekonomi menunjukan keberhasilan
secara spektakuler, walaupun bersamaan dengan itu muncul gejala
ketidakmerataan dalam hasil pembangunan sehingga muncul
adanya kesenjangan sosial. Keadaan ini semakin memprihatinkan
setelah terjadinya gejala KKn dan Kronisme yang bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila. Bersamaan dengan peristiwa itu
hancurnya negara-negara komunis, dan lahirnya tiga raksasa
kapitalisme dunia yaitu Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Oleh
karena itu Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya dihantui oleh
supersifnya komunisme melainkan juga harus berhadapan dengan
gelombang anekasasinya kapitalisme, disamping menghadapi
tantangan KKN dan Kronisme.
3. Tahap 1995-2020 sebagai Tahap Repositioning Pancasila
Pada tahap ini Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila sudah tidak
sepopuler masa lalu. Politik dan masyarakat yang semakin elit
terkesan masa bodoh dalam mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlepas dari
kelemahan masa lalu, sebagai consensus dasar dari berdirinya
bangsa ini, yang diperlakukan dalam konteks era reformasi adalah
pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif,
integrative, sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
2. Urgensi Pancasila dalam kajian sejarah
a. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Sebagai Identitas bangsa, Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus
mampu mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap
berjalan dalam koridornya, bukan berarti menentang arus globalisasi
akan tetapi harus lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan
menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta. Identitas bangsa
secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain.Agara bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi era ini
maka harus tetap meletakan jati diri dan identitas nasional yang
merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar
pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
b. Pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal
perbuatan. Sikap mental, tingkah laku dan perbuatan bangsa
Indonesia mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan
bangsa lain. Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan
khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi
mencerminkan keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya
dengan ideologi bangsa (Bakry, 1994).
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, memiliki arti
bahwa nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan
kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Pancasila sebagai pandangan
hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan
masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika
Pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka
seluruh nilai Pancasila di implementasikan ke dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa
Indonesia. Pancasila telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan
adanya bangsa Indonesia. Keseluruhan ciri-ciri bangsa Indonesia
adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Pancasila dirumuskan dan ditetapkan berdasarkan adanya perjanjian
dari tokoh-tokoh yang berperan dalam kegiatan tersebut. Perjanjian
luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian
bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus)
sebagai dasar negara Indonesia.

2.4 DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA DALAM KAJIAN


SEJARAH BANGSA INDONESIA
1. Dinamika Pancasila Sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

a. Era Pra Kemerdekaan


Diterimanya secara aklamasi pidato Soekarno, BPUPKI telah berhasil
menyimpan rancangan dasar negara Republik Indonesia. Untuk membahas
lebih lanjut, sebelum kabinet BPUPKI berakhir, disepakati untuk membentuk
Panitia Kecil beranggotakan 8 orang di bawah petunjuk Soekarno. Tugas
Panitia Kecil adalah mengerahkan usul dan pandangan BPUPKI yang akan
dimasukkan dalam jadwal sidang ke dua, tanggal 10 – 17 Juli 1945. Atas
prakarsa Soekarno sebagai pengarah Panitia Kecil, Soekarno membentuk
Panitia 9 yang beranggotakan:

1. Ir. Soekarno (ketua) Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)


2. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
3. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
4. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
5. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
6. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
7. Haji Agus Salim (anggota)
8. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)

Selain mempelajari masalah dasar negara, Panitia 9 juga ditugasi untuk


menyusun tulisan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada kongres tanggal 22
Juni 1945 Panitia 9 menyepakati isi rancangan naskah proklamasi seperti
berikut:

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia
Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia, yang berkedaulalan rakyat, dengan berdasarkan kepada:
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk□pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Dari alinea ke dua rancangan naskah proklamasi yang dikenal luas


dengan nama Piagam Jakarta itu, dapat dilihat bahwa dasar negara Pancasila
dirumuskan sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk melanjutkan sidang BPUPKI, pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan keanggotaan sejumlah
27 orang. Peranan PPKI dalam sejarah Indonesia sangat penting, terutama
setelah proklamasi kemerdekaan yang diadakan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Badan inilah yang menyempurnakan dan melegitimasi berbagai perlengkapan
berdirinya sebuah negara baru, yaitu Republik Indonesia. Salah satu finalisasi
yang dilakukan oleh PPKI adalah penghapusan kata “dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh utama pada
penghilangan 7 kata dan menggantinya dengan “Yang Maha Esa” adalah
Muhammad Hatta yang masa itu berperan sebagai pimpinan PPKI bersama
Soekarno dan Radjiman Wedyodiningrat. Pagi-pagi tanggal 18 Agustus 1945,
sebelum sidang PPKI dimulai, Hatta melakukan pertemuan dengan penggerak-
penggerak Islam agar bersedia menerima usulannya demi mengempu persatuan
bangsa. Teuku Mohammad Hasan, Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus
Hadikusumo akhirnya mau menerima usulan Hatta untuk mengganti kata
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Adapun penggerak Islam
lainnya, yaitu Wachid Hasjim tidak hadir saat memenuhi usul Hatta. Penerimaan
penggerak Islam itu mengambil rumusan Pancasila mencapai bentuk yang
sempurna dan disahkan pada sidang PPKI (Purwanta 2018).

b. Era Kemerdekaan

Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan,


Pancasila mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan
Indonesia pada 1945, Pancasila melewati periode-periode percobaan demokrasi.
Pada kala itu, Indonesia masuk ke dalam kurun percobaan demokrasi multi-
partai dengan sistem lembaga parlementer. Partai-partai politik zaman itu
tumbuh sangat subur, dan taktik politik yang ada cenderung selalu berhasil
bagian dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006).
Pancasila saat masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, akhir tahun
1959, Pancasila melewati era kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan
sistem demokrasi terpimpin. Pada zaman itu, presiden dalam rangka tetap
memegang kendali kebijakan terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk
memerankan politik integrasi paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, tata
ini seakan menyimpang ideal-ideal yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah
satunya adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah
kejadian bersejarah di Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan
pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno memberikan
kewenangan untuk Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini menemukan kurun awal
orde baru dimana kelak Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada zaman
itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa negeri
presiden Soeharto kemudia menjadicore-values (Somantri, 2006), akhirnya
kembali menodai ideal-ideal dasar yang sesungguhnya tertera dalam Pancasila
itu sendiri. Pada 1998, pemerintahan presiden Suharto berhenti dan Pancasila
kemudian masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi (Kasbal 2017).

c. Era Orde Lama

Pada periode ini, Pancasila dipahami berdasarkan ideal yang


berkembang pada situasi dunia yang waktu itu diliputi oleh kerusuhan dan
kondisi sosial-budaya berpusat di dalam suasana transisional dari masyarakat
terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini adalah masa pencarian bentuk
pengamalan Pancasila, terutama bagian dalam tata kenegaraan. Maka dari itu,
Pancasila diimplementasikan dalam struktur yang berbeda-beda.

Pada periode tahun 1945 sampai pakai 1950, nilai persatuan dan
kesatuan rakyat Indonesia masih tinggi karena menghadapi Belanda yang masih
ingin mengamankan daerah jajahannya di Indonesia. Namun, setelah penjajah
dapat diusir, bangsa Indonesia mulai memperoleh tantangan dari dalam. Dalam
kehidupan politik, sila keempat yang mementingkan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan karena demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
parlementer. Presiden semata-mata berfungsi sebagai kepala negara, sedangkan
kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Sistem ini mengakibatkan
tidak adanya stabilitas pemerintahan.

Padahal dasar negara yang digunakan adalah Pancasila dan


UndangUndang Dasar 1945 yang presidensil, namun bagian dalam praktiknya
sistem ini tidak dapat terwujud. Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan
tantangan pakai munculnya upaya-cara untuk mengganti Pancasila

seperti dasar negara dengan ideologi komunis oleh PKI melalui perjuangan di
Madiun pada tahun 1948. Selain itu, terdapat juga DI/TII yang ingin mendirikan
negara berlandasan ajaran Islam.

Pada periode tahun 1950 sampai dengan 1955, penerapan Pancasila


diarahkan seperti ideologi liberal, yang dekat kenyataannya tidak dapat
menjamin kestabilan pemerintahan. Walaupun dasar negara tetap Pancasila,
tetapi rumusan sila keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan
suara terbanyak. Sistem pemerintahannya yang liberal lebih mementingkan hak-
hak individual. Pada periode ini, persatuan dan kesatuan bangsa mendapat
tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan-pemberontakan yang
dilakukan oleh RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari
NKRI.

Pada periode tahun 1956 kait tambah 1965, dikenal sebagai demokrasi
terpimpin. Akan tetapi, demokrasi justru tidak berpusat pada kekuasaan rakyat
yang mewujudkan amanah nilai- nilai Pancasila, kepemimpinan berada pada
kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui ‘Dekrit Presiden’. Oleh karena
itu, terjadilah berbagai penyimpangan definisi terhadap Pancasila dalam
konstitusi. Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi presiden yang otoriter,
mengangkat dirinya menjadi presiden dengan masa jabatan seumur hidup.
Selain itu, terjadi politik konfrontasi karena digabungkannya nasionalis, agama,
dan komunis, yang terbukti tidak cocok dengan konsep Negara Indonesia.
Terbukti bahwa pada masa ini adanya dekadensi moral di masyarakat yang
tidak lagi jiwa bersendikan nilai-nilai Pancasila, serta berusaha untuk
menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Dalam menjelmakan Pancasila,
Presiden Soekarno melaksanakan pemahaman Pancasila dengan paradigma
yang disebut dengan USDEK. Untuk mengarahkan perjalanan bangsa, beliau
memusatkan pentingnya memegang teguh Undang-Undang Dasar 1945,
sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin, dan
kepribadian nasional. Akan tetapi, hasilnya adalah terjadi rencana kudeta oleh
PKI dan lengsernya Presiden Soekarno dari jabatannya.

Pada masa ini juga, Presiden Soekarno membubarkan partai Islam


terbesar di Indonesia, Partai Masyumi, karena dituduh terlibat dalam
pemberontakan regional berideologi Islam. Kepentingan-kepentingan politis
dan ideologis yang saling berlawanan antara Presiden Soekarno, militer, Partai
Kominis Indonesia (PKI), serta kelompok Islam telah menimbulkan struktur
politik yang sangat labil pada awal tahun 1960-an, sampai akhirnya melahirkan
Gerakan G 30 S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama
(Utama and Dewi 2018).

d. Era Orde Baru

Era Orde Baru bagian dalam sejarah republik ini mewujudkan periode
pemerintahan yang terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai periode
pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam pendapat tidak banyak gejolak
yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas yang diiringi dengan
maraknya pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh
kestabilan, menimbulkan romantisme dari banyak kalangan.

Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta


tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah
untuk semakin menancapkan kewibawaan di Indonesia. Pancasila begitu
diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan ideal dan hakikatnya
kepada rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang
mengganjal.

e. Era Reformasi

Kata ‘reformasi’ secara etimologis berasal dari kata reform, sedangkan


secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu kiprah yang memformat
ulang, membereskan ulang, membereskan ulang hal-hal yang menyimpang
untukdikembalikan pada format atau bentuk mulanya sesuai tambah nilai-nilai
ideal yang dicita-citakan rakyat. Reformasi juga diartikan perubahan dari
paradigma pola tempo ke paradigma pola baru untuk menuju ke kondisi yang
lebih baik sesuai dengan harapan.

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi


kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar
negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara
hukum, setiap perilaku baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat
harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam
kaitannya dalam peluasan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya.
Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan
dengan sila-sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak bertentangan
dengan sila-sila pancasila.

Pancasila pada Era Reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila


pada masa Orde Lama dan Orde Baru, yaitu pasif terdapat tantangan yang harus
di hadapi. Tantangan itu adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang
sampai hari ini tidak ada habisnya. Selain itu, globalisasi menjadi tantangan
tersendiri bagi bangsa Indonesia karena semakin lama ideologi Pancasila
semakin tergerus oleh liberalisme dan kapitalisme. Apalagi tantangan pada saat
ini bersifat terbuka, bebas, dan nyata.

2. Tantangan Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


Sebagai ideologi negara Indonesia Pancasila juga memiliki dinamika
dan tantangan-tantangan luar dan dalam. tantangan terhadap Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah meletakkan nilai - nilai Pancasila
tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai - nilai Pancasila menyimpang dari
kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Berikut beberapa contoh tantangan
terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain :

 Seperti yang sudah terjadi dahulu tantangan tersebut telah nyata


ditunjukkan pada gerakan 30 september atau dikenal sebagai G30SPKI
yang bertujuan untuk membangun negara komunis. 

 Pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP No.III /


MPRS / 1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden
Seumur Hidup . Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang -
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa , " Presiden dan wakil
presiden memangku jabatan selama lima ( 5 ) tahun , sesudahnya dapat
dipilih kembali " . Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden
seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima tahun .

2.5 STUDI KASUS PANCASILA

Khasus Perdebatan Pancasila Yang pertama


Pemahaman terhadap permbukaan UUD 1945 merupakan suatu keharusan
bagi setiap elemen bangsa, mulai dari pemangku kekuasaan hingga kalangan
masyarakat bawah. Karena dengan demikianlah nilai-nilai dasar itu akan hidup
meliputi setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada tanggal 28 Mei
1945, dilangsungkanlah upacara peresmian Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan bertempat di gedung Cuo Sang In, jalan Pejambon Jakarta. Pada
kesempatan itu dilakuan upacara pengibaran bendera Jepang, hinomaru yang
kemudian disusul dengan pengibaran bendera Sang Merah Putih.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan mulai mengadakan


persidangan yang bertujuan untuk merumuskan Undang-Undang Dasar, dimulai
dengan persoalan “dasar” bagi Negara Indonesia Merdeka. Persidangan pertama
berlangsung mulai tanggal 29 Mei 1945 dan berakhir pada tanggan 1 Juni 1945.
Dalam persidangan pertama itu para pembicara memusatkan pikiran pada usaha
merumuskan dasar bagi Negara Indonesia Merdeka. Di antara para pembicara
yang mengajukan gagasan yang konsepsional adalah Mr. Muh. Yamin,
Prof.Dr.Mr. Supomo dan Ir. Soekarno.

Di persidangan pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan


tersebut sebenarnya tidak menghasilkan suatu kesimpulan atau perumusan.
Selama persidangan berlangsung, para anggota hanya mendengarkan
pemandangan umum dari pembicara-pembicara yang mengajukan usul rumusan
dasar Negara bagi Indonesia Merdeka. Setelah persidangan pertama selesai,
diadakanlah reses selama jangka waktu satu bulan lebih.

Selama reses itu, pada tanggal 22 Juni 1945, 9 orang anggota Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan berkumpul untuk menyusun rumusan
dasar negara berdasarkan pandangan umum para anggota. Kesembilan orang
anggota tersebut dikenal dengan “Panitia Sembilan”. Panitia Sembilan telah
menghasilkan suatu rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan
pembentukan Negara Indonesia Merdeka, yang akhirnya diterima dengan suara
bulat dan ditandatangani. Oleh Mr. Muh. Yamin, rumusan hasil Panitia Sembilan
itu kemudian diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Rumusan ke-3
dari dasar Negara Indonesia Merdeka berbunyi :

1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan,

5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh Rakyat


Indonesia.

Perumusan pembukaan UUD 1945 sangatlah kental dengan nuansa


ideologis. Rumusan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 yang semula disepakati dalam
sidang BPUPKI menjadi pembukaan UUD 1945, nyatanya diubah lagi, sehingga
terjadi kompromi ideologis yang bersejarah dengan mencoret 7 (tujuh) kata
“dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dari
teks pembukaan UUD 1945.

Sebagai konsekuensinya, disepakati pula bahwa segala istilah yang identik


dengan Islam pun turut pula dihapuskan dari pembukaan dan batang tubuh UUD
1945. Akan tetapi, yang menarik bahwa dalam teks pembukaan itu nyatanya
masih menyisakan satu istilah yang dalam perjalanannya kerapkali menimbulkan
perdebatan ideologis yang berkepanjangan, yaitu kata “Allah” dalam aline ke-III
pada Pembukaan UUD 1945 dan sila pertama yang ditolak juga oleh utusan Sunda
Kecil.

Dalam sejarah tercatat bahwa dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, I Gusti Ketut Pudja, mengusulkan agar kata “Allah” itu diganti dengan kata
“Tuhan”, sehingga rumusan alinea ke-III ini berubah menjadi; “Atas berkat
rahmat Tuhan yang maha kuasa..”. Sila pertama yang menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa”.Menurut I Gusti Ketut Pudja Indonesia terdiri dari berbagai agama
dan kepercayaan yang berbeda.

I Gusti Ketut Pudja, merupakan putra kelima I Gusti Nyoman Raka


Punggawa di Sakasada, Singaraja, Bali. Beliau lahir pada tanggal 19 Mei tahun
1908. Pada hari Rabu tanggal 4 Mei tahun 1977, ia wafat di RS Cipto
Mangunkusumo di Jakarta dalam usia 69 tahun. Usul yang diberikan I Gusti Ketut
Pudja diterima dan diwujudkan oleh Moh. Hatta yang melakukan diskusi dengan
Teuku Muhammad Hassan, Kasman Singodimejo serta Ki Bagus Hadikusumo.
Dengan Begitu Undang-undang dasar 1945, Batang tubuh, dan Pancasila
mengakui dan menyakralkan keberadaan Agama, tidak hanya Islam namun
termasuk juga Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Konghuchu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai