Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PANCASILA

BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH


BANGSA INDONESIA

DISUSUN OLEH:

1. SITI MARIAM APRILIAN(201910068)


2. MUHAMAD RAZMI NORIS(201910065)
3. LAODE IIRWAN
4. WIDODO SAPUTRA
5. SALAM(201910085)
6. FIRMANSYAH
7. RIVAL RINALDY
8. FAUZAN FAHMI DOZAN NUARI
9. FITRA

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


UNUVERSITAS SULAWESI TENGGARA

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia

2.2 Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis, tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia

2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila di dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia

2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia untuk
Masa Depan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini memiliki beberapa nilai yang dipegang teguh
oleh masyarakatnya, sebagai contoh Percaya kepada Tuhan dan toleran, Gotong royong, Musyawarah,
Solidaritas, atau kesetiakawanan sosial dan sebagainya. Nilai-nilai Pancasila berdasarkan teori kausalitas
yang diperkenalkan Notonagoro (kausa materialis, kausa formalis, kausa efisien, kausa finalis),
merupakan penyebab lahirnya negara. Munculnya tantangan yang mendera Indonesia, harus
tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Problematika yang terjadi di Indonesia seperti tindak korupsi, terorisme bahkan dewasa ini,
fenomena materialisme, pragmatisme, dan hedonisme semakin menggejala dalam kehidupan
bermasyarakat. Paham-paham ini mengikis moralitas dan akhlak masyarakat, khususnya generasi muda.
Fenomena dekadensi moral tersebut terekspresikan dan tersosialisasikan lewat tayangan berbagai media
massa. Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar siswa tidak tercerabut dari akar
budayanya sendiri dan agar siswa memiliki petunjuk atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak
dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Mahasiswa sebagai pemegang
tongkat estafet kepemimpinan agar tidak mudah dipertemukan oleh paham asing yang negatif. Serta,

Berpijak dari latar belakang di atas, maka penulis ajukan rumusan masalah sebagai berikut:

 Bagaimana konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah Bangsa Indonesia?

 Apa alasan yang diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia?

 Apa sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam tinjauan sejarah Bangsa
Indonesia?

 Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia?

 Bagaimana deskripsi esensi dan urgensi Pancasila dalam tinjauan sejarah Bangsa Indonesia untuk
masa depan?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari makalah adalah:

1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah Bangsa Indonesia.
2. Untuk mempelajari alasan yang diperlukannya, Pancasila dalam tinjauan sejarah Bangsa
Indonesia.

3. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam tinjauan
sejarah Bangsa Indonesia.

4. Untuk mempelajari argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila dalam kajian
sejarah Bangsa Indonesia.

5. Untuk mengetahui deskripsi esensi dan urgensi Pancasila dalam tinjauan sejarah Bangsa
Indonesia untuk masa depan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Periode Pengusulan Pancasila

Cikal bakal mengubah ideologi bangsa harus diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi
pembuka pintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Pakar sejarah, Sartono Kartodirdjo, diterbitkan
yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai Modal
Rasionalitas Politik, menengarai benih-benih nasionalisme telah memulai pengembangan yang kuat di
Perhimpoenan Indonesia yang sangat kuat solidaritas dan berkemampuan bangsa. Perhimpoenan
Indonesia menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh melawan penjajahan dan keterjajahan.
Kemudian, disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen perumusan diri bagi
bangsa Indonesia.

BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah
Jepang. Para peserta sidang BPUPKI menunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar konstituensi, juga atas
dasar integritas dan rekam jejak di dalam konstituensi masing-masing. Oleh karena itu, Pabottinggi
setuju bahwa diktum John Stuart Mill dari Cass R. Sunstein tentang keniscayaan dikumpulkan para
pemikir terbaik atau karakter terbaik yang disyaratkan oleh bangsa, terutama di saat bangsa perlu
ditinjau masalah-masalah kenegaraan, sudah terpenuhi.

Dengan demikian, Pancasila menyetujui sakti dalam pengertian mitologis, meminta sakti dalam
pengertian berhasil memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan esensial sekaligus. (Pabottinggi,
2006: 158-159). Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI selesai dan penuh dengan semangat musyawarah
untuk melengkapi goresan sejarah bangsa Indonesia hingga hingga masa sekarang ini.

Perumusan Pancasila pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada
29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April
1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang
didampingi oleh dua orang Ketua Muda, yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada tanggal 28
Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah hubungan yang pertama dengan bahan yang
sesuai dengan harapan negara.

Menurut catatan sejarah, disaksikan sidang tersebut, menghadirkan pembicara, yaitu Mr. Muh
Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Pak Soepomo. Masing-masing menyatakan demikian.
Meskipun demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat persatuan dan
kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap senang yang berkembang di kalangan para negara
seperti inilah yang perlu diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Salah seorang pengusul calon dasar negara dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato
pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir pembicaraan tentang dasar
negara, berbicara tentang Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri
Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan yang berkebudayaan.
Berdasarkan catatan sejarah, diberikannya kutipan oleh Soekarno yang diberi nama Pancasila.
Selanjutnya, Soekarno juga menyetujui jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia
menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi, dan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya memberikan angka 1, yaitu Ekasila yang memberikan asas Gotong-
Royong.

2.1.2 Periode Perumusan Pancasila


Perumusan pancasila dimulai dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945 disetujuinya naskah
awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta
itu merupakan naskah awal dari persetujuan Indonesia. Di piyama, Jakarta, Hanya ada rumusan Pancasila
yang diminta adalah Ketuhanan, dengan komitmen yang memungkinkan syariat Islam untuk pemeluk-
pemeluknya. Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketiga, Persatuan Indonesia. Keempat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat percakapan dalam permusyawaratan partisipasi dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta ” ini kemudian dibuat
“Pembukaan” UUD 1945, dengan rincian perubahan di sana-sini. Peristiwa itu ditandai dengan bom
atom jatuhnya di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945,
Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta menerbitkan maklumat yang berisi Agustus Agustus 1945
akan membuat Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI), panitia itu rencananya akan
dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus 1945, dimulai 24 Agustus 1945 Indonesia
dimerdekakan.

Pada tanggal 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman memanggil Jenderal Terauchi (Penguasa
Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang kota yang
bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi hak oleh Terauchi untuk segera menyusun Panitia
Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945
tadi. Sepulang dari Saigon, tiga tokoh sebelumnya membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang,
yaitu: Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo,
Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi
Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono
Kartodirdjo, dkk., 1975: 16–17).

Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu akhirnya
menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluh lantahkan kota ini sehingga
membuat kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin berkurang, melepaskan Jepang pada
akhirnya dibatalkan pada tanggal 14 Agustus 1945. Konsekuensi dari menyerahnya Jepang ke sekutu,
menjadikan daerah bekas pendudukan Jepang bergerak ke wilayah perwalian sekutu, termasuk
Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat membantu wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang
masih ditugasi sebagai pengganti penjaga kekosongan kekuasaan.

Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula membentuk
Jepang karena Jepang telah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin nasional pada waktu itu
segera mengambil keputusan politis yang penting. Keputusan politis penting adalah melepaskan diri dari
bayang-bayang kekuasaan Jepang dan meningkatkan rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.
2.1.3 Periode Pengesahan Pancasila

Pada 12 Agustus 1945, kompilasi itu Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat diminta oleh
penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia
yang harus dijanjikan. Namun, di luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada
Sekutu tanpa syarat. Pada 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Semua
yang disampaikan oleh para pemuda yang berhasil demi kebebasan bangsa Indonesia diproklamasikan
segera karena mereka merespons terhadap perubahan politik dunia pada masa itu. Para pemuda sudah
tahu tentang Jepang, keluar dari sekutu jadi, Jepang tidak memiliki politik di wilayah pendudukan,
termasuk Indonesia.

Perubahan antara yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok pemuda dengan
Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Anda Soekarno dan M. Hatta ke
Rengas Dengklok (dalam istilah pemuda pada saat itu “memperbaiki ”), langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengambil keputusan yang mengarah pada keputusan pukul 24.00 WIB pada 16 Agustus 1945 di
Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk., 1975: 26). Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh.
Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi
Kemerdekaan Indonesia ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator ini sangat masuk akal jika
mereka dinamakan Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik.

Pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menentukan posisi bangsa Indonesia
dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka. PPKI yang semula merupakan badan buatan
pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno,
anggota PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh bangsa Indonesia.
Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa
Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo.

Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan kelengkapan kehidupan
bernegara, seperti Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin negara, dan perangkat pendukung
lainnya. Sejarah Bangsa Indonesia juga menerbitkan rumusan Pancasila yang disahkan PPKI berbeda
dengan rumusan Pancasila yang termaktub di Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena ada tanggapan dari
wakil yang mengatasnamakan masyarakat Indonesia Bagian Timur yang membahas Bung Hatta yang
mempertanyakan 7 kata di belakang kata "Ketuhanan", yaitu "dengan menggunakan penggunakan
syariat Islam untuk pemeluk-pemeluknya". Tuntutan ini ditanggapi secara resmi oleh para pendiri negara
sehingga dilakukan perubahan yang disetujui, yaitu dihapusnya 7 kata yang dipertimbangkan menjadi
tantangan di kemudian hari dan diganti dengan istilah “Yang Maha Esa ”.

Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga
sebagai Ideologi Negara sehingga memiliki kedudukan tertinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara termasuk di sini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia.
2.2.1 Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia

Setiap bangsa mana pun di dunia ini pasti memiliki identitas yang sesuai dengan latar belakang
budaya masing-masing. Budaya merupakan proses cipta, rasa, dan karsa yang diperlukan dan
dikembangkan terus-menerus. Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses
inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan bagian dari proses
inkulturasi dan akulturasi tersebut.

Sebagai Pancasila sebagai identitas nasional Indonesia diterbitkan Bahasa Indonesia atau Bahasa
Persatuan yaitu Bahasa Indonesia, Bendera negara yaitu Sang Merah Putih, Lagu Kebangsaan yaitu
Indonesia Raya, Lambang Negara yaitu Pancasila, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar
Falsafah negara yaitu Pancasila dan Konstitusi ( Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945. Sedangkan,
Unsur-uns pembentuk identitas adalah Suku bangsa, Agama, Kebudayaan dan Bahasa.

2.2.2 Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri yang memenangkan kebaikan dan kebenarannya,
Sebelum ditetapkannya Pancasila sebagai dasar yang sah, Indonesia memang sudah sejak dahulu
menganut nilai-nilai budaya luhur yang telah tercipta di tengah-tengah masyarakat pedesaan moyang
Indonesia.
Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang
berabad-abad lamanya. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat,
budaya, dan agama-agama yang ada di Indonesia

2.2.3 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila sebagai pedoman atau petunjuk dalam kehidupan
sehari-hari. Ini berarti, Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan petunjuk semua kegiatan atau
kegiatan hidup dan kehidupan di segala bidang. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila selalu
dijunjung tinggi oleh setiap warga masyarakat, karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya
dan pandangan hidup masyarakat Indonesia.

2.2.4 Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa

Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan kelahirannya bangsa Indonesia. Pancasila tela
ada sejak dahulu kala bersamaan dengan keberadaan bangsa Indonesia (Bakry, 14: 157). Pancasila
sebaagai jiwa bangsa maksudnya pancasila sebagai nyawa, pandangan hidup, ideologi bangsa, bahkan
ciri khusus bangsa Indonesia mana Pancasila diperoleh sesuai dengan perjalanan bangsa Indonesia,
sehingga dapat digunakan untuk membedakan mana ciri khas bangsa Indonesia dengan ciri khas negara
lain. Pancasila sebagai jiwa bangsa berarti setiap kegiatan, tindakan, tindakan, serta pemikiran semua
individu di Indonesia berdasarkan dan berpedoman untuk Pancasila.

2.2.5 Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur

Perjanjian luhur maksudnya adalah nilai-nilai Pancasila sebagai bangsa dan kepribadian bangsa yang
disetujui oleh negara (konsensus politik) sebagai dasar negara Indonesia (Bakry, 1994: 161). Pancasila
merupakan keputusan akhir bangsa Indonesia. Perjanjian luhur telah dilakukan pada tanggal 18 Agustus
1945, pada saat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) telah menerima Pancasila dan
menyiapkan landasan negara secara konstituonal dalam pembukaan UUD 1945. Pancasila membantu
rakyat Indonesia yang harus diamalkan serta dilestarikan.
2.3.1 Sumber Historis Pancasila

Pancasila melalui proses yang panjang dalam pembuatannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia. Sebab asal nilai
Pancasila tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia karena kausa materialis
Pancasila.

Secara historis, sejak zaman kerajaan, Pancasila telah muncul dalam kehidupan bangsa kita. Agar
nilai-nilai Pancasila selalu melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka. nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap Pancasila ini kemudian dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara. Sebagai dasar
Negara, Pancasila harus selalu membuat acuan dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Semua peraturan perundang-undangan yang ada juga tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

2.3.2 Sumber Sosiologis Pancasila

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya
hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang
diperuntukkan bagi nilai-nilai kultural yang terkait dengan bangsa Indonesia sendiri yang menggunakan
proses pemikiran filosofis para pencari negara ( Kaelan, 2000: 13). Bung Karno meminta nilai-nilai
Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan
sosiologis masyarakat Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam kehidupan masyarakat. Tidak pasti

sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara hal-hal berikut:

Sebuah. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama masyarakat
Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap keberadaan kekuatan gaib.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling terkait dan
menghormati hak-hak orang lain, tidak pantas sewenang-wenang.

c. Sila Persatuan Indonesia yang dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan, rasa
cinta tanah air yang berwujud pada menyukai produk dalam negeri.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
dapat ditemukan dalam bentuk persetujuan orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil
keputusan.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memilih gaya suka suka menolong, gaya
hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.

2.3.3 Sumber Politis Pancasila

Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang
menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal. Seperti yang
diungkapkan oleh Budiardjo (1998: 32) sebagai berikut: “Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai,
idée, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan, pada “ Weltanschauung ”, yang terkait dengan
seseorang atau orang lain, sesuai dengan standar mana yang dia inginkan sikapnya terhadap kejadian
dan problema politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya. ”

Dengan mengingat pancasila, diharapkan dapat termotivasi menjawab memberikan masukan


konstruktif, baik untuk infrastruktur politik maupun suprastruktur politik. Nilai-nilai Pancasila harus
dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa di pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai
penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini.

Dalam penerapan etika politik Pancasila di Indonesia

Sebuah. Etika politik terjebak menjadi ideologi sendiri. Ketika seseorang mengkritik ideologi, ia
pasti akan mencari kelemahan-kelemahan dan kekurangannya, baik secara konseptual maupun praksis.
Hingga muncul suatu keyakinan tentang etika politik menjadi satu-satunya cara yang efektif dan efisien
dalam mengkritik ideologi, demikian pula etika politik menjadi ideologi tersendiri.
b. Pancasila merupakan sistem filsafat yang lebih lengkap disbanding etika politik Pancasila,
sehingga kritik apa pun yang diajukan kepada Pancasila oleh etika politik Pancasila tidak mungkin
berangkat dari Pancasila sendiri karena kritik itu tidak akan membuahkan apa-apa.

Namun demikian, bukan berarti etika Politik Pancasila tidak mampu menjadi alat atau cara menelaah
sebuah Pancasila. Kendala pertama dapat diatasi dengan cara lebar-lebar pintu etika politik Pancasila
terhadap kritik dan koreksi dari manapun, sehingga ia tidak lolos pada lingkaran itu. Kendala kedua dapat
diatasi dengan mengkritik pada tingkat praksis Pancasila lebih dulu, kemudian merunut untuk
memahami yang lebih umum untuk ontologi Pancasila menggunakan prinsip-prinsip norma moral.

2.4.1 Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa

Dapat membantu generasi penerus negara jatuh pada zaman orde baru Tekad pemerintahan yang di
bawah Presiden Suharto adalah mengelola Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan murni dan
konsekuen. Pada era Orde Baru, salah satu upaya konkrit Pemerintah dalam kerangka nilai-nilai
Pancasila, adalah melalui penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Tujuannya
antara lain adalah membuat pemahaman yang sama tentang demokrasi Pancasila sehingga dengan
pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara.

Orde Lama, ketika konsep Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM) menempatkan ideologi
komunis menjadi dominan, sehingga nilai-nilai Pancasila berubah menjadi kabur. Sisi membebaskan
adalah dengan mewakili penanaman nilai-nilai pancasila maka telah menciptakan keteraturan dan
keseragaman. Semua organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan dan organisasi
kemahasiswaan berasaskan pancasila.

Namun pada sisi yang lain, keteraturan, ketenangan dan kedamaian oleh sebagian besar karena
pertimbangan yang nampak dipermukaan saja, sebagai bentuk kesulitan atas politik mewakili Orde Baru.
Hanya saja, tetapi tidak dimengerti kontekstual. Redaksi Pancasila tanpa butir-butirnya dihafal tetapi
tidak dipraktekkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dari itu sangat penting
menyamakan persepsi hidup bernegara. Masuk pada masa reformasi, Pancasila dijadikan sebagai
hegemoni politik oleh penguasa. Yang membuat warga wajib membayar setiap kebijakan yang
dikeluarkan penguasa, dan dianggap menentang Pancasila jika warga menolaknya.

2.4.2 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara

Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
menentukan nilai-nilai Pancasila tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan
hidup berbangsa dan bernegara. Indonesia saat ini menghadapi tantangan di era globalisasi. Proses
globalisasi yang terjadi telah menggerogoti Pancasila melalui teknologi dan gaya hidup sehingga
memengaruhi dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Adanya proses liberalisasi yang telah masuk ke
Indonesia membuat nilai lebih yang tidak sesuai dengan pancasila lagi.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin
menjauh dari sistem politik melalui Pancasila yang dikembangkan dan diciptakan rakyat Indonesia. Tlihat
jelas demokrasi diartikan sebagai kebebasantanpa batas. Hak asasi manusia diartikan dengan keliru dan
diterjemahkan dengan semudah yang disetujui semaunya dan tak perlu dipertanyakan apakah bisa
dibatalkan atau disetujui oleh orang lain. Dalam kondisi seperti itu Pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru
dikembangkan akan tetap diatas kepribadian bangsa Indonesia.

2.5.1 Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Sebagai sebuah filsafat, di dalam Pancasila terkandung pandangan, nilai-nilai serta pemikiran yang
menjadikannya inti dari sebuah ideologi. Pancasila sebagai sebuah filosofi yang merupakan
pembaharuan yang kristis dan rasoinal tentang kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa yang mendasar dan lengkap. Filsafat Pancasila ditujukan untuk semua orang
dan bukan hanya untuk bangsa Indonesia saja, alasannya terkandung di dalamnya konsep kehidupan luas
dan tidak terbatas.
Dalam aspek ontologi, "mengatur" Pancasila merupakan sesuatu yang nyata dan menantang. Sebab
di dalam Pancasila menjelaskan tentang kenyataan Tuhan beserta kehidupan masyarakat Indonesia yang
majemuk adalah sesuatu yang nyata (nyata). Seperti yang tertera pada sila pertama, "Ketuhanan yang
Maha Esa". Mengajukan Pancasila yang disetujui Tuhan yang memiliki otoritas dan pencipta alam
semesta. Maka dari segi epistemologi Pancasila merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dapat
dibuktikan dan memiliki dasar-dasar yang memiliki kekuatan hukum. Masukkan yang diberikan dalan
UUD 1945.

Dilihat dari segi aksiologi, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendasari terciptanya hak dan uang
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang majemuk. Nilai-nilai ini
merupakan cerminan dari kehidupan bangsa yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila
sebagai dasar negara mengundang sebagai pedoman bagi bangsa Indonesia yangmenuntun kita dalam
interaksi. Penerapan esensi sebagai ideologi negara meliputihal-hal sebagai berikut:

2.5.2 Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Pancasila dapat memberikan Arah tentang hukum harus menyediakan keadaan negara yang lebih
baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, penilaian, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah terhindar dari pandangan Pancasila yang
bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan pada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga
dapat membedakan mana saja yang dapat dibina sesuai dengan pola pikir yang berkembang, yang
dilengkapi dengan yang sesuai dengan satu keseragaman pilihan yang sesuai (Muzayin , 1992: 16).

Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang Pancasila merosot sepenuhnya tajam, yaitu 48,4% responden berhasil 17 hingga 29
tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila benar dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila
Pancasila, lebih parah lagi, 60% responden memilih 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila
Pancasila. Fenomena ini sangat memprihatinkan karena menunjukkan pengetahuan tentang Pancasila
yang ada di masyarakat tidak sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat terhadap Pancasila
(Ali, 2009: 2).
Selain data tersebut, Pancasila penting dalam sejarah bangsa Indonesia yang mempertimbangkan
hal-hal berikut:

Sebuah. Pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain

Pancasila pada awal dirumuskannya merupakan hasil dari konsensus bersama para pendiri bangsa
Indonesia, yang merupakan bagian dari begitu banyak bangsa-bangsa bekas jajahan kolonial. Pancasila
membuat sebuah ideologi melekat untuk membuat negara-bangsa yang kemudian kita kenal dengan
Indonesia. Tujuan Pancasila pada saat itu adalah ide pemersatu dari beragam entitas yang ada. Nilai-yang
terkandung dalam Pancasila, dengan uns 5 sila yang ada ini adalah nilai-nilai dan cita-cita yang tidak
dipaksakan dari luar, ditambahkan saripati digali dan diambil dari harta kekayaan, moral dan budaya
masyarakat Indonesia.

Kegagalan orde lama (masa demokrasi terpimpin) dalam merefleksikan pancasila adalah di arena
pergulatan ideologi dunia saat itu (sosialis / liberal), orde lama lebih cocok menjadikan pancasila sebagai
kearah sosialis padahal sebenarnya pancasila adalah ideologi yang sesuai dengan ideologi-ideologi
tersebut. Hal ini kemudian membatalkan Pancasila menolak tujuan utama sebagai pemersatu dan
sebagai nilai dasar bangsa.

b. Penyelamatan Pancasila sebagai alat justifikasi kekuasaan rezim tertentu

Pada masa Orde Baru, Pancasila memberikan tafsiran yang sangat sederhana dan hanya bisa
digunakan sebagai alat penguasaan serta membenarkan politik penguasa dan pembangunan ekonomi
yang menciptakan kronisme dan KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Pancasila merupakan ideologi
yang melibatkan pembangunan Pusat pangkalan manusia yang memuat faktor sosial, budaya, politik
yang melepaskan holistik dan difasilitasi dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan proses indoktrinasi
yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru melalui pelaksanaan P4 (Pedoman Penghayatan Dan
Pengamalan Pancasila) yang digunakan hanya sebagai kontrol terhadap masyarakat untuk meningkatkan
koordinasi, dilanjutkan dengan implementasi baru pada era 80-an untuk semua organisasi politik.
c. Melemahnya pemahaman dan pelaksanaan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara

Pancasila sebagai dasar negara atau ideologi negara terlahir dan telah membudaya dalam sejarah
perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-Nilai Pada akhirnya, nilai-nilai Pancasila masih belum dapat dipahami
dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Masih lemahnya keteladanan terhadap nilai-nilai Pancasila
menimbulkan tumbuhnya gerakan-gerakan sparatisme dan primordialisme. Hal ini tentu akan dilakukan
disintegrasi bangsa. Perlunya kesadaran diri tentang apakah sudah berhasil Pancasila di dalam diri kita
ataukah hanya konsepnya saja yang baru dikuasai. Dapat memberikan contoh kepada orang lain
bagaimana menerapkan Pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta tujuan negara
dapat terwujud.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia merupakan karya besar bangsa Indonesia dan
merupakan lambang ideologi bangsa Indonesia yang setingkat dengan ideologi besar di dunia lainnya.
Bangsa Indonesia menggunakan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila juga dibuat dalam pelaksaan pemerintahan.
Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa Pancasila merupakan produk
persetujuan pendiri negara Indonesia (Bapak Pendiri). Kedua, nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali
dari nilai agama, budaya, dan adat istiadat. Ketiga, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan
landasan filsafat kenegaraan.

Pancasila yang penting dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan Betapapun yang lemah dalam
pemerintahan yang memerintah, namun Pancasila yang bertahan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kedua, Betapapun ada yang mencoba untuk menggantikan Pancasila sebagai ideologi bangsa,
tetapi terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Ketiga, Pancasila
merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena bersumber dan digali dari nilai-nilai agama,
budaya, dan adat istiadat yang hidup dan berkembang di bumi Indonesia.
3.2 Saran

Generasi muda merupakan generasi penerus yang sangat menentukan langkah kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia ke depan. Sebagai generasi penerus, pemuda diharapkan
mampu menyediakan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Peran generasi muda sangat
menentukan dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Untuk itu perlu dibangun karakter generasi
muda yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter
yang dimiliki.

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjelajah tinggi pancasila serta selalu
mempertimbangkan dan mengamalkan nilai-nilai yang ada di Pancasila sebagai upaya perwujudan
tujuan-tujuan dan tujuan nasional untuk mendorong Indonesia yang penuh dengan kedamaian dan
keteraturan hubungan Indonesia dengan negara yang maju baik dalam pola pikir masyarakat dan kondisi
negaranya.

DAFTAR PUSTAKA

· Ali, As'ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: Pustaka LP3ES.

· Bakry, Noor Ms. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

· Budiarjo, Mariam, 1993, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia. Pustaka Utama.

· Kaelan. 2000. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

· Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan Pengamalan bagi
Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press.

· Nurwardani, Paristiyanti dkk. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia
· Http://ikhsan_history-fib.web.unair.ac.id/artikel_detail-154306-Kuliah-Pancasil-%20dalam
%20Kajian%20Sejarah%20Bangsa%20Indonesia.htm

Anda mungkin juga menyukai