Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA


INDONESIA

Disusun :
Kelompok 2

Nama NIM
Putu Faelexi Saputra 05091382328083
Dio Pikry Anuggra 05091382328107
Ilham Ramadhan 05091382328090

Universitas Sriwijaya
Tahun Ajaran 2023/2024
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar negara indonesia, Pancasila dalam sejarah


perjalanan bangsa Indonesia bukan sesuatu yang baru,melainkan sudah lama
dikenal sebagai bagian dalam nilai- nilai budaya kehidupan bangsa
Indonesia.Kemudian nilai-nilai tersebut dirumuskan sebagai dasar Negara
Indonesia. Artinya, Pancasila digali dan berasal dari nilai-nilai pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini
mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya. Nilai-nilai
Pancasila berdasarkan teori kausalitas yang diperkenalkan Notonagoro (kausa
materialis, kausa formalis, kausa efisien, kausa finalis), merupakan penyebab
lahirnya negara. Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia,
memperlihatkan telah tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar mahasiswa


tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa memiliki
pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Mahasiswa sebagai
pemegang tongkat estafet kepemimpinan agar tidak mudah terpengaruh oleh
paham asing yang negatif. Serta, agar mahasiswa memiliki pedoman atau kaidah
penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan
berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

Rumusan masalah

1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa


Indonesia dalamperiode pengusulan pancasila
2. Apa alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia
3. Apa saja sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam
kajian sejarah BangsaIndonesia
4. Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia
Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah


bangsa Indonesia dalam periode pengusulan pancasila
2. Agar memahami kenapa diperlukannya Pancasila dalam kajian
sejarah Bangsa Indonesia
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila
dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia
4. Agar memahami cara membangun argument tentang dinamika dan
tantangan Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia
PEMBAHASAN

A. MENULUSURI KONSEP DAN URGENSI PANCASILA DALAM


ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA DALAM PERIODE
PENGUSULAN PANCASILA

Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya


ideologi bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi
pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Ahli sejarah, Sartono
Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam
artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai Modal Rasionalitas
Politik,menengarai bahwa benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam
gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan
kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia menghimbau agar segenap suku
bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian
disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momenmomen
perumusan diri bagi bangsa Indonesia. Kesemuanya itu merupakan modal politik
awal yang sudah dimiliki tokoh-tokoh pergerakan sehingga sidang- sidang
maraton BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada
intervensi dari pihak penjajah Jepang. Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk
secara adil, bukan hanya atas dasar konstituensi, melainkan juga atas dasar
integritas dan rekam jejak di dalam konstituensi masing-masing. Oleh karena itu,
Pabottinggi menegaskan bahwa diktum John Stuart Mill atas Cass R. Sunstein
tentang keniscayaan mengumpulkan the best minds atau the best character yang
dimiliki suatu bangsa, terutama di saat bangsa tersebut hendak membicarakan
masalah-masalah kenegaraan tertinggi, sudah terpenuhi.

Pancasila tidaklah sakti dalam pengertian Jauh sebelum periode


pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya ideologi bangsa itu diawali dengan
lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang
kemerdekaan bangsa Indonesia. Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo,sebagaimana
yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam artikelnya yang berjudul Pancasila
sebagai Modal Rasionalitas Politik,menengarai bahwa benih nasionalisme sudah
mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat
menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia
menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan
dan keterjajahan. Kemudian,disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober
1928 merupakan momen-momen perumusan diri bagi bangsa Indonesia.
Kesemuanya itu merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki tokoh-tokoh
pergerakan sehingga sidang-sidang maraton BPUPKI yang difasilitasi
Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah Jepang.
Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar
konstituensi, melainkan juga atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam
konstituensi masingmasing. Oleh karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa
diktum John Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang keniscayaan
mengumpulkan the best mindsatau the best character yang dimiliki suatu bangsa,
terutama di saat bangsa tersebut hendak membicarakan masalah-masalah
kenegaraan tertinggi, sudah terpenuhi.

Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap dan


penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah bangsa
Indonesia hingga sampai Dalam sidang bpupki menampilkan beberapa toko
pembicara yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Bagus Hadikusumo Mr.
Soepomo. Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulantentang dasar negara
menurut pandangannya masing-masing. Meskipun demikian perbedaan
pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat persatuan dan kesatuan
demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap toleransi yang berkembang di
kalangan para pendiri negara seperti inilah yang seharusnya perlu diwariskan
kepada generasi berikut, termasuk kita.

Salah seorang pengusul calon dasar negara dalam sidang BPUPKI


adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir.
Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai
berikut:

a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,


b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,

c. Mufakat atau Demokrasi,

d. Kesejahteraan Sosial,

e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi
nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya
peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu
Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3)
Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1, yaitu
Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.Sejarah mencatat bahwa pidato lisan
Soekarno inilah yang di kemudian hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan
Republik Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947).
Perlu Anda ketahui bahwa dari judul buku tersebut menimbulkan kontroversi
seputar lahirnya Pancasila. Di satu pihak, ketika Soekarno masih berkuasa,
terjadi semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan
sebagai hari lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan Soekarno
jatuh, muncul upayaupaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru
sehingga dikesankan seolah-olah Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian
dan perumusan Pancasila.Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan
nama Pancasila bagi dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang
diusulkan oleh Soekarno, dan kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus
Hadi Kusumo, K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto
Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta) yang bertugas menampung usul-usul seputar
calon dasar negara. Kemudian, sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945)
ini berhenti untuk sementara.

B. MENANYA ALASAN DIPERLUKANNYA PANCASILA DALAM KAJIAN


SEJARAH BANGSA INDONESIA

a. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia Budaya dapat membentuk


identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila
sebagai identitas Bangsa Indonesia merupakan konsekuensi dari proses
inkulturasi dan akulturasi tersebut. s’ad Ali dalam buku Negara Pancasila;
Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai
identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam
masyafrakat Indonesia.
b. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia Pancasila disebut juga
sebagai keprinbadian Bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Kepribadian itu mengacu
pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar
sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau hal nya sendiri
c. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,kerakyatan, dan keadilan diyakini
kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh Bangsa
Indonesia dan menjadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Pancasila
sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai pancasila melekat dalam
kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak.
d. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir
bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah ada sejak
dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia
e. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Nilai – nilai sebagai jiwa bangsa dan
kepribadian bangsa yang disepakati oleh para pendiri Indonesia.
Kesepakatan para pendiri Negara tentang pancasila sebagai dasar Negara
merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan
sesuatu yang tepat.

C. MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIS TENTANG


PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

a. Sumber Historis Pancasila Nilai


nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan
dahulu. Dalam encyclopedia of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang
ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada kekuatan supranatural,
perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek
sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan.
b. Sumber Sosiologis Pancasila Nilai
nilai pancasila secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak
dahulu hingga sekarang. Salah satu yang terdapat pada masyarakat zaman
dahulu dan masyarakat saat ini adalah nilai gotong royong. Hal ini
disebabkan karna masyarakat secara bersama
c. Sumber Politis Pancasila Nilai
nilai pancasila misalnya nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana
kehidupan pedesaan yang pola kehidupan bersama yang bersatu dan
demokratis yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana
tercermin dalam sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan. Semangat seperti ini
diperlukan dalam mengambil keputusan yang mencerminkan musyawarah.

D. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN


PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

a. Dinamika pancasila dalam sejarah bangsa


Dinamika pancasila dalam sejarah Bangsa Indoneisa
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pemahaman dan
pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa pemerintahan
Presiden Soekarno,terutama pada 1960 an NASAKOM lebih popular
dari pada pancasila.Pada zaman pemerintahan Soeharto Pancasila
dijadikan pembenar kekuasaan melalui penataran P4 sehingga pasca
turunnya Soeharto ada kalangan yang mengidentikan Pancasila dengan
P4 pada masa pemerintahan era revormasi ada kecenderungan panguasa
tidak respek terhadap Pancasila seolah-olah Pancasila ditinggalkan
b. Tantangan Terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah meletakan nilai-nilai Pancasila tidak
dalam posisi sebenernya sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang dari
kenyataan hidup berbangsa dan bernegara
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan
bebarapa hal Betapapun lemahnya pemerintahan suatu rezim, tetapi Pancasila tetap
bertahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan Betapapun ada upaya
untuk mengganti Pancasila sebagai ideologi bangsa, tetapi terbukti Pancasila
merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Pancasila merupakan
pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena bersumber dan digali dari nilai-nilai
agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang hidup dan berkembang di bumi
Indonesia.
Pancasila dianggap memiliki nilai-nilai kehidupan paling baik. Pancasila
dijadikan dasar dan motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua sila dari Pancasila tidak dapat
dilaksanakan secara terpisah-pisah karena Pancasila merupakan satu kesatuan yang
utuh dan saling berkaitan.

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. saya banyak berharap para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi saya pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam


Melindungi Hak Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor
1, 2018.

Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak


Pidana, Deepublish, Yogyakarta, 2015.

Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human


Trafficking Di Daerah Perbatasan Indonesia, Jurnal Selat, Volume 4, Nomor 1,
2016.

Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak


Anak Sebagai Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia
Islamica, Volume 13, Nomor 2, 2016.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Perlindungan Anak Yang Tereksploitasi


Secara Ekonomi Oleh Pemerintah Kota Padang, Veritas et Justitia, Volume 2,
Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan


Perundang- Undangan Di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3, 2016.

Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies


Dalam Penegakan Ham Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14,
Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak


Berkelanjutan Di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2,
Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Untuk


Mewujudkan Indonesia Sebagai Negara Hukum, Jurnal Hukum Doctrinal, Volume
2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Participation Non-Governmental Organization In


Protecting Child Rights In The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin and
Islamic Thought International Conference (Usicon), Volume 1, 2017.
Laurensius Arliman S, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan
PerundangUndangan Untuk Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Jurnal
Politik Pemerintahan Dharma Praja, Volume 10, Nomor 1, 2017,
https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.379.

Laurensius Arliman S, Peran Komisi Perlindungan Anak Indonesia Untuk


Mewujudkan Perlindungan Anak, Jurnal Respublica Volume 17, Nomor 2, 2018.

Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik


Orang Lain Dengan Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan
Hukum, Volume 1, Nomor 1, 2019.

Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang-Undangan Yang Baik Untuk Negara


Indonesia,Deepublish, Yogyakarta, 2019

Anda mungkin juga menyukai