Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN

PANCASILA DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila)

Dosen Pengampu:
Fitria Nugrahani, S. Pd., M. Si.

Oleh:
Nama : Andhika Pernanda
Nim : 2307422040
Kelas : TMJ CCIT SEC 2B

PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA DAN JARINGAN


JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
TAHUN 2024
1. KONSEP DAN URGENSI PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH
BANGSA INDONESIA
1.1 Periode Pengusulan Pancasila
Perumusan Pancasila dimulai dalam sidang pertama BPUPKI pada 29 Mei
- 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April
1945 dengan 60 anggota, dipimpin oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan dua
wakil ketua, Raden Panji Suroso dan Ichibangase. Dilantik oleh Letjen Kumakichi
Harada pada 28 Mei 1945, sidang pertama BPUPKI dimulai pada 29 Mei 1945,
membahas calon dasar negara dengan pembicara antara lain Mr. Muh Yamin, Ir.
Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, dan Mr. Soepomo.
Pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan lima gagasan dasar negara
dalam sidang BPUPKI, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila. Gagasan-
gagasan tersebut meliputi nasionalisme Indonesia, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang berkebudayaan. Soekarno juga
mengusulkan Trisila dan Ekasila sebagai alternatif. Setelah pidato Soekarno, nama
"Pancasila" diterima untuk dasar filsafat negara, dan sebuah panitia kecil dibentuk
untuk mengumpulkan usulan-usulan terkait calon dasar negara. Setelah itu, sidang
pertama BPUPKI berhenti untuk sementara.
1.2 Periode Perumusan Pancasila
Dalam sidang BPUPKI kedua pada Juli 1945, disepakati naskah awal
"Pembukaan Hukum Dasar" yang dikenal sebagai Piagam Jakarta. Piagam tersebut
menyatakan:
1. Ketuhanan dengan syariat Islam bagi pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Piagam Jakarta kemudian dimasukkan ke dalam Pembukaan UUD 1945
dengan sedikit perubahan. Situasi politik berubah ketika Jepang menyerah kepada
Sekutu, memicu pembentukan PPKI yang mempercepat kemerdekaan Indonesia.
Para pemimpin nasional segera mengambil langkah-langkah untuk membebaskan
diri dari pengaruh Jepang dan mempercepat proses kemerdekaan.
1.3 Periode Pengesahan Pancasila
Pada 12 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat
bertemu dengan penguasa militer Jepang di Saigon untuk membahas kemerdekaan
Indonesia. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945, mereka
kembali ke Indonesia. Disambut oleh pemuda pada 15 Agustus 1945 yang
mendorong proklamasi kemerdekaan segera. Terjadi kesalahpahaman dengan
Soekarno-Hatta, mereka diangkut ke Rengasdengklok. Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia diumumkan pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta. Proklamasi
itu dikenal sebagai "Dwitunggal".
Setelah proklamasi, PPKI membentuk UUD '45, memilih Presiden dan
Wakil Presiden, serta Pancasila disetujui dengan mengganti "syariat Islam" menjadi
"Yang Maha Esa". Belanda mencoba menjajah kembali, menyebabkan agresi
selama 4 tahun. Pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada 1949 membuat Indonesia
menjadi negara kesatuan pada 1950. Pemilu pertama diadakan pada 1955 untuk
membentuk Badan Konstituante dan DPR, tetapi terhambat karena perdebatan
antara Islam atau Pancasila sebagai dasar negara.
Pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan dekrit darurat yang menetapkan
UUD 1945 sebagai landasan pemerintahan. Namun, terjadi penyalahgunaan
kekuasaan, termasuk oleh Soekarno sendiri, yang memicu konflik politik seperti
peristiwa G30S PKI. Peristiwa tersebut mengubah kekuasaan dari Soekarno ke
Soeharto melalui Supersemar dan TAP No. IX/MPRS/1966. Soeharto kemudian
mendorong penegakan resmi Pancasila dengan kebijakan seperti Inpres No.
12/1968 dan TAP No. II/MPR/1978. RUU PIP dibentuk untuk memperkuat
penerapan Pancasila secara hukum, diharapkan menjadi pedoman bagi warga dan
pemerintah.
2. PENTINGNYA PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA
INDONESIA
2.1 Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Budaya membentuk identitas bangsa melalui inkulturasi dan akulturasi.
Pancasila adalah identitas Indonesia yang terbentuk dari proses ini. Untuk
menghadapi perubahan, Indonesia perlu rencana masa depan yang mengutamakan
kehidupan berbangsa. Budaya Indonesia terbentuk melalui inkulturasi, gabungan
elemen budaya yang membuat masyarakat berkembang dinamis.
Pancasila merupakan identitas kultural bangsa Indonesia yang tercermin
dalam berbagai literatur, termasuk sejarah dan pemerintahan. As’ad Ali
menekankan bahwa asal usul Pancasila sebagai identitas dapat ditelusuri dari
pengaruh agama-agama besar seperti Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen yang
membentuk nilai, norma, tradisi, dan kebiasaan masyarakat. Contohnya, tradisi
Melayu, Minangkabau, dan Aceh terpengaruh oleh Islam, sementara budaya Toraja
dan Papua oleh Kristen. Begitu pula dengan budaya Bali yang sangat dipengaruhi
oleh Hindu.
2.2 Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa
Pancasila adalah identitas Indonesia yang mencakup nilai-nilai lokal seperti
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai ini
tercermin dalam sikap dan tindakan, menjadikan Pancasila sebagai pilar penting
dalam membentuk karakter bangsa. Meskipun terpengaruh oleh akulturasi dan
inkulturasi, sejarah menunjukkan keunggulan peradaban masa lalu yang berakar
dari nilai-nilai spiritual, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat Indonesia.
2.3 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengandung
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai
ini diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh
masyarakat Indonesia sebagai pedoman dalam kehidupan bersama. Pancasila tidak
hanya menjadi norma dalam perilaku dan tindakan, tetapi juga menjadi bagian
integral dari kehidupan sosial, bangsa, dan negara Indonesia.
2.4 Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
Sebagaimana dikatakan von Savigny bahwa setiap bangsa mempunyai
jiwanya masing - masing, yang dinamakan volkgeist (jiwa rakyat atau jiwa bangsa).
Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia.
Pancasila telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia
(Bakry, 1994: 157).
2.5 Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan
kepribadian bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus)
sebagai dasar negara Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan para pendiri
negara tentang Pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang
diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.
3. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIS TENTANG PANCASILA
DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA
3.1 Sumber Historis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat, budaya, dan agama Indonesia
sejak zaman kerajaan. Contoh, prinsip Ketuhanan diakui, meskipun dalam beragam
praktik pemujaan. Menurut Encyclopedia of Philosophy, agama melibatkan
kepercayaan pada kekuatan supranatural, perbedaan antara yang sakral dan profan,
ritual, sembahyang, takjub, pedoman moral dari Tuhan, hubungan dengan Tuhan
dalam kehidupan, dan identitas sosial berdasarkan agama.
3.2 Sumber Sosiologis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan, telah merajut jalinan sosial di Indonesia dari masa lampau
hingga kini. Salah satu nilai yang menonjol adalah gotong royong, terlihat dalam
berbagai bentuk seperti bantuan tetangga dan kerjasama untuk kepentingan bersama
di desa-desa. Semangat kekeluargaan dalam gotong royong mencerminkan sila
Keadilan Sosial. Hal ini juga tercermin dalam sistem perpajakan, dimana
masyarakat bersama-sama mengumpulkan iuran untuk pembangunan.
3.3 Sumber Politis Pancasila
Pancasila mengambil nilai-nilai dasar dari kearifan lokal, budaya, dan
pengalaman bangsa Indonesia, termasuk interaksi dengan bangsa lain. Contohnya,
nilai kerakyatan tercermin dalam kehidupan pedesaan yang bersatu, demokratis,
dan berjiwa kekeluargaan, sebagaimana tercermin dalam sila keempat Pancasila.
Semangat musyawarah dibutuhkan dalam pengambilan keputusan yang
mencerminkan nilai tersebut.
4. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA
INDONESIA
4.1 Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila dalam sejarah Indonesia menunjukkan perubahan
dalam pemahaman dan penerapan nilainya. Di era Soekarno, terutama pada 1960-
an, NASAKOM lebih populer daripada Pancasila. Di bawah Soeharto, Pancasila
digunakan untuk melegitimasi kekuasaan melalui program P-4 (Pedoman,
Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) Setelah Soeharto lengser, Pancasila
sering diidentikkan dengan P-4. Di era reformasi, ada kecenderungan para penguasa
untuk tidak menghargai Pancasila, seolah-olah mengabaikannya.
4.2 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya
sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan
bernegara. Salah satu contohnya, pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS
dalam TAP No.III/MPRS/1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden
Seumur Hidup. Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar
1945 yang menyatakan bahwa, ”Presiden dan wakil presiden memangku jabatan
selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan
bahwa pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas
waktu lima tahun.
5. ESENSI DAN URGENSI PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH
BANGSA INDONESIA UNTUK MASA DEPAN
5.1 Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila adalah dasar filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yang
menjadi landasan berdirinya negara. Semua hukum harus mencerminkan nilai-nilai
Pancasila. Ini juga mencakup pandangan hidup bangsa, seperti nilai-nilai agama,
budaya, dan adat istiadat. Urgensinya sangat penting dalam sejarah Indonesia
karena pengetahuan masyarakat tentang Pancasila menurun drastis, tidak sejalan
dengan semangat penerimaan terhadapnya. Selain itu, pentingnya Pancasila dalam
sejarah bangsa Indonesia juga disebabkan oleh Pancasila juga sering diidentifikasi
dengan ideologi lain, disalahgunakan untuk kepentingan rezim tertentu, dan
pemahaman serta implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
melemah.

KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, merupakan hasil dari perjalanan
sejarah yang panjang dan kompleks bagi bangsa Indonesia. Dipandang sebagai
pandangan hidup dan falsafah yang diperkenalkan oleh Bung Karno, Pancasila
menjadi landasan bagi pembangunan negara yang adil dan berdaulat., serta nilai-
nilai Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan dan penyelenggaraan negara.
Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menegaskan bahwa Pancasila
bukan hanya sebuah ideologi, tetapi juga simbol kekuatan dan kestabilan bagi
bangsa Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam menghadapi
tantangan di masyarakat serta membangun masa depan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai