Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TELAAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Drs. Margono, M.Pd.

Kelompok 1 :
Alfian Nufal Fikriy S. (200534627616)
Bachrudin Yusuf Muhaimin (200534627640)
Estriani (200534627641)
Fikri Kurniawan (200534627623)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FEBRUARI 2021
BAB1
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia sudah resmi sejak 18 Agustus
1945. Tetapi, walaupun Pancasila saat ini sudah dihayati sebagai pendoman hidup bangsa
serta dasar negara yang perwujudannya dari kebiasaan dan budaya bangsa Indonesia sendiri,
sampai saat ini awal mula ditetapkannya ataupun disebarluaskan Pancasila masih dijadikan
kajian yang memberikan banyak sekali penafsiran serta konflik yang belum terselesaikan
hingga saat ini.

Disamping itu , Pancasila memanglah memiliki sejarah yang panjang dalam proses
pembentukannya dalam perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Sejarah bersifat rentan dan
dapat menjadi ancaman bagi keutuhan negeri Indonesia. Hal tersebut disebabkan begitu
banyak kontroversi yang berkelanjutan baik mengenai siapa pengusul awal hingga apa
penyebab disebut Pancasila.

Soekarno pernah berkata“ jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Dari perkataan


tersebut bisa dimaknai, kalau sejarah itu bermanfaat untuk kehidupan. Sama dengan yang
disampaikan oleh seseorang filsuf Yunani yang bernama Cicero( 106- 43 SM) yang
mengatakan“ Historia Vitae Magistra”, yang bermakna“ sejarah memberikan kearifan”.
Sejarah membuktikan dengan nyata bahwa seluruh bangsa membutuhkan sesuatu konsepsi
serta cita- cita.

Pancasila merupakan 5 nilai dasar atau prinsip bangsa Indonesia yang ada serta
berkembang sejak dahulu. Fungsi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu menjadi sumber
kaidah hukum yang mengendalikan negara Republik Indonesia, tercantum di dalamnya
segala unsur- unsurnya ialah pemerintah, daerah, serta rakyat. Sedangkan peran Pancasila
ialah sebagai dasar pijakan penyelenggaraan negara serta segala kehidupan negara Republik
Indonesia.

Tegar serta semangat yang tinggi menjadikan Pancasila dalam jiwa bangsa mengakar
kuat hingga terus berjaya sepanjang masa. Karena ideologi Pancasila bukan sekedar identitas
bangsa Indonesia semata, namun diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Pancasila dalam kajian sejarah Indonesia?


2. Bagaimana Pancasila dalam kajian sejarah indonesia pada era pra kemerdekaan?
3. Bagaimana Pancasila dalam kajian sejarah indonesia pada era kemerdekaan?
4. Bagaimana Pancasila dalam kajian sejarah indonesia pada era orde lama?
BAB II
Telaah

1. Pancasila Dalam Kajian Sejarah Indonesia

Dalam buku dirjen dikti (2013), Presiden Soekarno pernah mengatakan


“jangan sekali-kali meninggalkan sejarah ”. Dari perkataan tersebut dapat dimaknai
bahwa sejarah mempunyai fungsi yang beragam bagi kehidupan. Arus sejarah
memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi dan
cita-cita. Begitu kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan
Pancasila terus berjaya sepanjang masa. Hal tersebut disebabkan ideologi Pancasila
tidak hanya sekedar “mengkonfirmasi dan memperdalam” identitas Bangsa Indonesia.
Ia lebih dari itu. Ia adalah identitas Bangsa Indonesia sendiri sepanjang masa. Sejak
digali Pancasila kembali dan kembali menjadi Dasar dan Ideologi Negara, maka ia
membangunkan dan membangkitkan identitas yang tidak aktif, yang “tertidur” dan
yang “terbius” selama kolonialisme ”(Abdulgani, 1979: 22).
Dalam buku ajar mata kuliah wajib umum Pancasila (2016), Diketahui bahwa
setiap bangsa mana pun di dunia ini pasti memiliki identitas yang sesuai dengan latar
belakang budaya masingmasing. Budaya merupakan proses cipta, rasa, dan karsa
yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terus menerus. Budaya dapat
membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila
sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan bencana dari proses inkulturasi dan
akulturasi tersebut. Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia,
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan
dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental, tingkah laku
dan perbuatan bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas, yaitu dapat dibedakan
dengan bangsa lain. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau komentar sendiri,
demikian pula dengan ideologi bangsa (Bakry, 1994: 157). Pancasila dikatakan
sebagai pandangan bangsa, yaitu nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan kebenarannya, hidupnya, keindahannya, dan kegunaannya
oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai kehidupan baru bermasyarakat dan
berbangsa dan ditimbulkan tekad yang kuat untuk mengamalkannya dalam kehidupan
nyata (Bakry, 1994: 158). Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai
Pancasila yang melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam
bertindak dan bertindak. Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia. Pancasila telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan adanya
bangsa Indonesia (Bakry, 1994: 157). Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila
sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa disepakati oleh para pendiri negara
(political consensus) sebagai dasar negara Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan
para pendiri negara tentang Pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa
pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.
Pendapat kami mengenai Pancasila dalam kajian sejarah indonesia adalah
pada kedua buku yang kami telaah sama tetapi dalam buku ajar mata kuliah wajib
umum Pancasila (2016) terdapat penambahan sehingga memperlengkap mengenai
Pancasila dalam kajian sejarah indonesia.

2. Pancasila Pada Era Prakemerdekaan

Sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya ideologi


bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu
gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia yang terlihat dari adaya gerakan
Perhimpoenan Indonesia yang mengaskan bahwa kita harus menanamkan solidaritas
dan kesatuan bangsa. Setelah gerakkan tersebut pun disusul adanya gerakan Soempah
Pemoeda pada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai komitmen para pemuda menanamkan
nasionalisme dan sebagai cikal bakal perumusan diri bangsa yang tertuang dalam isi
Soempah Pemoeda yaitu Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah
yang satu, tanah Indonesia, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang
satu, bangsa Indonesia, Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
Pancasila terdiri dari lima sila yang menjadi pedoman hidup dan pandangan
hidup bangsa Indonesia. Sebagai warga negara kita harus mengetahui bagaimana
sejarah terbentunya pancasila, menurut buku dirjen dikti Ketika Dr. Radjiman
Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPKI), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada sidang untuk mengemukakan
dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu menimbulkan rangsangan
anamnesis yang memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang; hal ini
mendorong mereka untuk menggali kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan
kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah.
Dalam buku ajar mata kuliah wajib umum Pancasila (2016), bahwasannya
perumusan pancasila dibahas pada sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada
29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan
Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh
Dr. RajimanWedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil
Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik
oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28
Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama
dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara.
Tercetus buah pikiran-pikiran mengenai konsep dasar negara oleh 3 tokoh
yaitu Mr. M. Yamin, Ir. Soekarno, Prof. Dr. Soepomo. Pada tanggal 29 Mei 1945 di
sidang BPUPKI yang pertama Mr. Muhammad Yamin mengusulkan rumusan dasar
negara menurut pandangannya yaitu : 1) Peri Kebangsaan, 2) Peri Kemanusiaan, 3)
Peri Ketuhanan, 4) Peri Kerakyatan dan 5) Kesejahteraan Rakyat. Pada tanggal 30
Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan mengenai teori-teori negara : 1) Teori
negara perseorangan (individualis), 2) Paham negara kelas dan 3) Paham negara
integralistik. Dan pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengemukakan usulan
rancangan dasar negara yaitu : 1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia), 2)
Internasionalisme (peri kemanusiaan), 3) Mufakat (demokrasi), 4) Kesejahteraan
sosial, dan 5) Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan).
Dalam buku ajar mata kuliah wajib umum Pancasila (2013) menerangkan
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama
Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang
tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas
(1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa.
Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas
Gotong-Royong. Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di
kemudian hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam
bentuk buku yang berjudul Lahirnya Pancasila 1947 (Dikti, 2016).
Sidang BPUPKI yang pertama (29 Mei - 1 Juni 1945) berhenti untuk
sementara . Dan sidang kedua BPUPKI dilaksanakan pada (10 - 16 Juli 1945). Hal
yang penting dalam sidang ini di setujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar”
atau lebih biasa dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Pada alenia keempat piagam
Jakarta terdapat rumusan Pancasila yaitu : 1) Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya, 2) Kemanusiaan yang adil dan
beradab, 3) Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Naskah awal pembukaan “Pembukaan Hukum Dasar” atau yang
lebih dikenal Piagam Jakarta ini sekarang dijadikan “Pembukaan UUD 1945” dengan
banyak revisi.
Tetapi dari butir pancasila yang sesuai dengan Piagam Jakarta pada sila
pertama, menuai perdebatan, dalam buku ajar mata kuliah wajib umum Pancasila
(2013) menerangkan bahwa anggota BPUPKI terdiri dari elit Nasionalis netral agama,
elit Nasionalis Muslim dan elit Nasionalis Kristen. Elit Nasionalis Muslim di
BPUPKI mengusulkan Islam sebagai dasar Negara, namun dengan kesadaran yang
dalam akhirnya terjadi kompromi politik antara Nasionalis netral agama dengan
Nasionalis Muslim untuk menyepakati Piagam Jakarta (22 Juni 1945) yang berisi
“tujuh kata”: “…dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. dan akhirnya
kesepakatan untuk peniadaan tujuh kata tersebut dilakukan dengan segera dan ​legowo
Menurut pendapat kelompok kami, pada masa pancasila prakemerdekaan
sangat tercermin jelas bagaimana semangat dan nasionalisme yang ditunjukkan oleh
para tokoh pendahulu dalam menyusun dasar negara Indonesia. Dan dalam
perumusan pancasila terdapat suatu peristiwa penting pada saat ada usulan mengenai
penggantian diksi yang terdapat pada sila pertama yang sangat mencerinkan tentang
tenggang rasa, rasa menghargai, menghormati, serta mengedepankan kepentingan
bersama.

3. Pancasila Pada Era Kemerdekaan


Menurut buku dirjen dikti (2013). Pancasila pada era kemerdekaan diawali
dengan dijatuhkan bom atom di Kota Hiroshima oleh Amerika Serikat pada tanggal 6
Agustus 1945, yang mulai menurunkan moral semangat tentara jepang. Sehari
kemudian BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
untuk menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan indonesia. Kemudian
terjadi peristiwa dijatuhkan bom atom kedua di Kota Nagasaki yang membuat jepang
menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Dan dari kedua peristiwa tersebut
dimanfaatkan oleh indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaanya.
Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945
terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks
proklamasi yang berlangsung secara singkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari. Teks
proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad
Soebardjo di ruang makan Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di jalan Imam Bonjol
No.1. Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda)
mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. soekarno dan
Drs. Moh Hatta atas nama bangsa indonesia. Kemudian teks proklamasi indonesia
tersebut diketik oleh Sayuti Melik.
Isi proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat
yang tertuang dalam piagam jakarta tanggal 22 juni 1945. Piagam ini berisi garis-garis
9 pemberontakan melawan imperialisme, kapitalisme, dan fasisme serta memuat dasar
pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta lebih tua dari Piagam
Perjanjian San Fransisco (26 Juni 1945). Dan kapitulasi Tokyo (15 Agustus 1945) itu
ialah sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia (Yamin, 1945:16).
Piagam Jakarta ini kemudian disahkan oleh sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945. Menjadi pembentukan UUD 1945, setelah terlebih dahulu dihapus 7 (tujuh)
kata dari kalimat “ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk pemeluknya”, diubah menjadi “Ketuhanan yang maha esa”. Awal dekade
1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak melakukan intrepretasi
ulang terhadap pancasila. Saat itu muncul perbedaan prespektif yang dikelompokkan
dalam 2 kubu. Pertama, beberapa tokoh berusaha menempatkan Pancasila lebih dari
sekedar kompromi politik atau kontrak sosial. Mereka memandang Pancasila tidak
hanya kompromi politik melainkan sebuah filsafat sosial atau weltanschauung bangsa.
Kedua, mereka yang menempatkan pancasila sebagai sebuah kompromi politik. Dasar
argumentasi adalah fakta yang muncul dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI.
Pancasila pada saat itu benar benar merupakan kompromi politik diantara golongan
nasionalis netral agama (Sidik Djojosukarto dan Sutan Takdir Alisyahbana dkk) dan
nasionalis Islam (Hamka, Syaifuddin Zuhri sampai Muhammad Natsir dkk) mengenai
dasar negara.

Menurut buku dirjen dikti (2016). Ketika para pemimpin Indonesia sedang
sibuk mempersiapkan kemerdekaan sesuai dengan skenario Jepang, secara tiba-tiba
terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu penyebab terjadinya perubahan peta
politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan
jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa
itu, 7 Agustus 1945, pemerintah pendudukan Jepang di jakarta mengeluarkan
maklumat yang berisi :
(1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi
Indonesia (PPKI)
(2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19
Agustus 1945
(3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia akan dimerdekakan

Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil


Jenderal Terauchi (Penguasa militer Jepang di kawasan Asia Tenggara) yang
berkedudukan di saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga
tokoh tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu
panitia persiapan kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat pemerintah
Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon ketiga tokoh tadi membentuk PPKI
dengan total anggota 21 orang.
Jatuhnya bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan
sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang
meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin
lemah. Sehingga memkasa Jepang menyerah tanpa syarat terhadap sekutu,
menjadikan daerah bekas pendudukan jepang beralih kepada wilayah perwalian
sekutu, termasuk Indonesia. Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para
tokoh nasional. PPKI yang semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan
tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil
keputusan politis yang penting. Keputusan politis penting itu berupa melepaskan diri
dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan
Indonesia.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Sukarno, Hatta dan Rajiman didesak oleh
golongan muda agar kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan secepatnya
karena mereka tanggap terhadap perubahan situasi politik dunia pada masa itu.
Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalah pahaman antara kelompok
muda dengan sukarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri
sukarno dan M. Hatta ke Rengas Dengklok, tindakan pemuda itu berdasarkan
keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang 16 Agustus 1945 di
Cikini no.71 Jakarta (kartodirdjo,dkk. 1975:26)
Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didektekan oleh M. Hatta dan
ditulis oleh Sukarno pada dini hari. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti
Melik. Rancangan pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI
yang diberi nama piagam jakarta, akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena
situasi politik yang berubah (Lihat pemahaman sejarah indonesia: Sebelum dan
Sesudah Revolusi, William Frederick dan Soeri Soeroto, 2002: hal. 308-311).
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945,
PPKI bersidang untuk menentukan dan menegasakan posisi bangsa Indonesia dari
semula bangsa terajajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula merupakan
badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri sebagai badan
nasional. Atas prakarsa Sukarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan
maksud agar lebih mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah
Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa
Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo.

Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan


kelengkapan kehidupan bernegara, seperti: Dasar Negara, Undang-Undang Dasar,
Pemimpin negara, dan perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan penting yang
dihasilkan mencakup hal-hal berikut:
1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD’45) yang terdiri atas
Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah pembukaan berasal dari Piagam
Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari
rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Sukarno dan Hatta)
3. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI
ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik
29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.

Rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut :


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila yang


disahkan PPKI ternyata berbeda dengan rumusan Pancasila yang termaktub
dalam Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari wakil yang
mengatasnamakan masyarakat Indonesia bagian timur yang menemui Bung
Hatta yang mempertanyakan 7 kata di belakang kata “ketuhanan” , yaitu
“dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya” .
Tuntutan ini ditanggapi secara arif oleh para pendiri negara sehingga terjadi
perubahan yang disepakati, yaitu dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi
hambatan di kemudian hari dan diganti dengan istilah “Yang Maha Esa” .

Pendapat kelompok kami mengenai pancasila dalam kajian sejarah Indonesia


pada era kemerdekaan yaitu pada buku dirjen dikti (2013) penjelasan tentang sejarah
proses kemerdekaan dijelaskan secara singkat. Sedangkan pada buku dirjen dikti
(2016) dijelaskan secara rinci dan detail terjadinya peristiwa-peristiwa sebelum
terjadinya kemerdekaan, tetapi pada intinya sama saja. Dan kami menghargai
perjuangan-perjuangan pahlawan kita guna untuk memerdekakan bangsa Indonesia
meskipun sempat terjadi kesalah pahaman, tidak membuat tokoh-tokoh nasional
tercerai berai, tetapi membuat rasa semangat dan persatuan semakin tinggi.

4. Pancasila Pada Era Orde Lama

Dalam buku dirjen dikti (2013), Terdapat dua pandangan besar terhadap
Dasar Negara yang berpengaruh terhadap munculnya Dekrit Presiden. Pandangan
tersebut yaitu mereka yang memenuhi “anjuran” Presiden/ Pemerintah untuk
“kembali ke UndangUndang Dasar 1945” dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan
dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak lainnya menyetujui
‘kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya dengan Pancasila
seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang disahkan
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan tersebut
tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante (Anshari, 1981: 99). Majelis
(baca: konstituante) ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini
menyebabkan Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang
disetujui oleh kabinet tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor
pada tanggal 4 Juli 1959 dan diumumkan secara resmi oleh presiden pada tanggal 5
Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana Merdeka (Anshari, 1981: 99-100). Dekrit
Presiden tersebut berisi:1. Pembubaran konstituante; 2. Undang-Undang Dasar 1945
kembali berlaku; dan 3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.
Menurut buku ajar mata kuliah wajib umum Pancasila (2016), Berdasarkan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dilaksanakanlah Pemilu yang pertama pada
1955. Pemilu ini dilaksanakan untuk membentuk dua badan perwakilan, yaitu Badan
Konstituante (yang akan mengemban tugas membuat Konstitusi/Undang-Undang
Dasar) dan DPR (yang akan berperan sebagai parlemen). Pada 1956, Badan
Konstituante mulai bersidang di Bandung untuk membuat UUD yang definitif sebagai
pengganti UUDS 1950.Sebenarnya telah banyak pasal-pasal yang dirumuskan, akan
tetapi sidang menjadi berlarut-larut ketika pembicaraan memasuki kawasan dasar
negara. Sebagian anggota menghendaki Islam sebagai dasar negara, sementara
sebagian yang lain tetap menghendaki Pancasila sebagai dasar negara. Kebuntuan ini
diselesaikan lewat voting, tetapi selalu gagal mencapai putusan karena selalu tidak
memenuhi syarat voting yang ditetapkan. Akibatnya, banyak anggota Konstituante
yang menyatakan tidak akan lagi menghadiri sidang.
Keadaan ini memprihatinkan Soekarno sebagai Kepala Negara. Akhirnya,
pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengambil langkah “darurat” dengan
mengeluarkan dekrit. Setelah Dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959, seharusnya
pelaksanaan system pemerintahan negara didasarkan pada Undang-Undang Dasar
1945. Karena pemberlakuan kembali UUD 1945 menuntut konsekuensi sebagai
berikut: Pertama, penulisan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Kedua, penyelenggaraan negara seharusnya
dilaksanakan sebagaimana amanat Batang Tubuh UUD ‘45. Dan, ketiga, segera
dibentuk MPRS dan DPAS. Pada kenyataannya, setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
terjadi beberapa hal yang berkaitan dengan penulisan sila-sila Pancasila yang tidak
seragam. Sesudah dikeluarkannya Dekrit 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno, terjadi
beberapa penyelewengan terhadap UUD 1945. Antara lain, Soekarno diangkat
sebagai presiden seumur hidup melalui TAP No. III/MPRS/1960.
Pendapat kelompok kami mengenai pancasila dalam kajian sejarah Indonesia
pada Orde lama yaitu bahwa kami mendukung untuk dasar negara adalah Pancasila
yang tercantum dalam UUD 1945 karena bangsa kita Indonesia memiliki beragam
suku dan agama. Dengan begitu persatuan Indonesia akan semakin kuat dan membuat
hidup menjadi damai serta tentram. Namun kami tidak mendukung penyelewengan
terhadap UUD 1945 yang terjadi saat itu, dimana Soekarno diangkat sebagai presiden
seumur hidup.
BAB III
Analisis Kasus

A. Kasus

Sejarawan Asvi Warman Adam mengatakan, Pancasila di era Soekarno sempat diperdebatkan
sebagai dasar negara pada 1957. Para konstituante memperdebatkan dasar negara Indonesia dalam
persidangan. "Mereka berdebat apakah dasar negara itu Pancasila atau Islam atau ideologi sosial
ekonomi. Tetapi tidak satu pun dari kelompok yang mencapai suara, sehingga usul atau perdebatan itu
menjadi terkatung-katung," ujar Asvi kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu, 31 Mei 2017. Namun,
karena perdebatan tersebut dianggap tidak berhasil menentukan ideologi Indonesia, maka Presiden
Soekarno kembali mengeluarkan Dekrit Presiden pada Juni 1959. "Di sana kan diperdebatkan apakah
Pancasila ataukah negara Islam. Itu tidak berhasil, upaya itu sehingga Presiden Soekarno
mengembalikan lagi ke Dekrit Presiden. Bulan Juni 1959, kembali ke UUD 1945 di mana Pancasila
itu terdapat di dalamnya," kata Asvi.

B. Tanggapan Kasus

Menurut kelompok kami memang lebih baik untuk kembali dasar negara Pancasila yang
sesuai tercantum dalam UUD 1945, karena untuk menghargai perbedaan serta untuk menjaga
persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia ini yang dimana sila pertamanya “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Apabila memilih dasar negara Islam (Pancasila yang tercantum dalam Piagam Jakarta) yang
dimana sila pertamanya “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat syariat Islam bagi
pemeluk pemeluknya” sedangkan Bangsa Indonesia tidak hanya terdiri dari agama Islam saja. Namun
Bangsa Indonesia juga memiliki penganut lain seperti agama Kristen, Hindu dan Budha, hal tersebut
dapat menyebabkan perpecahan antar bangsa sendiri.
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan

1. Pancasila dalam kajian sejarah Indonesia yaitu pancasila sebagai identitas bangsa
Indonesia, pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia, pancasila sebagai jiwa bangsa, dan pancasila
sebagai perjanjian luhur.

2. Sebelumm adanya pancasila gerakan nasionalisme telah digalakan terlebih dahulu,


dengan adanya gerakan Perhimpoenan Indonesia yang menanamkan solidaritas dan
kesatuan bangsa. Setelah itu ada peristiwa Soempah Pemoeda pada 28 oktober 1928 yang
menyatukan para pemuda indonesia melalui butir-butirnya, setelah itu pancasila ulai
dibahas pada ranah politik yaitu melalui sidang BPUPKI (Badan Persiapan Usaha-Usaha
Kemerdekaan Indonesia) sidang pertama dilaksanakan pada tanggal (29 Mei - 1 Juni
1945) berhenti untuk sementara . Dan sidang kedua BPUPKI dilaksanakan pada (10 - 16
Juli 1945). Di sidang pertama ada beberapa usulan mengenai dasar negara Indonesia.
Sidang kedua menghasilakan apa yang biasa kita sebut sebagai Piagam Jakarta. Tetapi
pada perjalanannya mendapati interupsi oleh pihak yang merasa keberatang dengan dengan
sila yang pertama, dan akhirnya sila dirubah menjadi ​universal agar didapat semua
kalangan.

3. Pancasila pada era kemerdekaan diwali dengan dijatuhkannya bom atom di Kota
Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang menyerah terhadap Amerika dan
Sekutunya. Peristiwa tersebut membuat kekosongan kekuasaan di Indonesia, hal tersebut
tidak disia siakan oleh para tokoh nasional untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Untuk merealisasikan tekad tersebut, pada tanggal 15 Agustus 1945 Sukarno,
Hatta dan Rajiman didesak oleh golongan muda agar kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamasikan secepatnya. Dari peristiwa tersebut terjadi kesalah pahaman antara
kelompok muda dengan Sukarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas
diri Sukarno dan M.Hatta ke Rengas Dengklok. Melalui jalan berliku, akhirnya
dicetuskanlah proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, naskah tersebut
diketik oleh SayutI Melik dan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Sukarno.
Sehari setelah proses proklamsi kemerdekaan PPKI bersidang untuk menentukan posisi
banga Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan menata kelengkapan suatu negara,
pada saat perumusan pancasila ada perubahan terhadap sila ke 1 karena adanya tuntutan
dari masyarakat Indonesia bagian timur dan kemudian perubahan tersebut disepakati
secara bersama.

4. Pada era Orde lama terjadi perdebataan antara ​Islam sebagai dasar negara atau
Pancasila sebagai dasar negara (Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta
sebagai Dasar Negara atau kembali ke Undang-Undang Dasar 1945). Sebagai langkah
darurat Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sehingga ​system
pemerintahan negara didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945​. Pemberlakuan
kembali UUD 1945 maka Pancasila sebagaimana termaktub atau tecatat dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Namun kenyataannya ​terjadi beberapa hal yang berkaitan
dengan penulisan ​sila-sila Pancasila yang tidak seragam dan terjadi penyelewengan
terhadap UUD 1945.

B. Saran

Pancasila yang merupakan nilai luhur serta ideologi bangsa Indonesia, namun saat ini
masyarakat sudah mulai mengabaikan bahkan melupakan nilai nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa harus menjaga kasatuan NKRI yaitu
dengan terus mengamalkan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita harus menghargai perbedaan yang ada karena
kita memiliki beragam suku, ras, budaya, dan agama. Selain itu kita harus menanamkan rasa
cinta tanah air dan rela berkorban, serta menjunjung tinggi Persatuan dan Kesatuan. Dengan
begitu tatanan kehidupan di Indonesia akan tertib, tentram, aman dan damai.
DAFTAR RUJUKAN

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2013. ​Bahan Ajar Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila. J​ akarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. ​Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan


tinggi. ​Jakarta: Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Kaderi, Alwi. 2015. ​Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. ​Banjarmasin: Antasari
Press.

https://m.liputan6.com/news/read/2972686/begini-pancasila-dimaknai-di-3-zaman
Diakses pada 20 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai