Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari aktivitas manusia sebagai makhluk sosial sangat berkaitan
dengan masalah etika dan moral. Etika merupakan refleksi dari apa yang disebut dengan self
control. Dalam bahasa Yunani istilah etika berarti adat istiadat dan diartikan sebagai
kebiasaan yang baik (Berten. 2007). Dalam pengertian tersebut etika mencakup unsur-unsur
kepribadian yang meliputi sikap,opini atau pandangan dan perilaku atau perbuatan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat
warga kelompok di masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatatanan dan kendalian tingkah
laku yang sesuai dan diterima. Norma dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau
membandingkan sesuatu.

Etika dan norma dapat digunakan sebagai acuan perilaku seseorang yang berkaitan dengan
tindakan baik dan buruk. Dalam profesi tidak hanya mengandalkan pengetahuan dan keahlian
khusus melalui persiapan dan latihan tetapi panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus
memadukan dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan
pekerjaannya dan juga kematangan etik. Sebagai suatu profesi ahli gizi selayaknya memiliki
etika, baik tertulis maupun tidak tertulis karena dalam etika profesi mengandung unsur
tentang pengorbanan demi kemanusiaan, dedikasi dan pengabdian masyarakat

2.1 Identifikasi Pasien

a) Pengertin Identifikasi Pasien

Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu
kelas sesuai dengan karateristik tertentu (Bachtiar, 2012). Poerwadarminta (2007)
berpendapat bahwa identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas seseorang atau
benda.

Identifikasi adalah penerapan atau penentu ciri-ciri atau keterangan lengkap seseorang
(Hamzah, 2008). Menurut Hardawinati (2003) identifikasi adalah tanda pengenal diri,
penentu atau penetapan identitas seseorang dan pengenalan tanda-tanda atau karateristik
suatu hal berdasarkan pada tanda pengenal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah
penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda pada suatu saat tertentu. Sedangkan
identifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengecekan ulang data pasien
sebelum melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan pada pasien untuk kepentingan masa
perawatan selama di rumah sakit.

Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti
nama, nomor identifikasi, tanggal lahir atau gelang berkode. Dalam hal ini nomor kamar atau
lokasi tidak digunakan

b) Tujuan Identifikasi Pasien

Menurut Peraturan Menteri kesehatan Nomor 1691, 2011 tujuan dan maksud dari identifikasi
adalah :

1) Untuk mengidentifikasi pasien yang akan menerima pelayanan atau pengobatan

2) Kesesuaian atau pengobatan terhadap individu tersebut

Kebijakan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi umumnya digunakan nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang identitas atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa
digunakan untuk identifikasi.

Selain itu tujuaan dari identifikasi pasien antara lain:

- Memberikan identitas pada pasien


- Untuk membedakan pasien
- Untuk menghindari kesalahan medis

Gelang identifikasi dibedakan dalam beberapa warna dengan tujuan yang berbeda-beda, yaitu
:

1) Pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan

2) Biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki

3) Merah : semua pasien yang memiliki alergi obat

4) Kuning : semua pasien dengan risiko jatuh


Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien(biru dan pink) untuk mengidentifikasi
pasien, yaitu : nama lengkap pasien, tanggal lahir dan nomor rekam medis. Sedangkan untuk
gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib dicantumkan, yaitu: nama lengkap, umur, nomor
rekam medis dan jenis alergi pasien

c) Strategi dalaam identifikasi pasien

Dalam rangka meminimalkan resiko tersebut WHO Collaborating Center for Patient Safety
Solutions menerbitkan 9 solusi keselamatan Pasien Rumah Sakit (World Health Organization
et al., 2007), di mana pada solusi yang kedua adalah identifikasi pasien. Strategi yang
ditawarkan dalam identifikasi pasien tersebut adalah :

1) Pastikan bahwa organisasi kesehatan memiliki system identifikasi pasien

a. Menekankan bahwa tanggungjawab utama perawat sebelum melakukan perawatan,


pengobatan, pengambilan specimen atau pemeriksaan klinis harus memastikan identitas
pasien secara benar,

b. Mendorong penggunaan setidaknya 2 identitas (nama dan tanggal lahir)

c. Standarisasi pendekatan untuk identifikasi pasien antara fasilitas yang berbeda dalam
sistem perawatan kesehatan

d. Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentifikasi pasien dan untuk membedakan
identitas pasien dengan nama yang sama.

e. Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam semua tahapan proses perawatan di rumah
sakit.

f. Mendorong pemberian label pada wadah yang digunakan untuk pengambilan darah dan
specimen lainnya.

g. Menyediakan protocol yang jelas untuk menjaga identitas sampel pasien saat pra-analitis,
analitis dan proses pascaanalitis

h. Menyediakan protocol yang jelas untuk mempertanyakan hasil laboratorium atau temuan
tes lain ketika mereka tidak konsisten dengan riwayat klinis pasien.

i. Menyediakan pemeriksaan berulang dan review dalam rangka untuk mencegah multiplikasi
otomatis dari kesalahan entri pada komputer.
d) Faktor yang Mempengaruhi Proses Identifikasi Pasien dengan Tepat

Menurut Anggraini et al. (2014), ada 3 hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan
identifikasi, yaitu :

1) Kesalahan dalam penulisan meliputi labeling dan kesalahan dalam pengisian data
yang umumnya terjadi pada petugas registrasi.
2) Kesalahan dalam verifikasi
Kesalahan dalam hal verifikasi ini misalnya prosedur verifikasi tidak ada dan
prosedur verifikasi tidak dilaksanakan
3) Masalah dalam komunikasi
Permasalahan yang terkait dengan hambatan komunikasi adalah hambatan bahasa
komunikasi, kondisi pasien serta kegagalan serah terima tugas

e) Akibat kesalahan Identifikasi Pasien

Kelalaian rumah sakit terutama petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien dapat mengakibatkan dampak yang negatif bagi pasien. Dampak tersebut mulai
dari cidera, cacat fisik, cacat permanen, bahkan sampai kematian. Kesalahan atau kelalaian
yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan manusia, kesalahan prosedur, salah diagnose
dan juga salah dalam memberikan obat (Yahya, 2006)

Kesalahan identifikasi pasien merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan bahaya
atau potensi yang berbahaya ketika menghubungkan individu tertentu dalam sebuah tindakan
atau pelayanan kesehatan. Kesalahan identifikasi pasien memiliki potensi untuk
menimbulkan terjadinya insiden keselamatan pasien antara lain adverse event atau Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), near miss atau Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial
Cedera (KPC) dan Kejadian Tidak Cedera (KTC)

2.2 Prinsip Etika dan Norma dalam Pelayanan Gizi


a. Pengertian Etika

Secara etimologi kata “Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’ yang berarti
‘watak/sifat atau tingkah laku manusia, kebiasaan, cara berpikir, dan sebagainya’.
DalamKamus Besar Bahasa Indonesia, kata etika mengandung arti, yaitu : ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.

Kata yang cukup dekat dengan “etika” adalah “moral”, yang berasal dari bahasa Latin
mos (jamak: mores) yang berarti juga kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak
bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih digunakan dalam arti yang sama.
Jadi etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal
dari kata yang berarti adat kebiasaan, hanya bahasa asalnya berbeda (etika berasal dari bahasa
Yunani, sedangkan moral berasal dari bahas Latin).

Etika mempunyai tiga arti. Pertama, kata “etika” dapat dipakai dalam arti nilai-nilai
dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Misalnya etika suku Indian, etika agama Budha, dan etika
Protestan, tidak dimaksud “ilmu” melainkan sebagai “sistem nilai” artinya dapat berfungsi
dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. Kedua, “etika” berarti juga
kumpulan asas atau nilai moral, yangg dimaksud di sini adalah kode etik, misalnya etika
rumah sakit Indonesia, etika profesi gizi dan etika keperawatan. Ketiga, “etika” mempunyai
arti ilmu tentang yang baik atau buruk; yaitu etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan etis
(asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima
dalam suatu masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu
penelitian sistematis dan metodis

Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act as
the performance index or reference for our control system". Etika adalah refleksi dari apa
yang disebut dengan self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan
untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

Drs.O.P SIMORANGKIR menjelaskan etika atau etik sebagai pandangan manusia


dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Dan Drs. Sidi Gajalba dalam
sistematika filsafat, etika adalah Teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang
dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Satu lagi pengertian Etika
menurut Drs.H. Burhanudin Salam adalah Cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Etika dibedakan menjadi :


a. Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjdai pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

b. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus.

c. Etika individual Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri
sendiri.

d. Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap kritis
terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya.

b. Pengertian Norma

Norma adalah aturan, standar, ukuran. Norma merupakan sesuatu yang sudah pasti yang
dapat kita pakai untuk membandingkan sesuatu yang lain, yang hakikatnya, besar-kecilnya,
ukurannya, kualitasnya, kita raguragu. 1 Jadi norma adalah suatu aturan, standar, atau ukuran
yang dengan itu kita bisa mengukur kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.

- Macam-macam Norma

Dalam kehidupan umat manus1a terdapat bermacam-macam norma, yaitu norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum dan lain-lain. Norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum digolongkan sebagai norma umum.

1) Norma Agama

Norma agama adalah aturan-aturan hidup yang berupa perintah perintah dan larangan-
larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Aturan-
aturan itu tidak saja mengatur hubungan vertikal, antara manusia dengan Tuhan (ibadah), tapi
juga hubungan horisontal, antara manusia dengan sesama manusia. Pada umumnya setiap
pemeluk agama menyakini bahwa barang siapa yang mematuhi perintah-perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-laranganNya akan memperoleh pahala. Sebaliknya barang siapa yang
melanggarnya akan berdosa dan sebagai sanksinya, ia akan memperoleh siksa.
2) Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan adalah aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang baik dan buruk, yang
berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari hati nurani manusia. Berdasar
kodrat kemanusiaannya, hati nurani setiap manusia “menyimpan” potensi nilai-nilai
kesusilaan. Hal ini analog dengan hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap pribadi
manusia karena kodrat kemanusiaannya, sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.

3) Norma Kesopanan

Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah laku yang baik dan
tidak baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat
atau komunitas tertentu. Norma ini biasanya bersumber dari adat istiadat, budaya, atau nilai-
nilai masyarakat. Ini sejalan dengan pendapat Widjaja tentang moral dihubungkan dengan
etika, yang membicarakan tentang tata susila dan tata sopan santun.

4) Norma Hukum

Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh Lembaga negara yang berwenang, yang
mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya ketertiban masyarakat. Sifat “memaksa”
dengan sanksinya yang tegas dan nyata inilah yang merupakan kelebihan norma hukum
dibanding dengan ketiga norma yang lain. Negara berkuasa untuk memaksakan aturan-aturan
hukum guna dipatuhi dan bagi siapa saja yang bertindak melawan hukum dapat diancam dan
dijatuhi hukuman.

c. Prinsip Prinsip etika dan norma dalam Pelayanan Gizi

Sebagai tenaga gizi professional, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi harus melakukan
tugas tugas atas dasar:

- Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh


- Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam
upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat
- Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran nya demi tercapainya
masyarakat adil

d. Prinsip Prinsip Etika


- Tidak merugikan
- Membawa kebaikan
- Menjaga kerahasiaan
- Otonomi pasien
- Berkata yang benar
- Berlaku adil
- Menghormati privasi
2.3 Prinsip dan etika dalam berpenampilan

1. Sikap atau pembawaan :


·         Sikap yang baik akan menimbulkan kesan yang baik pula.Dalam hal ini, penampilan fisik
seseorang memegang  peranan penting:
·         Cara berjalan, cara berbicara, cara makan, cara duduk, cara berdiri.

2. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh :


·         Hal yang terkait  dengan bahasa tubuh seperti cara memandang, yaitu pandangan mata saat
melihat atau berbicara dengan lawan bicara.
·         Sikap tubuh, meliputi sikap kepala (tegak), sikap wajah (alis mata, bibir).
·         Senyuman
3. Mempergunakan busana yang tidak melanggar peraturan,norma,kepatuhan dalam lingkungan
dimana kita berada

A. Etika pergaulan di lingkungan kampus


- Berpakaian rapih di lingkungan kampus
- Mengetahui, memahami dan melaksanakan peraturan yang berlaku di kampus
- Saling menghormati
- Menjunjung tinggi nilai nilai ilmiah
B. Etika pergaulan di luar kampus
- Berperilaku dan betutur kata yang baik yang mencerminkan sebagai mahasiswa
- Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknoogi di luar kampus
- Berupaya mengapikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang teah dipelajarinya di
masyarakat sebagai wujud pengbdian
http://eprints.stainkudus.ac.id/2263/5/05%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai