Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOETIK KEPERAWATAN

a. Pengertian Etik dan Etika

Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian
di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan
atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :

1. Baik dan buruk


2. Kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).

Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada
metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku
manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik
adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu
mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan
standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).

Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat
dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.

Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang
merupakan “standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila
seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia tinggal.

3
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi
suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk
perbuatan yang nyata.

B. TIPE-TIPE ETIK
a. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan
pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua
tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua
tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik
antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan.
Bioetik adalah cabang etik yang mengkaji masalah etika dalam dunia
kesehatan/medis ( pelayanan kesehatan,penelitian kesehatan dll ) sering disebut
etika medis atau etikabiomedik.
Bioetik mulai berkembang pada awal tahun 1960 an,karena pada saat itu
banyak bermunculan teknologi medis sebagai upaya untuk
memperpanjang/meningkatkan kualitas hidup manusia.
Secara harfiah, istilah ini muncul dari bahasa Yunani, bios (hidup) dan
ethike (apa yang seharusnya dilakukan manusia). Istilah ini sendiri diartikan
sebagai kajian etika mengenai isu sosial dan moral yang muncul akibat aplikasi
bioteknologi dan medis (Lim dan Ho, 2003).
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik

4
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan
pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua
tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua
tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik
antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan
Bioetika muncul sebagai respon atas semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi hayati, utamanya di bidang medis yang berhubungan erat dan/atau
menjadikan manusia sebagai objeknya.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik
terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan

b. Clinical ethics/Etik klinik


Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana
seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-
sia).
c. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.

C. Prinsip Etis Dalam Pelayanan Keperawatan

Lima prinsip penting dalam bidang keperawatan yang dikembangkan oleh


Fry (1991) meliputi :

5
1. Kemurahan Hati (Beneficence)
Inti dari prinsip ini adalah tanggung jawab untuk melakukan
kebaikan yang menguntungkan klien dan menghindari perbuatan yang
merugikan atau membahayakan klien. Tetapi dengan kemajuan ilmu dan
teknologi, resiko yang membahayakan klien dapat terjadi sehingga akan
menimbulkan konflik atau dilema. Untuk itu diperlukan sistem klarifikasi
nilai sebelum seseorang memutuskan suatu tindakan. Megan (1989)
mengelompokan tujuh proses penilaian ke dalam tiga kelompok yaitu:
a. Menghargai
· Menjunjung dan menghargai nila/keyakinan dan perilaku
seseorang
· Menegaskan di depan umum jika diperlukan
b. Memilih
· Memilih dari berbagai alternative
· Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya
· Memilih secara bebas
c. Bertindak
Bertindak sebagai pola, konsistensi, dan repetisi (mengulang yang telah
disepakati)

Langkah-langkah di atas dapat digunakan perawat untuk membantu


pasien dalam mengambil keputusan melalui proses mengidentifikasi
bidang konflik, memilih dan menentukan berbagai alternatif, menetapkan
tujuan dan pada akhirnya melakukan tindakan.

2. Keadilan (Justice)
Beauchamp dan Childress memandang bahwa mereka yang
sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat
diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dengan kata lain ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang
besar, maka ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar pula.

6
3. Kemandirian (Otonomi)
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai
kebebasan untuk menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan
rencana yang mereka pilih (Veatch dan Fry, 1987). Penerapan prinsip ini
dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit,
ekonomi, lingkungan rumah sakit, tersedianya informasi dan lain-lain.
4. Kejujuran (Veracity)
Menurut Veatch dan Fry (1987), prinsip ini didefinisikan dengan
menyatakan yang sebenarnya atau tidak bohong. Hasil penelitian
menjelaskan bahwa pada klien dalam keadaan terminal, klien ingin diberi
tahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978). Kejujuran harus
dimiliki perawat saat berhubungan dengan klien, karena kejujuran
merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien.
5. Ketaatan (Fidelity)
Prinsip ini didefinisikan oleh Veatch dan Fry sebagai tanggung
jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Dalam konteks hubungan
perawat-klien meliputi tanggungjawab menjaga janji, mempertahankan
konfidensi, dan memberikan perhatian/kepedulian. Kesetiaan perawat
terhadap janji-janji tersebut mungkin tidak akan mengurangi penyakit atau
mencegah kematian klien, tetapi akan mempengaruhi kehidupan serta
kualitas kehidupan klien.

D. Kode Etik Keperawatan


Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar
kesempurnaan dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang
digunakan oleh semua anggota kelompok, mencerminkan penilaian moral
mereka sepanjang waktu, dan berfungsi sebagai standar untuk tindakan
profesional mereka.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang
membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode

7
etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional
PPNI di jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.
1. Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.
2. Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap tugasnya.
3. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat
terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
4. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap profesi keperawatan.
5. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.
Dengan penjabarannya sebagai berikut:
a. Tanggung jawab Perawat terhadap klein
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan
peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu
sebagai berikut :
1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman
pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap
keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan,
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan
masyarakat.
3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,
keluarga, dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai
dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
4) Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan
masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya

8
kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari
tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
b. Tanggung jawab Perawat terhadap tugas
1) Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga,
dan masyarakat.
2) Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali
diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3) Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan
norma-norma kemanusiaan.
4) Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
5) Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien
dalam melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan
tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
c. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lain sebagai berikut :
1) Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara menyeluru.
2) Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan

9
pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.
d. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi
1) Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara
sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan.
2) Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3) Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan
dan pendidikan keperawatan.
4) Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
e. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara
1) Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang
telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan
keperawatan.
2) Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan
kepada masyarakat.
Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses
Code for Nurses) . ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat
nasional diseluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs.
Bedford Fenwich di Hanover Squar, London dan direvisi pada tahun 1973.
Uraian Kode Etik ini diuraikan sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Utama Perawat.
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatnya kesehatan,
mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi
penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, perawat harus
meyakini bahwa :

10
a. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah
sama.
b. Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan
yang bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia.
c. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut
sertakan kelompok dan institusi terkait.
2. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat.
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan
tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan
menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan
serta kepercayaan inidividu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang
menjadi pasien atau klien. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi
(privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh
pihak yang berkepentingan atau pengadilan.
3. Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan.
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai
dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan
pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya
dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat
mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.
4. Perawat dan lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif,
dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah
kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
5. Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik
tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan.

11
Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa
perawatannya merasa terancam.
6. Perawat dan Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan
standar praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat
diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam
menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat, sebagai
anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam memelihara kestabilan
sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktek
keperawatan.
E. HUKUM KEPERAWATAN

Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :

1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan


mana yang sesuai dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri.
4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum
(Kozier, Erb, 1990)

a. Undang-Undang Praktek Keperawatan

1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan


a. BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri


dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.

12
b. Pasal 1 ayat 4

Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk


menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat
(sebagai revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
a. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 :

Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat


baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti
tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.
3. Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis
untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh
wilayah Indonesia.
3. BAB III perizinan,Pasal 8, ayat 1, 2, dan 3 :
a. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
b. perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK
c. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus
memiliki SIPP Pasal 9, ayat 1
d. SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.

Pasal 10

13
e. SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 12

f. SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh


dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
g. SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan
ahli madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan
dengaan kompetensi yang lebih tinggi.
h. Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti
tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek
perawat.

Pasal 13

i. Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan


melalui penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang
keperawatan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta
kesanggupan melakukan praktek keperawatan.

Pasal 15

j. Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang


untuk :
1. Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

14
2. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir
(i) meliputi: intervensi keperawatan, observasi
keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana
dimaksudhuruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar
asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
4. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn
berdasarkan permintan tertulis dari dokter.

Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :

k. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan,


perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
l. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

Pasal 21

m. Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum


SIPP di ruang prakteknya.
n. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktek.

Pasal 31

o. Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :


1. Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum
dalam izin tersebut.
2. Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
p. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat
atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga

15
kesehatan lain, dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 butir a.

b. Peran Undang-Undang Dan Aturan Pemerintah Dalam Praktik


Keperawatan

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi


dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok
(RUU keperawatan Pasal 1 ayat 2)

c. Pembuatan Keputusan Masalah Etis

 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan (robert, h 35)


1) faktor agama dan adat-istiadat
2) faktor social
3) faktor IMTEK
4) faktor legislasi dan keputusan yuridis
5) faktor keuangan
6) faktor pekerjaan
 teori dasar / prinsip-prinsip etis
Merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik prifesional,
Digunakan bila terjadi konflik antara prinsip-prinsip dan atura-aturan. Klasifikasi :
1. teleology , 2. Deontologi dan 3. Intiuotiosom
Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara
prinsip dan aturan. Secara garis besar teori etik ini dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Teleologi

16
 Menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau
konsekuensi yang dapat terjadi.
 Menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan
ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987).
Dapat dibedakan menjadi:
a. rute utilitarianisme, berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu
tindakan tergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan
kebaikan atau kebahagiaan pada manusia.
b. Act utilitarianisme, tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya
menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap
tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya dan
ketidakbaikan sekecil-kecilnya.

 teleologi – yunani, etos =akhir


 teleology – utilitarianisme, yaitu dasar yang dihasilkan /
konsekuensi yang terjadi.

 Penekanan : pencapaian hasil akhir yang terjadi


 Kelly,’87 : pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal. Dan
ketidak baikan sekecil mungkin bagi manusia.
 Teleology : rule utilitarianisme –manfaa / nilai suatu tindakan
bergantung pada sejauhmana tindakan tersebut membawa Act
utilitarianismebersifat terbatas.
 Teleology :
Rule utilitarianisme : manfaat / nilai suatu tindakan bergantung
pada sejauhmana tindakan tersebut memberikan kebaikan dan
kebahagian kepada manusia.
Act utilitarianisme ; bersifat lebih terbatas. Tidak melibatkan aturan umum tetatpi
berupaya dan mempertimbangkan terhadap sesuatu tindakan dapat memberikan
kebaikan sebanyak-banyaknya atau ke tidak baikan sekecil-kecilnya. Contoh ;
bayi lahir cacat- lebih baik meninggal.

17
Etika Teleologis

Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral


akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan. Perbedaan besar nampak antara
teleologi dengan deontologi. Secara sederhana, hal ini dapat kita lihat dari
perbedaan prinsip keduanya. Dalam deontologi, kita akan melihat sebuah prinsip
benar dan salah. Namun, dalam teleologi bukan itu yang menjadi dasar, melainkan
baik dan jahat. Ketika hukum memegang peranan penting dalam deontologi,
bukan berarti teleologi mengacuhkannya. Teleologi mengerti benar mana yang
benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih
penting adalah tujuan dan akibat. Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut
hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.
Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan
demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut
hukum. Hal ini membuktikan cara pandang teleologis tidak selamanya terpisah
dari deontologis. Perbincangan "baik" dan "jahat" harus diimbangi dengan "benar"
dan "salah".Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan
hedonisme, ketika "yang baik" itu dipersempit menjadi "yang baik bagi saya".
Teleologi adalah setiap filosofis yang menyatakan bahwa akun menyebabkan
akhir ada di alam , yang berarti bahwa desain dan tujuan analog dengan yang
ditemukan dalam tindakan manusia yang melekat juga di seluruh alam. Kata
berasal dari bahasa Yunani τέλος , telos, akar: - ". akhir, tujuan" τελε, Kata sifat
"teleologis" memiliki penggunaan yang lebih luas, misalnya dalam diskusi di
mana teori-teori etika tertentu atau jenis program komputer (seperti " teleo-reaktif
"program) kadang-kadang digambarkan sebagai teleologis karena melibatkan
bertujuan gol.
Teleologi kemudian dieksplorasi oleh Plato dan Aristoteles , dengan Santo
Anselmus sekitar 1000 Masehi, dan kemudian oleh Immanuel Kant dalam
bukunya Critique Penghakiman . Itu penting untuk filsafat spekulatif Hegel .

18
Suatu hal, proses atau tindakan teleologis ketika demi akhir, yaitu, telos atau
menyebabkan akhir . Secara umum dapat dikatakan bahwa ada dua jenis penyebab
akhir, yang dapat disebut finalitas intrinsik dan ekstrinsik finalitas.
 Suatu hal atau tindakan memiliki finalitas ekstrinsik bila demi sesuatu yang
eksternal pada dirinya sendiri. Misalnya, Aristoteles berpendapat bahwa hewan
adalah untuk kepentingan manusia, hal yang eksternal bagi mereka. Manusia juga
menunjukkan finalitas ekstrinsik ketika mereka mencari sesuatu yang luar dirinya
(misalnya, kebahagiaan seorang anak). Jika hal eksternal tidak ada tindakan yang
tidak akan menampilkan finalitas.

 Suatu hal atau tindakan memiliki finalitas intrinsik bila demi sesuatu yang tidak
eksternal untuk dirinya sendiri. Sebagai contoh, orang mungkin mencoba untuk
menjadi bahagia hanya demi menjadi bahagia, dan bukan demi apa pun di luar itu.

Dalam ilmu pengetahuan modern penjelasan teleologis yang sengaja dihindari,


karena apakah mereka benar atau salah diperdebatkan berada di luar kemampuan
persepsi dan pemahaman manusia untuk menghakimi. Beberapa disiplin ilmu,
terutama dalam biologi evolusi, masih cenderung menggunakan bahasa yang
muncul teleologis ketika mereka menggambarkan kecenderungan alami terhadap
kondisi akhir tertentu, tetapi argumen ini dapat selalu diulang di non-teleologis
bentuk.
2. Deontologi
 Kant berpendapat bahwa benar atau salahnya tindakan bukan ditentukan oleh hasil
akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moral tindakan
tersebut.
 Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus
bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif.
 Dua aturan yang diformulasikan oleh kant:
1) Manusia harus selalu bertindak sehingga aturan yang merupakan dasar
berperilaku dapat menjadi suatu hukum moral universal.
2) Manusia tidak boleh memperlakukan orang lain secara sederhana sebagai suatu
makna, tetapi harus sebagai hasil akhir terhadap dirinya sendiri.

19
Contoh penerapan deontologi:
a. Perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu yang sebenarnya terjadi
meskipun kenyataan tersebut menyyakitkan.
b. Perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamnya
yang melarang tindakan membunuh.
Teori ini secara lebih luas dikembangkan menjadi lima prinsip penting:
kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran, dan ketaatan.
Etika deontologi deontologi atau (dari bahasa Yunani δέον, Deon, "kewajiban,
kewajiban", dan-λογία, -logia ) adalah sebuah pendekatan untuk etika bahwa para
hakim moralitas dari suatu tindakan berdasarkan kepatuhan tindakan untuk aturan
atau aturan. Deontologists melihat aturan dan tugas.
Kadang-kadang digambarkan sebagai "tugas" atau "kewajiban" atau "aturan" -.
Berbasis etika, karena aturan "mengikat Anda untuk tugas Anda" Istilah
"deontologi" pertama kali digunakan dengan cara ini pada tahun 1930, di CD
Broad 's buku, Lima Jenis Teori Etis.
Etika deontologi umumnya kontras dengan konsekuensialis atau teleologis teori
etika, menurut mana kebenaran dari suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensi-
konsekuensinya. Namun, ada perbedaan antara etika deontologi dan absolutisme
moral . Deontologists yang juga moral yang absolutis percaya bahwa beberapa
tindakan yang salah tidak peduli apa konsekuensi mengikuti dari mereka.
Immanuel Kant , misalnya, berpendapat bahwa satu-satunya benar-benar baik
adalah baik akan, dan jadi faktor penentu tunggal apakah suatu tindakan secara
moral benar adalah kehendak, atau motif dari orang yang melakukannya. Jika
mereka bertindak atas pepatah yang buruk, misalnya "Saya akan berbohong",
maka tindakan mereka salah, bahkan jika beberapa konsekuensi yang baik datang
dari itu. Non-absolut deontologists, seperti WD Ross , berpendapat bahwa
konsekuensi dari suatu tindakan seperti berbohong mungkin kadang-kadang
membuat berbohong yang tepat untuk dilakukan. Kant dan teori Ross dibahas
lebih rinci di bawah. Jonathan Baron dan Mark Spranca menggunakan istilah
Nilai Dilindungi ketika mengacu pada nilai-nilai diatur oleh aturan deontologis.

20
Kata ini deontologi berasal dari kata Yunani untuk tugas (Deon) dan ilmu (atau
studi) (logo). Dalam filsafat moral kontemporer, deontologi adalah salah satu jenis
teori normatif tentang yang pilihan secara moral diperlukan, dilarang, atau
diperbolehkan. Dengan kata lain, deontologi jatuh dalam domain teori moral yang
membimbing dan menilai pilihan kita tentang apa yang harus kita lakukan (teori
deontic), berbeda dengan (aretaic [kebajikan] teori) yang - fundamental,
setidaknya - membimbing dan menilai apa jenis orang (dalam hal karakter) kita
dan harus. Dan dalam domain tersebut, deontologists - orang yang berlangganan
teori deontologi moralitas - berdiri dalam oposisi terhadap consequentialists.

Teori deontologi
Berbeda dengan teori konsekuensialis, teori deontologi menilai moralitas dari
pilihan dengan kriteria yang berbeda dari negara urusan pilihan-pilihan membawa.
Secara kasar, deontologists dari semua garis berpendapat bahwa beberapa pilihan
tidak bisa dibenarkan oleh efek mereka - bahwa tidak peduli seberapa baik secara
moral konsekuensi mereka, beberapa pilihan secara moral dilarang. Pada rekening
deontologis moralitas, agen tidak bisa membuat pilihan yang salah tertentu,
bahkan jika dengan melakukan sehingga jumlah pilihan yang salah akan
diminimalkan (karena agen lain akan dilarang untuk berkecimpung dalam pilihan
yang salah yang serupa). Untuk deontologists, apa yang membuat pilihan yang
tepat adalah sesuai dengan norma moral. Norma-norma tersebut harus ditaati oleh
masing-masing hanya agen moral; seperti norma-keepings tidak dimaksimalkan
oleh agen masing-masing. Dalam hal ini, untuk deontologists, Kanan memiliki
prioritas di atas yang Baik. Jika suatu tindakan yang tidak sesuai dengan Hak,
tidak dapat dilakukan, tidak peduli baik itu mungkin menghasilkan (termasuk
bahkan Baik yang terdiri dari bertindak sesuai dengan Kanan). Fry, 1991.
Deontologi ada 5 prinsip:
a) Kemurahan hati
b) Keadilan
c) Otonomi
d) Kejujuran

21
e) Ketaatan

3. Intiutionsm
Pendekatan ini menyatakan pandangan atau sifat manusia dalam mengetahui hal
yang benar dan salah. Hal tersebut terlepas dari pemikiran rasional atau
irasionalnya suatu keadaan.
Contoh: seorang perawat sudah tentu mengtahui bahwa menyakiti pasien
merupakan tindakan yang tidak benar. Hal tersebut tidak perlu diajarkan lagi
kepada perawat karena sudah mengacu pada etika dari seorang perawat yang
diyakini dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk
dilakukan.

22

Anda mungkin juga menyukai