Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu
yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral
sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang etik itu sendiri termasuk di dalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah
selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab
etik dan konflik yang mungkin mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka
dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan
sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart
perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu
menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan
keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat
memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan di
dalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan
semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam
dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehingga
seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara
penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik.

1
B.       TUJUAN
1. Diharapkan dapat memahami konsep dilema etik.
2. Diharapkan dapat memahami cara-cara yang digunakan dalam penyelesaian
kasus dilema etik.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku
manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah
tujuannya (Pastur scalia, 1971). Etika juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos,
yang menurut Araskar dan David (1978) berarti “kebiasaaan ”. “model prilaku” atau
standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan
istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang
mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang
benar, yaitu: baik dan buruk serta kewajiban dan tanggungjawab.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi
perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik
merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya
manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok
yaitu: nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya
kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)
B. TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
 Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut,
bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan
antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika
pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan

3
pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik
mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan
nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan
dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain: peningkatan mutu genetik, etika
lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics:
adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya
merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
 3.   Nursing ethics/Etik Perawatan
 Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk
mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai
filsafat yang mengarahkan tanggungjawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktek keperawatan.  Inti falsafah keperawatan adalah hak dan
martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia
yang unik (k2-nurse, 2009)
C. TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan
suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau
perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
1.    Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa
latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan
yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang
banyak memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum
melakukan perbuatan harus sudah memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2.    Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban.
Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika

4
didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah
melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan
kata lain teori ini melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya.
(Aprilins, 2010)
D.  PRINSIP-PRINSIP ETIK
1.    Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
2.    Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
3.    Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
4.    Tidak merugikan (Nonmaleficience)
 Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5.    Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity  berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan

5
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan.
6.    Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat
untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien.
7.    Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan.  (Geoffry hunt. 1994)
E. DEFINISI DAN KODE ETIK KEPERAWATAN
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di
suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk
oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Tujuan
dari etika keperawatan adalah :
1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-
tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan
mencari informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.
Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif
dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek
keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik
keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan
fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik
keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

6
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,
teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan
maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2.  Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai/pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )
F. DILEMA ETIK
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991). Untuk itu
diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam
pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilema
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang
melakukannya, (2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan
ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi
banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai

7
perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul
pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981)
dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah
secara ilmiah, antara lain:
1. Model Pemecahan masalah (Megan, 1989)
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak
mungkin meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3)  Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3. Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan

8
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

9
BAB III
PEMBAHASAN

Kasus Pertama
A. KASUS
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 1 orang anak yang
ber umur 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir
angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang
lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan
dokter merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan
rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan
telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak
cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat ingin
meninggalkan ruangan dokter memberitahu perawat kalau Ny.D atau keluarganya
bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang
apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya. Menjelang hari operasinya klien
berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya, yaitu: “apakah saya
masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”. karena kami masih ingin punya anak.
“apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya
bisa diundur dulu suster” Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya
menjawab secara singkat, “ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain” “yang jelas ibu tidak
akan bisa punya anak lagi…” “Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu
tanyakan lansung dengan dokternya…ya.” Sehari sebelum operasi klien berunding
dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami
masih ingin punya anak lagi.

B. Penyelesaian Kasus
Kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini
didefiisikan sebagai suatu masalah yang melibatkn dua atau lebih landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi
dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada kasus
dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat

10
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya
pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan
untuk melakukannya. Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada
kasus Ny. D, dapat diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka
pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari
informasi sebanyaknya, berkaitan dengan:
1) Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah/kandungan dan
perawat.
2) Tindakan yang diusulkan yaitu: Akan dilakukan operasi pengangkatan
kandungan/rahim pada Ny.D. tetapi pasien mempunyai otonomi untuk
membiarkan penyakitnya menggorogoti tubuhnya, walaupun sebenarnya bukan
itu yang diharapkan, karena pasien masih meginginkan keturunan.
3) Maksud dari tindakan yaitu: dengan memberikan pendidikan, konselor, advocasi
diharapkan pasien mau menjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang
tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi. Dengan tujuan agar kanker rahim
yang dialami Ny.D dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan
tuntas.
4) Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:
Bila operasi dilaksanakan:
Biaya :biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan
operasinya.
Psikologis :pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi
berjalan baik dan lancar, namun klien juga dihadapkan pada kondisi
stress akan kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal.
Selain itu konsekuensi yang harus ditanggung oleh klien dan
suaminya bahwa ia tidak mungkin lagi bisa memiliki keturunan.
Fisik :klien mempunyai bentuk tubuh yang normal.
Bila operasi tidak dilaksanakan:
Biaya : tidak mengeluarkan biaya apapun.

11
Psikologis : klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian, terjadi kecemasan
dan rasa sedih dalam hatinya dan hidup dalam masa masa sulit
dengan penyakitnya.
Fisik : timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan sesudah
senggama, keluar keputihan atau cairan encer dari vagina.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut, perawat
dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien. Apabila tindakan
operasi dilakukan, perawat dihadapkan pada konflik tidak melaksanakan kode
etik profesi dan prinsip moral.
Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat hawatir akan
kondisi Ny.D akan semakin parah dan stress, putus asa akan keinginannya untuk
mempunyai anak
Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan
prinsip-prinsip professional perawat Bila perawat menyampaikan pesan dokter,
perawat melangkahi wewenang yang diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak
disampaikan perawat tidak bekerja sesuai standar profesi.
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah
dioperasi. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan
penyakit bila tidak dilakukan tindakan operasi. Memberikan penjelasan dan saran
yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai anak lagi, kemungkinan
dengan anak angkat dan sebagainnya.
Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan
tindakan operasi dan memberikan alternative tindakan yang mungkin dapat
dilakukan oleh keluarga.
Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan
mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan
kelurga untuk dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana
tindakan operasi dan dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan.

12
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
Kasus pasien tersebut merupakan masalah yang kompleks dan rumit,
membuat keputusan dilakukan operasi atau tidak, tidak dapat diputuskan pihak
tertentu saja, tetapi harus diputuskan bersama-sama yang meliputi: Siapa yang
sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk.
Untuk siapa saja keputusan itu dibuat
Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi,
fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum). Sejauh mana persetujuan pasien
dibutuhkan Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan
yang diusulkan.
Dalam kasus Ny.D.dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau
tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktor-
faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang
rinci dan memberikan alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan
oleh Ny.D dan keluarga. Sedangkan perawat primer seharusnya bertindak sebagai
advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang
tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal
terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan
rencana operasi dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah
mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap dan valid tentang
kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi yang jelas pasien
telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien
dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga,
perawat primer, kepala ruangan dan dokter bedahnya.
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu membuat
daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini meningkatkan kesejahteran
pasien membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan
tanggung jawab keluarga tentang kesehatan dirinya, membantu keluarga dan

13
pasien tentang pentingnya sistem pendukung melaksanakan peraturan rumah
sakit selama dirawat melindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang
disesuikan dengan kompetensi keperawatan professional dan SOP yang berlaku
diruangan tersebut.
f. Membuat keputusan
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi
dilema etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah
ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang
diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan
pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik,
perlu mengali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang
dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi
asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.D.dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan
keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan
secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan
operasi atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil
dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.D. Tetapi
harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu. Beberapa alternatif
pengobatan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai kondisi Ny.D sebagai
bentuk tanggungjawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya.
Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak
yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan
keluarga.
Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan
keluarganya serta pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang perawat,
keputusan yang terbaik adalah dilakukan operasi berhasil atau tidaknya adalah
kehendak yang maha kuasa sebagai manusia hanya bisa berusaha.

14
Kasus Kedua
A. KASUS
An.B berumur 18 tahun siswi SMA Kelas III dibawa oleh keluarganya
ke IGD Rumah Sakit dengan gejala demam, tidak mau makan dan mual dan
muntah sudah 4 hari. Sebelum di bawa ke IGD An.B sudah muntah ± 8 kali,
perut terasa kembung dan lemah serta tidak bergairah untuk beraktivitas.
Sebelum sakit An.B adalah anak yang periang dan ceria serta aktif ikut acara-
acara sosial baik di sekolahnya seperti OSIS dan kegiatan di kampungnya seperti
remaja mesjid.
Dari hasil pemeriksaan dokter ditemukan An.B sudah 2 bulan ini belum
dapat menstruasi, anemia dan pucat serta TD = 90/70 mmHg, Nadi 94 x/m.
Kemudian dokter menyarankan An.B untuk di rawat di ruang perawatan dan
disarankan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel
darah dan urine. An.B meminta kepada perawat untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pada pukul 15.00
WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat dan perawat langsung
memberikan hasil pemeriksaan tersebut kepada dokter. Hasil pemeriksaan
Laboratorium darah An.B Hb = 7 gr%. Sedangkan hasil pemeriksaan urine An.B
mengatakan bahwa An.B positif hamil. Kemudian perawat memanggil keluarga
An.B untuk menjumpai dokter. Kemudian dokter bersama perawat menjelaskan
tentang kondisi kehamilan pasien. Keluarga terlihat terkejut dan bingung atas
penjelasan dokter. Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk
tidak memberitahukan kehamilannya ini kepada An.B karena saat ini An.B
sedang mengikuti ujian disekolahnya sehingga keluarga takut kalau An.B tahu
tentang kehamilannya An.B akan stress, malu, tidak mau belajar serta tidak mau
ke sekolah untuk mengikuti ujian akhir. Keluarga juga merasa cemas An.B tidak
mau menerima kondisinya serta tidak diterima oleh masyarakat. Untuk itu
keluarga meminta kepada perawat untuk segera melakukan aborsi kepada An.B
karena hal tersebut merupakan aib keluarga.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus
memenuhi permintaan keluarga untuk tidak memberitahukan penyakit
(kehamilan) kepada An.B dan menggugurkan kandungan An.B namun di sisi lain

15
perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami oleh An.B karena
itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.
B. ANALISA KASUS
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat karena dilema etik
itu didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih)
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan
moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau
salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks
kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu
masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi
dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan
bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan
yang sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat
oleh pasien dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya
sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien yang salah satunya adalah
memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi
dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan
kesehatan menurut American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights.
Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara
pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan
faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga
pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut mengharuskan
perawat untuk memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing
alternatif tindakan.
Dalam pandangan etika penting sekali memahami tugas perawat agar
mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep

16
kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
dasar tersebut dan tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya
atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat.
Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Dalam pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab
(responsibility) terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan
pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien.
Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah
komunikasi dan kerjasama antar tim medis sehingga hubungan dengan pasien
atau keluarga menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak
ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan. Untuk
menyelesaikan masalah dilema etik tersebut, berdasarkan pendekatan
model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang merawat An.B ini dapat
dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1.    Mengkaji situasi
     Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan
permasalahan atau situasi sebagai berikut :
a. An.B menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang
dideritanya saat ini sehingga An.B meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan laboratorium kepada dirinya. 
b. Cinta yang begitu besar dari keluarga terhadap An.B membuat keluarganya
berniat menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut
sekarang dan meminta perawat untuk tidak menginformasikannya kepada
An.B dan menggugurkan kandungan An.B dengan pertimbangan keluarga
takut jika An.B akan stress dan malu serta tidak bisa menerima kondisi
dirinya saat ini sehingga dia tidak mau bersekolah lagi.
c.  Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia
harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus

17
memenuhi hak pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan
atau kondisi kesehatannya.
2.    Mendiagnosa Masalah Etik Moral
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan
permasalahan etik moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi
kepada An.B terkait dengan penyakitnya karena itu merupakan hak pasien
untuk mendapatkan informasi tentang kondisi pasien termasuk kondisi
kesehatannya sejelas-jelasnya dari perawat.
3.    Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan
Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh
perawat bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema
etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :
a. Perawat akan menunda memberikan informasi hasil pemeriksaan
laboratorium An.B kepada An.B pada saat sekarang sampai emosi An.B
stabil dan melihat situasi dan kondisi pasien sudah mendukung untuk
menerima informasi tersebut.
Hal ini bertujuan supaya An.B tidak panik dan stress yang berlebihan
ketika mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan
pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini
diperlukan juga suatu bentuk support sistem yang kuat dari keluarga.
Keluarga harus tetap menemani An.B tanpa ada sedikitpun perilaku dari
keluarga yang menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari An.B.
Dengan demikian diharapkan secara perlahan, An.B akan merasa nyaman
dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis akan
menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Kendala yang mungkin timbul:
An.B tetap menanyakan lagi tentang kondisinya saat ini dan
bagaimana hasil pemeriksaan laboratoriumnya.
Selama proses masih berlangsung dan belum diputuskan untuk
memberitahu An.B tentang kondisinya dan ternyata An.B menanyakan

18
kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil
pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera
memberikan informasi yang dibutuhkan An.B dan tidak jujur saat itu (ini
tidak sesuai dengan prinsip etik yaitu veracity) walaupun pada akhirnya
perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya
sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik
keperawatan.
b.   Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien terutama hak An.B untuk mengetahui kondisi
kesehatannya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi An.B tersebut atas seijin dokter.
Alternatif ini bertujuan supaya An.B merasa dihargai dan dihormati
haknya sebagai pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan.
Hal ini juga dapat berdampak pada psikologisnya dan proses kehamilannya.
Misalnya ketika An.B secara lambat laun mengetahui kehamillannya sendiri
atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan informasi, maka An.B
akan beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan keluarganya
sendiri berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai
lagi atau berpikiran bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena
takut kalau dia tahu dia dapat menjadi stress dan mungkin nekat bunuh diri.
Kondisi seperti inilah yang mengguncangkan psikis An.B nantinya yang
akhirnya bisa memperburuk keadaan An.B. Sehingga pemberian informasi
secara langsung dan jujur kepada An.B perlu dilakukan untuk menghindari
hal tersebut.

           Kendala-kendala yang mungkin timbul :


1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada
An.B
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak
ingin An.B frustasi dan stress dengan kondisinya sehingga malu untuk ikut

19
ujian akhir di sekolahnya lagi. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa
ketika An.B tahu dengan sendirinya justru akan mengguncang psikisnya
dengan anggapan-anggapan yang bersifat emosional dari An.B tersebut
sehingga bisa memperburuk kondisi diri dan janin yang dikandungnya.
Perawat tersebut harus mendekati keluarga An.B dan menjelaskan tentang
dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga
tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat dan tim medis lain bisa
menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak yang
terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang
mengatakan bahwa perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan
permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan profesi keperawatan.
2) Keluarga telah mengijinkan perawat untuk memberitahukan kondisi
kesehatannya kepada An.B tetapi An.B denial dengan informasi yang
diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang
sedang mendapatkan permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat
harus tetap melakukan pendekatan-pendekatan secara psikis untuk
memotivasi An.B. Perawat juga meminta keluarga untuk tetap memberikan
support sistemnya dan tidak menunjukkan perilaku mengucilkan An.B
tersebut. Hal ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan An.B
diharapkan dapat menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk
beraktivitas lagi.
Maka sebaiknya sebelum perawat menjelaskan kondisi penyakit An.B
tersebut maka perawat harus secara ilustrasi menjelaskan kepada An.B
tentang proses kehamilan muda selengkap-lengkapnya.
4.    Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan
didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode
etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan
diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus
berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara

20
spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam
situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang meliputi :
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi
keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan
keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak An.B
tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatannya.
b. Benefecience / Bermanfaat
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau
tindakan yang baik dan bermanfaat untuk An.B. Sehingga perawat bisa
memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat sehingga
dapat bermanfaat untuk An.B
Disini perawat harus dapat memilih alternatif pilihan bahwa jika dia
mengatakan yang sebenarnya tentang kodisi pasien diharapkan pasien dapat
lebih memahami kondisinya serta menjaga kondisinya tetap baik sehingga
dapat bermanfaat bagi kesehatan dirinya dan janinnya. Jika perawat tidak
mengatakan kondisi kehamilannya kepada pasien dan setelah pasien pulang
dari Rumah Sakit tanpa dia tahu dia hamil bisa saja dia melakukan aktivitas-
aktivitas yang membahayakan kondisi diri dan kehamilannya.
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien.
Adil berarti An.B mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga
mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya
secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
Makanya perawat harus menjelaskan dengan sejelas-jelasnya kondisi
An.B agar pasien dapat menerima informasi tentang kehamilan muda secara
lengkap dan diharapkan pasien dapat memahami keadaan dirinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan
kerugian pada An.B ataupun bayinya.
Jika An.B tidak mengetahui kondisi dirinya atau kehamilannya dari
perawat atau keluarganya bisa saja An.B marah karena merasa dibohongi atau

21
tidak dihargai oleh perawat atau keluarganya. Dampaknya bisa aja timbul
rasa frustasi dan marah pada diri An.B sehingga dapat menimbulkan negative
thinking dan prilaku aggressive seperti mencederai dirinya sendiri ataupun
bayi yang dikandungnnya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi An.B tentang kehamilannya. Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan An.B secara benar dan jujur sehingga An.B akan merasa dihargai
dan dipenuhi haknya.
Untuk itu perawat harus berani mengatakan hal yang sebenarnya
walaupun itu terasa menyakitkan. Maka yang perlu dilakukan oleh perawat
sebelum mengatakan hal yang sebenarnya kepada An.B, perawat harus
melakukan pendekatan-pendekatan secara personal kepada An.B serta adanya
trust. Dan perawat juga harus mengatakan kepada An.B bahwa keluarga
An.B sangat mendukung sekali dengan kondisi An.B saat ini.
f. Fidelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan An.B
sebelum dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersedia
akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada An.B jika hasil
pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi walaupun
hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini mempengaruhi
tingkat kepercayaan An.B terhadap perawat tersebut nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan
yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin
kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali
seizin pasien.
Perawat harus berpegang pada tanggung jawabnya agar menjaga
kerahasiaan kondisi kehamilan An.B untuk tidak diberitahukan kepada orang
lain kecuali seizin An.B

22
Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang
bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif yang
pertama yaitu perawat akan menunda memberikan informasi hasil
pemeriksaan laboratorium An.B kepada An.B pada saat sekarang sampai
emosi An.B stabil dan melihat situasi dan kondisi pasien sudah mendukung
untuk menerima informasi tersebut.
Alternatif ini dipilih karena mengingat alternatif ini akan membuat lebih
bermanfaat kepada pasien sesuai dengan prinsip etik beneficience sehingga
pasien mempunyai motivasi untuk mengikuti ujian akhir disekolahnya
walaupun kedua alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-masing. Hasil
keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan
pendekatan-pendekatan kepada pasien dan keluarga dan caring serta
komunikasi terapeutik.
5.    Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi
sejauh mana An.B dapat menerima kondisinya saat ini serta dapat beradaptasi
tentang informasi yang sudah diberikan dan kondisi kehamilannya. Jika An.B
masih denial maka pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support
sistem tetap terus diberikan yang pada intinya membuat pasien merasa
ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
Perawat harus secara kontinyu memberikan follow up kepada An.B
tentang kondisi kehamilannya saat ini. Dan perawat perlu mengajak keluarga
untuk menemani An.B setiap kali perawat bertemu An.B yang diharapkan
dengan adanya dukungan keluarga, An.B merasa bahwa dia masih
dibutuhkan oleh keluarga.

23
Kasus Ketiga
A. Kasus
Nn M berusai 16 tahun dibawa oleh sahabatnya ke poliklinik rumah sakit jiwa untuk
konsultasi mengenai masalahnya. Nn. M mengatakan bahwa dia sudah sering
melakukan seks bebas sejak kelas dua sekolah menengah pertama seksual.a.Nn M
sudah dua kali melakukan aborsi, yang pertama ketika dia berusia 14 tahun an yang
terakhir kira – kira 6 bulan yang lalu. Nn M menyatakan tidak berani me gungkapkan
kejadian yang ia alanmi kepada kedua orang tuanya. Ia khawatir nantinya orang
tuanya syok dan jatuh sakit bahkan ia mengusir ia dari rumah. Nn M menyatakan
sanagt menyesal telah melakukan tindakan aborsi, tetapi ia sangat menyukai seks
bebas, Dan ia melakukan semuai ini hanya unutk mancari uang untuk memenuhi
kebutuhan sehari – harinya. Ia mengungkapakan “ saya berasal dari keluarga yang
sederhana akan tetapi saya  menginginkan kekayaan”. Nn M meminta kepada
perawat untuk emmberikan alat kontrasepsi yang tepat bagi dia dan memohon
penjelasana tentang pencegahan penyakit menular.
B. Pembahasan Dengan Teknik Analisis, Sintesis Kerangka Konsep Model
Dari Towsend Dan Murphy dan Murpy Serta Yosep
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi
dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema
etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat
karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan
suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi
dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan
bukan emosional. Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan
yang dibuat oleh pasien. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya
sebagai perawat dalam melakukan yang terbaik bagi keselamatan jiwa dan kesehatan

24
klien. Keputusan pasien yang berlawanan dengan tujuan penyelamatan jiwa pasien
tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing
alternatif tindakan. Dalam pandangan etika penting sekali memahami tugas perawat
agar mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep
kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar
tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika
perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam
pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility)
terhadap tugas-tugasnya. Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan
strategi untuk mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi
perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk perawat dengan pihak
pasien sendiri. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah
komunikasi dan kerjasama tim medis dengan pasien menjadi tidak optimal. Hal ini
jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan
pelayanan keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk
menyelesaikan masalah dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan
Erb, model Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model
Purtilo dan Cassel, dan model Thompson dan thompson. Tahapan tindakan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Nn M berusai 16 tahun dibawa oleh sahabatnya untuk konsultasi mengenai
masalahnya. Yang suka melakukan seks bebas, sudah dua kali melakukan aborsi,
menyatakan tidak berani me gungkapkan kejadian yang ia alanmi kepada kedua
orang tuanya. Nn M meminta kepada perawat untuk memberikan alat kontrasepsi
yang tepat bagi dia dan memohon penjelasana tentang pencegahan penyakit menular.
2. Identifikasi Masalah
Masalah muncul karena pasien memerlukan informasi, perawat ingin
memberikan informasi tetap kebijakan rumah sakit tidak memperbolehkan anak
dibawah umur untuk mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi. Dan larangan

25
ini juga brelaku bagi pasangan yang belum menikah. Dan jika dikaitkan dengan
tindakantermasuk area yang etis dilakukan akan tetapi tidak legal.
3. Identifikasi Masalah Etik
1) Autonomi (Sebenarnya Nn M berhak mendapatkan seutuhnya informasi
yang sesbenarnya dari pihak perawat sehingga perawat juga berkewajiban
memberikannya untuk memnuhi standart pelayanan yang berkualitas, Akan
tetapi disisi lain dari segi undang – undang dan peraturan disebutkan bahwa
informasi yang berkenaan dengan penggunaan alat kontrasepsi hanya boleh
diberikan kepada seseorang yang sudah memiliki status pernikahan. Selain
itu juga ketika perawat mengatakan atau memberikan informasi yang
sebenarnya nantinya akan salah dgunakan oelh Nn M sehingga nantinya
akan mengurangi kualitas pelayanan keperawatan yang ia berikan).
2) Beneficience (Ketika perawat memberikan informasi terkait dengan
penggnaan kontrasepsi maka ia akan meminimalkan tindakan aborsi yang
dilakukan oleh Nn M sehingga selain menyelamatkan Nn M dari tindakan
kriminal juga menghindari tindakan pengahiran hidup pada janin yang
dikandung, begitu juga tekat dengan informasi penyakit menular seksualnya.
akan tetapi tidak dibenarkan dalam kode etik keperawatan dan undang –
undang yang berlaku).
3) Veracity ( Nn M sebenarnya berhak tau tentang jenis kontrasepsi yang tepat
untuk dirinya akan tetapi ketika informasi ini diberikan maka akan membuat
perilaku Nn M menjadi lebih tidak baik secara sosial dan moral).
4) Fidelity (Secara sebagi seorang perawat harus lebih peduli terhadap damapk
yang ditimbulkan dengan seks bebas yang dilakukan oleh Nn M salah
satunya resko PMS yang mungkin akan dideritanya, sehingga seyogyanya
perawat memberikan informasi terkait dengan cara pencegahannya. Akan
tetapi untuk memberikan informasi tersebut perawat juga tidak mau ketika
pasiennya menjadi lebih amoral dan juga tidak sesuai dengan undang –
undang).
5) Justice ( Sebenarnya seorang perawat tidak boleh memedakan jenis pelayana
yang ia berikan temasuk memnberikan informasi terkait dengan penggunaan
kontrasepsi dan cara pencegahan penyakit menular seksual, akan tatapi

26
dalam hal ini Nn M masih dalam keadaan belum menikah dan ini
bertentangan dengan undang undang yang ada ).
4. Identifikasi Pihak yang Terlibat
1. Perawat
2. Nn. M
3. Sahabat yang mengantar sebagi sumber motivasi untuk Nn M
4. Identifikasi peran perawat
Peran perawat dalam menghadapi masalah tersebut adalah sebagai edukator,
advokat, serta konselor dan pemberi asuhan keperawatan. Sebagai edukator, perawat
berkewajiban memberikan penjelasan atau pendidikan kesehatan kepada Nn. M
tentang perilaku seks bebas terutama tentang dampak buruk dari seks bebas. Selain
itu perawat perlu memberikan pendidikan spiritual tentang pandangan agama
menanggapi kasus seks bebas. Jika Nn. M tetap pada pendirinya untuk tetap
melakukan seks bebas, perawat sebagai edukator memberikan pendidikan kesehatan
mengenai pencegahan penyakit menular. Disini perawat juga harus memberikan
saran agar Nn. M rutin melakukan pemeriksaan berkaitan penyakit menular seksual
dan penyakit HIV/ AIDS yang mungkin timbul pada pelaku seks bebas.
Ketika Nn. M tetap berkeinginan melakukan pemasangan alat kontrasepsi,
perawat berperan melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi.
Dan sebagai advokat, perawat berkewajiban untuk melakasanakan, membela,
memperjuangkan hak pasien (otonomi). Dalam hal ini, perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan dan informasi kesehatan yang tepat bagi pasien.
a. Beberapa pilihan keuntungan dan konsekuensi
1) Tidak memberikan informasi kepada pasien dan kompromi nilai – nilai
yang terdapat pada keperawatan holistik Dengan alasan Nn. M masih
dibawah umur 17 tahun dan belum menikah
2) Merujuk pasien ke rumah sakit yang lain dan resiko mendapat teguran dari
supervisor rumah sakit
3) Memberikan informasi kepada pasien Perawat menghargai hak otonomi
pasien dan menuruti keinginan Nn. M untuk memasang alat kontrasepsi

27
dan memberikan informasi tentang penyakit menular seksual namun
dengan persetujuan orangtua. Hal ini bertujuan supaya Nn. M terhindar
dari kehamilan yang tidak diinginkan dan berakhir pada aborsi. Selain itu
agar terhindar dari penyakit menular seksual dengan sebelumnya
dilakukan pendekatan–pendekatan oleh perawat. Pendekatan ini berupa
pendidikan kesehatan mengenai pandangan agama yang melarang seks
bebas dan dampak bila tetap melanjutkan perilaku seks bebasnya. Namun
ketika, pendekatan yang dilakukan perawat tidak berhasil dan Nn. B tetap
berkeinginan untuk memasang alat kontrasepsi dan mendapatkan
informasi tentang pencegahan penyakit menular seksual, maka perawat
tersebut bisa melakukan pemasangan alat kontrasepsi dan memberikan
pendidikan kesehatan mengenai pencegahan penyakit menular seksual
dengan sebelumnya mengisi informed consent.
4) Perawat menolak melakukan pemasangan alat kontrasepsi dan menolak
memberikan informasi tentang pencegahan penyakit menular seksual
b. Mempertimbangkan prinsip etik dalam teori etik
1) Memberikan informasi yang berfokus pada penghargaan terhadap otonomi
pasien dan akan memberikan keuntungan kepada pasien untuk mengurangi
kesempatan pasien hamil lagi. Pilihan tidak memberikan keuntungan bagi
perawat jika karena dapat mengakibatkan perawat kehilangan pekerjaan.
Dan terkait dengan agama hal ini sanagt bertentangan sekali denagn ajaran
setiap agama di dunia ini.
2) Membatasi otononomi pasien dengantidak memberikan informasi yang
sebenarnya. Hal ini akan merugikan pasien, bila tidak menggunkana alat
kontrasepsi, kemungkinan besar pasien akan hamil ( dan kondisi ini tidak
diinginkan oleh pasien ).
3) Menghargai otonomi pasien, memberikan yang tebaik bagi pasien, tidak
merugikan bagi pasien dan keputusan ini sesuai dengan ajaran agama
5. Menyeleksi pilihan

28
Pilihan ketiga yang paling tepat karen atidak bertentangan dengan teori etik
dan ajaran agama. Kesuksesan keputusam yang diambil bergantung pada apakah
pasien menuruti segala peraturan dan kebijakan tentang penggunaan alat kontrasepsi.
6. Aplikasi prinsip model keperawatan
Aplikasi dalam prinsip model keperawatan yang digunakan adalah teori
konsep model king.  Konsep model yang dikemukakan olem Imogenen king pada
tahun 1971 dengan berfokus pada 3 hal yaitu personal, sistem interpersonal dan
sisitem sosial. Sehingga dengan menggunakan pendekatan model ini perawat harus
mampu untuk menggali sejauh mana mekanisme koping yang dipunyai oleh pasien
terkait pemasungan yang telah dijalankan, beserta bagaiaman seorang pasien tesebut
mampu untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, termasuk perawat dan
keluarganya. Termasuk juga kemapuan keluarga untuk dapat memberikan motivasi
internal atau eksternal kepada pasien.
7. Resolusi kedalam tindakan
Batasan sosial dan hukum yang berlaku adalah:
a. Menurut Depkes 2010 yang tertuang dalam:
1) Pasal Pasal 28 H ( 1 ) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2) Pasal 34 (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum  yang layak.
b. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan
1) Pasal 146 (1) masyarakat berhak mendapatkan
informasi dan edukasi yang benar mengenai kesehatan jiwa , dan (2) hak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menghindari
pelanggaran hak asasi seseorang yang dianggap mengalami gangguan
kesehatan jiwa.
2) Pasal 147 ayat (1) upaya penyembuhan penderita
anguan  kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab pemerintah ,
pemerintah daerah dan masyarakat, dan ayat (2) upaya penyembuhan

29
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang berwenang dan ditempat yang tetap menghormati hak asasi
penderita.
c. UUD RI 1945 menyatakan bahwa Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia
yang harus diwujudkan oleh bangsa indonesia
1) Undang Undang No 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan
adalah merupakan kondisi yang sehat secara fisik, mental, spiritual
sehingga dapat lebih produktif khususnya dalam hal sosial dan ekomoni.
2) Undang – Undang NO 29 Tahun 2004 BAB II ASAS dan TUJUAN
Pasal 2 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggaakan
berdasarkan perikemanusiaan yang bersdasarkan ketuhanan yang maha
esa, manfaat bersaama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan
dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan
sendiri ( Tim redaksi fokusmedia, 2004)
3) Undang – Undang NO 29 Tahun 2004 BAB IV SUMBER DAYA
KESEHATAN bagian kedua yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan
bertugas menyelenggarakan kegiatan kesehatan sesuai dengan keahlian
dan kewenanagnan tenaga kesehatan.
d. Kode etik keperawatan Indonesia
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianuy serta
kedudukan.
2) Perawat dlam memberikan pelayanan keperawatan
isenantiasa memeilihara suasana lingkungan yang menghormati nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan.

30
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanay,
kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang.
5) Perawat senantiasa memelihara dan meningkatkan
kompetensi diidang keperawatan dengan belajar terus menerus.
6) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran proffesional dalam
menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
7) Perawat dalam membuat keputusan didasrka kepada
informasi yang adekuat dan memeprtimbangkan kemampuan serta
kualofikasi sesorang bila melkukan konsultasi, menerima delegasi, dan
memberikan delegasi kepada orang lain.
8) Perawat senantiasa menjunjung baik namaprofesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional.
9) Perawat mengemban tanggung jawab bersama
masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan
dalam memenuhi kebuthan kesehatan masyarakat.
10) Perawat seanntiasa memelihara hubungan baik denagn
sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya.
11) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga
kesehatan yang memeberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten
(Kode etik Keperaeatan indonesia, 2005).
e. Undang – Undang RI NO 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan Pasal 32 ayat 1
menyatakan bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status ksehatan akibat penyakit,
mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat (2004).
8. Mempertimbangkan keputusan sesuai dengan falsafah
umum perawatan klien
Falsafah umum klien adalah bagaimana sesorang perawat mampu
memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat komprehensif yang meliputi
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Alternatif-alternatif rencana tersebut harus

31
dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya tidak
melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang
akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus
berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik
apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu
(John Stone, 1989). Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut
keputusan yang bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk
alternatif kedua yaitu menuruti keinginan pasien untuk dipasang kontrasepsi dan
mendapatkan informasi tentang pencegahan penyakit menular seksual. Dengan
sebelumnya perawat melakukan pendekatan di atas. Mengingat alternatif ini akan
membuat pasien lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua
alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-masing. Hasil keputusan tersebut
kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatan-pendekatan dan caring
serta komunikasi terapeutik.
9. Analisa situasi hingga hasil aktual dari putusan
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh
mana keputusan orangtua pasien dan kondisi Nn. M setelah pemasangan kontrasepsi
dan pemberian informasi.
a. Jika kedua orangtua Nn. M menolak keinginan pasien, perawat sebaiknya
tidak melakukan pemasangan alat kontrasepsi pada pasien. Mengingat aspek
legalitas pemasangan kontrasepsi harus pada orang dewasa atau lebih dari usia
17 tahun dan pada pasangan yang sudah menikah. Selain itu karena usia Nn. M
masih 16 tahun bisa dikatakan masih menjadi tanggung jawab orangtuanya, jadi
setiap tindakan pada Nn. M harus mendapat persetujuan dari kedua orangtuanya.
Namun perawat tidak berhenti disini saja, karena sebagai perawat jiwa, perawat
sebaiknya melakukan pendekatan, konseling, dan terapi pada Nn. M agar dia
berhenti untuk tidak berperilaku seks bebas.
b. Namun jika orangtua Nn. M menyetujui dan pemasangan kontrasepsi sudah
dilakukan, perawat juga tidak berhenti disini saja. Perawat harus melakukan
pendekatan, konseling, dan terapi agar Nn. M berhenti melakukan seks bebas.

32
Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
10. Membuat keputusan dan interaksi
Membuat keputusan meliputi pemberian informasi kepada Nn M,
Kemungkinan dengan cara pembcaraan melalui telepon untuk membuat perjanjian
dan membuat perencanaan diskusi dengan pasien dan orang tuanya. Interaksi
meliputi segala  catatan yang berkenaan dengan kondisi pasien.
11. Evaluasi hasil
Hasil yang diterima kemungkinan menunjukkan bahwa perjanjian yang telah
disepakati antata Nn M dengan perawat jiwa tidak bertentangan dengan teori etik dan
ajaran agama.

33
BAB IV
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan
dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus
memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian
perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.

B.       SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

34
DAFTAR PUSTAKA

Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan
23 Februari 2010 pukul 10.02 PM.  URL :http://aprillins.com/2010/1554/2-
teori-etika-utilitarisme-deontologi/

Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third


Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.

Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow) Ltd

Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya  Medika  

K_2 nurse. 2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13


November 2011.Diposkan tanggal 16 Januari
2009.http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan

Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing
Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.  Jakarta :


EGC

PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.

Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Edisi


2. Jakarta : EGC

Guwandi,J. (2002). Hospital Law (Emerging doctrines & Jurisprudence). Jakarta :


Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Klein, Sole. 2009. Critical Care Nursing: fifth edition. Unitide Site of America:
Sevier.

Potter & Perry. 2005.  Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktek. EGC; Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai