Anda di halaman 1dari 24

HAK DAN KEWAJIBAN KLIEN

Disusun oleh:

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, nikmat. dan
hidayah-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, dan sahabat yang
setia. Makalah yang kami beri judul "Hak dan Kewajiban Klien''.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih terdapat
kekurangan baik dalam segi penyajian maupun penulisannya. Maka sebelumnya kami
mengharapkan kritik dan saran tentang makalah ini, sehingga nantinya dapat membangun
dari semua pihak untuk menjadikan makalah ini yang lebih balk.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak
khususnya para pelajar untuk memajukan pendidikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti kepada kita semua. Amin

Bondowoso, 29 April 2021


DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak dan Kewajiban ......................................................................3
2.2 Hak dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan...............................3
2.3 Hak Pasien Menurut Undang-Undang.............................................................4
2.4 Sanksi Hukum Dalam Keperawatan................................................................5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................................7
3.2 Saran................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang


diketahuinyat e n t a n g k l i e n d a n a t a u p a s i e n , k e c u a l i u n t u k k e p e n t i n g a n
h u k u m . H a l i n i menyangkut privasi klien yang berada dalam asuhan keperawatan
karena disisilain perawat juga wajib menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan
profesil a i n s e s u a i d e n g a n k e t e n t u a n d a n p e r a t u r a n y a n g b e r l a k u . P e r a w a t
w a j i b melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakinada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Pelaksanaan
gawatdarurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan
denganbaik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat serta
tenagakesehatan lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk daerah yang
jauhdari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat kebanyakan
menggunakans e l u r u h kemampuannya untuk melakukan tindakan
p e r t o l o n g a n , d e m i keselamatan jiwa klien.

Kewajiban lain yang jarang diperhatikan dengan serius yaitu menambah i l m u


pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan
d a l a m meningkatkan profesionalsme. Beberapa faktor-faktor yang membuat kita
malasmengembangkan ilmu keperawata banyak sekali.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hak dan


kewajibanmerupakan sesuatu yang harus diketahui dan di implementasikan oleh
perawat,selain itu perawat harus mempunyai etika karena etika merupakan
pengetahuanmoral dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan,
sertahimpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu
kelompok/masyarakatdan bukan merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal
ini menegaskanbahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu
tentang morals e d a n g k a n m o r a l s a t u k e s a t u a n n i l a i y a n g d i p a k a i m a n u s i a
s e b a g a i d a s a r prilakunnya. Maka etika keperawatan (nursing ethics)merupakan bentuk
ekspresi1
Rumusan Masalah

1.1.1 Apa pengertian dari hak dan kewajiban ?


1.1.2 Apa saja Hak dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan ?
1.1.3 Apa saja hak pasien menurut undang-undang ?
1.1.4 Apa saja sanksi hukum dalam keperawatan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari hak dan kewajiban.
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja hak pasien menurut undang-undang.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja sanksi hukum dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Dan Kewajiban

1. Hak adalah kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau


suatu badan hokum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
2. Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau harus dilakukan
seseorang atau suatu badan hukum.

2.2 Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan


Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk perawatan tercantum
pada UU Kesehatan no 23 tahun 1992 yaitu :
 Pasal 14 mengungkapkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan
kesehatan optimal.
 Pasal 53 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak atas informasi, rahasia
kedokteran, dan hak opini kedua.
 Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi
karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.

2.2.1 HAK PASIEN


3. Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal /sebaik-baiknya sesuai
dengan standar profesi kedokteran.
4. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan
tindakan medis yang akan dilakukan dokter/ suster.
5. Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang
pasien.
6. Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll.
7. Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis
yang akan dilakukan pada pasien.
8. Hak untuk menghentikan pengobatan.
9. Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain /
Rumah Sakit lain.
10. Hak atas isi rekaman medis / data medis.
11. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.
12. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang
dikenakan / dokumen pembayaran / bon /bill.
13. Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan
tindakan yang tidak mengikuti standar operasi profesi kesehatan.

13.2.1 KEWAJIBAN PASIEN


1. Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan perjalanan
penyakit kepada petugas kesehatan.
2. Mematuhi nasihat dokter dan perawat
3. Harus ikut menjaga kesehatan dirinya.
4. Memenuhi imbalan jasa pelayanan.

Sedangkan menurut Surat edaran DirJen Yan Medik No: YM.02.04.3.5.2504 Tentang
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit, th.1997; UU.Republik
Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan Pernyataan/SK PB. IDI,
sebagai berikut :
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien, yaitu :
a. Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
b. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
c. Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan.
d. Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
e. Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan pendapat
etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
f. Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku.
g. Hak untuk memperoleh informasi /penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik
yg akan dilakukan thd dirinya.
h. Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
i. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya.
j. Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribad dan atau masalah lainya
(dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
k. Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu
ketertiban & ketenangan umum/pasien lainya.
l. Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit
m. Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit terhadap
dirinya
n. Hak transparansi biaya pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
o. Hak akses /’inzage’ kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam medis
miliknya.
p. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada
dokter yang merawat.
q. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatanya.
r. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban memenuhi hal-
hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

2.3. Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Undang-Undang


Menurut ‘Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient” disebutkan
beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang “bebas”, hak
menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas kerahasiaan, hak
mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral atau spiritual. Dalam UU No 23 tahun
1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak pasien, yakni hak atas
Informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan
medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.

Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap orang
berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu
dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang
sehat, info dan edukasi kesehatan yg seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi
tentang data kesehatandirinya. 
Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:
 Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar,
penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

 Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan ybs,
kepentingan masyarakat).

 Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan
nyawa atau cegah cacat).

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52


juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

 Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana


dimaksud dalam pasal 45 ayat 3.

 Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

 Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

 Menolak tindakan medis.

 Mendapatkan isi rekam medis.

Terkait rekam medis, Peraturan Menteri kesehatan No.269 pasal 12 menyebutkan:

 Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

 Isi rekam medis merupakan milik pasien.

 Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam
medis.

 Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan,
dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan
tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

Hak Pasien dalam UU No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit (Pasal 32 UU 44/2009)


menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut:

 Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di


Rumah Sakit.

 Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

 Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

 Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan


standar prosedur operasional.
 Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;

 Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

 Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.

 Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain


(second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di
luar rumah sakit.

 Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data


medisnya.

 Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

 Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.

 Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

 Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.

 Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di


Rumah Sakit.
Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.

 Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.

 Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.

 Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar


pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:

 Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.

 Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.

 Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.


 Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Terkait kewajiban pasien seperti disebut di atas, sebenarnya ada “pesan” implisit
terkait hal itu, diantaranya:

 Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus
selalu memberi informasi yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun
sesudah tindakan (preventif/diagnostik/terapeutik/rehabilitatif).

 Keputusan di tangan pasien, dokter mengadvokasi prosesnya (kecuali


keadaan darurat yang tak bisa ditunda).

 Layanan medis harus sesuai kebutuhan medisnya.

Hak dan Kewajiban Tenaga Medism Di dalam UU No 29 tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran, pada pasal 50 disebutkan adanya hak-hak dokter, yakni:

 Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai standar profesi


dan SOP.

 Memberikan layanan medis menurut standar profesi (SP) dan


standar operasional prosedur (SOP).

 Memperoleh info yg jujur & lengkap dari pasien atau keluarga


pasien.

 Menerima imbalan jasa.

Adanya perlindungan hukum bagi dokter ini mengingat bahwa pekerjaan


dokter dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku. Dan bahwa dalam bekerja seorang dokter harus bebas dari
intervensi pihak lain, dan bebas dari kekerasan. Jika pun terdapat
dugaan “malpraktik” harus melalui proses pembuktian hukum terlebih
dahulu, termasuk diantaranya tentu saja seorang dokter bebas
memperoleh pembelaan hukum.

Pada pasal 52 UU yang sama diatur pula mengenai kewajiban dokter, yang
meliputi:
 Memberi pelayanan medis sesuai SP & SOP, serta kebutuhan medis
pasien.
 Merujuk pasien bila tak mampu.
 Menjamin kerahasiaan pasien.
 Pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila yakin ada
orang lain yg bertugas dan mampu.
 Menambah / ikuti perkembangan iptek kedokteran.
Selain dokter, rumah sakit juga memiliki kewajiban dalam melayani pasiennya.
Kewajiban itu dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Kewajiban rumah sakit itu sudah tentu mengikat juga pada para tenaga medis.
Dalam pasal 29 UU No.44 menyatakan kewajiban rumah sakit, diantaranya:
 Informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.
 Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, tidak diskriminasi,
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
 Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
 Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya.
 Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin.
 Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa
uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar
biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.
 Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
 Menyelenggarakan rekam medis.
 Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,
anak-anak, lanjut usia.
 Melaksanakan sistem rujukan.
 Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan.
 Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien.
 Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
 Melaksanakan etika rumah sakit.
 Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.
 Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional.
 Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
 Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by
laws).
 Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas.
 Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.

Mengetahui Kewajiban Pasien Menurut UU No.36 tahun 2009


mengenai kesehatan.
Pada pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya,
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau, menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi
kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan
dirinya selama mendapatkan pelayanan kesehatan di semua tempat yang memberikan
pelayanan atas jasa kesehatan yang telah diterima oleh para pasien.

Beberapa kewajiban pasien yang harus dipenuhi bila telah mendapatkan


pelayanan dan juga fasilitas kesehatan yang telah didapatkan oleh setiap pasien. Karena
sebagai orang yang mendapatkan jasa kesehatan kita juga perlu mengetahui akan hak
kewajiban pasien juga. Sehingga semuanya mendapatkan apa yang menjadi haknya dan
tentunya harus bisa memenuhi kewajiban yang harus juga dipenuhi.

Beberapa hal yang menjadi kewajiban para pasien dalam UU No 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU adalah sebagai berikut :
1. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
kepada dokter yang sedang merawatnya.
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di ditempat pelayanan kesehatan baik
rumah sakit atau pun puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan
lainnya.
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban
memenuhi hal-hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.

2.4 Sanksi Hukum Dalam Keperawatan

1. Hukum dalam keperawatan


Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum,
sedangkan etika adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non hukum,
yaitu kaidah-kaidah tingkah laku (etika) (Supriadi, 2001).
Hukum adalah ” A binding custom or practice of acommunity: a rule of
conduct or action, prescribed or fomally recognized as binding or enforced by a
controlling authority “ (Webster’s, 2003).
Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang
penting adalah hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum dalam
keperawatan adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum
keperawatan yang rasionalogic dan dapat dipertanggung jawabkan.
Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:
a. Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa
yang legal dalam merawat pasien.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan keperawatan
d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat
perawat akontabilitas dibawah hukum yang berlaku.

2. Kelalaian (Negligence)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar
sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan
kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang
dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan
apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi
tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-
hati). (Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya
dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan
tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan
adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu
pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
3. Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:
1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak
tepat/layak, misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang
memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga


kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:

1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk
tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini
harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan
kerugian yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”
5. Liabilitas dalam praktek keperawatan
Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap
tindakan atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti
halnya tenaga kesehatan lain mempunyai tanggung jawab terhadap setiap
bahaya yang timbulkan dari kesalahan tindakannya. Tanggungan yang
dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat
baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.
Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan
melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama,
seharusnya dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal ini merupakan
masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam keperawatan. Terjadi akibat
kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan
kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.
Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktik
keperawatan. Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertaggung jawabkan
suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan
tersebut (Kozier, 1991).
6. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.
Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima
praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

a. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan


pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan)
b. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
c. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah
Sakit
d. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat
ederan Direktur Jendral Pelayanan Medik
No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard
praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.
e. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat
dan direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang
registrasi dan praktik perawat.
Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek
keperawatan memiliki akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya.
Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat
berbuat kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu dalam
menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus memperhatikan baik
aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di
Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua
komponen utama, yakni tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti
tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik
dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995)

7. Tanggung jawab profesi perawat


Perawat adalah salah satu pekerjaan yang memiliki ciri atau sifat yang sesuai
dengan ciri-ciri profesi. Saat ini Indonesia sudah memiliki pendidikan profesi
keperawatan yang sesuai dengan undang-undang sisdiknas, yaitu pendidikan
keprofesian yang diberikan pada orang yang telah memiliki jenjang S1 di
bidang keperawatan, bahkan sudah ada pendidikan spesialis keperawatan.
Organisasi profesi keperawatan telah memiliki standar profesi walaupun
secara luas sosialisasi masih berjalan lamban. Karena Tanggung jawab dapat
dipandang dalam suatu kerangka sistem hirarki, dimulai dati tingkat individu,
tingkat institusi/profesional dan tingkat sosial (Kozier,1991)
Profesi perawat telah juga memiliki aturan tentang kewenangan profesi, yang
memiliki dua aspek, yaitu kewenangan material dan kewenangan formil.
Kewenagan material diperoleh sejak seseorang memperoleh kompetensi dan
kemudian ter-registrasi, yang disebut sebagai Surat ijin perawat (SIP) dalam
kepmenkes 1239. sedangkan kewenangan formil adalah ijin yang memberikan
kewenangan kepada perawat (penerimanya) untuk melakukan praktek profesi
perawat, yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja didalam suatu institusi dan
Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau
kelompok. (Kepmenkes 1239, 2001).
Kewenangan profesi haruslah berkaitan dengan kompetensi profesi, tidak
boleh keluar dari kompetensi profesi. Kewenangan perawat melakukan
tindakan diluar kewenangan sebagaimana disebutkan dalam pasal 20
Kepmenkes 1239 adalah bagian dari good samaritan law yang memang diakui
diseluruh dunia. Otonomi kerja perawat dimanifestasikan ke dalam adanya
organisasi profesi, etika profesi dan standar pelayanan profesi. Oragnisasi
profesi atau representatif dari masyrakat profesi harus mampu melaksanakan
self-regulating, self-goverming dan self-disciplining, dalam rangka
memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa perawat berpraktek adalah
perawat yang telah kmpeten dan memenuhi standar.
Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi/masyrakat profesi, untuk mengatur
sikap dan tingkah laku para anggotanya, terutama berkaitan dengan moralitas.
Etika profesi perawat mendasarkan ketentuan-ketentuan didalamnya kepada
etika umum dan sifat-sifat khusus moralitas profesi perawat, seperti autonomy,
beneficence, nonmalefience, justice, truth telling, privacy, confidentiality,
loyality, dan lalin-lain. Etika profesi bertujuan mempertahankan keluhuran
profesi umumnya dituliskan dalam bentuk kode etik dan pelaksanaannya
diawasi oleh sebuah majelis atau dewan kehormatan etik.
Sedangkan standar pelayanan Kepmenkes 1239 disebut sebagai standar
profesi, dan diartikan sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalanankan profesi secara baik dan benar.
Tanggung jawab hukum pidana profesi perawat jelas merupakan tanggung
jawab perorangan atas perbuatan pelanggaran hukum pidana yang
dilakukannya. Jenis pidana yang mungkin dituntutkan kepada perawat adalah
pidana kelalaian yang mengakibatkan luka (pasal 360 KUHP), atau luka berat
atau mati (pasal 359 KUHP), yang dikualifikasikan dengan pemberatan
ancaman pidananya bila dilakukan dalam rangka melakukan pekerjaannya
(pasal 361 KUHP). Sedangkan pidana lain yang bukan kelalaian yang
mungkin dituntutkan adalah pembuatan keterangan palsu (pasal 267-268
KUHP).
Didalam setting Rumah Sakit, pidana kelallaian yang dapat dituntutkan kepada
profesi perawat dapat berupa kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan
maupun kelalaian dalam melakukan tindakan medis sebagai pelaksana
delegasi tindakan medis. Kelalaian dapat berupa kelalaian dalam mencegah
kecelakaan di Rumah Sakit (jatuh), kelalaian dalam mencegah terjadinya
decubitus atau pencegahan infeksi, kelalaian dalam melakukan pemantauan
keadaan pasien, kelalaian dalam merespon suatu kedaruratan, dan bentuk
kelalaian lainnya yang juga dapat terjadi pada pelayanan profesi perorangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan perubahan paradigma perawat dari yang dulunya vokasional menjadi
professional maka perawat dan mahasiswa sebagai calon perawat harus memahami
betapa pentingnya standart praktik keperawatan sehingga membantu dalam kelancaran
memberikan asuhan keperawatan
Dan dengan konsekuensi tersebut perawat dan mahasiswa harus mampu
mengembangkan kemampuan kognitif maupun psikomotornya serta juga mengerti
dengan hokum – hokum yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan, sehingga bias
terhindar dari kesalahan dan dapat melaksanakan pelayanan sesuai dengan standart,
sehingga menghasilkan pelayann yang bermutu.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6241172/Hak_dan_Kewajiban_pasien_dalam_pelayanan_Kes
ehatan
https://www.academia.edu/5284366/Hak_dan_Kewajiban_Pasien_Menurut_Undang_Un
dang
2
3 bagaimana perawat
seharusnya mengatur diri
sendiri, dan etika
keperawatandiatur dalam
kode etik keperawatan.Jadi
di dalam makalah ini akan
membahas hak dan
kewajiban seorangperawat
dalam menjalankan
kewajibannya terhadap
klien/pasien. Agar
dalampelayanan kesehatan
perawat bisa mengurangi
kelalaian.

Anda mungkin juga menyukai