Anda di halaman 1dari 20

PAPERS KASUS

MALPRAKTIK DAN KELALAIAN

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK 1

Dosen pembimbing : Susan Irawan, S.Kep.,Ners.,MNS

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

Aditio Febryan 191FK03043

Amelia Pebe Penita 191FK03047

Putri Dewi Lestari 191FK03054

Susilawati 191FK03045

Widilah Azzahra 191FK03046

KELAS 1B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2019 – 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam semesta
beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan analisis
“ Papers Kasus Malpraktik Dan Kelalaian ” ini dengan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah suatu bentuk
tanggung jawab penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah KDK 1.

Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT. Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik
dan saran dalam upaya evaluasi diri.

Di samping masih banyaknya ketidaksempurnaan penulisan dan


penyusunan makalah. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan hikmah serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis, dan pembaca.

Bandung, 24 September 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Perumusan masalah ...................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II PERMASALAHAN KASUS ................................................................... 5
2.1. Papers Kasus ............................................................................................. 5
2.2. Penjelasan Kasus ....................................................................................... 7
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 8
3.1. Analisa Kasus ........................................................................................... 8
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 15
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 15
4.2. Saran ........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan


yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi.
Proses ini merupakan suatu perubahan yang sangat mendasar dan
konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek
pelayanan atau aspek- aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam
keperawatan.
Undang -undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan
pengakuan secara jelas terhadap tenaga keperawatan sebagai tenaga
profesional sebagaimana pada Pasal 32 ayat (4), Pasal 53 ayat (I j dan
ayat (2)). Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa ketentuan
mengenai standar profesi dan hak - hak pasien sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam profesi keperawatan tentunya berpedoman pada etika
profesi keperawatan yang dituangkan dalam kode etik keperawatan.
Sebagai suatu profesi, PPNI memiliki kode etik keperawatan yang ditinjau
setiap 5 tahun dalam MUNAS PPNI. Berdasarkan keputusan MUNAS VI
PPNI No. 09/MUNAS VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Keperawatan.
Dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga perawat
professional senantiasa memperhatikan etika keperawatan yang mencakup
tanggung jawab perawat terhadap klien ( individu, keluarga, dan
masyarakat ). Selain itu , dalam memberikan pelayanan keperawatan yang
berkualitas tentunya mengacu pada standar praktek keperawatan yang
merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat
terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi dalam hal ini
perawat. Dalam menjalankan tugas keprofesiannya, perawat bisa saja
melakukan kesalahan yang dapat merugikan klien sebagai penerima asuhan
keperawatan,bahkan bisa mengakibatkan kecacatan dan lebih parah

1
lagi mengakibatkan kematian, terutama bila pemberian asuhan
keperawatan tidak sesuai dengan standar praktek keperawatan.kejadian
ini di kenal dengan malpraktek.
Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan
berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul
dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat
dari sudut pandang kedua norma tersebut. Hal ini perlu dipahami mengingat
dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum,
sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang
dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan -perbedaan yang
mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran
normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethical malpractice atau
yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Untuk menghindari
terjadinya malpraktek ini, perlu di adakan kajian - kajian etika dan hukum
yang menyangkut malpraktek khususnya dalam bidang keperawatan
sehingga sebagai perawat nantinya dalam menjalankan praktek
keperawatan senantiasa memperhatikan kedua aspek tersebut.
Dalam praktiknya terkadang terjadi kesalahan/kelalaian tindakan
medis yang dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya. Kelalaian adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan standar keperawatan. Kelalaian terjadi
ketika tindakan medis yang dilakukan perawat tidak sesuai dengan praktik
pengobatan yang aman. Hal ini dijelaskan oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia yang menyatakan bahwa: “Jika perawat memberikan perawatan
yang tidak memenuhi standar maka mereka dapat dianggap lalai. Kelalaian
adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatkan cidera dan kerugian orang lain. Kelalaian praktik
keperawatan adalah seorang perawat yang tidak mempergunakan tingkat
ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan
dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan
yang sama.”
Data mengenai malpraktik keperawatan di Indonesia dapat dilihat dari
pernyataan Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:

2
“Pada tahun 2010 - 2015 ada sekitar 485 kasus malpraktek profesi
keperawatan yang terjadi di Indonesia. Dari 485 kasus malpraktik tersebut,
357 kasus terjadi akibat pelanggaran hukum administrasi atau yang
digolongkan dalam malpraktik administratif, 82 kasus terjadi akibat tindakan
perawat yang tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang disepakati
dan digolongkan dalam malpraktik sipil, dan 46 kasus terjadi akibat tindakan
medik tanpa persetujuan dari dokter yang dilakukan dengan tidak hati-hati
yang menyebabkan luka dan kecacatan kepada pasien atau yang digolongkan
dalam malpraktik kriminal dengan unsur kelalaian.”
Banyaknya tindakan medik oleh perawat yang merugikan pasien
dipengaruhi oleh peluang yang dimiliki oleh perawat, khususnya perawat di
daerah terpencil. Selain itu, jumlah dokter yang terbatas dan tindak menyebar
dengan merata juga menyebabkan perawat melakukan tindakan medik
tersebut. Sedikitnya jumlah dokter yang mau ditempatkan di daerah terpencil
menjadi kendala, sehingga masyarakat memilih upaya medik kepada perawat.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan perawat dalam tindakan
medik menurut Priharjo adalah: “Keliru atau salah dalam memberikan obat
atau salah dosis, salah membaca label, salah menangani pasien, dan yang
lebih berat lagi adalah salah memberikan transfusi darah sehingga
mengakibatkan hal yang fatal. Mayoritas kesalahan yang dilakukan perawat
merupakan hasil dari ketidaksempurnaan dari proses berpikir yang
mempengaruhi pengambilan keputusan ”.
Kesalahan perawat dalam tindakan medik akan memberikan dampak
yang luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak
Rumah Sakit, individu perawat pelaku kesalahan medik dan terhadap profesi.
Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti
rugi. Perawat profesional seperti halnya tenaga kesehatan lain mempunyai
tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang ditimbulkan dari kesalahan
tindakannya. Tanggung jawab yang dibebankan kepada perawat dapat berasal
dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal,
kecerobohan maupun kelalaian.

3
Pada dasarnya, kesalahan dan kelalaian dalam melaksanakan
tindakan medis merupakan hal penting untuk dibahas karena kesalahan dan
kelalaian tersebut mempunyai dampak yang sangat merugikan bagi pasien
dan masyarakat pada umumnya. Dilihat dari segi hukum pidana, persoalan
pokok antara hukum kesehatan dengan hukum pidana ialah adanya
kesalahan. Hal ini disebabkan karena pertanggungjawaban tenaga kesehatan
dalam hukum pidana sangat erat kaitannya dengan usaha yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Pelaksanaan praktik keperawatan oleh perawat yang tidak sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan jelas akan sangat merugikan pihak
penerima layanan dan perawat itu sendiri. Apabila ada yang complain atau
malah mempersoalkan secara hukum, akan berakibat hukum terhadap
perawat itu sendiri. Perawat dalam praktiknya apabila terjadi kesalahan,
sangat besar kemungkinan dibeberkan lewat media massa atau dilaporkan
sampai ke ranah hukum karena melakukan malpraktik keperawatan (secara
pidana, perdata dan atau administrasi).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyelesaian kasus malpraktek dan kelalaian dalam
keperawatan ?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan laporan analis papers kasus malpraktek dan kelalaian
ini adalah mahasiswa dapat menganalisis dan menyelesaikan masalah kasus
malpraktek dan kelalaian dalam bidang keperawatan.

4
BAB II

PERMASALAHAN KASUS

2.1. PAPERS KASUS

Diduga Perawat Lalai karena


Main Handphone, Pasien Meninggal
Jumat 05 Apr 2019 07:21 WIB
Rep: Mursalin Yasland/ Red: Christiyaningsih

Korban meninggal dunia (ilustrasi)


Foto: www.123rf.com
Nyawa Rizki tak tertolong diduga karena perawat puskesmas
asyik main handphone

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Kematian M. Rizki


Syahputra di Puskesmas Panjang, Bandar Lampung, membawa duka panjang
bagi keluarga korban, Kamis (4/4). Nyawa Rizki tak tertolong diduga gara-
gara perawat puskesmas lalai karena asyik bermain handphone (HP).

Rizki yang baru berusia 14 tahun menjadi korban kecelakaan tunggal pada
Rabu (3/4). Ibu korban, Lisnawati, menyesalkan tindakan perawat puskesmas
yang lalai menangani korban kecelakaan yang sedang dalam kondisi gawat
darurat.

Rizki dibawa warga ke Puskesmas Panjang setelah terjadi kecelakaan tunggal.

5
Ia dibawa ke ruang gawat darurat sekitar pukul 15.30 WIB. Saat sampai
puskesmas, korban hanya diberikan infus dan obat luka. Setelah itu Rizki
dibiarkan hingga keluarga datang pada pukul 17.00. “Kalau memang tidak
sanggup segera dirujuk ke rumah sakit umum,” kata Lisnawati.

Berdasarkan keterangan warga yang berobat di sana, Lisnawati mendapat


informasi selama anaknya di ruang gawat darurat puskesmas perawat justru
asyik bermain HP. Menurut Lisnawati seharusnya perawat langsung
mengambil tindakan dan penangan cepat langsung merujuk dan membawa ke
rumah sakit. Saat keluarga datang, korban sudah meninggal.

Pelayanan Puskesmas Panjang, tutur dia, sudah sering dikeluhkan masyarakat


setempat. Perawat yang bertugas sering mengacuhkan pasien yang datang
berobat. Penanganan pasien yang sakit hanya diberikan pengobatan seadanya
padahal banyak pasien yang mengidap penyakit parah.

Rizki mengalami kecelakaan di jalan raya saat mengendarai motor supranya.


Dalam perjalanan, menurut keterangan warga, sebelum jatuh di aspal, ia
terserempet mobil truk fuso. Saat terjatuh dari motor, kondisi tubuhnya
mengalami luka yang cukup parah. Warga yang menyaksikan kecelakaan
tersebut melarikan korban ke Puskesmas Panjang yang dinilai terdekat.

Pihak Puskesmas Panjang Belum bisa dikonfirmasi karena tidak ada lagi
petugas yang berjaga di tempat itu. Kepala Dinas Kesehatan Bandar Lampung
Edwin Rusli menyatakan akan menindaklanjuti adanya keluhan masyarakat
terkait dengan pelayanan kesehatan yang diberikan petugas di Puskesmas
Panjang.

Ia berjanji jika keluhan masyarakat terbukti di lapangan, dinas akan


memberikan sanksi tegas kepada petugas yang bersangkutan. Kasus tersebut
akan dilaporkan kepada Wali Kota Bandar Lampung Herman HN.

Sumber : nasional.republika.co.id

6
2.2. Penjelasan Kasus
Pada hari Rabu, 3 April 2018 pukul 15.30 WIB. An.M dibawa ke
Puskesmas karena menjadi korban kecelakaan tunggal. Setelah sampai di
Puskesmas An.M hanya diberikan infus dan obat luka. Ibu An.M yaitu
Lisnawati, menyesalkan tindakan perawat puskesmas yang lalai menangani
korban kecelakaan yang sedang dalam kondisi gawat darurat. Perawat di
Puskesmas lalai dan asyik memainkan handphone disaat jam kerja, yang
mana seharusnya perawat langsung mengambil tindakan dan penangan cepat
langsung merujuk dan membawa ke rumah sakit. Karena tindakan perawat
yang lalai dalam memberikan tindakan dan penanganan sehingga akhirnya
pasien meninggal. Dan perawat di Puskesmas itu acuh tak acuh dalam
pemberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat maka perawat itu
dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Bandar Lampung.

7
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Analisa Kasus


Kasus pada bab II merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat
langsung mengambil tindakan dan penanganan cepat untuk perawatan luka
dan memberikan kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis salah satunya
dengan menjamin bahwa An.M dapat terhindar dari infeksi luka dan
pendarahan, kondisi An. M mengalami luka parah.

Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini
perawat tidak langsung mengambil tindakan dan penanganan cepat karena
asyik bermain handphone setelah An, M hanya diberikan infus dan obat luka.
Sehingga dengan tidak dilakukan pemeriksaan lanjutan atau merujuk pasien
ke Rumah Sakit, maka kondisi inilah yang menyebabkan An.M meninggal.

Bila melihat dari hubungan perawat – pasien dan juga tenaga kesehatan
lain tergambar pada bentuk pelayanan praktek keperawatan, baik dari kode
etik dan standar praktek atau ilmu keperawatan. Pada praktek keperawatan,
perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab baik etik, disiplin dan
hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan praktek keperawatan, perawat
harus menperhatikan beberapa hal, yaitu: Melakukan praktek keperawatan
dengan ketelitian dan kecermatan, sesuai standar praktek keperawatan,
melakukan kegiatan sesuai kompetensinya, dan mempunyai upaya
peningkatan kesejaterahan serta kesembuhan pasien sebagai tujuan praktek.

Kelalaian implikasinya dapat dilihat dari segi etik dan hukum, bila
penyelesaiannya dari segi etik maka penyelesaiannya diserahkan dan
ditangani oleh profesinya sendiri dalam hal ini dewan kode etik profesi yang
ada diorganisasi profesi, dan bila penyelesaian dari segi hukum maka harus
dilihat apakah hal ini sebagai bentuk pelanggaran pidana atau perdata atau
keduanya dan ini membutuhkan pakar dalam bidang hukum atau pihak yang
berkompeten dibidang hukum.

8
Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus An. M, merupakan
kelalaian dengan alasan, sebagai berikut:

1. Kasus kelalaian An. M terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan


keperawatan yang merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam
hal ini perawat tidak melakukan tindakan keperawatan sesuai standar
profesi keperawatan, dan bentuk kelalaian perawat ini termasuk dalam
bentuk Nonfeasance.

Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak


melakukan tindakan keperawatan dengan benar, diantaranya sebagai
berikut:

a. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya).

b. Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP.

c. Perawat tidak memahami standar praktek keperawatan.

d. Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap.

e. Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak
dijalankan dengan baik.

f. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise


keperawatan.

g. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga tentang


segala sesuatu yang berkaitan dengan perawatan pasien. Karena
kerjasama pasien dan keluarga merupakan hal yang penting.

h. Perawat dalam menjalankan tugasnya malah memainkan handphone.

2. Dampak – dampak kelalaian

Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai


pelanggaran etik dan pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak
bagi pelaku, penerima, dan organisasi profesi dan administrasi.

9
a. Terhadap Pasien

1) Terjadinya infeksi luka, pendarahan dan dapat menimbulkan


masalah keperawatan baru bahkan menyebabkan pasien meninggal.

2) Biaya puskesmas yang bisa saja tidak sesuai dengan pengobatan


yang diberikan.

3) Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah


kesehatan/keperawatan lainnya bahkan menyebabkan pasien
meninggal.

4) Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan


perawatan sesuai dengan standar yang benar.

5) Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah
Sakit atau perawat secara peroangan sesuai dengan ketententuan
yang berlaku, yaitu KUHP.

b. Perawat sebagai individu/pribadi


1. Perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga, masyarakat dan juga
pihak profesi sendiri, karena telah melanggar prinsip-prinsip
moral/etik keperawatan, antara lain:

a) Autonomy , yaitu memberikan hak kepada pasien untuk


mengambil keputusan. Tapi dalam kasus ini saat ibu pasien
meminta anaknya untuk dirujuk perawat tidak mendengarnya.

b) Beneficience, yaitu melakukan hal yang baik, sesuai kasus


perawat mengacuhkan pasien dan asyik bermain handphone.

c) Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada keluarga pasien


tentang kondisi pasien.

d) Non-maleficience, yaitu tidak merugikan tapi pada kasus diatas


prinsip ini dilanggar karena perawat merugikan pasien dengan

10
tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan rujukan ke rumah
sakit.

e) Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan


manusia, meninggalnya pasien memberikan duka bagi keluarga.

f) Fidelity, yaitu perawat tidak setia pada komitmennya karena


perawat tidak mempunyai rasa “caring” terhadap pasien dan
keluarga, yang seharusnya sifat caring ini selalu menjadi dasar
dari pemberian bantuan kepada pasien.

g) Responsibility, yaitu perawat sigap dalam menangani pasien


dalam kasus ini perawat tidak langsung mengambil tindakan dan
penanganan cepat.

h) Accountability, yaitu standar yang pasti bahwa tindakan seorang


profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali. Tapi dalam kasus ini perawat tidak
memberikan tindakan yang sesuai dengan SOP.

2. Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga pasien


dan ganti rugi atas kelalaiannya. Sesuai KUHP.
3. Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan
mendapat peringatan baik dari atasannya (Kepala ruang –
Puskesmas) dan juga organisasi profesinya.

c. Bagi Puskesmas
1. Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan Puskesmas.
2. Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar
visi misi Puskesmas.
3. Kemungkinan Puskesmas dapat dituntut baik secara hukum pidana
dan perdata karena melakukan kelalaian terhadap pasien,
4. Standarisasi pelayanan Puskesmas akan dipertanyakan baik secara
administrasi dan prosedural

11
d. Bagi profesi
1) Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang,
karena menganggap organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada
masyarakat bahwa perawat yang melakukan asuhan keperawatan
adalah perawat yang sudah kompeten dan memenuhi standar
keperawatan.
2) Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan
standarisasi perawat yang telah dihasilkan oleh pendidikan
keperawatan

3. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan


bagi penerima pelayanan asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut:
a. Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :
1) Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan
keperawatan/praktek keperawatan dengan kecermatan dan
ketelitian tidak ceroboh.
2) Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang di buat oleh
organisasi profesi dengan jelas dan tegas.
3) Perlunya suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi
perawat yang sebelum bekerja pada pelayanan keperawatan dan
melakukan praktek keperawatan.
4) Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada
perawat/praktisi keperawatan sebelum memberikan praktek
keperawatan sehingga dapat dipertanggung jawabkan baik secara
administrasi dan hukum, missal: SIP dikeluarkan dengan sudah
melewati proses-proses tertentu.
b. Bagi Puskesmas dan Ruangan
1) Hendaknya Puskesmas melakukan uji kompetensi sesuai
standarisasi yang telah ditetapkan oleh profesi keperawatan.
2) Puskesmas dalam hal ini ruangan rawat melakukan uji kompetensi
pada bidangnya secara bertahap dan berkesinambungan.

12
3) Puskesmas/Ruang rawat dapat melakukan system regulasi
keperawatan yang jelas dan sesuai dengan standar, berupa
registrasi, sertifikasi, lisensi bagi perawatnya.
4) Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua
perawat berkaitan dengan etik dan hukum dalam keperawatan.
5) Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan
sesuai dengan standar praktek keperawatan.
6) Bidang keperawatan/ruangan dapat memberikan pembinaan
kepada perawat yang melakukan kelalaian.
7) Ruangan dan Puskesmas bekerjasama dengan organisasi profesi
dalam pembinaan dan persiapan pembelaan hukum bila ada
tuntutan dari keluarga.

Penyelesaian Kasus An.M dan kelalaian perawat diatas, harus


memperhatikan berbagai hal baik dari segi pasien dan keluarga, perawat
secara perorangan, Puskesmas sebagai institusi dan juga bagaimana padangan
dari organisasi profesi.

Pasien dan keluarga perlu untuk dikaji dan dilakukan testomoni atas
kejadian tersebut, bila dilihat dari kasus An.M bahwa keluarga telah meminta
kepada perawat untuk merujuk An.M ke Rumah Sakit. Ini menunjukkan juga
bentuk kelalaian atau ketidakdisiplinan dari pasien sehingga menyebabkan
An.M meninggal.

Segi perawat secara perorangan, harus dilihat dahulu apakah perawat


tersebut kompeten dan sudah memiliki Surat ijin perawat, atau lainnya sesuai
ketentuan perudang-undangan yang berlaku, apa perawat tersebut memang
kompeten dan telah sesuai melakukan praktek asuhan keperawatan pada
pasien dengan luka akibat kecelakaan, An.M. Tetapi bagaimanapun perawat
harus dapat mempertanggung jawabkan semua bentuk kelalaian sesuai aturan
perundangan yang berlaku.

Bagi pihak Puskesmas, harus juga memberikan penjelasan apakah


perawat yang dipekerjakan di Puskesmas tersebut telah memenuhi syarat-

13
syarat yang diperbolehkan oleh profesi untuk mempekerjakan perawat
tersebut. Apakah Puskesmas atau ruangan tempat An.M dirawat mempunyai
standar (SOP) yang jelas. Dan harus diperjelas bagaimana Hubungan perawat
sebagai pemberi praktek asuhan keperawatan dan kedudukan Puskesmas
terhadap perawat tersebut.

Bagi organisasi profesi juga harus diperhatikan beberapa hal yang


memungkinkan perawat melakukan kelalaian, organisasi apakah sudah
mempunyai standar profesi yang jelas dan telah diberlakukan bagi
anggotannya, dan apakah profesi telah mempunyai aturan hukum yang
mengikat anggotanya sehingga dapat mempertanggung jawabkan tindakan
praktek keperawatannya dihadapan hukum, moral dan etik keperawatan.

Keputusan ada atau tidaknya kelalaian/malpraktek bukanlah penilaian


atas hasil akhir pelayanan praktek keperawatan pada pasien, melainkan
penilaian atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan
oleh tenaga medis dibandingkan dengan standar yang berlaku.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk
dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada
unsur kelalaian.Dapat dikatakan bahwa kelalaian adalah melakukan
sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak
dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan.
Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan
yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama.
Kelalaian merupakan bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan
dalam pelanggaran etik dan juga dapat digolongan dalam pelanggaran
hukum, yang jeas harus dilihat dahulu proses terjadinya kelalaian tersebut
bukan pada hasil akhir kenapa timbulnya kelalaian. Harus dilakukan
penilaian terleih dahulu atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang
tidak dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan standar yang berlaku.
Sebagai bentuk tanggung jawab dalam praktek keperawatan maka
perawat sebelum melakukan praktek keperawatan harus mempunyai
kompetensi baik keilmuan dan ketrampilan yang telah diatur dalam profesi
keperawatan, dan legalitas perawat Indonesia dalam melakukan praktek
keperawatan telah diatur oleh perundang-undangan tentang registrasi dan
praktek keperawatan disamping mengikuti beberapa peraturan
perundangan yang berlaku.
Penyelesaian kasus kelalaian harus dilihat sebagai suatu kasus
profesional bukan sebagai kasus kriminal, berbeda dengan
perbuatan/kegiatan yang sengaja melakukan kelalaian sehingga
menyebabkan orang lain menjadi cedera, meninggal dan lain-lain. Disini
perawat dituntut untuk lebih disiplis saat kerja jangan asyik main

15
handphone, lebih hati-hati, cermat dan tidak ceroboh dalam melakukan
praktek keperawatannya, sehingga pasien terhindar dari kelalaian.

4.2. SARAN
1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan, hendaknya berpedoman
pada kode etik keperawatan dan mengacu pada standar praktek
keperawatan.
2. Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya
memahami dan mentaati aturan perundang-undangan yang telah
diberlakukan di Indonesia, agar perawat dapat terhindar dari bentuk
pelanggaran baik etik dan hukum.
3. Pemahaman dan bekerja dengan disiplin tidak memainkan handphone
pada saat tugas kerja, bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan,
menghindarkan bekerja dengan ceroboh, adalah cara terbaik dalam
melakukan praktek keperawatan sehingga dapat terhindar dari
kelalaian/malpraktek.
4. Puskesmas sebagai institusi pengelola layanan praktek keperawatan dan
asuhan keperawatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya
dengan pelaku/pemberi pelayanan keperawatan, sehingga dapat
diperjelas bentuk tanggung jawab dari masing-masing pihak.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37945876/Kasus_Kelalaian_Keperawatan.Diakses
pada tanggal 24 September 2019 pukul 18.17.

Aziz,Abdul. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi 2 , Volume 2. 2014.


( Jurnal.untad.ac.id ) Diakses pada tanggal 24 September 2019 pukul 18.46.

https://docplayer.info/69442006-Makalah-malpraktek-dalam-keperawatan.html.
Diakses pada tanggal 24 September 2019 pukul 21.19.

https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/ppgp0n459/diduga-perawat-
lalai-karena-main-emhandphoneem-pasien-meninggal. Diakses pada tanggal 24
September 2019 pukul 22.49

17

Anda mungkin juga menyukai