Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PASIEN SAFETY

KONSEP MANAJEMEN RESIKO PASIEN DI RUMAH SAKIT DAN HAZARD


DALAM KEPERAWATAN

DOSEN PENGAMPU : Ns. ELSA RAHMADANI ,S.Kep M.Kep

DISUSUN OLEH :

1. SEPTIANI
2. CHERY ANGELIA
3. OKTO MANGKUDILAGA
4. NETTY ANGGRAINI
5. DWI SUCI MELANTY
6. YOGA ARDIANSYAHPUTRA
7. DAFRIANDO PRAWIRA
8. M. FAHRI
9. YANGGA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (DIII)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU TAHUN AJARAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya juga lah, kami
dapat menyusun serta dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul "konsep
manajemen resiko pasien di rumah sakit dan hazard dalam keperawatan ".  Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah konsep dasar Keperawatan .

Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam


menyelesaikan makalah ini. Tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan.

Karena itu, kami mohon kritik serta saran, yang kiranya dapat membangun bagi kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang lebih baik lagi dan kami berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembacanya. Amin Ya robbal alamin.

Bengkulu, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................................5
1.4 Manfaat masalah.......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. MANAJEMEN PASIEN RESIKO PASIEN DI RUMAH SAKIT............................................5
B. Perencanaan...............................................................................................................................6
C. Variabel Pelaksanaan.................................................................................................................7
D. Monitoring dan Review.............................................................................................................8
E. Variabel Koordinasi...................................................................................................................8
F. HAZARD DALAM KEPERAWATAN....................................................................................8
G. Penilaian risiko..........................................................................................................................9
H. Pengendalian risiko..................................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
1. Kesimpulan..............................................................................................................................11
2. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
LAMPIRAN :......................................................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai sebuah industri di bidang kesehatan memiliki karakteristik tersendiri
yang serba padat, yaitu padat karya, padat modal, padat teknologi dan padat regulasi. Dengan
kondisi tersebut, tentunya rumah sakit tidak terlepas dari risiko terjadinya kesalahan dan
kecelakaan dalam melayani pasien. Untuk menjamin keselamatan pasien untuk
mencegahterjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), rumah sakit perlu menerapkan
upaya Manajemen Risiko. Manajemen risiko adalah upaya menganalisis sistem yang ada
terhadap potensi kesalahan untuk mencegah terjadinya insiden. Manajemen risiko merupakan
suatu usaha terorganisir untuk mengidentifikasi, menyusun prioritas risiko, menganalisis dan
mengurangi potensi risiko yang mungkin terjadi pada pasien, pengunjung, staff dan aset
organisasi.Manajemen risiko terintegrasi dengan proses-proses dalam organisasi. Proses
manajemen risiko menyediakan sebuah framework yang memfasilitasi pengambilan
keputusan yang lebih efektif.Dengan manajemen risiko, Rumah Sakit dapat menerapkan
suatu desain kebijakan untuk mencegah terjadinya Adverse Event/Kejadian yang Tidak
Diinginkan dalam,memberikan pelayanan kesehatan.. Dalam studi pendahuluan peneliti
melihat laporan evaluasi risiko yang dilaporkan masingmasing unit kepada Komite Mutu tiap
3 bulan sekali. Dalam manajemen risiko dikenal 5 jenis warna untuk mengkategorikan
peringkat risiko, yaitu merah (sangat tinggi), merah (tinggi), kuning (menengah), hijau
(rendah), dan hijau (sangat rendah). Ketika sebuah risiko diidentifikasi, perlu dilakukan
monitoring terhadap perkembangan status sebuah risiko dari satuan waktu tertentu ke satuan
waktu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) yaitu segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga medis yaitu faktor kimia
seperti ammonia, karbon monoksida, desinfektan, gas anastesi, hydrogen sulfida dan obat
berbahaya lainnya, sedangkan faktor biologi seperti parasit, virus flu babi, rabies,
tuberkulosis serta penyakit yang bersumber dari hewan (zoonosis), faktor fisik seperti
kebisingan, radiasi pengion, suhu, bahaya laser, debu, lantai licin, jarum suntik, pisau bedah
serta benda tajam lainnya, sedangkan untuk faktor ergonomis seperti keseleo, cedera
punggung pada saat mengangkat, menahan, dan merawat hewan serta faktor psikososial
seperti kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja/atasan dapat mengakibatkan
penyakit dan kecelakaan akibat kerja.Kecelakaan kerja dalam kedokteran hewan dapat terjadi
akibat beberapa potensi bahaya yang berada dalam lingkungan kerja, potensi bahaya yang
berada dalam lingkungan kerja dapat di identifikasi dengan menggunakan metode Hazard
Identification, Risk Assesment and Risk Analysis (HIRARC). HIRARC merupakan proses
untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan akibat kerja
sehingga dapat menggolongkan kategori potensi bahaya dengan risiko tinggi, sedang dan
rendah serta untuk memudahkan proses evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko rumah sakit?


2. Bagaimana caranya memanajemen risiko pasien di rumah sakit
3. Apa yang dimaksud dengan hazard dalam keperawatan?
4. Apa saja langkah-langkah dalam hazard keperawatan?

1.3 Tujuan Masalah

 Untuk mengetahui apa itu manajemen resiko rumah sakit


 Untuk mengetahui bagaimana caranya memanajemen risiko pasien didalam rumah
sakit
 Untuk mengetahui apa itu hazard dalam keperawatan
 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam hazard keperawatan

1.4 Manfaat masalah

Penulisan makalah ini ditujukan untuk para pembaca agar mengetahui dan memahami
bagaimana konsep memanajemen resiko pasien di Rumah Sakit dan hazard dalam
keperawatan agar dilakukan dilingkungan Rumah Sakit dan lingkungan sekitarnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN PASIEN RESIKO PASIEN DI RUMAH SAKIT

Manajemen resiko adalah upaya menganalisis sistem yang ada terhadap potensi kesalahan
untuk mencegah terjadinya insiden. Manajemen risiko merupakan suatu usaha terorganisir
untuk mengidentifikasi, menyusun prioritas risiko, menganalisis dan mengurangi potensi
risiko yang mungkin terjadi pada pasien, pengunjung, staff dan aset organisasi.

Pemberian perintah pelaksanaan manajemen risiko diberikan oleh Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien (KMKP) kepada setiap unit kerja yang ada di RSISA melalui Surat
Keputusan (SK) Direktur tentang Manajemen Risiko.Namun , Kurangnya komitmen Komite
Mutu dapat dilihat dari vakumnya manajemen risiko sejak pertengahan tahun 2014 dimana
pertemuan manajemen risiko tidak berjalan lagi, dan belum ada refresh sosialisasi atau
pelatihan manajemen risiko kembali setelah sosialisasi awal yang diadakan pertama kali sejak
dilaksanakan manajemen risiko.

B. Perencanaan

1. Proses perencanaan

Komite Mutu menyusun perencanaan manajemen risiko dengan masukan dari unit
kerja.Masukan tersebut meliputi daftar risiko, kemungkinan penyebab dan dampak,
skor dari masing-masing risiko dan penempatan status untuk masing-masing risiko.

2. Penentuan tujuan dan sasaran

Penyusunan tujuan dan dilakukan oleh Komite Mutu dengan bahan pertimbangan
dari hasil benchmarking, hasil pelatihan, ketentuan penilaian dari KARS serta
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan informasi perumahsakitan yang berkembang.
Sasaran manajemen risiko sejak awal pelaksanaan hingga tahun ke 3 masih sama,
yaitu pemantauan skor risiko, belum sampai pada tahap pemataan risikorumah sakit.

3. Akuntabilitas (penunjukkan)

Penanggung jawab di Quality Link and Safety Champion (QLSC) membantu


KMKP melaksanakan manajemen risiko di tiap unit. Penentuan QSLC dilakukan oleh
Komite Mutu. Komite Mutu menyusun siapa saja yang akan dijadikan QLSC di setiap
unit,
kemudian daftar usulan tersebut diajukan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan
dan Surat Keputusan. Unit kerja tidak dilibatkan dalam penentuan namanamayang
ditunjuk sebagai QLSC.

4. Penyusunan metode

Proses manajemen risiko proaktif di RSISA menggunakan tools yang disebut Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA adalah alat curah pendapat kelompok yang
mengidentifikasi dan memprioritaskan potensi risiko dalam suatu proses. FMEA
digunakan untuk menganalisa suatu sistem, bukan insiden. FMEA menghasilkan
suatu daftar prioritas risiko yang membantu memfokuskanperbaikan pada masalah
yang paling mendesak
.
5. Pengajuan anggaran dana dan
sarana prasarana

Kegiatan penganggaran dana dan sarana prasarana bagi Komite Mutu dialokasikan
untuk operasional manajemen risiko, sedangkan pada unit kerja dialokasikan untuk
keperluan redesign sistem untuk perlakuan risiko. Pengajuan anggaran dana dan
sarana prasarana dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu menggunakan RKA (Rencana
Kerja Tahunan) yang dibuat 1 tahun sekali atau menggunakan TOR/proposal yang
dibuat untuk permohonan pengajuan yang insidental sesuai kebutuhan.

C. Variabel Pelaksanaan

1. Sosialisasi dan Diklat

Manajemen Risiko Upaya yang dilakukan oleh Komite Mutu untuk memberikan
pengetahuan manajemen risiko hanya bersifat sosialisasi untuk share atau membagi
informasi yang Komite Mutu peroleh dari pelatihan. Jadi bukan bersifat pelatihan. Selain
sosialisasi lewat forum tersebut, Komite Mutu juga melakukan menggunakan media
jaringan internal rumah sakit yaitu IT-Blog, majalah dinding dan leaflet. Sosialisasi-
sosialisasi tersebut dilaksanakan pada saat awal pelaksanaan manajemen risiko tahun
2014. Namun setelah 3 tahun berjalan, belum dilaksanakan sosialisasi kembali untuk me-
refresh materi manajemen risiko. Semua informan sepakat bahwa sosialisasi yang
diberikan belum efektif. Untuk mengetahui efektivitas sosialisasi yang pernah dilakukan,
peneliti mencoba memberikan pertanyaan kepada 3 informan dari unit kerja mengenai
pengetahuan dasar manajemen risiko. Dari 3 orang tersebut, hanya 1 orang yang mampu
memberikan jawaban yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan
belum efektif karena pengetahuan staff mengenai manajemen risiko masih rendah.

2. Distribusi SOP

Panduan sudah disebarkan kepada semua unit kerja, namun terdapat keraguan dari
Komite Mutu apakah panduan yang diberikan ke unit-unit masih disimpan atau tidak oleh
unit. Observasi peneliti juga melihat bahwa 1 dari 3 unit lupa dimana meletakkan
panduan tersebut. Dan juga, panduan yang ada jarang dibaca oleh staff. Hal ini
disebabkan karena penyimpanan dokumen kurang accessible dan kurangnya peran QLSC.

3. Realisasi dana dan sarana


Prasarana

Dana yang turun tidak berupa nominal, namun langsung berupa sarana prasarana yang
dibutuhkan. Jika pengajuan berupa fisik gedung atau alat, disposisi membutuhkan waktu
yang cukup lama

4. Pelaksanaan proses

Saat ini, pelaksanaan manajemen risiko belum sepenuhnya terintegrasi di semua


proses organisasi. Dulu pada saat awal pelaksanaan, menurut Ketua Komite Mutu sudah
cukup bagus
integrasi pelaksanaannya, karena KMKP benar-benar gencar mendorong
pelaksanaannya untuk kepantingan akreditasi. Namun saat ini sudah sedikit melemah.
QLSC sering tidakmeneruskan informasi kepada staffstaff di bawahnya. Juga ada
kecenderungan dari para staff untuk menutup diri, kurang penyambutan terhadap
program-program KMKP. Dan juga masih adanya stigma budaya blamming sehingga ada
ketakutan dari staff untuk terbuka dalam menyampaikan informasi terkait insiden dan
risiko.
Dari segi proses, FMEA yang memiliki proses yang panjang, dan berulang
memberikan kesulitan dari segi waktu dan dana karena tentunya membutuhkan dana yang
tidak sedikit. Dari segi SDM, ada ketergantungan unit kepada KMKP, sehingga risiko
yang diantisipasi hanya bisa 1 risiko dalam 1 tahun.

D. Monitoring dan Review

Kendala yang ada dalam proses monitoring adalah kepatuhan pelaporan yang masih
rendah dilihat dari masih banyak unit yang terlambat memberikan laporan, masih ada
copy-paste dari laporan sebelumnya. Tidak dilakukan peninjauan terhadap perubahan
status risiko dari periode ke periode oleh KMKP untuk kepentingan pembelajaran. Karena
adanya pola pikir untuk sekedar menjalankan program saja, tidak mengembangkan
budaya dan value untuk pembelajaran ke depan dan perbaikan sistem. Dari sisi unit kerja
mengeluhkan beban kerja yang bertambah.

E. Variabel Koordinasi

Pemberian arahan dilakukan melalui pertemuan manajemen risiko yang dilaksanakan


setiap 3 bulan sekali. Ada sesi konsultasi untuk memfasilitasi unit kerja dalam
meningkatkan pemahaman. Sesi konsultasi bersifat by request. Jika unit tidak meminta,
maka tidak ada sesi konsultasi

F. HAZARD DALAM KEPERAWATAN

1. Identifikasi bahaya

Identifikasi bahaya adalah suatu proses yang dikendalikan oleh manajemen


dengan menilai hasil dari proses identifikasi dan menentukan apakah tindakan
dilakukan dengan segera dengan bahaya yang terjadi.
 Bahaya Fisik merupakan faktor di dalam tempat kerja yang memengaruhi
proses kerja dan dapat merugikan. Bahaya fisik yang ditemukan seperti
permukaan lantai licin berada diruangan perawatan yang dapat membuat
petugas terpeleset, tergores/tertusuk jarum suntik, kabel listrik berserakan
sehingga berisiko terhadap petugas untuk tersandung dan kesetrum.
 Bahaya biologi berasal dari kontaminasi jamur/bakteri/virus saat petugas
melakukan tindakan dengan bersentuhan langsung dengan pasien tanpa
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sehingga dapat menimbulkan
penyakit.
 Bahaya kimia merupakan paparan yang terjadi pada pekerja dengan berbagai
macam bahan yang mengandung racun dengan paparan terjadi dalam kondisi
kerja normal yang berdampak pada efek yang merugikan. Identifikasi bahaya
kimia yang ditemukan pada rumah sakit yang dapat berisiko untuk
menyebabkan bahaya kerja dari penggunaan produk yang berasal dari bahan
kimia yaitu sabun yang digunakan pada unit perawatan yang menyebabkan
tangan petugas menjadi kering dan terkelupas setelah menggunakan sabun
untuk memandikan pasien serta penggunaan desinfektan setelah melakukan
tindakan pada pasien yang dilakukan secara terus menerus.
 Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang menghubungkan pekerja dengan
semua aspek pekerjaan dan lingkungan kerja. Bahaya ergonomi yang telah
diidentfikasi yang berasal dari kurangnya kebutuhan luas ruang kerja sehingga
memengaruhi petugas dalam bergerak dan penempatan kandang yang dalam
ruang kerja juga berpengaruh untuk mempersempit ruang gerak petugas dalam
hal ini dapat menyebabkan risiko untuk tersandung kandang saat melakukan
kegiatan di ruang tersebut, untuk potensi bahaya ergonomi lainnya letak antara
ruang tindakan dan tempat persiapan alat kerja cukup jauh sehingga membuat
petugas bolak balik untuk mengambil peralatan yang tertinggal,
 Bahaya Psikososial merupakan bahaya pekerjaan yang memengaruhi
kesejahteraan psikologis pekerja termasuk kemampuan untuk berpartisipasi
dalam lingkungan kerja diantara orang lain. Berdasarkan identifikasi bahaya
yang dilakukan pada rumah sakit ditemukan bahwa terdapat beberapa keluhan
klien dengan masalah kualitas pelayanan penanganan pasien yang dapat
memengaruhi

G. Penilaian risiko

Penilaian risiko adalah analisis sistematis untuk mengidentifikasi atau mengukur


frekuensi atau probabilitas dan besarnya kerugian kepada penerima karena
paparan bahaya (fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial) kegagalan yang
melibatkan peristiwa terhadap manusia

H. Pengendalian risiko

Menurut Department of Occupational Safety and Health Ministry Of Human


Resources Malaysia (2008) bahwa pengendalian terhadap bahaya dilingkungan
kerja adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau
mengeliminasi risiko kecelakaan kerja dengan tahap-tahap yang ada seperti
Eliminasi, Subtitusi, Engineering control, Administratif control dan Alat
Pelindung Diri (APD).
Dari tahapan pengendalian risiko yang ada, hanya ada 3 jenis pengendalian risiko
yang dapat dilakukan yaitu

 Pengendalian Teknik (Engineering control)

Pengendalian risiko dengan tahapan rekayasa/ engineering merupakan


upaya yang dilakukan dengan menurunkan tingkat risiko dengan
mengubah desain tempat kerja, menghilangkan atau mengganti, otomasi,
hambatan, penyerapan dan pengenceran. Pengontrolan bahaya digunakan
untk mengurangi efek berbahaya dari bahaya dengan pengontrolan jenis
terbaik untuk digunakan adalah pengendalian teknik yang membawa
bahaya jauh dari sumbernya.Pengendalian risiko yang dapat digunakan
yaitu dengan menambahkan karpet karet anli slip di lantai. Pada saat
memandikan pasien petugas berisiko untuk tergelincir sehingga berisiko
untuk terjatuh dan mengalami kecelakaan ketika kerja. Penggunaan karpet
karet anti slip pada area lantai yang mudah licin untuk mengurangi petugas
tergelincir di lantai, penggunaan karpet karet tersebut diletakkan di lantai
yang berada di area memandikan pasien seperti lantai sekitar bath-tub dan
dalam bath-tub. Dengan ditambahkan karpet karet anti slip di sekitar
tempat memandikan pasien dapat memudahkan petugas untuk berjalan
tanpa adanya rasa khawatir serta menghindari petugas untuk cedera.

 Pengendalian secara administrasi (Administratif Control)

Pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi risiko yang dapat


menyebabkan kecelakaan kerja dengan upaya pengontrolan berkaitan
dengan prosedur, instruksi kerja dan panduan-panduan termasuk pelatihan
dan pendidikan

 Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) alat


pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahaya (hazard) di tempat kerja baik bersifat kimia, biologis,
radiasi, elektrik, mekanik dan lainnya. Penggunaan alat pelindung diri
untuk tenaga kesehatan sesuai dengan rekomendasi National Association
of State Public Health Veterinarians dengan alat pelindung diri (APD)
yaitu sarung tangan (Gloves), pelindung wajah, pelindung saluran
pernapasan, pakaian pelindung (pakaian laboratorium dan non steril), alas
kaki dan penutup kepala.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Pelaksanaan manajemen risiko masih memiliki banyak kendala baik dari segi
SDM, dana, waktu dan proses..
2. Monitoring dan review terhadap pelaksanaan manajemen risiko masih banyak
keterlambatan dan copy-paste laporan, serta belum ada peninjauan dan pengkajian
terhadap risiko untuk pembelajaran ke depan.
3. Perbaikan berkelanjutan sudah dilaksanakan dengan baik, hanya saja, masih ada
ketergantungan unit kepada KMKP sehingga hanya bisa melakukan 1 redesign
system untuk 1 risiko tiap tahun.
4. Koordinasi kurang optimal karena tidak ada komunikasi terintegrasi dengan
seluruh QLSC karena pertemuan manajemen risiko vakum, media publikasi
vakum, komunikasi person to person kurang ideal untuk pembelajaran.
5. Bahaya kerja secara umum meliputi bahaya terkaman dari pasien yang dapat
membahayakan petugas, permukaan lantai licin, tergores/tertusuk jarum suntik,
kabel listrik berserakan, kontaminasi jamur/bakteri/virus saat petugas melakukan
tindakan dengan bersentuhan langsung dengan pasien tanpa menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), penggunaan produk-produk rumah sakit berbahan kimia,
kurangnya kebutuhan luas ruang kerja dan keluhan klien terkait pelayanan rumah
sakit.

2. Saran

1. Mengaktifkan kembali pertemuan manajemen risiko sebagai wadah diskusi.2


2. Pembagian jabatan yang jelas dalam struktur kerja KMKP agar pelaksanaan
kegiatan tidak tergantung pada kesibukan Ketua.
3. Panduan perlu dibuat lebih operasional.
4. Dilakukan sosialisasi kembali untuk refresh materi dan menyamakan persepsi.
5. KMKP perlu mengkaji, meninjau dna me-review setiap perubahan status risiko
yang dilaporkan unit agar risiko benar-benar terpantau.
6. menyediakan tenaga Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) sesuai standard
melalui pelatihan K3RS yang tersertifikasi, menyediakan fasilitas Alat Pelindung
Diri (APD) sesuai standar yang berlaku dan penyediaan SOP mengenai
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di setiap unit kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Menkes RI. UU RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Peraturan Menteri


Kesehat tentang Rumah Sakit [Internet]. 2009;1– 24. Available from:
http://dapp.bappenas.go.id

2. Joint Commission International. Joint Commission International Accreditation


Standards for Hospital. Assessment. 2008. 1- 125 p.

3. Donahue KT, Yen J. Joint Commission International. Vol. 23, The Joint
Commission
1. journal on quality improvement. 1997. 71 p.

2. Susilo LJ, Kaho VR. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 untuk Industri
Nonperbankan. Jakarta: PPM; 2011.
3. Kavaler F, Spiegel AD. Risk Management in Health Care Institutions : A Strategic
Approach 2nd Ed. Jones and Bartlett Publishers; 2003

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

5. Rood, K. A., Pate, M. L. 2018. Muskoskeletal injury assesment related to


palpation, infection control practices and zoonotic risk among clinical
veterinarians. Agromedicine Journal, Volume 26 Pages 1-11.

6. Tweedy, J. T. 2005. Healthcare Hazard Control and Safety Management. CRC


Press : New York.

7. Rogers, B. 2018. Health Hazard in Animal Care. Occupational and Enviromental


Medicine, Volume 75. BMJ Journal : London.

8. Spurlock, B. 2018. Physical Hazards of the Workplace. CRC Press : New York.

9. Kozak, A., Schedlbauer, G., Peters, C., Nienhaus, P. 2014. Self-reported


muscuskeletal disease in the distal upper extremities and neck of the German
Veterinarian : a cross-sectional study. Canadian Veterinary Journal. PLOS :
Germany
LAMPIRAN :

Pembuatan makalah ini kami mengambil bahan isi dar dua jurnal yang memiliki biodata
sebagai berikut :

1. Jurnal yang pertama:

Judul : Analisis Pelaksanaan Manajemen Risiko di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang
Penulis : Rachmawati Yulianingtyas, Putri Asmita Wigati , Anneke Suprawati
Jurnal :Kesehatan Masyarakat
Volume : 4
Nomor : 4 (ISSN 235-3346)
Tahun : Oktober 2016
Halaman : 122-128

2. Jurnal yang kedua:

Judul : Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control serta risk mapping
pada Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi Universitas Gajah Mada
Penulis : Pertiwi, Yudha Nurhantari, Santosa Budihardjo
Jurnal : BKM Journal of Community Medicine and Public Health
Volume : 35
Tahun : 2019
Halaman : 55-64

Anda mungkin juga menyukai