Anda di halaman 1dari 2

Teori Hubungan Interpersonal Hildegard Peplau

Teori Hubungan Interpersonal Hildegard Peplau menekankan hubungan perawat-klien sebagai dasar
dari praktik keperawatan. Ini menekankan memberi-dan-menerima hubungan perawat-klien yang
dipandang oleh banyak orang sebagai revolusioner. Peplau kemudian membentuk model
interpersonal yang menekankan perlunya kemitraan antara perawat dan klien sebagai lawan dari
klien yang secara pasif menerima perawatan dan perawat secara pasif menjalankan perintah dokter.

Empat komponen teori tersebut adalah person , yaitu organisme berkembang yang berusaha
mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh kebutuhan; lingkungan , yang terdiri dari kekuatan-
kekuatan yang ada di luar pribadi dan diletakkan dalam konteks budaya; kesehatan , yang
merupakan simbol kata yang menyiratkan gerakan maju kepribadian dan keperawatan , yang
merupakan proses interpersonal terapeutik penting yang berfungsi secara kooperatif dengan proses
manusia lainnya yang memungkinkan kesehatan bagi individu dalam komunitas.

Model keperawatan mengidentifikasi empat fase berurutan dalam hubungan interpersonal:


orientasi , identifikasi , eksploitasi , dan resolusi .

Peplau mengidentifikasikan 4 fase dari hubungan perawat dan klien yaitu orientasi, identifikasi,
eksploitasi dan resolusi (Aligood & Tomey, 2010).

1. Fase Orientasi
Fase orientasi di mulai diawal pertama sekali perawat dan klien bertemu dimana perawat
berperan sebagai orang asing bagi klien. Perawat harus menempatkan klien dengan penuh
perasaan dan secara sopan serta menerima klien apa adanya agar terciptanya hubungan
saling percaya.

2. Fase Identifikasi
Setelah terbina hubungan saling percaya pada fase orientasi, perawat melanjutkan asuhan
keperawatan ke fase identifikasi. Pada fase ini perawat melakukan pengkajian mengenai
tumbuh kembang psikososial dari ciri-ciri perkembangan usia anak sekolah, stimulasi
perkembangan aspek motorik, kognitif, bahasa, emosi, moral, kepribadian, spiritual, dan
aspek psikososial serta melakukan pengakajian kemampuan perilaku asertif. Pada tahap
identifikasi ini peran perawat adalah melakukan atau bertindak sebagai fasilitator yang
memfasilitasi ekspresi perasaan klien serta melaksanakan asuhan keperawatan.

Karakteristik klien

 Secara fisik anak perempuan lebih cepat mengalami pertumbuhan dibandingkan


dengan anak laki-laki.
 Anak bungsu memiliki karakteristik yaitu merasa aman, percaya diri, spontan,
bersifat baik, murah hati, manja, tidak matang, kepribadfian terbuka, memiliki
kemampuan berempati, merasa tidak mampu dan rendah diri, memusuhi
saudaranya yang lebih tua, iri hati, tidak bertanggung jawab dan bahagia (Hurlock,
2008).
3. Fase Eksploitasi
Perawat memandu pasien dalam penggunaan layanan kesehatan. Fase kerja terjadi selama
tahap eksploitasi. Intervensi keperawatan (pertukaran informasi dan perawatan)
diimplementasikan pada fase ini. Hubungan terapeutik memungkinkan perawat dan pasien
untuk berkolaborasi bersama selama fase eksploitasi. Pasien menggunakan kekuatan dan
sumber dayanya untuk mendapatkan kembali kontrol dan mengembangkan solusi (Peplau,
1997; Sheldon, 2014; Bello, 2017).
4. Fase Resolusi
Pada model interpersonal Peplau, fase resolusi merupakan fase akhir dari hubungan
interpersonal perawat dan klien. Pada tahap ini, perawat mengevaluasi kemampuan klien
dalam mengaplikasikan latihan yang diajarkan oleh perawat (Alligood, 2014).
Ini juga mencakup tujuh peran keperawatan: Peran Orang Asing, Peran Sumber Daya, Peran
Pengajaran, Peran Konseling, Peran Pengganti, Kepemimpinan Aktif, dan Peran Pakar Teknis

Anda mungkin juga menyukai