Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Tentang
Pemeriksaan Fisik
Disusun Oleh :
Ghina Warozan
19010656
S1 Keperawatan
Semester 2

Dosen Pengampus : NS. Riski Dian Ardianti, S.Kep

Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES)

Bumi Persada

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pemeriksaan Fisik”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi besar alam, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah
ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Dasar Keperawatan
II.

Dengan harapan makalah “Pemeriksaan Fisik” ini bisa menambah


pengetuahuan, menambah wawasan dan mendatangkan manfaat.

Saya menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh


dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah yang bersangkutan guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Aamiin.

Lhokseumawe, 24 Maret 2020

2
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................1

Kata Pengatar ................................................................................................2

Daftar Isi ........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4

A. Latar Belakang ..........................................................................................4

B. Rumusan Masalah .....................................................................................4

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................5

A. Definisi Pemeriksaan Fisik.........................................................................5

B. Tujuan dan Manfaat dari Pemeriksaan Fisik............................................5

C. Metode dan Teknik Pemeriksaan Fisik.....................................................6

D. Tanda-tanda Vital ......................................................................................7

E. Pemeriksaan Head to Toe............................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................25

A. Kesimpulan................................................................................................25

B. Saran ..........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari


seorang ahli medis dalam  memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam
medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis
dan perencanaan perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari


bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik,


ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah
daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik ?
2. Apa saja teknik atau metode yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik?
3. Apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana
pemeriksaannya?
4. Apa yang dimaksud dengan head to toe?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan pemeriksaan fisik.
2. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik
3. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan head to toe dan bagaimana
pemeriksaan head to toe.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya


memeriksa tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan
atau tanpa alat untuk tujuan mendapatkan informasi atau data yang
menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.

Adapun definisi Pemeriksaan Fisik menrut para ahli diantaranya adalah :

1. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai


ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi
objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut. ( Potter dan Perry, 2005 ).
2. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh
data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan
hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010 ).
3. Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan
cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi). ( Raylene M Rospond,2009; Terj D.
Lyrawati,2009 ).

B. Tujuan dan Manfaat dari Pemeriksaan Fisik

1. Tujuan Pemeriksaan Fisik .

Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:

5
a) Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
b) Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan.
c) Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
d) Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien
dan penatalaksanaan.
e) Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

2. Manfaat Pemeriksaan Fisik

a) Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose


keperawatan.
b) Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
c) Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
d) Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

C . Metode dan teknik pemeriksaan fisik

a) Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan
saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum
mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian
maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal
atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperti
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain (Laura A.Talbot dan
Mary Meyers, 1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan
(mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)

Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,


warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/
pembengkakan. setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau
tangan (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).

6
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera
peraba; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau
organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan
penonjolan.(Dewi Sartika,2010)

Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan,


vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

c) Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan


permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu
dalam penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya
(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian


permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh
lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan (Dewi Sartika,
2010).

d) Auskultasi

Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang


ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh (Laura
A.Talbot dan Mary Meyers,6666 1997).

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara


mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi
Sartika, 2010)

D. Tanda – Tanda Vital

Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam
memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan
mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Penggunaan
tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons
terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan

7
keperawatan. Hal ini sangatlah penting sehingga disebut tanda – tanda
vital.

Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:

1. Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas


2. Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah
3. Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai
program
4. Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif
5. Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah
6. Saat keadaan umum klien berubah
7. Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.
8. Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi
tanda – tanda vital
9. Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik
10. Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam
tubuh.

E. Pengertian Pemeriksaan Head To Toe

            Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji


bagian tubuh pasien baik secara lokal atau  (head to toe) guna
memperoleh informasi/data dari keadaan pasien secara komprhensif 
untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun kedokteran.

            Tujuan dari pemeriksaan head to toe adalah untuk mencari


masalah keperawatan, untuk menegakkan/merumuskan diagnose
keperawatan /kedokteran, dan untuk membantu proses rencana
keperawatan dan pengobatan.

            Adapun prosedur tindakan dari pemeriksaan fisik secara head to


toe yaitu setiap Tahap-tahap pemeriksaan fisik harus dilakukan secara
urut dan menyeluruh dan dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:

1. Kulit, rambut dan kuku.


2. Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut.
3. Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP
4. Dada : jantung dan paru.
5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam.

8
6. Genetalia.
7. Kekuatan otot /musculosekletal.
8. Neurologi.

1. Pemeriksaan Kulit, Rambut Dan Kuku


a) Kulit

        Pemeriksaan kulit bertujuan untuk mengetahui turgor kulit dan


tekstur kulit, serta untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka.
Tindakan yang dilakukan dalam pemeriksaan kulit yaitu dengan
cara:
1) Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna
kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.
2) Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak,
tekstur : kasar /halus, suhu : akral dingin atau hangat.

b) Rambut

        Pemeriksaan rambut bertujuan untuk mengetahui warna,


tekstur dan percabangan pada rambut serta untuk mengetahui
mudah rontok dan kotornya rambut. Tindakan yang dapat
dilakukan dalam pemeriksaan rambut yaitu dengan :        
1) Inspeksi: disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,
bercabang.
2) Palpasi: mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus.

c) Kuku

        Pemeriksaan kuku bertujuan untuk mengetahui keadaan kuku:


warna dan panjang dan untuk mengetahui kapiler refill. Tindakan
yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan kuku yaiu dengan cara :
1)  Inspeksi: catat mengenai warna : biru: sianosis, merah:
peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia pada
kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe.
2)  Palpasi: catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik
kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.

2. Pemeriksaan Kepala

9
     Pemeriksaan kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi
kepala serta untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala. Tindakan
yang apat dilakukan dalam pemeriksaan kepala yaitu dengan cara:

a) Inspeksi: Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau


misal lebih condong ke kanan atau ke kiri itu menunjukan ada
parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
b)  Palpasi: Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri
dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.
3. Pemeriksaan Mata

           Pemeriksaan mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi


mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata) dan untuk
mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata. Tindakan yang
dapat dilakukan dalam pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan cara:

a) Inspeksi : Kelopak mata ada radang atau tidak, kesimetrisan kanan


dan kiri, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera:
merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada
hepar, pupil: isokor kanan atau kiri (normal), miosis/mengecil, pin
point/sangat kecil (suspek SOL),  medriasis/melebar/dilatasi (pada
pasien sudah meninggal).
b) Inspeksi Gerakan Mata
1) Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
2) Amati adanya nistagmus atau gerakan bola mata ritmis
(cepat/lambat).
3) Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada
yang deviasi.
4) Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda,
dan jaga posisi kepala pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8
arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
c) Inspeksi Medan Pengelihatan
1) Berdirilah didepan pasien.
2) Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata
yang tidak di periksa.
3)  Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan
memfokuskan pada satu titik pandang, misal: pasien disuruh
memandang hidung pemeriksa.

10
4) Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan
hidung pemeriksa kemudian tarik atau jauhkan kesamping
ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik
mana benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh
melirik untuk hasil akurat).
d) Pemeriksaan Visus Mata
1) Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar).
2)  Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu,
misal 5 meter (sesuai kebijakkan masing ada yang 6 dan 7
meter).
3) Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan
jelas.
4) Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri.
5)  Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca
dari huruf yang terbesar sampai yang terkecil yang dapat
dibaca dengan jelas oleh pasien.
6) Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.

e) Palpasi

Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan


intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien
glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri tekan.

4. Pemeriksaan Hidung

         Pemeriksaan hidung bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi


hidung serta untuk mengetahui adanya inflamasi/sinusitis. Tindakan yang
dapat dilkakukan dalam pemeriksaan yaiu dengan cara:

a) Inspeksi: melihat kesimetrisan hidung, melihat ada atau tidak


inflamasi, dan secret.
b) Palpasi: apakah ada nyeri tekan, massa.
5. Pemeriksaan Telinga

        Pemeriksaan telinga bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga


luar, saluran telinga, gendang telinga dan untuk mengetahui fungsi
pendengaran. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara:

a) Inspeksi dan Palpasi telinga baik luar dan dalam

11
Telinga Luar:

1) Inspeksi: melihat kesimetrisan daun telinga, warna, ukuran,


bentuk, kebresihan, adanya lesy.
2)  Palpasi: menekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan
kelenturan kartilago.

                     Telinga Dalam:

                       Untuk dewasa : daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat

                       Untuk anak     : daun telinga ditarik kebawah

b) Pemeriksaan Pendengaran
1) Pemeriksaan dengan Bisikan
a. Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada
jarak 4-6 m.
b. Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu
telinga yang tidak diperiksa.
c. Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”.
d. Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar.
e. Melakukan pemeriksaan telinga yang satu.
f. Bandingkan kemempuan mendengar telinga kanan dan kiri.
2) Pemeriksaan dengan Arloji
a. Mengatur susasana tenang.
b. Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
c. Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak
arloji.
d. Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi
telinga dan suruh pasien menyatakan tak mendengar lagi.
e. Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
3) Pemeriksaan dengan Garpu Tala
a. Tes Rinne
1. Pegang garpu tala (gt) pada tangkainya dan pukulkan
ketelapak tangan.
2. Letakkan gt pada prosesus mastoideus klien.
3. Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa
sewaktu tidak merasakan getaran.

12
4. Kemudian angkat gt dengan cepat dan tempatkan
didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan posisi
parallel dengan daun telinga.
5. Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara
atau tidak.
6. Mencatat hasil pemeriksaan.

b. Tes weber
1. Pegang gt pada tangkainya dan pukulkan pada telapak
tangan atau  jari.
2.    Letakkan tangkai gt di tengah puncak kepala/os.
Frontalis atas.
3.   Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas
antara telinga kana dan kiri atau hanya jelas pada satu sisi
saja.
4.  Mencatat hasil pemeriksaan.
c. Tes Swebeck

           Digunakan untuk mengetahui atau membandingkan


pendengaran pasien dengan pemeriksa, dengan cara
mendekatkan gt pada telinga klien kemudian dengan cepat
di dekatkan ke telinga pemeriksa.

4) Pemeriksaan Mulut dan Faring

       Pemeriksaan mulut dan faring bertujuan untuk mengetahui


bentuk dan kelainan pada mulut dan untuk mengetahui
kebersihan mulut. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara;

a. Inspeksi: melihat dan mengamati bibir apa ada kelainan


kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan,
kelembaban, pembengkakkan, lesi. mengamati jumlah
dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan
kebersihan gigi
a) Cara inspeksi mulut dalam dan  faring:
Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa:
tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi.
b)  Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi.

13
c) Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah
dibungkus kassa steril, kemudian minta klien
menjulurkan lidah dan berkata “ah”  amati
ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati
tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
b. Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan
apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan
jari telunjuk dengan memekai handscond, kemudian
suruh pasien mengatakan kata “el”  sambil menjulurkan
lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah
dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu. catat
apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.
5) Pemeriksaan Leher

    Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan struktur


integritas leher, untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang
berkaitan,dan untuk memeriksa sistem limfatik. Pemeriksaanya
dapat dilakukan dengan cara

a. Inspeksi: melihat dan mengamati mengenai bentuk,


warna kulit, jaringan parut, ada atau tidaknya
pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan ada atau
tidaknya massa, kesimeterisan leher dari depan, belakang
dan samping kanan dan kiri.
b.  Palpasi: letakkan kedua telapak tangan pada leher klien,
suruh pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid
(kaji ukuran, bentuk, permukaanya.).
6) Pemeriksaan Dada ( Thorax )

     Pemeriksaan  paru/pulmonalis bertujuan untuk mengetahui


bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru, frekuensi, irama
pernafasan, adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan,
edema, taktil fremitus, batas paru dengan organ disekitarnya,
dan untuk mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran
udara. Pemeriksaan dilakukan dengan cara:

14
a. Inspeksi: Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri, amati
adanya retraksi interkosta, amati gerakkan paru, dan
amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
b. Palpasi Ekspansi Paru:
a) Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan
pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien
menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru kiri
dan kanan.
b)  Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada
garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari
kanan dan kiri di dekatkan jangan samapai 
menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5
cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas
dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau
tidak.
c. Palpasi Taktil Vremitus Posterior dan Anterior:
a) Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada
tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi
posterior) .
b) Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata
“Sembilan-sembilan” (nada rendah).
c)  Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata
tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi
ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau
setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
d) Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru.
e) Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah.
f)  Ulangi/lakukkan pada dada anterior.             
d. Pe/Perkusi
a) Atur pasien dengan posisi supinasi
b) Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu
kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas paru
ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru,
batas paru hepar dan jantung: redup)
c) Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
e. Aus/auskultasi

15
a) Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell
pada anak.
b) Letakkan stetoskop pada interkostalis,
menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan
kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas:
vesikuler/wheezing/creckels
7) Pemeriksaan Jantung/Cordis

          Pemeriksaan Jantung/Cordis dapat dilakukan dengan


cara:

a. Inspeksi: Amati denyut apek jantung pada area midsternu


lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
b.  Palpasi: Merasakan adanya pulsasi
a) Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk
menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-2 kiri
letak pulmonal kiri.
b) Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui
area trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi.
c) Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm
ke garis midklavicula kiri dimana akan ditemukkan
daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal
impuls) temukkan pulsasi kuat pada area ini.
d) Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area
epigastika atau dibawah sternum.
c. Perkusi
a) Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan
batas jantung bagian kiri.
b)  Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk
mengetahui batas jantung kanan.
c)  Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas
dan bawah jantung.
d)  Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada
daerah perkusi.
d.  Auskultasi
a) Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya
saat ekspirasi selesai.

16
b) Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop
pada interkostalis ke-5 sambil menekan arteri carotis.
 Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi
dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
 Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi
meutupnya katub semilunaris (aorta dan
pulmonalis) pada saat diastolic.
 Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-
CEE…”  S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.
8) Pemeriksaann Perut atau Abdomen

      Pemeriksaann perut atau abdomen bertujuan untuk


mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut, untuk
mendengarkan bunyi pristaltik usus, dan untuk mengetahui
respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen. Tindakan yang
dapat dilakukan dalam pemeriksaan perut atau abdomen yaitu
dengan cara:

a. Inspeksi: Amati bentuk perut secara umum, warna kulit,


adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan,
adanya asites.
b. Palpasi :
a)  Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan
respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada
abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata
sesuai kuadran.
b) Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam
seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2
tangan.
9)  Pemeriksaan Hepar

   Pemeriksaan hepar dilakukan dengan cara:

a. Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari


keatas pada bagian hipokondria kanan, kira;kira pada
interkosta ke 11-12.

17
b. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm,
rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.

10) Pemeriksaan Limpa


 Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
a. Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada
bawah interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas
dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya
limpa.
b. Pada orang dewasa normal tidak teraba.

11) Pemeriksaan Renalis

        Pemeriksaan renalis dapat dilakukan dengan cara:

a. Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan


bawah perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan.
b. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal
1-2 di bawah kosta kiri.
c.  Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba
adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon
nyeri.

12)  Pemeriksaan  Genetalia

       Pemeriksaan  Genetalia bertujuan untuk mengetahui


adanya lesi, untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea,
shipilis, dll), dan untuk mengetahui kebersihan genetalia.
Tindakan yang dilakukan dalam pemeriksaan genetalia
yaitu dengan cara:

a. Genetalia laki-laki
a) Inspeksi: Amati penis mengenai kulit, ukuran dan
kelainan lain. Pada penis yang tidak di sirkumsisi
buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi,
amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati
bentuk dan ukuran
18
b)  Palpasi: Tekan dengan lembut batang penis untuk
mengetahui adanya nyeri dan tekan saluran sperma
dengan jari dan ibu jari.

b.  Genetalia wanita:
a) Inspeksi: Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis
merata atau tidak, amati adanya lesi, eritema,
keputihan/candidiasis
b) Palpasi: Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari
oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan clitoris,
selaput dara, orifisium dan perineum.

13) Pemeriksaan Rektum dan Anal

       Pemeriksaan Rektum dan Anal bertujuan untuk


mengetahui kondisi rectum dan anus, untuk mengetahui
adanya massa pada rectal, dan untuk mengetahui adanya
pelebaran vena pada rectal/hemoroid. tindakan yang dapat
dilakukan dalam pemeriksaan rektum dan anal ini yaitu
dengan memposisi kanpria sims/ berdiri setengah
membungkuk, wanita dengan posisi litotomi/ terlentang kaki
di angkat dan di topang.

a. Inspeksi: jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji


adanya lesi dan ulkus.
b. Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke
rectal dan rasakan adanya nodul dan atau pelebaran vena
pada rectum.

14) Pemeriksaan Muskuloskeletal

      Pemeriksaan Muskuloskeletal bertujuan untuk


memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
serta untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan
gangguan-gangguan pada daerah tertentu. Tindakkan yang
dapat dilakukan dalam pemeriksaan muskuloskeletal
adalah:

19
a. Muskuli/otot
a) Inspeksi:  Inspeksi mengenai ukuran dan adanya
atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
perbedaan dengan meteran).
b)  Palpasi: Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot
kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan
kontraksi tiba-tiba.
c)  Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien
menarik atau mendorong tangan pemeriksa dan
bandingkan tangan kanan dan kiri.
d)  Amati kekuatan suatu otot dengan memberi
penahanan pada anggota gerak atas dan bawah, suruh
pasien menahan tangan atau kaki sementara
pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang
terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
b. Tulang/ostium
a) Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
b) Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
pembengkakan
c.  Persendiaan/articulasi
a)  Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya
kelainan sendi.
b)  Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.
c) Kaji range of  mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi,
rotasi, fleksi-ekstensi, dll).

15) Pemeriksaan Sistem Neurologi

  Pemeriksaan sistem neurologi bertujuan untuk


mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi
fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek. Tindakkan
yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan sistem neurologi
yaitu dengan cara:

a. Pengkajian 12 syaraf cranial(O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)


a)  Olfaktorius/penciuman

20
 Yaitu dengan meminta pasien membau atau mencium
aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak
menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.

b) Opticus/pengelihatan
Yaitu dengan meminta kilen untuk membaca bahan
bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas
atau tidaknya.
c) Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil
 Yaitu dengan mengkaji arah pandangan, ukur reaksi
pupil terhadap pantulan cahaya  dan akomodasinya.
d) Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah
Yaitu dengan mengkaji arah tatapan, minta pasien
melihat ke atas dan bawah.
e) Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang
Yaitu dengan menyentuh ringan kornea dengan
usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek
nagatif (diam)/positif (ada gerkkan), mengukur
sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah,
mengkaji nyeri menyilang pada kuit wajah, dan
mengkaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi
saat mempalpasi otot-otot rahang.
f) Abdusen/gerakkan bola mata menyamping
Yaitu dengan menkaji arah tatapan, dan meminta
pasien melihat kesamping kiri dan kanan.
g) Facial/ekspresi wajah dan pengecapan
Yaitu dengan meminta klien tersenyum,
mengencangkan wajah, mengembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata, dan melihat
kesimetrisannya.
h)  Auditorius/pendengaran
Yaitu dengan mengkaji klien terhadap kata-kata yang
di bicarakkan, dan menyuruh klien mengulangi
kata/kalimat.
i)  IX Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan,
gerakan lidah

21
Yaitu dengan meminta pasien mengidentifikasi rasa
asam, asin, pada bagian pangkal lidah, dan gunakkan
penekan lidah untuk menimbulkan “reflek  gag” serta
meminta klien untuk mengerakkan lidahnya.

j) Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara


Yaitu dengan menyuruh pasien mengucapkan “ah”,
dan menkaji gerakkan palatum dan faringeal serta
memeriksa kerasnya suara pasien.
k) Asesorius/gerakan kepala dan bahu
Yaitu dengan meminta pasien mengangkat bahu dan
memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh
pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang
ringan.
l)  Hipoglosal/posisi lidah
Yaitu dengan meminta klien untuk menjulurkan lidah
kearah garis tengah dan menggerakkan ke berbagai
sisi.
b. Pengkajian syaraf sensori
a) Minta klien menutup mata
b) Berikkan rasangan pada klien:
 Nyeri superficial: Gunakkan jarum tumpul dan
tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang
pemeriksa inginkan, minta pasien untuk
mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian
mana
 Suhu: Sentuh klien dengan botol panas dan
dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang
direasakan.
 Vibrasi: Tempelkan garapu tala yang sudah di
getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung
jari, meminta pasien untuk mengatakkan
adanya getaran.
  Posisi: Tekan ibu jari kaki oleh tangan
pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian
berhenti suruh pasien mengtakkan
diatas/bawah.

22
 Stereognosis: Berikkan pasien benda familiar
( koin atau sendok) dan berikkan waktu
beberapa detik, dan suruh pasien untuk
mengatakkan benda apa itu.

c.  Pengkajian Reflex:
a) Refleks Bisep
1) Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai
45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah).
2) Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa
antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari
lain diatas tendon bisep.
3)  Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer,
kaji refleks.
b) Refleks Trisep
1)  Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa.
2)  Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi.
3)  Meminta pasien untuk merilekkan lengan.
4)  Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak
teggang.
5) Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek.
c) Refleks Patella
1) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di
tempat tidur/kursi.
2)  Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk
menarik kedua tangan di depan dada.
3)  Pukul tendo patella, kaji refleks.
d) Refleks Brakhioradialis
1) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa.
2) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi serta sedikit pronasi.
3)  Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal
dengan bagian datar harmmer, catat reflex.

23
e) Reflex Achilles
1) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di
tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan
patella.
2)  Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan
pemeriksa.
3) Pukul tendo Achilles, kaji reflek.
f)  Reflex Plantar (babinsky)
1)  Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang
(pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer.
2)  Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral,
dimulai dari ujung telapak kaki sampai dengan
sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari.
Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke dalam.
g)  Refleks Kutaneus
 Gluteal
1)  Meminta pasien melakukan posisi
berbaring miring dan buka celana
seperlunya.
2) Ransang ringan bagian perineal dengan
benda berujung kapas.
3) Reflek positif spingter ani berkontraksi.
 Abdominal
1) Minta klien berdiri/berbaring.
2)  Tekan kulit abdomen dengan benda
berujung kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal.
3) Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kiri dan
kanan dan bawah kiri dan kanan).
 Kremasterik/pada pria
1) Tekan bagian paha atas dalam
menggunakkan benda berujung kapas.
2) Normalnya skrotum akan naik/meningkat
pada daerah yang diransang.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara


keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk
memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.

Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama


pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di
rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar
maupun tidak sadar.

Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat


bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan .
memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

B. Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka


perawat harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan
pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan
dilakukan dengan prosedur yang benar.

25
DAFTAR PUSTAKA

Admit. Pemeriksaan Fisik.


http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online) diakses 6 September
2016.

Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC

Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Bates. Jakarta. EGC

Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC

Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler. Diakases


tanggal 6 September 2016

Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For


Nurses.Navarra.Balckwell

Publishing. Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.


Jakarta: EGC.

Read more: PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-fisik-head-to
toe.html#ixzz4JRNGEREe

Under Creative Commons License: Attribution

26

Anda mungkin juga menyukai