Tentang
Pemeriksaan Fisik
Disusun Oleh :
Ghina Warozan
19010656
S1 Keperawatan
Semester 2
Bumi Persada
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pemeriksaan Fisik”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi besar alam, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah
ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Dasar Keperawatan
II.
2
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................1
A. Kesimpulan................................................................................................25
B. Saran ..........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik ?
2. Apa saja teknik atau metode yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik?
3. Apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana
pemeriksaannya?
4. Apa yang dimaksud dengan head to toe?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan pemeriksaan fisik.
2. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik
3. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan head to toe dan bagaimana
pemeriksaan head to toe.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
a) Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
b) Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan.
c) Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
d) Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien
dan penatalaksanaan.
e) Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
a) Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan
saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum
mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian
maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal
atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperti
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain (Laura A.Talbot dan
Mary Meyers, 1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan
(mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau
tangan (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
6
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera
peraba; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau
organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan
penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
c) Perkusi
d) Auskultasi
Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam
memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan
mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Penggunaan
tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons
terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan
7
keperawatan. Hal ini sangatlah penting sehingga disebut tanda – tanda
vital.
8
6. Genetalia.
7. Kekuatan otot /musculosekletal.
8. Neurologi.
b) Rambut
c) Kuku
2. Pemeriksaan Kepala
9
Pemeriksaan kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi
kepala serta untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala. Tindakan
yang apat dilakukan dalam pemeriksaan kepala yaitu dengan cara:
10
4) Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan
hidung pemeriksa kemudian tarik atau jauhkan kesamping
ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik
mana benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh
melirik untuk hasil akurat).
d) Pemeriksaan Visus Mata
1) Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar).
2) Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu,
misal 5 meter (sesuai kebijakkan masing ada yang 6 dan 7
meter).
3) Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan
jelas.
4) Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri.
5) Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca
dari huruf yang terbesar sampai yang terkecil yang dapat
dibaca dengan jelas oleh pasien.
6) Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
e) Palpasi
4. Pemeriksaan Hidung
11
Telinga Luar:
Telinga Dalam:
b) Pemeriksaan Pendengaran
1) Pemeriksaan dengan Bisikan
a. Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada
jarak 4-6 m.
b. Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu
telinga yang tidak diperiksa.
c. Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”.
d. Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar.
e. Melakukan pemeriksaan telinga yang satu.
f. Bandingkan kemempuan mendengar telinga kanan dan kiri.
2) Pemeriksaan dengan Arloji
a. Mengatur susasana tenang.
b. Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
c. Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak
arloji.
d. Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi
telinga dan suruh pasien menyatakan tak mendengar lagi.
e. Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
3) Pemeriksaan dengan Garpu Tala
a. Tes Rinne
1. Pegang garpu tala (gt) pada tangkainya dan pukulkan
ketelapak tangan.
2. Letakkan gt pada prosesus mastoideus klien.
3. Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa
sewaktu tidak merasakan getaran.
12
4. Kemudian angkat gt dengan cepat dan tempatkan
didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan posisi
parallel dengan daun telinga.
5. Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara
atau tidak.
6. Mencatat hasil pemeriksaan.
b. Tes weber
1. Pegang gt pada tangkainya dan pukulkan pada telapak
tangan atau jari.
2. Letakkan tangkai gt di tengah puncak kepala/os.
Frontalis atas.
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas
antara telinga kana dan kiri atau hanya jelas pada satu sisi
saja.
4. Mencatat hasil pemeriksaan.
c. Tes Swebeck
13
c) Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah
dibungkus kassa steril, kemudian minta klien
menjulurkan lidah dan berkata “ah” amati
ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati
tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
b. Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan
apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan
jari telunjuk dengan memekai handscond, kemudian
suruh pasien mengatakan kata “el” sambil menjulurkan
lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah
dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu. catat
apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.
5) Pemeriksaan Leher
14
a. Inspeksi: Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri, amati
adanya retraksi interkosta, amati gerakkan paru, dan
amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
b. Palpasi Ekspansi Paru:
a) Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan
pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien
menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru kiri
dan kanan.
b) Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada
garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari
kanan dan kiri di dekatkan jangan samapai
menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5
cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas
dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau
tidak.
c. Palpasi Taktil Vremitus Posterior dan Anterior:
a) Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada
tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi
posterior) .
b) Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata
“Sembilan-sembilan” (nada rendah).
c) Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata
tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi
ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau
setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
d) Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru.
e) Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah.
f) Ulangi/lakukkan pada dada anterior.
d. Pe/Perkusi
a) Atur pasien dengan posisi supinasi
b) Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu
kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas paru
ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru,
batas paru hepar dan jantung: redup)
c) Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
e. Aus/auskultasi
15
a) Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell
pada anak.
b) Letakkan stetoskop pada interkostalis,
menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan
kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas:
vesikuler/wheezing/creckels
7) Pemeriksaan Jantung/Cordis
16
b) Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop
pada interkostalis ke-5 sambil menekan arteri carotis.
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi
dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi
meutupnya katub semilunaris (aorta dan
pulmonalis) pada saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-
CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.
8) Pemeriksaann Perut atau Abdomen
17
b. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm,
rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.
a. Genetalia laki-laki
a) Inspeksi: Amati penis mengenai kulit, ukuran dan
kelainan lain. Pada penis yang tidak di sirkumsisi
buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi,
amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati
bentuk dan ukuran
18
b) Palpasi: Tekan dengan lembut batang penis untuk
mengetahui adanya nyeri dan tekan saluran sperma
dengan jari dan ibu jari.
b. Genetalia wanita:
a) Inspeksi: Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis
merata atau tidak, amati adanya lesi, eritema,
keputihan/candidiasis
b) Palpasi: Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari
oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan clitoris,
selaput dara, orifisium dan perineum.
19
a. Muskuli/otot
a) Inspeksi: Inspeksi mengenai ukuran dan adanya
atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
perbedaan dengan meteran).
b) Palpasi: Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot
kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan
kontraksi tiba-tiba.
c) Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien
menarik atau mendorong tangan pemeriksa dan
bandingkan tangan kanan dan kiri.
d) Amati kekuatan suatu otot dengan memberi
penahanan pada anggota gerak atas dan bawah, suruh
pasien menahan tangan atau kaki sementara
pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang
terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
b. Tulang/ostium
a) Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
b) Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
pembengkakan
c. Persendiaan/articulasi
a) Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya
kelainan sendi.
b) Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.
c) Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi,
rotasi, fleksi-ekstensi, dll).
20
Yaitu dengan meminta pasien membau atau mencium
aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak
menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.
b) Opticus/pengelihatan
Yaitu dengan meminta kilen untuk membaca bahan
bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas
atau tidaknya.
c) Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil
Yaitu dengan mengkaji arah pandangan, ukur reaksi
pupil terhadap pantulan cahaya dan akomodasinya.
d) Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah
Yaitu dengan mengkaji arah tatapan, minta pasien
melihat ke atas dan bawah.
e) Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang
Yaitu dengan menyentuh ringan kornea dengan
usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek
nagatif (diam)/positif (ada gerkkan), mengukur
sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah,
mengkaji nyeri menyilang pada kuit wajah, dan
mengkaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi
saat mempalpasi otot-otot rahang.
f) Abdusen/gerakkan bola mata menyamping
Yaitu dengan menkaji arah tatapan, dan meminta
pasien melihat kesamping kiri dan kanan.
g) Facial/ekspresi wajah dan pengecapan
Yaitu dengan meminta klien tersenyum,
mengencangkan wajah, mengembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata, dan melihat
kesimetrisannya.
h) Auditorius/pendengaran
Yaitu dengan mengkaji klien terhadap kata-kata yang
di bicarakkan, dan menyuruh klien mengulangi
kata/kalimat.
i) IX Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan,
gerakan lidah
21
Yaitu dengan meminta pasien mengidentifikasi rasa
asam, asin, pada bagian pangkal lidah, dan gunakkan
penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag” serta
meminta klien untuk mengerakkan lidahnya.
22
Stereognosis: Berikkan pasien benda familiar
( koin atau sendok) dan berikkan waktu
beberapa detik, dan suruh pasien untuk
mengatakkan benda apa itu.
c. Pengkajian Reflex:
a) Refleks Bisep
1) Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai
45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah).
2) Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa
antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari
lain diatas tendon bisep.
3) Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer,
kaji refleks.
b) Refleks Trisep
1) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa.
2) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi.
3) Meminta pasien untuk merilekkan lengan.
4) Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak
teggang.
5) Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek.
c) Refleks Patella
1) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di
tempat tidur/kursi.
2) Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk
menarik kedua tangan di depan dada.
3) Pukul tendo patella, kaji refleks.
d) Refleks Brakhioradialis
1) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa.
2) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi serta sedikit pronasi.
3) Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal
dengan bagian datar harmmer, catat reflex.
23
e) Reflex Achilles
1) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di
tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan
patella.
2) Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan
pemeriksa.
3) Pukul tendo Achilles, kaji reflek.
f) Reflex Plantar (babinsky)
1) Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang
(pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer.
2) Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral,
dimulai dari ujung telapak kaki sampai dengan
sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari.
Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke dalam.
g) Refleks Kutaneus
Gluteal
1) Meminta pasien melakukan posisi
berbaring miring dan buka celana
seperlunya.
2) Ransang ringan bagian perineal dengan
benda berujung kapas.
3) Reflek positif spingter ani berkontraksi.
Abdominal
1) Minta klien berdiri/berbaring.
2) Tekan kulit abdomen dengan benda
berujung kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal.
3) Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kiri dan
kanan dan bawah kiri dan kanan).
Kremasterik/pada pria
1) Tekan bagian paha atas dalam
menggunakkan benda berujung kapas.
2) Normalnya skrotum akan naik/meningkat
pada daerah yang diransang.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Bates. Jakarta. EGC
26