Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ETIKA KEPERAWATAN
“Konsep Regulasi Keperawatan”

Dosen Pengampu :

Ns. Grace CS, M.Kep., Sp.Kep.Mat

DISUSUN OLEH :
ISABELLA P07220119127

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN

2020

a
Kata Pengantar

Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
yang berjudul Konsep Regulasi Keperawatan.

Makalah ini disusun dan dikemas dari berbagai sumber sehingga


memungkinkan untuk dijadikan referensi maupun acuan. Besar harapan
makalah ini dapat memberikan konstribusi besar terhadap pemahaman
tentang Konsep Regulasi dalam etika keperawatan.

Makalah ini berisikan tentang latar belakang, rumusan


masalah,juga tujuan yang nantinya diharapkan makalah ini memberikan
informasi kepada kita semua tentang konsep regulasi keperawatan. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kami khususnya dan bagi pembaca semuanya, semoga Tuhan senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin

Balikpapan, 18 Maret 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..............................................................................................................................1

DAFTAR
ISI...............................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Rumusan
Masalah............................................................................................................................3
Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
Pengertian regulasi & regulasi keperawatan 5
Dasar hukum regulasi
keperawatan............................................................................................................5
Peran regulasi keperawatan 6

Pelaksana regulasi keperawatan 9

Majelis kolegium 9

Konsil keperawatan 10

Registrasi 13

Legislasi keperawatan 14

Akreditasi keperawatan 15

Sertifikasi 15

Aspek legal keperawatan mandiri 15

BAB III
PENUTUP.................................................................................................. ...........................17

Kesimpulan 17

DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................................18

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Regulasi keperawatan (regristrasi & praktik keperawatan) adalah
kebijakan atau ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam
melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan kewajiban dan hak.
Beberapa regulator yang berhubungan dengan perawat dan keperawatan
Indonesia.
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi
lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah.
Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse.
Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan
keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang
diterima. Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau
dua tahun.
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Disamping itu, pembangunan kesehatan pada dasarnya
menyangkut kehidupan fisik, mental maupun sosial ekonomi yang dalam
perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi baik tatanilai maupun
pemikiran terutama upaya pemecahan masalah kesehatan.
Penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan
yangdiberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Kesehatan no 23
tahun 1992. Praktik keperawatan merupakan inti dari berbagai kegiatan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi, pendidikan
dan pelatihan berkelanjutan serta pemantauan terhadap tenaga keperawatan
sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep regulasi keperawatan?
2. Apa saja dasar hukum konsep regulasi keperawatan?
3. Apa dan siapa saja peran dan pelaksana konsep regulasi keperawatan

4
C. Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang apa itu konsep regulasi keperawatan
2. Untuk mengetahui tujuan dari konsep regulasi keperawatan
3. Untuk mengetahui lebih banyak tentang konsep regulasi keperawatan
4. Untuk mengetahui apa yang terjadi dalam konsep regulasi keperawatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Regulasi dan Regulasi Keperawatan


Pengertian regulasi adalah suatu peraturan yang dibuat untuk
membantu mengendalikan suatu kelompok, lembaga/organisasi, dan
masyarakat demi mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan bersama,
bermasyarakat, dan bersosialisasi. Tujuan dibuatnya regulasi atau aturan
adalah untuk mengendalikan manusia atau masyarakat dengan batasan-
batasan tertentu. Regulasi diberlakukan pada berbagai lembaga masyarakat,
baik untuk keperluan masyarakat umum maupun untuk bisnis. Istilah regulasi
banyak digunakan dalam berbagai bidang, sehingga definisinya memang
cukup luas. Namun secara umum kata regulasi digunakan untuk
menggambarkan suatu peraturan yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat.
Regulasi keperawatan adalah kebijakan atau ketentuan yang mengatur
profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan
kewajiban dan hak. Beberapa regulator yang berhubungan dengan perawat
dan keperawatan Indonesia.

B. Dasar Hukum Regulasi Keperawatan


Aspek legal atau hukum, legal sama dengan sah, aspek legal dalam
keperawatan sama dengan sah, perawat mempunyai hak dan tindakan
keperawatan yang sesuai dengan standar yang berlaku. Perlu ada ketetapan
hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat
dengan tindakannya, perawat sebagai tenaga kesehatan diatur dalam:
1. UU No. 23 Tentang Kesehatan
2. PP Nomor 32 Tentang Tenaga Kesehatan
3. Perda Kab. Kudus No. 11 Tahun 2004 Tentang Retribusi Pelayanan
Tenaga Kesehatan
4. SKB MENKES-KABKN NO.733-SKB-VI-2002 NO.10 th 2002
Tentang Jabatan
5. UU No. 43 Th. 1999 Tentang POKOK2 KEPEGAWAIAN
6. No. 54 Th. 2007 Tentang Tunjangan Fungsional Tenaga Kesehatan
7. PERPRES No. 26 Tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan
Struktural
8. PP No. 12 Tahun 2002 Tentang Kenaikan Pangkat PNS

6
9. PP No. 13 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan PNS Dalam Jab.
Struktural
10. PP No. 13 Tahun 2007 Tentang Penetapan Pensiun Pokok
11. PP No. 43 Tahun 2007 Tentang PHD Menjadi PNS
12. PP No. 099 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat PNS
13. PP No. 12 Tahun 2002 Tentang Perubahan PP 99 Th 2000
Kenaikan Pangkat PNS
14. PP Nomor 09 Tahun 2003 Tentang Pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentian PNS
15. KEPMENPAN No. 138 Tahun 2002 Tentang Penghargaan
Pegawai Negeri Sipil Teladan.

 Dalam UU Tentang praktik keperawatan pada bab 1 pasal 1 yang ke-3


berbunyi :

“ Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik


keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem
klien disarana dan tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan
pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar pratik
keperawatan. “

Dan pasal 2 berbunyi:

“ Praktik keperawatan dilaksanakan berdasarkan pancasila dan


berdasarkan pada nilai ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan penerima
dan pemberi pelayanan keperawatan.”

C. Peran Regulasi Keperawatan


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan ;
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok,atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan

7
pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien dalam merawat dirinya.

Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. Meningkatkan mutu Perawat;
b. Meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
c. Memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan
Klien; dan
d. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

BAB V
PRAKTIK KEPERAWATAN
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang

Pasal 29
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas
sebagai:
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
b. Penyuluh dan konselor bagi Klien
c. Pengelola Pelayanan Keperawatan
d. Peneliti Keperawatan
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2. Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama ataupun sendiri-sendiri
3. Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaksanakan secara
4. Bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 30
1. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik
b. Menetapkan diagnosis Keperawatan
c. Merencanakan tindakan Keperawatan
d. Melaksanakan tindakan Keperawatan

8
e. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan
f. Melakukan rujukan
g. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi
h. Memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan
dokter
i. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
j. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
2. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di
tingkat keluarga dan kelompok masyarakat
b. Menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat
c. Membantu penemuan kasus penyakit
d. Merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat
e. Melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat
f. Melakukan rujukan kasus
g. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat
h. Melakukan pemberdayaan masyarakat
i. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat
j. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat
k. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
l. Mengelola kasus; dan
m. Melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan
alternatif.

Pasal 31
1. Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien,
Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat individu
dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat
b. Melakukan pemberdayaan masyarakat
c. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat
d. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan
e. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
2. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan Keperawatan,
Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan
b. Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan
Keperawatan; dan

9
c. Mengelola kasus.
3. Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan, Perawat
berwenang:
a. Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
b. Menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas
izin pimpinan; dan
c. Menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika
profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Pelaksana Regulasi Keperawatan

BAB II
JENIS PERAWAT
Pasal 4
1. Jenis Perawat terdiri atas:
a. Perawat profesi; dan
b. Perawat vokasi
2. Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri atas :
a. Ners; dan
b. Ners spesialis
3. Ketetntuan lebih lanjut mengenai jenis perawat sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan Peraturan Menteri

E. Majelis Kolegium
Menurut UU NO.38 2014, Kolegium Keperawatan adalah badan yang
dibentuk oleh Organisasi Profesi Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu
Keperawatan yang bertugas mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan
cabang disiplin ilmu tersebut. Untuk melaksanakan amanah UU No. 38/2014
tersebut maka PPNI dalam Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat No.
073A/DPP.PPNI/SK/K.S/XII/2016 tentang Penetapan Kolegium
Keperawatan.
Pasal 44
1. Kolegium keperawatan merupakan badan otonom di dalam organisasi
profesi perawat
2. Kolegium keperawatan bertanggung jawab kepada organisasi profesi
perawat

10
Pasal 45
Kolegium Keperawatan berfungsi mengembangkan cabang disiplin ilmu
Keperawatan dan standar pendidikan tinggi bagi Perawat profesi.

Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kolegium Keperawatan diatur oleh
Organisasi Profesi Perawat.
Kolegium keperawatan pada SK tersebut disesuaikan dengan disipilin
ilmu keperawatan yang merupakan ilmu keperawatan yang digunakan
landasan praktik keperawatan sebagai kompetensi yang dimiliki perawat
dalam melaksanakan kegiatan proses keperawatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat). Berikut Jenis-Jenis Kolegium
Keperawatan di Indonesia:
1. Kolegium keperawatan anak
2. Kolegium keperawatan maternitas
3. Kolegium keperawatan jiwa
4. Kolegium keperawatan medikal bedah
5. Kolegium keperawatan komunitas
6. Kolegium keperawatan dan manajemen keperawatan
7. Kolegium keperawatan onkologi
8. Kolegium keperawatan kardiovaskuler

F. Konsil Keperawatan
Konsil Keperawatan adalah suatu badan otonom, mandiri, non
struktural yang bersifat independen. Tujuan dibentuk Konsil Keperawatan ini
adalah, untuk meningkatkan mutu praktik keperawatan dan untuk
memberikan pelindungan serta kepastian hukum kepada perawat dan
masyarakat. Sedangkan fungsi Konsil Keperawatan sebagai pengaturan,
penetapan, dan pembinaan perawat dalam menjalankan praktik keperawatan.
Jadi keberadaan Konsil Keperawatan menjadi keharusan dan tidak dapat
ditunda.
Pasal 37
1. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara
independent untuk meningkatkan mutu Praktik Keperawatan dan
untuk memberikan pelindungan serta kepastian hukum kepada
Perawat dan masyarakat, dibentuk Konsil Keperawatan.
2. Konsil Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.

11
Pasal 48
Konsil Keperawatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 47
berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.
Pasal 49
1. Konsil Keperawatan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan, dan
pembinaan Perawat dalam menjalankan Praktik Keperawatan.
2. Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Konsil Keperawatan memiliki tugas:
a. melakukan Registrasi Perawat;
b. melakukan pembinaan Perawat dalam menjalankan Praktik
Keperawatan;
c. menyusun standar pendidikan tinggi Keperawatan;
d. menyusun standar praktik dan standar kompetensi Perawat;
dan
e. menegakkan disiplin Praktik Keperawatan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi dan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Konsil Keperawatan.
Pasal 50
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49,
Konsil Keperawatan mempunyai wewenang:
a. menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Perawat, termasuk
Perawat Warga Negara Asing;
b. menerbitkan atau mencabut STR;
c. menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan
pelanggaran disiplin profesi Perawat;
d. menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi Perawat; dan
e. memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan Institusi
Pendidikan Keperawatan.
Pasal 51
Pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan Konsil Keperawatan
dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara dan sumber
lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Pasal 52
1. Keanggotaan Konsil Keperawatan terdiri atas unsur Pemerintah,
Organisasi Profesi Keperawatan, Kolegium Keperawatan, asosiasi
Institusi Pendidikan Keperawatan, asosiasi Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dan tokoh masyarakat.
2. Jumlah anggota Konsil Keperawatan paling banyak 9 (sembilan)
orang.

12
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, pengangkatan,
pemberhentian, dan keanggotaan Konsil Keperawatan diatur dengan
Peraturan Presiden.

Menurut UU NO.36 2014

Pasal 36
1. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia mempunyai fungsi sebagai
koordinator konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.
2. Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.
memiliki tugas:
a. memfasilitasi dukungan pelaksanaan tugas konsil masing-masing
Tenaga Kesehatan;
b. melakukan evaluasi tugas konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan; dan
c. membina dan mengawasi konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan.
3. Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia memiliki wewenang menetapkan
perencanaan kegiatan untuk konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan.
Pasal 37
1. Konsil masing-masing tenaga kesehatan mempunyai fungsi
pengaturan, penetapan dan pembinaan tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik Tenaga Kesehatan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
2. Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan memiliki tugas:
a. melakukan Registrasi Tenaga Kesehatan;
b. melakukan pembinaan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
praktik Tenaga Kesehatan;
c. menyusun Standar Nasional Pendidikan Tenaga Kesehatan;
d. menyusun standar praktik dan standar kompetensi Tenaga
Kesehatan; dan menegakkan disiplin praktik Tenaga Kesehatan.
Pasal 38
Dalam menjalankan tugasnya, konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan mempunyai wewenang:
a. menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Tenaga Kesehatan;
b. menerbitkan atau mencabut STR;

13
c. menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan
pelanggaran disiplin profesi Tenaga Kesehatan;
Pasal 40
1. Keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia merupakan
pimpinan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.
2. Keanggotaan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan terdiri atas
unsur:
a. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan;
b. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan;
c. Organisasi Profesi;
d. Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan;
e. asosiasi institusi pendidikan Tenaga Kesehatan;
f. asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan; dan
g. tokoh masyarakat.
Pasal 42
Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, pengangkatan,
pemberhentian, serta keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
dan sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia diatur dengan
Peraturan Presiden.

G. Registrasi
Registrasi keperawatan dimaksudkan sebagai pencatatan resmi
terhadap perawat yang telah mempunyai kualifikasi dan diakui secara hukum
untuk melakukan tindakan keperawatan. Registrasi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Registrasi awal, dilakukan setelah yang bersangkutan selesai atau
lulus Pendidikan keperawatan, mengikuti uji kompetensi dan
dinyatakan lulus uji kompetensi. Setelah teregistrasi akan
memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR) yang dapat diperbarui
kembali setelah lima tahun (5 tahun) yaitu melalui registrasi ulang.
2. Registrasi ulang, dilakukan dengan menggunakan 25 kredit yang
diperoleh dari berbagai kegiatan ilmiah. Keseluruhan proses
pencapaian/penilaian kredit tersebut merupakan kegiatan sertifikasi.
STR dikeluarkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP).
Registrasi keperawatan merupakan proses administrasi yan harus
ditempuh oleh seseorang yang ingin melakukan pelayanan keperawatan
kepada orang lain sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang

14
dimilikinya. Kompetensi adalah kepemilikan kemampuan tertentu atau
beberapa kemampuan untuk memenuhi persyaratan ketika menjalankan suatu
peran. Kompetensi ini tidak dapat diterapkan apabila belum divalidasi dan
diverifikasi oleh badan yang berwenang. Organisasi pelayanan kesehatan
biasanya menggunakan beberapa sumber untuk menetapkan suatu
kompensasi yaitu melalui lisensi dari badan keperawatan wilayah, sertifikasi
nasional, dan telaah kinerja.
H. Legislasi Keperawatan
Legislasi keperawatan adalah ketetapan hukum yang mengatur hak
dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan. Legislasi
praktek keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan tentang registrasi dan praktek perawat.
Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri
Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai
tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan
keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya sesuai dengan kewenangannya. Untuk itu perlu ketetapan yang
mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang untuk terkait dengan
pekerjaan/profesi.”
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu
dan kiat dalam praktik keperawatan.
1. Prinsip dasar legislasi praktik keperawatan
a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system
keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian
sesuai ketetapan
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
perawat
2. Tujuan Legislasi Keperawatan
Tujuan utamanya adalah melindungi perawat dan masyarakat. Tujuan
lainnya antara lain:
a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
b. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan
c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan dan Menapis IPTEK
keperawatan
d. Menilai boleh tidakya praktik
e. Menilai kesalahan dan kelalaian

15
I. Akreditasi Keperawatan
Akreditasi Program Studi (PRODI) di Perguruan Tinggi (PT)
merupakan hal mutlak yang harus dijalani oleh sebuah prodi. Akreditasi
Program Studi adalah kegiatan penialaian untuk menentukan kelayakan
Program Studi (Permenristekdikti No. 32/2016).
Data yang dihimpun dari website resmi Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (banpt.or.id) memperlihatkan jumlah prodi S1/Ners di
Indonesia yang telah terakreditas (baik oleh BAN PT & LAM-PTKes)
berjumlah 332 prodi, dimana akreditasi A (10), akreditasi B (175), dan
akreditasi C (147). Sementara itu untuk prodi D3 Keperawatan terdapat 448
prodi keperawatan dengan 4 terkreditasi A, 222 terakreditasi B, dan 222
terakreditasi C. Jika ditotalkan seluruh prodi keperawatan baik S1/Ners dan
Diploma 3 di Indonesia berjumlah 780.

J. Sertifikasi
Sertifikasi keperawatan merupakan pengakuan keahlian akan seorang
perawat dalam area praktek keperawatan tertentu. Untuk itu diatdakannya
kegiatan kradensial bagi setiap teanaga professional untuk menjamin
masyarakat tentang kualifikasi keperawatan tenaga professional dalam
memberikan pelayanan spesifik bagi pasien atau klien.Sertifikasi juga
ditetapkan bagi seorang perawat terregistrasi yang akan melakukakn peraktik
keperawatan diluar area yang terregistasi.
Tujuan dari sertifikasi sendiri adalah untukupaya pengendalian
keperawatan yang dilakukan olehperawat proffesioanal dan cakupan praktek
keperawatan yang dilakuinya. Cara mendapatkan sertifikasi sendiri adalah
dimulai diurus dari masing masing institusi yang kemudian diserahkan
kepada LSPP (Lembaga Sertifikasi Profesi Perawat), LSPP (Lembaga
Sertifikasi Profesi Perawat) dibentuk oleh pemerintah atau sebagai produk
hokum keperawatan (UU Praktik Keperawatan), LSPP Memiliki kewenangan
mengembangkan kebijakan dan aturan operasional sistem kardensial.

K. Aspek Legal Keperawatan Mandiri


Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
16
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material
diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi
(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.
Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin
yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik
profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu
institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan
atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang
memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan
yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti
kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat
minimal yang harus dilampaui.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja
yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian
di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan
kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing.
Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan
tentang praktek Keperawatan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan Pengaturan
penyelenggaraan praktik keperawatan. Perawat telah memberikan konstribusi
besar dalam peningkatan akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak
mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa
keberadaan Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan dan profesi perawat. Tidak
adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat
secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang
mereka lakukan. RUU Praktik Perawat, selain mengatur kualifikasi dan
kompetensi serta pengakuan profesi perawat, kesejahteraan perawat, juga
diharapkan dapat lebih menjamin perlindungan kepada pemberi dan penerima
layanan kesehatan di Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arjanggi, Ruseno, and Erni Agustina Setiowati. "Meningkatkan belajar berdasar


regulasi diri melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw." Makara Seri Sosial
Humaniora 17.1 (2013): 55-63.

Fitriya, Fitriya, and Lukmawati Lukmawati. "Hubungan antara regulasi diri dengan
perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan
(STIKES) mitra adiguna palembang." Psikis: Jurnal Psikologi Islami 2.1 (2016).

Kartika, Shanti Dwi. "Urgensi Undang-Undang Tentang Keperawatan." Jurnal


Ilmiah Hukum “Negara Hukum 3 (2012).

Lestari, Tri Rini Puji. "Pendidikan Keperawatan: Upaya Menghasilkan Tenaga


Perawat Berkualitas." Jurnal Aspirasi 5.1 (2014): 1-10.

Sukohar, Asep, and Novita Carolia. "Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
Indonesia (MKEK) dalam Pencegahan dan Penyelesaian Malpraktek
Kedokteran." JK UNILA, jurnal kedokteran universitas lampung, vol 1 no 2, oktober
2016 1.2 (2016): 363-368.

Kartika, Shanti Dwi. "Urgensi Undang-Undang Tentang


Keperawatan." Jurnal Ilmiah Hukum “Negara Hukum 3 (2012).

Sudrajat, Diwa Agus. "Aspek Hukum Praktik


Keperawatan." Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani,
(Online), hal (2008): 1-11.

19

Anda mungkin juga menyukai