Disusun Oleh;
Muhammad Afzal
Putri Anggita Tiara
Nadia Kamisrina
Azan
Maulida
Sukma Ayu
Lili Rahmawati
Trisna Dewi
Dosen Pembimbing :
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita
curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurnya dengan
bahasa yang sangat indah.
Kami disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang berjudul DILEMA ETIKA SERTA CONTOH
PENYELESAIAN KASUS DILEMA ETIK
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan kami memahami jika
makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki karya- karya kami dilain waktu.
Penuli
s
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........……………………………………..............................
…………………i
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………..............................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………............................
……………..........1
B.Rumusan
Masalah…………………………………………………………..................................
...2
C.Tujuan.........
……………………………………………………………………..............................2
BAB II : PEMBAHASAN
A Dilema Etik.......................................……..…………………………….....
…...............................3
B.Kritik dan
Saran……………………………………………………………....................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. DILEMA ETIK
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku
yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan pengambilan
keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang
sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1.Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2.Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3.Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma
4.Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5.Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
6.Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2) jika legal
maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi
menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson &
Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding.Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
1.Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a.Mengkaji situasi
b.Mendiagnosa masalah etik moral
c.Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d.Melaksanakan rencana
e.Mengevaluasi hasil
2.Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a.Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
1)Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2)Apa tindakan yang diusulkan
3)Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4)Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b.Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c.Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d.Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat
e.Mengidentifikasi kewajiban perawat
f.Membuat keputusan
3.Model Murphy dan Murphy
a.Mengidentifikasi masalah kesehatan
b.Mengidentifikasi masalah etik
c.Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d.Mengidentifikasi peran perawat
e.Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f.Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g.Memberi keputusan
h.Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk
perawatan klien
i.Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4.Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a.Mengumpulkan data yang relevan
b.Mengidentifikasi dilema
c.Memutuskan apa yang harus dilakukan
d.Melengkapi tindakan
5.Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a.Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen
etis dan petunjuk individual.
b.Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c.Mengidentifikasi Issue etik
d.Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e.Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f.Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu didefinisikan
sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak
dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki
landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan
dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada
perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir
rasional dan bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan
etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien dan keluarga. Selain itu dia
juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien salah
satunya adalah memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi dan
penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan kesehatan menurut
American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights. Memberikan informasi kepada pasien
merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting
karena merupakan faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga
pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka perawat harus memikirkan
alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi
dari masing-masing alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu memahami
tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia dan bertanggung
jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan
fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika
perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika
keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya karena tidak
menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk
dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul
masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan
membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan. Berbagai
model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema etik ini antara lain model
dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model
Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model Thompson dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang merawat Tn.
A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut :
a.Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang dideritanya sekarang
sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan
kepadanya.
b.Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat menyembunyikan
informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta perawat untuk tidak
menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut jika Tn. A akan frustasi
tidak bisa menerima kondisinya sekarang
c.Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus memenuhi
permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya pasien untuk memperoleh
informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.
2.Mendiagnosa Masalah Etik Moral
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan etik
moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya
karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang kondisi pasien termasuk
penyakitnya.
a.Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil
pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang tepat ketika
kondisi pasien dan situasinya mendukung.
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan informasi seperti
itu karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk
alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga.
Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang
menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan demikian diharapkan secara
perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis
akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang kondisinya dan
ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil
pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan informasi yang
dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan
menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu
bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.
b.Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien
terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada
dan sudah didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung menginformasikan kondisi
Tn. A tersebut atas seijin dokter.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai pasien
serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak pada
psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun mengetahui
penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan informasi, maka Tn. A akan
beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan keluarganya sendiri berbohong kepadanya. Dia
bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran bahwa perawat dan keluarganya
merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat
mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah yang mengguncangkan psikis
Tn. A nantinya yang akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi
secara langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut. Kendala-
kendala yang mungkin timbul :
1)Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada Tn. A
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin Tn. A frustasi dengan
kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn. A tahu dengan sendirinya justru
akan mengguncang psikisnya dengan anggapan-anggapan yang bersifat emosional dari Tn. A
tersebut sehingga bisa memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn. A
dan menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan hal tersebut. Jika
keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat dan tim medis lain bisa menegaskan
bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak yang terjadi nantinya. Selain itu sesuai
dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa perawat berhak menolak pihak lain yang
memberikan permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan profesi keperawatan.
2)Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang sedang mendapatkan
permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-
pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat juga meminta keluarga untuk tetap
memberikan support sistemnya dan tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal
ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat menerima kondisinya dan
mempunyai semangat untuk sembuh.
4.Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tim
medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana
alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus
berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu
tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang
meliputi :
a.Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan keluarganya tapi
ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan
hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b.Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak
merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik
dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A
c.Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn. A
mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu
memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d.Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian pada Tn. A baik
secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.
e.Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A tentang penyakitnya.
Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan merasa dihargai dan dipenuhi
haknya.
f.Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan pemeriksaan
yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A
jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi walaupun hasilnya
pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A
terhadap perawat tersebut nantinya.
g.Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu menghargai apa yang
menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan
pasien kepadanya kecuali seijin pasien.
Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa diambil dari
dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara langsung memberikan
informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai dan didiskusikan dengan semua
yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien lebih dihargai dan dipenuhi haknya
sebagai pasien walaupun kedua alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-masing. Hasil
keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatan-pendekatan dan
caringserta komunikasi terapeutik.
5.Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana Tn. A
beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka pendekatan-
pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan yang pada intinya
membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai
keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban
peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja
sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau
dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik
supaya tidak merugikan salah satu pihak.
B.SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan
harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami
tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik
keperawatan).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/289080236/MAKALAH-Dilema-Etikhttps://gustinerz.com/8-prinsip-
etika-dalam-keperawatan/https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/serangan-jantung/perbandingan-
penyakit- paru-obstruktif-kronis-dan-gagal-jantung-
kongestif/http://penyuburkandunganherbal.com/penyebab-sesak-nafas-pada-penderita-
diabetes/http://www.sehatdengaherbal.com/pengertian-penyebab-gejala-dan-cara- pencegahan-
penyakit-diabetes-melitus/https://khairunnisa2109.wordpress.com/2015/10/21/kebingungan-
seorang-asisten- perawat-dilema-etik-
keperawatan/http://karyatanganzaenalmibrahim.blogspot.co.id/2015/06/makalah-dilema-etik-
keperawatan.htmlhttps://ekaediawati.blogspot.co.id/2009/05/resusitasi-jantung-paru.html