Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HERNIA

INGUINALIS LATERALIS POST OP HERNIORAPHY PADA


Ny. A RUANG MUZDALIFAH DI RUMAH SAKIT CUT
MEUTIA ACEH UTARA

DI SUSUN OLEH :
WILDA AKHYANI
(2107401014)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. YUDI AKBAR, S.KEP, M.KEP

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
TAHUN 2023
IDENTITAS MAHASISWA MODUL PRAKTEK KLINIK
KEPERAWATAN DASAR

Nama : Wilda Akhyani


Nimp : 2107401014
Program studi : DIII Keperawatan
No hp : 082361306799

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA


INGUINALIS LATERALIS POST OP PADA Ny. A RUANG
MUZDALIFAH DI RUMAH SAKIT CUT MEUTIAACEH UTARA

Lhokseumawe, 16 Januari 2023

Telah di setujui oleh :

Dosen Pembimbing Clinic Instruktor Ruangan

Ns. Yudi Akbar, S.Kep, M.Kep Ns. Ratna Hayati, S.Kep

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur Kami ucapkan atas berkat Allah SWT, Yang maha Esa sampai
hari ini masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan praktek beserta laporan
kami, Yang berjudul KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS
LATERALIS PADA Tn. A RUANG MUZDALIFAH DI RUMAH SAKIT CUT
MEUTIAACEH UTARA" yang mana laporan ini sebagai salah satu tugas
keperawatan dasar, Alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang baik dari pembaca, serta
terima kasih kami ucapkan atas segala perhatian dan waktu para pembaca, semoga
bermanfaat dan dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Lhokseumawe, 16 Januari 2023

Penyusun :
Wilda Akhyani

iv
DAFTAR ISI

IDENTITAS MAHASISWA ...................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah.......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar................................................................................. 3
1. Pengertian................................................................................. 3
2. Tanda dan Gejala...................................................................... 3
3. Etiologi..................................................................................... 5
4. Patofisiologi.............................................................................. 5
5. Manifestasi Klinis..................................................................... 6
6. Pemeriksaan Diagnostik........................................................... 6
7. Penatalaksanaan........................................................................ 6
8. Komplikasi............................................................................... 8
B. Asuhan Keperawatan..................................................................... 9
1. Pengkajian................................................................................ 9
2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 14
3. Intervensi Keperawatan........................................................... 15
4. Implementasi Keperawatan..................................................... 15
5. Evaluasi.................................................................................... 16

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian..................................................................................... 17
B. Analisa Data................................................................................... 28
C. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 29
D. Intervensi Keperawatan ................................................................ 30
E. Implementasi dan Evaluasi............................................................ 31

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 33
B. Saran.............................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia merupakan penonjolan pada dinding perut atau dari rongga perut
ke rongga tubuh lainnya (pinggul atau pelvis, dada atau toraks) yang dilapisi
selaput dinding perut (peritoneum) menonjol, melalui bagian lemah dinding
perut yang bisa berisi usus, penggantung usus, atau organ perut lainnya
(Handaya, 2017).
Hernia menurut sifatnya terdiri dari hernia roponible dan hernia
ireponible. Hernia reponibel sendiri bila isi hernia bisa keluar masuk. Usus
keluar bila berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Sedangkan hernia ireponible yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga, ini biasnya terjadi karena pelengketan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia sendiri terdiri dari 7 macam, yaitu: hernia hiatal, hernia
epigastrik, hernia umbilical, hernia inguinalis, hernia inguinalis femoraslis,
hernia insisional, dan hernia nucleus pulposi. Hernia inguinalis adalah hernia
yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di slangkangan atau
skrotum. Hernia inguinalis biasanya terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Jika anda
merasa ada dibawah perut benjolan lembut, kecil, anda mungkin terkena
hernia ini, hernia tipe sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
(Nufarif & Kusuma, 2015).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memperoleh pengalaman yang nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan
pendekatan proses keperawatan pada klien post operasi hernioraphy atas
indikasi hernia inguinalis lateralis di ruang muzdalifah RSU CUT MUTIA

1
2. Tujuan Khusus
Dalam penulisan Kayra Tulis Ilmiah ini penulis berharap dapat
melaksanakan :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien post operasi
hernioraphy atas indikasi hernia inguinalis lateralis
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien post operasi hernioraphy
atas indikasi hernia inguinalis lateralis
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien post operasi
hernioraphy atas indikasi hernia inguinalis lateralis
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post operasi
hernioraphy atas indikasi hernia inguinalis lateralis
e. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien post operasi
hernioraphy atas indikasi hernia inguinalis lateralis

C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien post operasi hernioraphy
atas indikasi hernia inguinalis lateralis di ruang Muzdalifah di RSU CUT
MEUTIA?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Hernia merupakan penonjolan pada dinding perut atau dari rongga
perut ke rongga tubuh lainnya (pinggul atau pelvis, dada atau toraks) yang
dilapisi selaput dinding perut (peritoneum) menonjol, melalui bagian
lemah dinding perut yang bisa berisi usus, penggantung usus, atau organ
perut lainnya (Handaya, 2017).
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan
muncul sebagai tonjolan di slangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis
biasanya terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus
menerobos ke bawah melalui celah. Jika anda merasa ada dibawah perut
benjolan lembut, kecil, anda mungkin terkena hernia ini, hernia tipe sering
terjadi pada laki-laki dari pada perempuan (Nufarif & Kusuma, 2015).
Hernia inguinalis dimana merupakan suatu keadaan keluarnya
struktur organ dari tempatnya yang normal melalui suatu area pada defek
inguinal yang secara manual tidak bisa kembali ke tempat semula dan akan
memberikan implikasi tindakan invasif bedah dengan secara pembedahan
mengembalikan struktur organ terebut dengan menutup defek di inguinal.
(Arif, 2009).
Hernia inguinalis lateralis adalah merupakan hernia melalui
inguinalis internis yang terdapat di bagian lateral vasa evisgastrika
imperior melewati kanalis inguinalis dan lewat melalui rongga perut
samapi anulus inguinalis eksternus. (Mansjoer Arif, 2000).
2. Tanda dan Gejala
Mansjoer (2004) menyatakan bahwa tanda klinis dari hernia pada
pengkajian fisik behubungan dengan isi hernia. Pada saat inspeksi, pasien
diminta mengedan maka akan terlihat benjolan pada lipat paha, bahkan
benjolan sering tampak meskipun klien tidak mengedan. Pada saat

3
dilakukan palpasi, teraba pembengkaan yang teraba kenyal, isinya
berbentuk usus, omentum atau ovarium, juga dapat ditentukan apakah
hernia itu dapat didorong masuk dengan jari/ direposisi. Sewaktu aukultasi
bisa terdengar bising usus dengan melakukan stetoskop yang isi hernia
berisi seperti usus.
Sedangkan gejala klinis hernia banyak diketahui oleh kondisi isi
hernia. Tanda yang muncul seperti berupa adanya pembengkakan di
selangkangan dipaha yang timbul saat waktu berdiri, batuk, bersin, atau
mengedan dan tidak ada setelah terlentang. Keluhan nyeri jarang dijumpai
bila ada yang dirasakan di dibagian epigastrium atau periumbilikal berupa
nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen
usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Keluhan benjolan di daerah inguinal yang timbul berupa adanya atau
skrotal yang hilang timbul. Misalnya nyeri mengedan, batuk-batuk,
tertawa, atau menangis. Bila klien tenang, benjolan akan hilang secara
spontan. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal.
Sedangkan menurut Natadidjaja (2002), tanda dan gejala hernia adalah
sebagai berikut :
a. Penonjolan di daerah inguinal
b. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
kram
d. dan distensi abdomen
e. Terdengar bising usus pada benjolan
f. Kembung
g. Perubahan pola eliminasi BAB
h. Gelisah
i. Dehidrasi
j. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat
pasien berdiri atau terdorong.

4
3. Etiologi
Menurut Dermawan dan Rahayu (2010):
a. Kelemahan abdomen
b. Peningkatan tekanan intra abdomen
c. Bawaan sejak lahir
d. Kebiasaan membawa beban yang berat
e. Batuk
f. Kegemukan
g. Terlalu mengejan buang air besar/kecil
h. Terdapat cairan di rongga perut
i. Penyakit paru obstruksi kronik
j. Riwayat keluarga ada penderita hernia.
4. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk kuat ataupun perpindahan usus kedaerah otot
abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan oleh dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup pada daerah tersebut dimana kondisi
itu ada sejak proses perkembangan yang cukup lama.
Pertama terjadi keruskan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadilah hernia. Insiden hernia terjadi karena pertambahan
umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra
abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Biasnya hernia
pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut, karena bertambahnya usia
maka akan terjadi pelemahan rongga otot. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalamin proses degenerasi. Pada usia
lanjut kanalis itu telah menutup.
Namun karena daerah ini merupakan locus minorsresistence, maka
pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat
seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengankat beban yang

5
berat, dan mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorong sesuatu jaringan tubuh
dan keluar karena efek tersebut.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015):
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi.
a. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (dysuria) disertai hematuria
(kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
e. Hernia diafragamtika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut
disertai sesak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
dan ketidak seimbangan elektrolit.
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
7. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) :
a. Konservatif (Townsend CM)

6
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang atau
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan
tindakkan definitive sehingga dapat kambuh kembalali. Terdiri atas :
1) Reposisi
Reposisi merupakan suatu usaha untuk mengembalikan isi
hernia kedalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan
secara bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reoinibilis dengan cara memakai kedua tangan. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulate kecuali pada anak-anak.
2) Suntikan
Dilakukan penyntikan dengan cairan sklerotik berupa alkohol
atau kinin didaerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia
mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dan
cavum peritonii.
3) Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang hernia yang masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
b. Operatif
Operatif merupakan tindakkan paling baik dan dapat dilakukan
pada : hernia reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia
incarserata. Operasi hernia yang dilakukan :

7
1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum peritonii.
2) Hernioraphy
Mulai dari mengangkat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint, tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquss
intraabdominalis dan m.tranversus abdominalis yang berinsersio dan
tuberculum pubicum).
3) Hernioolasty
Menjahit conjoint tendon pada ligementum inguinale agar LMR
hingga/ tertutup hingga dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup
otot.
Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dan dibagi
dengan dua cara yaitu: pada anak kurang dari 1 tahun :menggunakan
teknik Michele benc, sedangkan pada anak berusia lebuh dari 1 tahun
mengunakan teknik POTT.
8. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini
disebut hernia inguinalis irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan
keadaan irreponibilis adalh omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irreponibilis daripada usus
halus.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut
hernia inguinalis strangulata.Pada keadaan strangulata akan timbul
gejala illeus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada

8
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah dan pasien menjadi gelisah (Syamsuhidjayat, 2010).

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada
tahap ini akan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
yang di angkat akan menentukan desain perencanaan yang di tetapkan.
Selanjutnya tindakan keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan
yang dibuat. Oleh karena itu, pengkajian dilakukan dengan teliti dan
cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada pasien dapat
diidentifikasi. Dalam pengkajian, terdapat sub tahapan yang meliputi
pengumpulan data (macam dan sumber), teknik pengumpulan data, dan
dokumentasi data (Rohmah, 2016).
Pada pasien post operasi hernia inguinalis yang dikaji pada saat
pengkajian yaitu identitas pasien, riwayat kesehatan pasien (keluhan
utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan keluarga), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Data Identitas
1) Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi pengkajian nama, tanggal lahir, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,
suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
tanggal/rencana operasi, nomer rekam medik, diagnose medis, dan
alamat.
2) Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan pekerjaan, hubungan dengan pasien dan alamat.

9
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien post operasi hernia nyeri
daerah luka operasi pada lipat paha atau pada sekitar abdomen kuadran
bawah disertai terdapatnya balutan luka di daerah luka operasi. Dimana
nyeri yang dirasakan terus menerus atau hilang timbul disertai mual
muntah ( Tetty, 2015 ).
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan meliputi kesehatan sekarang, kesehatan dahulu,
kesehatan keluarga menurut (Muttaqin dan Sari 2012).
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan saat dikaji pada pasien post operasi hernioraphy yang
timbul nyeri, lemas, pusing, mual, dan kembung, pada pasien post
operasi hernioraphy akan mengeluh nyeri pada bekas operasi. Nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk pada area operasi dan sangat jarang
terjadi penyebaran kecuali jika ada komplikasi. Skala nyeri hebat
pada 2 jam pertama pasca operasi dikarenakan pengaruh obat
anestesi hilang, nyeri hilang timbul/menetap sepanjang hari
pengkajian PQRST untuk mengetahui seberapa kualitas nyeri yang
dialami pasien.
a) Propokatif/Paliatif, apa yang memperberat atau memperingankan
timbulnya gejala. Seperti adanya pergerakan yang dilakukan
pasien menyebabkan rasa nyeri bertambah.
b) Quality/Kuantitas, bagaimana gejala dirasakan, dirasakannya
seperti apa. Kebanyakan pasien dengan post hernia akan
merasakan nyeri seperti tersayat atau teriris-iris.
c) Region, lokasi dimana gejala dirasakan dan penyebarannya. Pada
pasien dengan post hernia, luka operasi terletak di bagian bawah
abdomen.
d) Saverity/Scale, seberapa tingkat keparahan yang dirasakan, pada
skala berapa. 1-10

10
e) Timing, kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala
dirasakan, tiba-tiba atau bertahap, seberapa lama gejala dirasakan.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Dalam riwayat kesehatan dahulu yang terpenting untuk dikaji adalah
penyakit sistemik seperti, diabetes melitus, hipertensi, tuberculosis,
dan sebagai bahan timbangan untuk sarana pengkajian preoperatif.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai
faktor predisposisi didalam rumah
d. Pola fungsi kesehatan
Pada aspek ini pengkajian aktivitas sehari-hari meliputi pola nutrisi,
pola eliminasi, istirahat tidur, pola personal hygiene, dan aktivitas saat
di rumah maupun di rumah sakit menurut (Qiemas 2020).
1) Pola Nutrisi
Pada aspek ini dikaji mengenai makan dan minuman pasien
saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi
makan dan minum, jenis makanan dan minuman, porsi makanan,
jumlah minuman dan keluhan yang dialami. Untuk pasien post
operasi hernioraphy keluhan yang sering muncul seperti mual dan
muntah, nafsu makan buruk atau anoreksia.
2) Pola Eliminasi
Pada aspek ini dikaji mengenai BAB dan BAK pasien saat
dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi,
konsistensi, warna dan kelainan eliminasi, kesulitan- kesulitan
eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada saat BAB
dan BAK. Pada pasien post operasi hernioraphy keluhan yang
biasanya muncul pada pola eliminasi biasanya ditemukan ketidak
mampuan defekasi dan flatus.

11
3) Istirahat Tidur
Pada aspek ini dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur
saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji kuantitas tidur
siang maupun malam dan keluhan tidur yang dialami. Pada pasien
post operasi hernioraphy biasanya pasien mengalami gangguan tidur
karena nyeri.
4) Pola Personal Hygiene
Pada pasien post operasi hernioraphy biasanya pasien tidak dapat
melakukan personal hygiene
5) Pola Aktivitas
Pada aspek ini dikaji mengenai kegiatan aktivitas yang
dilakukan di lingkungan keluarga dan di rumah sakit, dilakukan
secara mandiri atau tergantung. Pada pasien post operasi hernioraphy
biasanya pasien mengalami keterbatasan gerak.
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan persistem menurut (Nurohimah
2020).
1) Keadaan Umum
Biasanya pada pasien post operasi hernia inguinalis keadaan
umum pasien lemah, kesadaran dapat dikaji dengan tingkat
kesadaran secara kualitatif Glasgow coma scale (GCS), serta dikaji
tanda-tanda vital (Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan)
2) Sistem Pernafasan
Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya mengalami
peningkatan frekuesnsi pernapasan hal ini merupakan salah satu
dampak akibat dari nyeri luka operasi.
3) Sistem Kardiovasculer
Inspeksi dan palpasi: mengamati adanya pulsasi dan iktus cordis.
Perkusi: meliputi batas-batas jantung
Auskultasi: irama reguler/ireguler, kualitas, ada/tidaknya bunyi
tambahan pada jantung.

12
4) Sistem Pencernaan
Inspeksi : biasanya terdapat luka post operasi di hernia inguinalis
regio inguinal panjang 4 cm dan terletak 2-4cm diatas ligamentum
inguinale
Auskultasi : Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya
sering terjadi ada/tidaknya peristaltik usus dan penurunan bising
usus.
Perkusi : Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya terdapat
distensi abdomen.
Palpasi : Pada pasien post operasi hernia inguinalis teraba massa,
terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
5) Sistem Perkemihan
Kaji pengeluaran urine terdapat nyeri pada waktu miksi atau
tidak, biasanya pada pasien post operasi hernia inguinalis tidak
terjadi perubahan warna urine pada pasien menjadi lebih gelap/pekat
6) SistemPersyarafan
Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji
semua fungsi 12 nervus saraf cranial. Pada pasien post operasi hernia
inguinalis biasanya tidak ada kelainan pada sistem persyarafan
7) Sistem Penglihatan
Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya tidak ada tanda-
tanda penurunan, tidak ada gangguan pada sistem penglihatan
8) Sistem Pendengaran
Uji kemampuan pendengaran dengan test rine, webber, dan
schwabach menunjukan menunjukan tidak ada keluhan pada sistem
pendengaran. Biasanya tidak terdapat keluhan pada pasien post
operasi hernia inguinalis
9) Sistem Muskoloskeletal
Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya ditemukan
kelemahan dan keterbatasan gerak bila di gerakan akan
menimbulkan nyeri di bagian abdomen karna terdapat luka operasi.

13
Maka dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidak
keterbatasan gerak
10)Sistem Integument
Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya ditemukan
adanya luka operasi pada abdomen kuadran bawah, turgor kulit < 3
detik menandakan gejala dehidrasi. Karakteristik luka dinilai dari
kedalaman luka, biasanya luka pada pasien post operasi hernia
inguinalis sakitar 3-5 cm, serta kaji apakah ada tanda tanda infeksi
atau tidak, kaji apakah ada edema, eritema disekitar luka, bagaimana
kebersihan luka bersih/kotor.
11)Sistem Endokrin
Pada umunya pasien post hernia inguinalis tidak mengalami
kelainan fungsi endokrin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan
fungsi endokrin (thyroid dan lain-lain).
f. Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis
Menurut (Muttaqin dan Sari, 2015) antara lain :
a. Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus.
b. Pemeriksaan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit,peningkatan sel darah
putih dan ketidak seimbangan elektrolit pada hernia.
c. USG untuk menilai masa hernia inguinalis
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penaian klinis mengenal
respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).

14
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Pada diagnosa
keperawatan pada pasien post operasi hernia inguinalis adalah (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017):
a. Nyeri Akut
b. Gangguan Rasa Nyaman
c. Risiko hipovolemia
Dalam studi kasus ini, peneliti lebih memfokuskan pada diagnose
keperawatan yaitu nyeri akut. Diagnosa tersebut di angkat karena faktor
utama yang membuat pasien mengalami gangguan rasa aman dan nyaman.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
Perumusan tujuan Tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
ada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat di atasi.
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2014) implementasi merupakan
komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam
tindakan, setelah intervensi di kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas pasien, perawat melakukan tindakan keperawatan spesifik yang
mencangkup tindakan perawat dan tindakan dokter. (Nikmatur & Walid,
2012)
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap pelaksanaan meliputi :
a. Pengumpulan data berkelanjutan
b. Mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan serta menilai data yang baru

15
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Pada diagnosa
keperawatan pada pasien post operasi hernia inguinalis adalah (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017):
a. Nyeri Akut
b. Resiko Infeksi
c. Gangguan Mobilitas fisik
d. Gangguan Rasa Nyaman
e. Ansietas
Dalam studi kasus ini, peneliti lebih memfokuskan pada diagnose
keperawatan yaitu nyeri akut. Diagnosa tersebut di angkat karena faktor
utama yang membuat pasien mengalami gangguan rasa aman dan nyaman.
5. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
Perumusan tujuan Tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
ada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat di atasi.
6. Implementasi Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2014) implementasi merupakan
komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam
tindakan, setelah intervensi di kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas pasien, perawat melakukan tindakan keperawatan spesifik yang
mencangkup tindakan perawat dan tindakan dokter. (Nikmatur & Walid,
2012)
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap pelaksanaan meliputi :
d. pengumpulan data berkelanjutan
e. mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan
serta menilai data yang baru

16
f. Pelaksanaan keperawatan yang berhasil membutuhkan keterampilan
meliputi :
1) Keterampilan kognitif
2) Keterampilan interpersonal
3) Keterampilan psikomotorik
7. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan yaitu dengan mengukur
respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah
pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk
mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam ketersediaan atau pengembangan sumber eksternal (Potter & Perry,
2014). Untuk memudahkan mengevaluasi atau memantau perkembangan
pasien, digunakan komponen SOAP

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang didapat.
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan
Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000.)
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor
resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau
latihan-latihan
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen
karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong
peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
Menurut Oswari E.Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993. Komplikasi yang dapat terjadi dari Hernia Inguinalis adalah
Hernia berulang, Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan
yang berlebihan / infeksi luka bedah, Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip,
dan Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi. Melihat
perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang ditimbulkan, perlu deteksi
dini untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi.

33
Salah satu tindakan yang tepat adalah pembedahan, karena pembedahan akan
menyingkirkan atau mengurangi gejala dari komplikasi.
Lingkungan dan pola hidup serta aktifitas pasien juga mendukung
timbulnya penyakit yang ada hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia.
Ini diperlukan peningkatan pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan
pengobatan kepada pasien untuk dapat membantu proses penyembuhan
penyakit. Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau
yang berhubungan dengan melemahnya otot-otot normal. Hernia
diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari
hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai hernia inguinalis atau
femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau insisional dinding abdomen,
3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan
diafragmatik Hernia.

B. Saran
Berdasakan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa
saran sebagai bahan pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah
Hernia. Adapun saran yang penulis sampaikan adalah: a. Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat
membantu menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan
teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah Herniasi. Karena awal
pengkajian dan diagnosis Herniasi sangat membantu dalam pencegahan
tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus mencari perhatian medis dan
menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada cekikan. b.
Bagi perawat dan tenaga kesehatan: Selalu mengingatkan pasien tentang cara-
cara membatasi terjadinya kontribusi cekikan yang memperparah kondisi
pasien.

34
DAFTAR PUSTAKA

Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2 nd :


Brown Co Biston.
Carpenito, Linda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Kperawatan. Edisi 8.
Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC
Dini, Kasdu. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa
Swara
Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem
Pencernaan.Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Kusuma, H., & Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA. Jogyakarta: Mediaction Jogja.
Liu, Te Campbell,A. (2011). Case Files Ilmu Bedah. Jakarta :Karisma Publishing
Group.
Mary Baradero, S. P. C., Dayrit, M. W., SPC, M., & Siswadi, Y. (2005). Prinsip
dan Praktik Keperawatan Perioperatif. . Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. (1992). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Roper, N., Logan, W.W., Tierney, A.J. (1996)The Elements of Nursing: A model
for nursing based on a modelfor living. (4th edn). London: Churchill
Livingstone.
Susan J. Garrison, 2004. Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik. Jakarata :
Hypocrater. syahlinda, 2008
Wilda Akhyani: Brunner&Suddarth.2002.Keperawatan medical bedah. Vol
1.Jakarta:EGC

35

Anda mungkin juga menyukai