Anda di halaman 1dari 32

REFERAT ILMU BEDAH

HERNIA

PEMBIMMBING :

Dr. Wuri Iswarsigit, Sp.B

DISUSUN :

Bangkit Yudha Prawira (03014025)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUD Kota Karawang

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia

dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ”Trauma Sistem

Saluran Kemih”. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat dalam rangka

memenuhi tugas kepaniteran klinik dasar di bagian Bedah Rumah Sakit Umum

Daerah Karawang periode 5 November– 11 Januari 2018.

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dr. Wuri Iswarsigit, Sp.B bagian Bedah Rumah Sakit Umum

Daerah Karawang sebagai pembimbing.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa referat ini sangat jauh dari sempurna

dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik

yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan referat ini

dalam pembuatan selanjutnya. Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga

referat ini berguna bagi kita semua.

Karawang, 28 Desember 2018

Penulis

Bangkit Yudha Prawira

i
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul :

“Hernia”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUD Karawang

Periode 5 November– 11 Januari 2018

Disusun oleh:

Bangkit Yudha Prawira

030.14.025

Telah diterima dan disetujui oleh

dr. Wuri Iswarsigit ,Sp.B selaku dokter pembimbing

Departemen Ilmu Bedah RSUD Karawang

Karawang, 28 Desember 2018

Mengetahui,

dr. Wuri Iswarsigit, Sp.B

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi............................................................................................ 3
2.1.1 Anatomi Regio Abdomen............................................................... 3
2.1.2 Anatomi Regio Inguinal................................................................. 4
2.2 Hernia............................................................................................ 8
2.2.1 Definisi Hernia............................................................................... 8
2.2.2 Komponen Hernia.......................................................................... 8
2.2.3 Epidemiologi Hernia...................................................................... 8
2.2.4 Klasifikasi Hernia.......................................................................... 9
2.2.5 Etiologi Hernia............................................................................... 12
2.2.6 Patofisiologi Hernia....................................................................... 12
2.2.7 Diagnosis Hernia........................................................................... 15
2.2.8 Diagnosis Banding Hernia............................................................. 20
2.2.9 Tatalaksana Hernia........................................................................ 21
2.2.10 Komplikasi Hernia........................................................................ 26
2.2.11 Prognosis Hernia........................................................................... 26
BAB III KESIMPULAN........................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia
terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan. 1
Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera dari
rongga abdomen melalui suatu lokus minoris resistensieae baik bawaan maupun
didapat. Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari
problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum
dibawa ke rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian masyarakat yang merasa
malu bila penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah
yang kadangkala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya
hernia. Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi
timbulnya hernia inguinalis. 1,2
Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan
pengobatan untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar.
Galen pada tahun 176 Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui
lubang kecil pada lower abdomen, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab
terjadinya hernia inguinalis indirekta. Susruta pada abad ke 5 sesudah Masehi
pertama kali melaporkan pengobatan bedah terhadap hernia. Pada autopsi
terhadap anak yang menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke 18 dan 19
didapatkan 56% adanya patensi dari prosesus vaginalis peritonei. sedangkan
sebelum abad ke 19 melakukan berbagai metode pembedahan dalam mengatur
kembali lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan memperhatikan hubungan
sekitarnya seperti struktur dari funikulus spermatikus. 1,2

1
Bank pada tahun 1884 menyatakan bahwa pengobatan hernia yang
definitif adalah dengan melakukan ikatan yang baik, kegagalan dalam tindakan
tersebut didapatkan akibat kelemahan ikatannya. Selanjutnya dilaporkan pula
pengangkatan lengkap kantong hernia melalui cincin hernia eksterna. Fergusson
pada tahun 1899 menekankan ligasi tinggi dari kantong hernia tanpa merusak
struktur anatomis funikulus dan lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan
melakukan insisi aponeurosis otot obliquus externus. 3
Mc Lennan pada tahun 1914 menyatakan pengobatan bedah Telah
dilakukan, penelitian retrospektif dengan analisis deskriptif terhadap 95 kasus
hernia inguinalis lateralis anak pada kurun waktu Januari 1988 sampai dengan
Desember 1991. Didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0 -1
tahun; 52,6% hernia inguinalis lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis
inkarserata, terbanyak pada ke-lompok umur 0 - 1 tahun (50%); “reduksi
konservatif’ berhasil pada 72,7% dilanjutkan dengan bedah elektif setelah 48 jam
dan pada 8 kasus hernia inguinalis yang inkarserata dilakukan bedah emergensi.
Bila tidak ditangani secara dini, Hernia Inguinal Lateralis (indirek) dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi seperti, terjadi perlengketan antara isi Hernia
dengan dinding kantong Hernia sehingga isi Hernia tidak dapat dimasukkan
kembali dan penekanan terhadap cincin Hernia semakin banyaknya usus yang
masuk. 3
Salah satu penanganan yang dilakukan pada klien Hernia adalah
herniotomi atau herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang
dilakukan herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya
infeksi.3

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI
2.1.1 Anatomi Regio Abdomen
Abdomen merupakan rongga terbesar pada tubuh dan berkelanjutan pada
rongga pelvis.Abdomen terletak diantara diafragma dan pelvis. 4 Batas dinding
perut anterolateral oleh McVay secara anatomis digambarkan sebagai
berikut.Bagian atas adalah prosessus xiphoideus dan arkus kostarum. Bagian
Bawah dari medial ke lateral dibatasi oleh simfisis pubis, ligamentum inguinal,
krista pubikum dan krista iliaka. Bagian belakang dibatasi oleh tulang
belakang.4
Untuk memudahkan deskripsi visceral dan kondisi morbid dari isi di
dalamnya, rongga abdomen dibagi menjadi 9 regio oleh garis imajiner, 2 garis
horizontal dan 2 garis sagital. Garis Horizontal yang membagi abdomen adalah
garis transpyloric dan garis Transtubercular.Sedangkan garis vertikal yang
membagi abdomen adalah garis imajiner yang sejajar dengan mid-clavicular
line.4

Gambar 1. Regio Abdomen

3
2.1.2 Anatomi Regio Inguinal
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentanag region ini penting
untuk terapi operatif ari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentangposisi
relative dari saraf, pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan
fascia. 5
a. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm
dan terletak 2-4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar
diantara cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung
salah satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus
terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri
testicularis n ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri
cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.,5
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga
dimensi. Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar
dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis
obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh
ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar)
kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis
transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils adalah bagian paling
penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah. ,5
Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segi tiga yang
dibentuk oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi
oleh .5
Supero-lateral : Pembuluh darah epigastrika inferior
Medial : Bagian lateral rektus abdominis.
Inferior : Ligamentum ingunale.
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari
trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane
rectus, dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang
melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan
hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect. 4

4
Gambar 2. Segitiga Hesselbach’s
b. Aponeurosis Obliqus External
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial
dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan
transversus abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya
linea alba. external oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari
kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum. 5

Gambar 3. Otot Oblique

5
c. Musculus Obliqus Internus
Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .
bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari
aponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk
membentuk conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang sebenarnya
telah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul
pada 10% pasien. 5
d. Facia Tranvesalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutanb dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan: "The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu
terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian
luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari
spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris. 5

Gambar 4. Facia Tranvesalis


e. Ligamantum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik
fixasi yang penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana
pada teknik McVay. 3
f. Preperitoneal Space
preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh
darah dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli

6
bedah adalah nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral.
nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan
kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang
permukaan anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah
atau melelui perlekatan sebelah lateral ligamentum inguinal pada spina
iliaca anterior superior. 4
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2
dan kadang dari L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi
cabang genital dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis
inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke
hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan
melalui preperitoneal space dari caudal ke cepal dan medial ke lateral ke
cincin interna inguinal. Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan
di preperitoneal space, dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi. 4,5
g. Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis merupakan lubang berbentuk oval dengan diameter
kurang dari 4 cm, dan pada wanita mempunyai diameter lebih lebar
dibang dengan laki-laki.Pada sisi medial femoral sheath dan vena
femoralis yang mengandung limfonodus dan lemak.
Di sekelilingnya terdapat beberapa bagian rigid yaitu pada sisi anterior
terdapat ligamentum inguinale, sisi media terdapat lacuna dari
ligamentum inguinale, dan pada sisi posteriornya terdapat bagian
pectineus dari ligamentum inguinale.Cincin yang sempit ini beresiko
tinggi untuk mengalami inkarserasi (terjepitnya usus).Kanalis femoralis
terletak medial dari vena femoralis didalam lakuna vaserum dorsal dari
ligamentum inguinalis, tempat vena saphena magna bermuara didalam
vena femoralis.Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan
tajam.Batas kranio ventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis,
kaudodorsal oleh pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum ilio
pectineale (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh (sarung) vena
femoralis, dan disebelah medial oleh ligamentum lakunare
gimbernati.Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari

7
ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis.4,5

2.2 HERNIA
2.2.1 Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana
ia terisi secara normal.6
Hernia merupakan protusi atau pononjoloan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik) yang memberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang
biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. 1,2
2.2.2 Komponen hernia
Tiga komponen yang selalu ada pada hernia adalah :
1. Kantong hernia (Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.
Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia
adiposa, hernia intertitialis).
2. Isi hernia (usus,omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).
3. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen).5

Gambar 5. Komponen Hernia


2.2.3 Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada

8
hernia direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang
lebih sedikit.6,7
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000
herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnay di amerika serikat, dibandingkan
dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia
post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya. 6,7
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau
strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang
pernah menjalani operasi hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis
pada pira dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan wanita
4 kali lebih sering dibandingkan dikalagan pria, karena secara keseluruhan
sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita. 6,7
2.2.4 Klasifikasi 6,7
a) Menurut lokasinya :
- Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis
ini merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun
berok atau burut.
- Hernia umbilikus adalah di pusat.
Merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilikus (pusar) akibat peninggian tekanan
intra abdomen. Umbilicus merupakan salah satu lokasi yang lemah
pada abdomen dan tempat yang sering mengalami herniasi. Hernia
umbilicus muncul lebih sering pada wanita. Obesitas dan
kehamilan berulang merupakan precursor, dan ascites sering
mencetuskan masalah. Hernia umbilicus pada dewasa tak ada
hubungannya dengan hernia umbilicus pada anak-anak. Sering
terjadi strangulasi pada colon atau omentum.
Hernia umbilicalis sering terjadi pada bayi dan merupakan kelainan
kongenital. Hernia ini biasanya akan regresi spontan dalam 6 bulan
sampai 1 tahun, bila cincin hernia.

9
- Hernia femoralis adalah di paha.
Pada umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada
wanita kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di
lipat paha. Sering penderita datang ke dokter atau rumah sakit
dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
benjolan di lipat paha di bawah ligamentum inguinale, di medial
vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang
lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat
paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau karena penderita
gemuk. Hernia ini masuk melalui annulus femoralis ke dalam
kanalis femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Hernia
femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari lig. Inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis
- Hernia Epigastrik adalah di regio epigastrium
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus dan
processus xyphoideus. Hernia pada linea alba muncul lebih sering
diatas umbilicus dari pada dibawahnya. Hernia-hernia ini biasanya
kecil dan sulit diagnosis pada pasien obes. Pasien mengeluhkan
nyeri, sensasi tertarik dibagian tengah perut. Hernia ini juga bisa
diperbaiki dengan jahitan sederhana. Harus diwaspadai adalah
hernia ini sering multiple.
b) Menurut isinya :
- Hernia usus halus
- Hernia omentum
c) Menurut penyebabnya :
- Hernia kongenital atau bawaan
- Hernia traumatic
- Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
d) Menurut terlihat dan tidaknya :
- Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan
sebagainya.

10
- Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen
winslowi, hernia obturaforia.
e) Menurut keadaannya :
- Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali ke dalamrongga perut disertai akibat yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata
lebih dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.
- Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia
terpuntir atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal
dan pergerakan otot serta mungkin dapat menimbulkan
penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
f) Menurut nama penemunya :
- Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
- Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis
diatas penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus
abdominalis bagian lateral.
- Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus
yang terjepit.
g) Menurut sifatnya :
- Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi
hernis keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
- Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga.
h) Jenis hernia lainnya :
- Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang
terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
- Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke
scrotum secara lengkap.
- Hernia littre

11
Adanya diverticulum Meckel sebagai komponen tambahan pada
kantung hernia menjadi ciri dari Littre's hernia. Keadaan yang tak
lazim ini bisa sangat sulit di diagnosa karena gejala obstruktif yang
sedikit.. Strangulasi dari diverticulum Meckel bisa terjadi yang
menyebabkan fistel sebagai keluhan utama. Menejemen operasi
berupa reparasi hernia dengan atau tanpa reseksi diverticulum
Meckel. Suatu diverticulum Meckel yang menyebabkan gejala atau
mengalami strangulasi harus direseksi. Reseksi dari suatu
diverticulum meckel tanpa gejala harus berdasarkan usia dan
keadaan umum pasien.
2.2.5. Etiologi 6
a. Kelemahan otot dinding abdomen.
- Kelemahan jaringan
- Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
- Trauma
b. Peningkatan tekanan intra abdominal
- Obesitas
- Mengangkat benda berat
- Mengejan à Konstipasi
- Kehamilan
- Batuk kronik
- Hipertropi prostate

2.2.6. Patofisologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekananpada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuatatau bersin dan perpindahan bagian usus
kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihanpada daerah abdominal itu
tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkindisebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebutdimana
kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup
lama,pembedahan abdominal dan kegemukan.7

12
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecilpada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia.Karena organ-organ selalu selalu
sajamelakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah.sehingga akhirnyamenyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi atau mengalami kelemahan jikasuplai darah terganggu maka
berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.7
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab
yang didapat.Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.Dalamkeadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur.7
Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebihvertikal.Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dananulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalisinguinalis. Pada orang dewasa
kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerahtersebut maka
akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan
tekanan intra abdomen.7

13
Peningkatan Tekanan Intra Kelemahan otot dinding
Abdomen : abdomen :
Batuk Trauma
Bersin Obesitas
Mengejan Kehamilan
Mengangkat benda berat Kelainan Kongenital

Isi rongga abdomen (usus) melewati Isi rongga abdomen (usus) melewati
dinding abdomen annulus inguinalis

Masuk ke kanal inguinal


Masuk ke kanal inguinal

Menonjol ke facia tranvesalis

Keluar pada cincin kanal

Masuk ke scrotum terjadi


penonjolan keluar (hernia)

Obstruksi Saluran Instestinal

Bendungan Vena

Edema

Suplai terhambat

Ischemic

Nekrosis

Resiko Infeksi

Gambar 6. Patofisiologi Hernia

14
2.2.7. Diagnosis
1. Anamnesis8
Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan
keluhan-keluhan, antara lain
- Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya
“Benjolan” dipelipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor pada wanita.
- Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di
pelipatan paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.
- Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra
abdominal, misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat
beban berat. Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita
berbaring (reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak menghilang
ketika berbaring (irreponibilis)
- Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong
hernia
- Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserata karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau
strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan
vaskularisasi)
- Faktor-faktor predisposisi, antara lain:
 Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi,
tentara, kuli bangunan, dll)
 Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk
kronis, ascites, atau susah BAB)
 Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakin
lemah.

15
Ananmnesa hernia femoralis:
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan menaikkan tekanan intraabdomen
seperti mengangkat barang dan batuk.Benjolan ini hilang pada waktu
berbaring. Sering penderita dating ke dokter atau ke rumah sakit dengan
hernia strangulate. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di
lipat paha di bawah ligamentum inguinaloe di medial v.femoralis dan
lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda
sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan,
karena kecilnya atau penderita gemuk.
2. Pemeriksaan Fisik8
a. Inspeksi
 Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi
berdiri. Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta
untuk melakukan manuver valsava.
 Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah
berbaring.
 Hernia inguinal
o Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral ke medial, tonjolan
berbentuk lonjong.
o Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk
bulat.
 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
 Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
 Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
 Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
 Hernia perineum : benjolan di perineum.
 Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya
tanda radang (-).

16
b. Palpasi
 Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak
tampak benjolan penderita diminta mengejan atau melakukan
manuver valsava.
 Tentukan konsistensinya
 Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
 Kompresable umumnya (+)
 Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan
medialis dapat dilakukan beberapa macam test (provokasi test).
 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah
ligamentum inguinal
 Hernia inkarserata : nyeri tekan.
c. Auskultasi
 Ditemukan suara bising usus (diatas benjolan).
 Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada
hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
d. Perkusi
 Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
3. Pemeriksaan Khusus 9
a. Zieman’s Test
Penderita dalam keadaan berdiri atau.Bilamana kantong hernia terisi,
kita masukkan dulu kedalam kavum abdomen.Untuk memeriksa bagian
kanan digunakan tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat
dikerjakan pada penderita laki-laki ataupun perempuan.8
Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan diatas annulus
inguinalis internus ( ± 1,5 cm diatas pertengahan SIAS dan tuberkulum
pubikum), jari ketiga diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan
jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh mengejan maka
timbul dorongan pada salah satu jari tersebut diatas.Bilamana dorongan
pada jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga

17
berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada jari keempat berarti
hernia femoralis.8

Gambar 7. Zieman’s Test


b. Finger Test
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan
menggunakan jari telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan
menyelusuri annulus eksternus sampai dapat mencapai kanalis
inguinalis kemudian penderita disuruh batuk, bilamana ada dorongan
atau tekanan timbul pada ujung jari maka didapatkan hernia inguinalis
lateralis, bila pada samping jari maka didapatkan suatu hernia inguinalis
medialis.8

18
Gambar 8. Finger Test
c. Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah
benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada
annulus internus.Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan
hidung atau mulut tertutup atau batuk.Bila benjolan keluar waktu
mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti
hernia inguinalis lateralis.8

Gambar 9. Thumb Test

19
4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal meningkat,
sebagai penyebab timbulnya hernia.
 Rectum toucher : BPH, Stenosis Anal, Tumor Recti
 Thorax foto : Batuk kronis, asma, tumor paru
 USG Abdomen : Asites, tumor abdomen
 Genitalia Eksterna : Striktura urethra, phymosis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam
posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan
memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%.
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia
incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari
suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang
dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi yang
menunjukkan hernia inguinalis.8

2.2.8. Diagnosis Banding

Gambar 10. Diagnosis Banding Hernia

20
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktifitas seperti mengejan , batuk dan gerak lain yang
disertai dengan peningkatan tekanan intra abdomen, sedangkan penyakit lain
tidak berhubungan dengan aktifitas demikian. 8
Limfadenitis yang disertai tanda radang local umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus atau kulit tubuh kaudal dari
umbilicus.8
Berikut ini adalah tabel yang membandingkan antara hernia inguinalis
lateralis, medialis dan femoralis.8

Gambar 11. Diagnosis Banding

2.2.9. Penatalaksanaan10
1. Non Operatif
pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi (pemakaian sabuk TRUSS). Indikasinya adalah :
 Bila menolak operasi

21
 Disertai penyakit berat yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal (ascites, cirrhosis hepatic, tumor paru).
2. Operatif
Indikasi pada hernia inguinalis :
 Hernia dengan komplikasi inkarserata ataupun stangulata.
 Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponibilis
atau irreponibilis)
 Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu.10

Macam operasi :

 Herniotomy, yaitu: membuang kantong hernia seproximal


mungkin, terutama pada anak-anak karena dasarnya adalah
congenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
 Herniorrhapy, yaitu: herniotomy disertai tindakan bedah untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis
inguinalis (hernioplasty).10

Teknik Operasi :6,7


Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat
diklompokkan dalam 4 kategori utama :
 Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan
Shouldice) melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus
abdomins ekternus dan membebaskan funikulus spermatikus.
fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis
spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya
diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.6,7

Teknik Bassini6,7
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus
dikanalis ingunalis hingga ke cincin ekternal
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk
mencari hernia indirect sekaligus menginspeksi dasar dari
kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.

22
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis
inguinalis (fascia transversalis)
- Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
- Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia
tranfersalis, otot transversalis abdominis dan otot
abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.

Gambar 12. McVay open anterior repair.

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka


dalam rekontruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan
permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki
dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang
tejadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri
juga dapat terjadi neckosis otot yang akan menyebakan jahitan
terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.6,7

 Kelompok 2 : Open Posterior Repair


Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus)
dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen superior
hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis.
Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior
adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair

23
sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena
menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini
biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.6,7

 kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh


Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan
Rutkow ) menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik
open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh
yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia
tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia.
Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.6,7

Gambar 13. Open Mesh Repair


Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang
penggunaan implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi
atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh
hernia telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini
terus populer.Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local,
regional atau general.6,7

24
 Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam
beberapa tahun terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi.
Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal diatas
peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus
halus dan pembentuka fistel karena paparan usus terhadap
mesh.3,9
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies
dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP) .
pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar
laparoscopic dalam cavum abdomendan memperbaiki region
inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan
kemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan
TAPP adalah prosedur laparoskopic langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama
operasi.3,9

Gambar 14. Laparoscopic mesh repair

25
Komplikasi Post Operasi
a. Hematoma (pada luka atau pada skrotum)
b. Infeksi pada luka operasi
c. Rekurensi / residif
d. Cedera v.Femoralis, n.Illionguinalis, n.Illiofemoralis, duktus
deferens, atau buli-buli.

2.2.10. Komplikasi11
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga
isi hernia tidakdapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan inibelum ada gangguan penyaluran isi
usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincinhernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluhdarah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dankemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah danobstipasi.
6. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.

2.2.11. Prognosis11
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan.Tapi pada umumnya ‘baik’ karena kekambuhan setelah
operasi jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang
besar yang memerlukan penggunaan materi prostesis.Pada penyakit
hernia ini yang penting adalah mencegah faktor predisposisinya.

26
BAB III

KESIMPULAN

Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal.6 Penyebab dari hernia pada dasarnya karena perlemehanan
dinding perut dan tekanan intra abdomen tinggi. Dalam Penegakan diagnosis
hernia harus tepat sesuai dengan gejala dan penemuan fisik yang khusus
menunjukan hernia. Terapi pada hernia hanya dengan terapi operatif, dengan
berbagai macam teknik operasi yang menentukan prognosis pasien. Pada dasarnya
dari segala teknik operasi yang paling terpenting adalah sesegera mungkin dalam
mendiagnosis agar bisa segera di beri tindakan operatif sebelum menjadi kronik
dan komplikasi sehingga mendapatkan prognosis yang baik.

27
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi IV.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2016. Hal 700-718
2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi VI, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2015; Hal 313-317.
3. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global
Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi 2010.
4. Gray Henry. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy and
surface markings, Bartleby. Philadelphia 2012 ; Hal 350-351.
5. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium,
dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 4. EGC 2010. 615-641.
6. Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders 2013. 1199-1217.
7. W. Steve Eubanks M. D. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery. 16th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders 2011. 783-800
8. Way L.W. Hernia and Other Lesions of Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment, ninth edition. Prentice Hall International Inc
2013. 700-710
9. Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit Harwood
Academic Publishers. Amsterdam 2010.
10. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.
2012.
11. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of
Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies 2009. 920-942

28

Anda mungkin juga menyukai