HERNIA INGUINALIS
Penulis:
Stefanus Andrew Susanto
406181064
Pembimbing:
dr. Ratin Adira, Sp.B
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hernia Inguinal”. Referat ini merupakan
salah satu prasyarat agar dapat dinyatakan lulus sebagai Profesi Kedokteran.
Selama menyelesaikan referat ini, banyak pihak yang membantu penulis. Oleh
karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Ratin Adira, Sp.B selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, ilmu
pengetahuan, serta pengajaran yang baik selama penulis mengikuti kepaniteraan di RS
Sumber Waras.
2. Teman–teman dan kerabat yang selalu membantu selama proses penulisan referat ini.
3. Para perawat dan seluruh karyawan RS Sumber Waras yang telah membantu penulis
dan memberikan saran-saran yang berguna dalam menjalani kepaniteraan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki keterbatasan. Oleh karena itu,
penulis akan menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan referat ini.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu penulis selama penyelesaian referat. Dengan segala keterbatasan yang ada,
penulis berharap referat ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu khususnya
dalam bidang ilmu Bedah.
iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB 2................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................2
BAB 3..............................................................................................................................29
KESIMPULAN................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................30
iv
PENDAHULUAN
Hernia merupakan sebuah kata yang diambil dari bahasa latin yang dalam bahasa
inggris adalah “rupture”. Hernia merupakan sebuah kelemahan dari suatu daerah, kerusakan
lengkap dari jaringan ikat dinding perut. Struktur yang menonjol mengandung bagian dari
dinding perut yang melewati, herniasi melalui sebuah defek. Hernia memiliki arti yang
kearah kelemahan dari anatomi. Sedangkan, disisi lain hernia dapat diartikan sebagai sebuah
penonjolan atau “protrusi” pada suatu daerah tertentu. Hernia dapat ditemukan pada berbagai
organ dan lokasi. Pada 80% kasus operasi hernia, didapatkan hernia daerah selangkangan
atau inguinal merupakan daerah tersering lokasi hernia.1,2
Hernia inguinal sembilan kali lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding
wanita. Meskipun begitu, hernia pada femur lebih sering ditemukan pada wanita. Resiko
untuk menderita hernia pada laki-laki adalah 15%, sedangkan pada wanita kurang dari 5%.1
Hernia inguinal merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis. Dari
keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di
Amerika Serikat. 1
Temuan mengenai hernia pada abdomen pertama kali ditemukan pada 1500 tahun
sebelum masehi. Selama masa ini, hernia dinding abdomen diobati menggunakan sabuk atau
menggunakan perban. Temuan pertama kali mengenai pengobatan dengan operasi untuk
hernia merupakan operasi hernia inguinal. Pengobatan operasi hernia awalnya dilakukan
dengan operasi secara luas dengan insisi skrotum menggunakan tindakan orkidektomi pada
kedua tempat. Beberapa tahun kemudian, pengobatan hernia meliputi ligasi dan eksisi dari
kantong hernia serta penutupan defek.1,2
Hingga sekarang, pengobatan dalam hernia masih terus berkembang. Bahkan
sekarang tehnik laparaskopi sudah tervalidasi dengan aman dan efektif dalam pengobatan
hernia. Untuk itu, diperlukan pengetahuan anatomi dari dinding abdomen di inguinal untuk
mengetahui tatalaksana lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hernia merupakan sebuah kata yang diambil dari bahasa latin yang dalam bahasa
inggris adalah “rupture”. Hernia merupakan sebuah kelemahan dari suatu daerah, kerusakan
lengkap dari jaringan ikat dinding perut. Struktur yang menonjol mengandung bagian dari
dinding perut yang melewati, herniasi melalui sebuah defek. Hernia memiliki arti yang
kearah kelemahan dari anatomi. Sedangkan, disisi lain hernia dapat diartikan sebagai sebuah
penonjolan atau “protrusi” pada suatu daerah tertentu. Hernia dapat ditemukan pada berbagai
organ dan lokasi. Pada 80% kasus operasi hernia, didapatkan hernia daerah selangkangan
atau inguinal merupakan daerah tersering lokasi hernia.1,2
Hernia inguinal merupakan sebuah penonjolan melalui sebuah defek pada dinding
abdomen lebih tepatnya kanal inguinal. 2 bagian penting untuk memahami mengenai hernia
inguinal adalah pembuluh darah inferior abdomen serta kanal inguinal. Pembuluh darah
inferior epigastrium merupakan sebuah struktur yang sangat penting dalam hernia inguinal.
Keberadaanya dapat membedakan hernia dalam 2 tempat: Medial (direct) dan Lateral
(indirect). Kanal inguinal merupakan sebuah tempat yang kompleks dimana terdapat struktur
yang dapat keluar dan masuk abdomen.1,2
Hernia Inguinal Lateral (Indirect) merupakan hernia inguinal yang terdapat pada
lateral dari pembuluh darah epigastrium inferior dan tidak secara langsung menembus
dinding abdomen (melalui lubang inguinal dalam). Hernia Inguinal Medial (direct)
merupakan hernia inguinal yang terdapat pada medial dari pembuluh darah inferior
epigastrium, dan biasanya berada pada daerah trigonum hesselbach’s. Trigonum
Hesselbach’s merupakan sebuah daerah berbentuk segitiga yang terdiri dari batas medial
muskulus rektus abdominis, batas lateral ligamentum inguinal dan batas superior pembuluh
darah inferior epigastrium.1,2
Anatomi dari kanal inguinal harus dipahami untuk prinsip diagnosis dan tatalaksana
hernia inguinal. Perkembangan dalam tatalaksana hernia juga didukung oleh perkembangan
pengetahuan mengenai anatomi dari kanal inguinal.1,2
2.2. Anatomi
Anatomi daerah inguinal diperlukan dalam diagnosis dan tatalaksana hernia. Dinding
abdomen bagian luar jika dibuka terdiri dari :
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.
a. Superfisial (Camper) dan
b. profundus (Scarpa).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan luar
dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Muskulus rektus Abdominal pada bagian medial terdapat sebuah garis yang bernama Linea
Alba.
5. Muskulus Eksternal Oblik
9. Conjoint Tendon merupakan struktur yang terbuat dari bagian bawah aponeurosis oblikus
internus dan tranversus abdominis. Berjalan kearah inferior dan melekat pada tuberkulum
pubis. Membuat dinding posterior pada kanal inguinal.
10. Tranversalis Facia
14. Deep Inguinal Ring merupakan sebuah lubang yang terdapat pada fasia tranversal akibat
lewatnya spermatic cord pada pria dan round ligament pada wanita.
15. Superficial Inguinal Ring merupakan sebuah lubang yang terdapat pada aponeurosis
oblikularis eksternus
16. Ligamentum Inguinal merupakan ligamen yang berjalan dari anterior superior iliac spine
berjalan ke medial menuju tuberkulum pubis.
17. Spermatic Cord
Hingga pada sekitar tahun 1700-1800 setelah masehi, Hesselbach, Coper, Canper,
Scarpa, Ritcher, Gibernart mempelajari komponen penting yang vital dalam organ inguinal.
Mereka mendalami untuk mengetahui anatomi dan patofisiologi dari hernia hal ini
menyebabkan ahli bedah seperti Macry, Kocher, Lucas melakukan operasi hernia dengan
pemotongan kantung hernia, ligasi tinggi, penutupan lubang inguinal. Operasi ini
memberikan hasil yang baik tetapi untuk rekurensi dari operasi masih cukup tinggi. Hingga
pada sekitar 1844-1924 Edoardo Bassini memberikan terapi terbaru yang disebut
basiniplasti.1,2
Edoardo Bassini mempelajari lebih dalam mengenai anatomi dari kanal inguinal
sehingga melakukan tindakan bedah dengan “tissue based repair”. Tindakan ini memberikan
hasil yang baik dengan morbiditas yang lebih baik. Tindakan basiniplasti ini terus
berkembang dan terus dimodifikasi oleh para ahli bedah. Hingga pada tahun 1980,
Lichtenstein melakukan modifikasi tindakan bedah berdasarkan tindakan basiniplasti.1,2
10
Lichenstein mengenalkan tindakan bedah bernama Tension free repair, hal ini
terinspirasi akibat banyaknya keluhan high tension paska basiniplasti. Tindakan bedah ini
juga memberikan modifikasi dengan rekonstruksi dari dasar inguinal menggunakan protesa.
Pemasangan mesh sebagai protesa ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan atau
mengembalikan kekuatan dari tranversalis fasia. Tindakan bedah ini dapat diterima baik di
masyarakat luas hasil superior dan menurunkan keluhan high tension yang terjadi pada
basiniplasti. Protesa juga menurunkan dari rekurensi dan meningkatkan kualitas hidup
penderita.1,2
Seiring dengan perkembangan zaman dimana tindakan laparaskopi sudah memiliki
banyak manfaat dalam tindakan bedah, laparaskopi dapat diterapkan sebagai tindakan bedah
untuk hernia inguinal. Tindakan laparaskopi dapat terbagi dalam 2 jenis: TAPP
(Transabdominal Preperitoneal), TEP (Total Ekstraperitoneal).1,2
2.4. Epidemiologi
Hernia Inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak setelah appendicitis. Tindakan
bedah hernia sebanyak 17,2% di Prancis dan 24,1% di Amerika dari total kasus operasi yang
ada. Kasus hernia sebanyak 75% terjadi pada daerah inguinal. 27% terdapat pada pria dengan
11
2.5. Klasifikasi
Klasifikasi Hernia pada dinding abdomen dapat dikategorikan berdasarkan lokasi.
12
13
14
17
Penyebab pasti dari hernia inguinal belum ada yang jelas, namun terjadinya hernia
inguinal biasa disebabkan oleh tingginya paparan faktor resiko yang dapat menyebabkan
hernia.1,2
Pada hernia dengan nyeri hebat biasa disebabkan akibat obstruksi yang menyebabkan
lumen hernia terjebak dan terjepit. Hal ini menyebabkan penurunan aliran vena sehingga
terjadi kongesti, edema, iskemi. Hal ini dapat menyebabkan menurunya perfusi arteri
sehingga terjadi kerusakan jaringan dan nekrosis. Hal ini disebut hernia strangulata.1,2
18
19
Penelitian pada kasus 1400 hernia inguinal didapatkan hasil yang signifikan bahwa pada
keluarga memiliki riwayat hernia. First National Health & Nutrition Exam Survey melakukan
penelitian mengenai hernia pada orang obesitas, dan didapatkan adanya efek protektif
terhadap hernia pada orang obesitas. Kemungkinan penjelasan atau hipotesa yang dapat dijelaskan
1,2
dari hal ini adalah pada orang obesitas didapatkan kesulitan untuk mendeteksi hernia.
Pada penelitian pemeriksaan kulit hernia inguinal secara didapatkan penurunan
secara signifikan dari kolagen tipe I dan III. Analisa lebih lanjut juga menunjukan bahwa
pada dermis penderita hernia lebih tipis dan terdapat disagregasi dari kolagen. Hal ini
menunjukan jika kulit pada orang hernia didapatkan penurunan kualitas dan densitas kolagen
kulit. Pada penyakit kolagen seperti Ehlen Danles Syndrome; Marfan syndrome; Hunters
Syndrome; Hurler Syndrome meningkatkan faktor resiko hernia. Penelitian terakhir juga
20
2.8. Diagnosis
Penegakan diagnosis hernia dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa dapat dilakukan pertanyaan-pertanyaan terarah
mengenai ada tidaknya faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia. Untuk membedakan
jenis-jenis hernia dapat ditanyakan bagaimana sifat hernia, seperti hilang timbul atau
menetap, ada tidaknya nyeri sekitar hernia. Selain itu, karena hernia merupakan penyakit
dengan banyak penyakit yang menyertai hernia perlu ditanyakan anamnesa terarah terhadap
penyakit yang biasa dapat menyebabkan hernia. Misalnya pada marfan syndrome; ada
tidaknya gangguan penglihatan.1,2
Pemeriksaan Fisik dapat dilakukan pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi dari
hernia yang akan dibahas lebih dalam pada sub bab berikut. Pemeriksaan penunjang tidak
diperlukan kecuali hernia yang terjadi belum jelas dan untuk menghindari dari kesalahan
diagnosa dapat dilakukan pemeriksan USG, CT-Scan dan MRI.1,2
2.9. Gejala
Tanda dan gejala pada hernia bervariasi dari satu orang hingga orang lain. Beberapa
pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha, pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat beraktivitas, beberapa tanpa gejala seringnya hernia ditemukan pada
saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa
pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia ingunalis
lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke skrotum. Dengan bertambah besarnya
21
22
Pemeriksaan foto polos pelvis dapat dilakukan untuk menemukan gambaran lumen
usus daerah inguinal. Pemeriksaan CT-Scan dapat dilakukan dimana pada penelitian
didapatkan sensitivitas 80% dan spesifisitas 65%. MRI sensitivitas 95% dan spesifisitas
96%.2
24
2.12. Tatalaksana
Pada kasus emergensi di IGD tatalaksana awal yang perlu dilakukan adalah tindakan
untuk mengurangi tekanan intraabdominal dengan cara melakukan posisi Trendelenburg
dengan sudut 15-20’. Pengurangan tekanan intraabdominal yang dilakukan adalah dengan
memasang selang kateter urin, pemasangan NGT. 1,2,3
25
26
27
28
29
31
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
33