Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

HERNIA INGUINALIS

Penulis:
Stefanus Andrew Susanto
406181064

Pembimbing:
dr. Ratin Adira, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
PERIODE 14 OKTOBER – 21 DESEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Penyusun : Stefanus Andrew Susanto


NIM : 406181064
Universitas : Universitas Tarumanagara
Fakultas : Fakultas Kedokteran
Bagian : Ilmu Bedah
Periode : 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Judul : Hernia Inguinal
Pembimbing : dr. Ratin Adira, Sp.B

Telah diperiksa dan disetujui:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Jakarta, 28 November 2019


Pembimbing

ii

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
dr. Ratin Adira, Sp.B

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hernia Inguinal”. Referat ini merupakan
salah satu prasyarat agar dapat dinyatakan lulus sebagai Profesi Kedokteran.
Selama menyelesaikan referat ini, banyak pihak yang membantu penulis. Oleh
karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Ratin Adira, Sp.B selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, ilmu
pengetahuan, serta pengajaran yang baik selama penulis mengikuti kepaniteraan di RS
Sumber Waras.
2. Teman–teman dan kerabat yang selalu membantu selama proses penulisan referat ini.
3. Para perawat dan seluruh karyawan RS Sumber Waras yang telah membantu penulis
dan memberikan saran-saran yang berguna dalam menjalani kepaniteraan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki keterbatasan. Oleh karena itu,
penulis akan menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan referat ini.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu penulis selama penyelesaian referat. Dengan segala keterbatasan yang ada,
penulis berharap referat ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu khususnya
dalam bidang ilmu Bedah.

iii

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB 2................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................2
BAB 3..............................................................................................................................29
KESIMPULAN................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................30

iv

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

Hernia merupakan sebuah kata yang diambil dari bahasa latin yang dalam bahasa
inggris adalah “rupture”. Hernia merupakan sebuah kelemahan dari suatu daerah, kerusakan
lengkap dari jaringan ikat dinding perut. Struktur yang menonjol mengandung bagian dari
dinding perut yang melewati, herniasi melalui sebuah defek. Hernia memiliki arti yang
kearah kelemahan dari anatomi. Sedangkan, disisi lain hernia dapat diartikan sebagai sebuah
penonjolan atau “protrusi” pada suatu daerah tertentu. Hernia dapat ditemukan pada berbagai
organ dan lokasi. Pada 80% kasus operasi hernia, didapatkan hernia daerah selangkangan
atau inguinal merupakan daerah tersering lokasi hernia.1,2
Hernia inguinal sembilan kali lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding
wanita. Meskipun begitu, hernia pada femur lebih sering ditemukan pada wanita. Resiko
untuk menderita hernia pada laki-laki adalah 15%, sedangkan pada wanita kurang dari 5%.1
Hernia inguinal merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis. Dari
keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di
Amerika Serikat. 1
Temuan mengenai hernia pada abdomen pertama kali ditemukan pada 1500 tahun
sebelum masehi. Selama masa ini, hernia dinding abdomen diobati menggunakan sabuk atau
menggunakan perban. Temuan pertama kali mengenai pengobatan dengan operasi untuk
hernia merupakan operasi hernia inguinal. Pengobatan operasi hernia awalnya dilakukan
dengan operasi secara luas dengan insisi skrotum menggunakan tindakan orkidektomi pada
kedua tempat. Beberapa tahun kemudian, pengobatan hernia meliputi ligasi dan eksisi dari
kantong hernia serta penutupan defek.1,2
Hingga sekarang, pengobatan dalam hernia masih terus berkembang. Bahkan
sekarang tehnik laparaskopi sudah tervalidasi dengan aman dan efektif dalam pengobatan
hernia. Untuk itu, diperlukan pengetahuan anatomi dari dinding abdomen di inguinal untuk
mengetahui tatalaksana lebih lanjut.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Hernia merupakan sebuah kata yang diambil dari bahasa latin yang dalam bahasa
inggris adalah “rupture”. Hernia merupakan sebuah kelemahan dari suatu daerah, kerusakan
lengkap dari jaringan ikat dinding perut. Struktur yang menonjol mengandung bagian dari
dinding perut yang melewati, herniasi melalui sebuah defek. Hernia memiliki arti yang
kearah kelemahan dari anatomi. Sedangkan, disisi lain hernia dapat diartikan sebagai sebuah
penonjolan atau “protrusi” pada suatu daerah tertentu. Hernia dapat ditemukan pada berbagai
organ dan lokasi. Pada 80% kasus operasi hernia, didapatkan hernia daerah selangkangan
atau inguinal merupakan daerah tersering lokasi hernia.1,2
Hernia inguinal merupakan sebuah penonjolan melalui sebuah defek pada dinding
abdomen lebih tepatnya kanal inguinal. 2 bagian penting untuk memahami mengenai hernia
inguinal adalah pembuluh darah inferior abdomen serta kanal inguinal. Pembuluh darah
inferior epigastrium merupakan sebuah struktur yang sangat penting dalam hernia inguinal.
Keberadaanya dapat membedakan hernia dalam 2 tempat: Medial (direct) dan Lateral
(indirect). Kanal inguinal merupakan sebuah tempat yang kompleks dimana terdapat struktur
yang dapat keluar dan masuk abdomen.1,2
Hernia Inguinal Lateral (Indirect) merupakan hernia inguinal yang terdapat pada
lateral dari pembuluh darah epigastrium inferior dan tidak secara langsung menembus
dinding abdomen (melalui lubang inguinal dalam). Hernia Inguinal Medial (direct)
merupakan hernia inguinal yang terdapat pada medial dari pembuluh darah inferior
epigastrium, dan biasanya berada pada daerah trigonum hesselbach’s. Trigonum
Hesselbach’s merupakan sebuah daerah berbentuk segitiga yang terdiri dari batas medial
muskulus rektus abdominis, batas lateral ligamentum inguinal dan batas superior pembuluh
darah inferior epigastrium.1,2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 1. Trigonum Hesselbach’s.5

Anatomi dari kanal inguinal harus dipahami untuk prinsip diagnosis dan tatalaksana
hernia inguinal. Perkembangan dalam tatalaksana hernia juga didukung oleh perkembangan
pengetahuan mengenai anatomi dari kanal inguinal.1,2

2.2. Anatomi

Anatomi daerah inguinal diperlukan dalam diagnosis dan tatalaksana hernia. Dinding
abdomen bagian luar jika dibuka terdiri dari :
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.
a. Superfisial (Camper) dan
b. profundus (Scarpa).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan luar
dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Muskulus rektus Abdominal pada bagian medial terdapat sebuah garis yang bernama Linea
Alba.
5. Muskulus Eksternal Oblik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
6. Muskulus Internal Oblik
7. Muskulus Tranversus Abdomen
8. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinal (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak
mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis., Lakunare (Gimbernat)
Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon
obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini membentuk sudut kurang
dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk
pinggir medial kanalis femoralis. dan Colle’s Ligamentum ini dibentuk dari serabut
aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke linea alba.

Gambar 2. Anatomi Dinding Abdomen3

9. Conjoint Tendon merupakan struktur yang terbuat dari bagian bawah aponeurosis oblikus
internus dan tranversus abdominis. Berjalan kearah inferior dan melekat pada tuberkulum
pubis. Membuat dinding posterior pada kanal inguinal.
10. Tranversalis Facia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
11. Ekstraperitoenal Fat
12. Parietal Peritoneum
13. Kanal Inguinal merupakan sebuah daerah berukuran 4-6 cm berbentuk kerucut dimuali
dari dinding posterior abdomen. Merupakan tempat spermatic cord pada pria dan
ligamentum oval pada wanita berjalan. Tersusun dari:1,2,3,6

- Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3


lateralnya muskulus obliqus internus.
- Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang
bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior
dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan
konjoin tendon, dinding posterior berkembang dari aponeurosis
muskulus transversus abdominis dan fasia transversal.
- Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan
muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
- Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

Gambar 3. Spermatic Cord6

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Isi kanalis inguinalis pria :
a. Duktus deferens
b. 3 arteri yaitu :
1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
3.Arteri spermatika eksterna
c. Plexus vena pampiniformis
d. 3 nervus:
1. Cabang genital dari nervus genitofemoral
2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e. 3 lapisan fasia:
1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate.
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut-serabut muskulus obliqus
internus dan fasia
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal.

14. Deep Inguinal Ring merupakan sebuah lubang yang terdapat pada fasia tranversal akibat
lewatnya spermatic cord pada pria dan round ligament pada wanita.
15. Superficial Inguinal Ring merupakan sebuah lubang yang terdapat pada aponeurosis
oblikularis eksternus
16. Ligamentum Inguinal merupakan ligamen yang berjalan dari anterior superior iliac spine
berjalan ke medial menuju tuberkulum pubis.
17. Spermatic Cord

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 4. Kanalis Inguinal2

Gambar 5. Anatomi Inguinal2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 6. Hernia Inguinal7

Proses pembentukan prosesus vaginalis diperlukan untuk memahami proses


pembentukan hernia. Pembentukan prosesus vaginalis dimulai sejak usia 10 minggu gestasi
hingga minggu terakhir kehamilan.1,2
Pada pria, penurunan testis terbagi dalam 2 fase. Yaitu fase intra abdomen dan fase
penurunan testis melalui kanal inguinal. Pada fase intra abdomen, terjadi pada minggu 10-14
gestasi, testis akan turun mendekati kanal inguinal. Setelah fase intra abdomen lengkap,
penurunan testis akan dilanjutkan dengan fase penurunan testis yang akan lengkap pada
minggu ke 35 kehamilan. Sedangkan pada wanita, tidak terjadi penurunan organ, dan pada
masa kehamilan akan terbentuk ligamentum oval.1,2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Penurunan Testis membawa lapisan-lapisan otot dinding abdomen. Otot dinding
abdomen yang terbawa: aponeurosis oblikus eksternus, sebagian dari muskulus internal oblik
terbawa setengah dan setengah tinggal. Muskulus tranversus abdominis tidak ikut terbawa
sehingga tetapdi atas.1,2

Gambar 7. Penurunan Testis6

Gambar 8. Ligamentum Oval pada Wanita6


2.3. Sejarah
Perkembangan zaman terus mengubah bagaimana pandangan para ahli bedah terhadap
hernia. Mulanya penyakit hernia sudah ditemukan sejak sebelum masehi. Pengobatan hernia
terus berubah setiap perkembangan zaman. Pada zaman Egypt ditemukan pengobatan hernia
pertama kali dengan menggunakan tindakan bedah. Tindakan bedah ini melibatkan
pemotongan testis untuk penanganan hernia.1,2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 9. Operasi Hernia Egypt.10

Hingga pada sekitar tahun 1700-1800 setelah masehi, Hesselbach, Coper, Canper,
Scarpa, Ritcher, Gibernart mempelajari komponen penting yang vital dalam organ inguinal.
Mereka mendalami untuk mengetahui anatomi dan patofisiologi dari hernia hal ini
menyebabkan ahli bedah seperti Macry, Kocher, Lucas melakukan operasi hernia dengan
pemotongan kantung hernia, ligasi tinggi, penutupan lubang inguinal. Operasi ini
memberikan hasil yang baik tetapi untuk rekurensi dari operasi masih cukup tinggi. Hingga
pada sekitar 1844-1924 Edoardo Bassini memberikan terapi terbaru yang disebut
basiniplasti.1,2
Edoardo Bassini mempelajari lebih dalam mengenai anatomi dari kanal inguinal
sehingga melakukan tindakan bedah dengan “tissue based repair”. Tindakan ini memberikan
hasil yang baik dengan morbiditas yang lebih baik. Tindakan basiniplasti ini terus
berkembang dan terus dimodifikasi oleh para ahli bedah. Hingga pada tahun 1980,
Lichtenstein melakukan modifikasi tindakan bedah berdasarkan tindakan basiniplasti.1,2

10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 10. Edoardo Bassini10

Lichenstein mengenalkan tindakan bedah bernama Tension free repair, hal ini
terinspirasi akibat banyaknya keluhan high tension paska basiniplasti. Tindakan bedah ini
juga memberikan modifikasi dengan rekonstruksi dari dasar inguinal menggunakan protesa.
Pemasangan mesh sebagai protesa ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan atau
mengembalikan kekuatan dari tranversalis fasia. Tindakan bedah ini dapat diterima baik di
masyarakat luas hasil superior dan menurunkan keluhan high tension yang terjadi pada
basiniplasti. Protesa juga menurunkan dari rekurensi dan meningkatkan kualitas hidup
penderita.1,2
Seiring dengan perkembangan zaman dimana tindakan laparaskopi sudah memiliki
banyak manfaat dalam tindakan bedah, laparaskopi dapat diterapkan sebagai tindakan bedah
untuk hernia inguinal. Tindakan laparaskopi dapat terbagi dalam 2 jenis: TAPP
(Transabdominal Preperitoneal), TEP (Total Ekstraperitoneal).1,2

2.4. Epidemiologi
Hernia Inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak setelah appendicitis. Tindakan
bedah hernia sebanyak 17,2% di Prancis dan 24,1% di Amerika dari total kasus operasi yang
ada. Kasus hernia sebanyak 75% terjadi pada daerah inguinal. 27% terdapat pada pria dengan
11

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
usia >40th. 3% kasus terjadi pada wanita daerah femoral. Kasus hernia inguinal 70% lebih
banyak dibanding femoral.

Tabel 1. Prevalensi Hernia Berdasarkan Usia2

2.5. Klasifikasi
Klasifikasi Hernia pada dinding abdomen dapat dikategorikan berdasarkan lokasi.

Gambar 11. Hernia pada Abdomen.

Hernia inguinal secara letak dapat diklasifikasikan menjadi 2:1,2


a. Hernia Inguinal Lateral (indirect)
 Merupakan hernia inguinal yang terjadi melalui kanal inguinal dalam yang
dapat turun melewati kanal inguinal luar hingga skrotum.
 Jika dibanding dengan pembuluh darah inferior epigastrium, letak hernia ini
terdapat pada bagian lateral dan masuk melalui lubang inguinal dalam.
 Hernia jenis ini tidak menembus dinding abdomen secara langsung sehingga
dapat disebut juga hernia indirect.

12

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 12. Hernia Inguinal Lateral (Indirect)6

b. Hernia Inguinal Medial (direct)1,2


 Merupakan hernia yang terjadi pada dinding abdomen akibat terdapat defek pada
dinding abdomen yang dapat disebabkan akibat lemahnya dinding abdomen
sehingga dapat menyebabkan protursi pada daerah tersebut.
 Jika dibanding dengan pembuluh darah inferior epigastrium, letak hernia ini
terdapat pada bagian medial dan tidak masuk melalui lubang inguinal dalam.
 Hernia jenis ini menembus dinding abdomen secara langsung sehingga dapat
disebut sebagai hernia direct.

13

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 13. Hernia Inguinal Medial (Direct)6
Berdasarkan sifat hernia, klasifikasi dapat dibedakan menjadi:1,2
a. Hernia Reponibilis / Reducible
 Merupakan hernia yang terjadi dan tidak terjadi sumbatan pada defek hernia,
sehingga kondisi lumen intraabdomen masih baik.
 Isi intraabdomen dapat berubah (hilang timbul) sesuai dengan posisi;
gravitasi; aktivitas (pekerjaan, tidur, makan/minum).
 Biasa masih penderita tidak menyadari akan adanya hernia (asimtomatik)
dan jika sudah menimbulkan gejala, gejala yang paling sering ditumbulkan
yaitu adanya benjolan daerah inguinal yang hilang timbul yang
menyebabkan rasa tidak nyaman dan berat.
 Biasanya pada penderita asimtomatik dapat ditemukan pada orang yang
sedang melakukan check-up ke dokter.
 Tidak membutuhkan tindakan segera. Tindakan operasi dipertimbangkan
utnuk mencegah terjadinya komplikasi seperti hernia strangulata.
b. Hernia Ireponibilis / Irreducible
 Merupakan hernia yang sudah terjadi sumbatan sehingga tidak dapat
berubah-ubah sesuai dengan aktivitas.
 Kata ireponibilis atau irreducible mengarah ke tidak dapatnya isi lumen
kembali ke dalam ruang intraabdomen.
 Isi lumen intraabdominal dan vaskularisasi masih dalam kondisi yang baik.
Sehingga jarang menimbulkan keluhan nyeri.
 Tindakan operasi dapat dilakukan dalam waktu 6-12 jam untuk mencegah
komplikasi seperti hernia strangulata.
Hernia Inkarserata / Obstruksi
 Merupakan hernia yang sudah terjadi sumbatan sehingga tidak dapat
berubah-ubah sesuai dengan aktivitas.
 Kata inkarserata atau obstruksi mengarah ke terjepitnya lumen
intrabadominal di defek hernia.

14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
 Isi lumen intraabdominal dan vaskularisasi masih dalam kondisi yang baik.
Sehingga jarang menimbulkan keluhan nyeri.
 Biasa ditemukan tanda-tanda seperti ileus obstruksi.
 Tindakan operasi dapat dilakukan dalam waktu 6-12 jam untuk mencegah
komplikasi seperti hernia strangulata.
c. Hernia Strangulata
 Merupakan hernia yang sudah terjadi sumbatan dan terjadi kerusakan isi
lumen intraabdominal akibat terjepit/obstruksi yang menyebabkan rusaknya
vaskulariasi menuju tempat tersebut.
 Penderita mengeluhkan nyeri yang hebat.
 Tindakan operasi perlu dilakukan segera.

Gambar 14. Jenis-Jenis Hernia4


15

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Berdasarkan patofisiologinya, hernia juga dapat diklasifikasikan menjadi:1,2
a. Congenital / kongenital
 Merupakan hernia yang terjadi akibat patensi prosesus vaginalis (PPV).
 Biasa terjadi pada anak-anak.
b. Acquired / didapat
 Merupakan hernia yang terjadi akibat lemahnya dinding abdomen sehingga
dapat terjadi timbulnya defek.
 Biasa terjadi pada orang dewasa.

Nyhus mengklasifikasikan hernia berdasarkan lokasi, ukuran dan tipe.2

Tabel 2. Klasifikasi Hernia Berdasarkan Nyhus2

2.6. Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab dan patofisiologi dari hernia inguinal secara garis besar dibagi menjadi 2:1,2
a. Congenital
16

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
 Merupakan hernia yang terjadi akibat proses kongenital.
 Biasa terjadi pada anak
 Terjadi akibat tidak tertutupnya atau patensi prosesus vaginalis (PPV).
Hal ini disebabkan saat proses embriologi penurunan testis. Dimana
proses penurunan testis dibagi menjadi 2 fase. Yaitu fase intra abdomen
dan fase penurunan testis melalui kanal inguinal. Pada fase intra
abdomen, terjadi pada minggu 10-14 gestasi, testis akan turun mendekati
kanal inguinal. Setelah fase intra abdomen lengkap, penurunan testis akan
dilanjutkan dengan fase penurunan testis yang akan lengkap pada minggu
ke 35 kehamilan. Setelah testis menurun melalui prosesus vaginalis,
prosesus vaginalis tidak menutup sempurna sehingga menimbulkan
sebuah defek yang menyebabkan lumen intraabdominal dapat keluar
melalui defek tersebut.
 Prosesu vaginalis normalnya menutup setelah penurunan testis secara
lengkap (>35 minggu) atau sekitar 36-40 minggu.
 Pada penelitian, didapatkan PPV tidak selalu terjadi hernia inguinal. Pada
600 orang dewasa yang mendapat laparaskopi, 12% memiliki PPV dan
tidak memiliki gejala hernia.

17

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 15. Patensi Prosesus Vaginalis (PPV)4
b. Acquired / didapat
 Merupakan hernia yang didapat akibat lemahnya dinding abdomen yang
menyebabkan timbulnya defek pada dinding abdomen sehingga isi lumen
intraabdomen dapat keluar melalui defek tersebut.
 Biasa terjadi pada orang dewasa akibat pembentukan jaringan ikat dan
struktur jaringan ikat menurun seiring berjalanya usia.

Penyebab pasti dari hernia inguinal belum ada yang jelas, namun terjadinya hernia
inguinal biasa disebabkan oleh tingginya paparan faktor resiko yang dapat menyebabkan
hernia.1,2
Pada hernia dengan nyeri hebat biasa disebabkan akibat obstruksi yang menyebabkan
lumen hernia terjebak dan terjepit. Hal ini menyebabkan penurunan aliran vena sehingga
terjadi kongesti, edema, iskemi. Hal ini dapat menyebabkan menurunya perfusi arteri
sehingga terjadi kerusakan jaringan dan nekrosis. Hal ini disebut hernia strangulata.1,2

18

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
2.7. Faktor Resiko

Hernia inguinal dalam pembentukanya memiliki banyak faktor resiko yang


menyebabkan terbentuknya hernia inguinal yang dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2. Faktor Resiko Hernia Inguinal2


Faktor resiko yang sangat berperan dalam hernia adalah lemahnya jaringan ikat yang
semakin lemah seiring perjalanan usia, riwayat keluarga, memiliki aktivitas berat,
peningkatan tekanan abdomen berulang dan berlebihan, memiliki patensi prosesus vaginal.
Peningkatan dari tekanan intraabdomen bisa disebabkan oleh banyak sebab seperti pada
penderita PPOK, batuk kronis hal ini disebabkan karena batuk meningkatkan tekanan
intraabdomen sehingga pada penderita penyakit tersebut memiliki resiko besar terjadinya
hernia akibat paparan peningkatan tekanan intraabdomen yang berlebihan dan berlangsung
lama.2
Banyak penyakit yang dapat menyebabkan hernia bisa disebabkan atau disertai oleh
beberapa penyakit seperti pada tabel 3.2

19

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Tabel 3. Penyakit yang Berhubungan dengan Gangguan Jaringan Ikat dan Hernia2

Penelitian pada kasus 1400 hernia inguinal didapatkan hasil yang signifikan bahwa pada
keluarga memiliki riwayat hernia. First National Health & Nutrition Exam Survey melakukan
penelitian mengenai hernia pada orang obesitas, dan didapatkan adanya efek protektif
terhadap hernia pada orang obesitas. Kemungkinan penjelasan atau hipotesa yang dapat dijelaskan
1,2
dari hal ini adalah pada orang obesitas didapatkan kesulitan untuk mendeteksi hernia.
Pada penelitian pemeriksaan kulit hernia inguinal secara didapatkan penurunan
secara signifikan dari kolagen tipe I dan III. Analisa lebih lanjut juga menunjukan bahwa
pada dermis penderita hernia lebih tipis dan terdapat disagregasi dari kolagen. Hal ini
menunjukan jika kulit pada orang hernia didapatkan penurunan kualitas dan densitas kolagen
kulit. Pada penyakit kolagen seperti Ehlen Danles Syndrome; Marfan syndrome; Hunters
Syndrome; Hurler Syndrome meningkatkan faktor resiko hernia. Penelitian terakhir juga

20

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
didapatkan adanya asosiasi dari matriks ekstraselular. Merokok dapat menyebabkan
gangguan jaringan ikat sehingga meningkatkan faktor resiko terjadinya hernia.1,2
Meskipun orang dengan aktivitas fisik yang berat namun pada penelitian mengenai
hubungan antara hernia inguinal direk pada orang riwayat mengangkat berat/mengejan
berlebihan masih tidak jelas. Pada beberapa penelitian menunjukan tidak ada hubungan yang
bermakna antara orang dengan aktivitas berat maupun dengan aktivitas normal.1
Hingga sekarang hernia masih dipercayai sebagai penyakit dengan multifaktor
etiologi dengan faktor lingkungan dan faktor herediter.2

2.8. Diagnosis
Penegakan diagnosis hernia dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa dapat dilakukan pertanyaan-pertanyaan terarah
mengenai ada tidaknya faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia. Untuk membedakan
jenis-jenis hernia dapat ditanyakan bagaimana sifat hernia, seperti hilang timbul atau
menetap, ada tidaknya nyeri sekitar hernia. Selain itu, karena hernia merupakan penyakit
dengan banyak penyakit yang menyertai hernia perlu ditanyakan anamnesa terarah terhadap
penyakit yang biasa dapat menyebabkan hernia. Misalnya pada marfan syndrome; ada
tidaknya gangguan penglihatan.1,2
Pemeriksaan Fisik dapat dilakukan pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi dari
hernia yang akan dibahas lebih dalam pada sub bab berikut. Pemeriksaan penunjang tidak
diperlukan kecuali hernia yang terjadi belum jelas dan untuk menghindari dari kesalahan
diagnosa dapat dilakukan pemeriksan USG, CT-Scan dan MRI.1,2

2.9. Gejala
Tanda dan gejala pada hernia bervariasi dari satu orang hingga orang lain. Beberapa
pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha, pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat beraktivitas, beberapa tanpa gejala seringnya hernia ditemukan pada
saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa
pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia ingunalis
lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke skrotum. Dengan bertambah besarnya

21

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, rasa berat sehingga pasien
berbaring untuk menguranginya. Pada hernia perlu ditanyakan juga durasi atau lama keluhan,
biasanya keluhan hernia ini akan bertambah besar dan pasien memiliki kebiasaan untuk
menekan masuk kembali hernia.1,2
Pada hernia simtomatik dapat dicari ada tidaknya gejala lain yang mendukung seperti
ada tidaknya gejala ekstrainguinal seperti perubahan pola BAB dan BAK. Gangguan nyeri
pada beberapa yang menekan saraf, ditanyakan mengenai sifat nyeri, apakah menjalar atau
lokalisata, pada hernia yang sampai ksrotum bisa menjalar hingga skrotum. 1,2
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan
hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi
inkarserasi atau strangulasi.1,2

2.10. Pemeriksaan Fisik


Beberapa pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis hernia. Pada
pemeriksaan fisik pasien diharapkan dalam posisi berdiri dan melepaskan celana untuk
meningkatkan tekanan intra abdomen, sebagai gaya gravitasi untuk “trigger” hernia, supaya
inguinal juga terekspos.1,2
Pemeriksaan fisik secara umum yang dapat dilakukan1,2,3,4
a. Inspeksi
 Melihat adanya benjolan pada daerah inguinal / skrotum / pada daerah lainya.
 Transluminasi untuk membedakan dengan hidrokel.
b. Palpasi

 Telunjuk melalui skrotum menuju kanalis inguinal eksterna pasien diminta


untuk melakukan maneuver valsava hal ini dilakukan untuk menginduksi
protrusi untuk melihat ada tidaknya protrusi dan dapat membedakan hernia
reducible atau tidak.
 Ziemann test dengan meletakan jari telunjuk pada kanal inguinal dalam, jari
tengah pada kanal inguinal luar, dan jari manis pada bagian femoral di bawah
ligamen inguinal. Hal ini dilakukan untuk membedakan jenis atau letak hernia

22

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 16. Ziemann Test

 Pada pemeriksaan didapatkan silk glove sign1


 Pada orang obesitas susah diidentifikasi.
 Pada hernia strangulata didapatkan nyeri tekan, eritema akibat reaksi inflamasi
akibat iskemi; demam; hipotensi.
c. Auskultasi
 Didapatkan tanda-tanda seperti ileus obstruktif pada hernia obstruksi.

2.11. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk hernia umumnya tidak dilakukan kecuali tanda-tanda
yang tidak pasti atau meragukan setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik sehingga
diagnosis hernia belum dapat ditegakan. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
adalah darah rutin dimana didapatkan peningkatan leukosit pada pasien dengan hernia
strangulata. Pemeriksaan penciteraan yang dapat dilakukan dengan mudah adalah USG
dimana ditemukan lumen usus pada daerah hernia yang dilakukan USG. USG merupakan
modalitas utama untuk penciteraan hernia dengan minimal invasive; sensitivitas 86%;
spesifisitas 77%.2
23

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 17. USG pada Hernia.9

Pemeriksaan foto polos pelvis dapat dilakukan untuk menemukan gambaran lumen
usus daerah inguinal. Pemeriksaan CT-Scan dapat dilakukan dimana pada penelitian
didapatkan sensitivitas 80% dan spesifisitas 65%. MRI sensitivitas 95% dan spesifisitas
96%.2

Gambar 18. Pelvis X-Ray pada Hernia8

24

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 19. CT-Scan Axial pada Hernia8

Gambar 20. MRI T2 pada Hernia8

2.12. Tatalaksana
Pada kasus emergensi di IGD tatalaksana awal yang perlu dilakukan adalah tindakan
untuk mengurangi tekanan intraabdominal dengan cara melakukan posisi Trendelenburg
dengan sudut 15-20’. Pengurangan tekanan intraabdominal yang dilakukan adalah dengan
memasang selang kateter urin, pemasangan NGT. 1,2,3

25

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 21. Posisi Trendelenburg10
Tindakan operasi merupakan tatalaksana definitive pada hernia. Pada 72% kasus
hernia tanpa gejala atau asimtomatik berubah menjadi simtomatik setelah 7,5 tahun dari
terdiagnosa. Pada hernia tanpa gejala atau asimtomatik dapat dilakukan “wachfull and
waiting” sampai ada tanda atau gejala dari hernia yang menyebabkan keluhan pada pasien.
Pada hernia dengan asimtomatik atau hernia reducible dilakukan operasi dengan
pertimbangan untuk mencegah dari perburukan menjadi hernia strangulata. Pada hernia
inkarserta perlu dilakukan tindakan bedah dalam waktu 6-12 jam, sedangkan pada strangulata
memperlukan tindakan bedah segera.1,2
Tindakan operasi untuk hernia secara garis besar dapat dibagi menjadi herniotomy
(pemotongan dan pembuangan kantung hernia); herniorraphy (herniotomy disertai perbaikan
dari dinding posterior kanal inguinal); Hernioplasty (herniotomy dengan penggunaan jarring
protesa untuk dinding posterior kanal inguinal).1,2
Pada kasus anak cukup dilakukan tindakan herniotomy. Hal ini disebabkan dari
etiologi tersering pada kasus anak adalah PPV, dinding dari kanal inguinal anak terus
berkembang, tidak diajurkan untuk melakukan reparasi dinding bagian belakang kanal
inguinal pada kasus hernia pada anak.1,2

26

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 22. Operasi Hernia2
Tindakan bedah pada kasus hernia terus berkembang. Tindakan bedah yang dapat
diterima masyarakat pertama kali adalah:1,2
a. Open Suture Repair  Bassiniplasty
 Merupakan tindakan yang dipoulerkan oleh Eduardo Bassini pada tahun 1890.
Dengan melakukan
i. Pembukaan kanal inguinal melalui pembukaan aponeurosis oblikus eksternus.
ii. Pembebasan Spermatic Cord.
iii. Menentukan lokasi/posisi hernia.
iv. Memisahkan Hernia Sac dari Spermatic Cord.
v. Membuka kantung hernia dan membuang kantung hernia.
vi. Dilakukan penutupan luka.
vii. Penjaitan diantara conjoint tendon dan ligamentum inguinal.
 Tindakan ini terus diterima dan dapat diterapkan di masyarakat serta dokter
bedah.

27

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
 Setelah 150 modifikasi yang dilakukan berdasarkan tindakan ini, ditemukan
modifikasi Shouldice.

Gambar 23. Bassiniplasti dan Shouldice Repair2


b. Shouldice Repair
 Merupakan modifikasi dengan dasar tindakan bassiniplasti.
 Dilakukan pembukaan pembukaan fasia tranversalis.
 Dilakukan penutupan untuk membentuk “double thick layered posterior wall”
 Modifikasi terus berkembang hingga pada akhirnya banyaknya keluhan High
tension paska basiniplasti sehingga ditemukan modifikasi dengan tension yang
lebih rendah.
c. Open Flat Mesh Repair  Linchenstein Repair
 Pada tahun 1950; 1980. Tindakan ini popular dengan nama Linchenstein
Repair
 Tindakan ini memiliki prinsip “Tension Free”, simple, dengan Polypropylene
Mesh Repair

28

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
 Dasar tindakan yang digunakan tetap menggunakan dasar dari basiniplasti
 Setelah Hernia sac dibbuka dibuang dan ditutup
 Diletakan Mesh berukuran 8x15 cm diletakan diatas dinding posterior di
belakang spermatic cord
 Mesh memutari spermatic cord hingga menutup kanal inguinal dalam.
 Dilakukan penjahitan mesh ke Conjoint tendon dan Inguinal Ligament.
 Tindakan ini memiliki banyak keuntungan terutama pada penurunan rekurensi
dan perbaikan pada paska operasi.
 Randomized Control Trial  2 tahun pertama paska operasi menunjukan hasil
rekurensi menurun tetapi nyeri akut pada paska operasi tidak signifikan.

Gambar 24. Linchenstein Repair3


d. Open Plug Mesh Repair
e. Laparascopic Inguinal Repair
 TEP (Totally ExtraPeritoneal)
 TAPP (TransAbdominal PrePeritoneal)

29

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Gambar 25. Laparascopic Inguinal Repair2

2.13. Prognosis dan Komplikasi


a. Prognosis1,2
Prognosis pada hernia dengan tanpa gejala dan hernia reponibilis umumnya
adalah baik. Prognosis akan menurun seiring dengan memberatnya gejala pasien
seperti pada pasien dengan hernia strangulata dimana sudah terjadi iskemik pada
lumen intraabdominal.
b. Komplikasi1,2
Komplikasi pada paska operasi yang dapat dinilai:
 Rekurensi meningkat seiring dengan gangguan lain seperti malnutrisi,
imunosupresi, diabetes, penggunaan steroid jangka Panjang, stroke.
 Rekurensi bisa ditingkatkan oleh : Ukuran Mesh yang tidak
proporsional; iskemi jaringan; tension yang berlebih.
 Nyeri : Akut dan Kronis. Nyeri paling sering disebabkan oleh
ligamentum atau muscular trauma. Terutama saat kontraksi abdomen
nyeri akan muncul.
30

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
 Trauma pada Spermatic Cord yang dapat menyebabkan orkitis akibat
iskemi (trauma plexus pampiriformis 1 minggu paska operasi). Dapat
dilakukan pemeriksaan USG dopler untuk elihat vaskularisasi testis.
 Atrofi Testis akibat iskemi
 Trauma pada vas deferens dapat menyebabkan infertilitas

31

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
BAB 3

KESIMPULAN

Hernia merupakan penyakit kasus bedah tersering setelah appendicitis. Hernia


umumnya didefinisikan sebagai Protrusi dan juga Rupture. Hernia dapat diklasifikasikan
berdasarkan lokasi terjadinya. Hernia dapat terjadi pada berbagai tempat umumnya terjadi
pada daerah inguinal. Hernia inguinal berdasarkan lokasinya dapat dibedakan menjadi hernia
inguinal lateral dan hernia inguinal medial. Klasifikasi ini didasarkan dari letak hernia
berdasarkan pembuluh darah epigastrium inferior. Hernia juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan sifatnya; reducible, irreducible, obstruction, inkarserata, strangulata.
Tatalaksana hernia terus berkembang seiring perkembangan zaman. Tatalaksana
hernia pertamakali ditemukan sejak zaman Egypt dan terus berkembang hingga sekarang.
Perkembangan tatalaksana hernia berkembang dengan pengetahuan mengenai patofisiologi
hernia dan anatomi dari kanal inguinal. Kanal inguinal merupakan daerah kompleks dimana
terjadi keluar masuknya prgan dari intra abdomen menuju luar dan sebaliknya.
Etiologi dari hernia belum dapat dijelaskan secara pasti, namun hernia hingga
sekarang dipercayai terjadi akibat multifaktor etiologi dan paparan dari eksternal serta faktor
herediter atau internal. Berdasarkan patofisiologinya hernia dapat dibedakan hernia akibat
patensi prosesus vaginalis (PPV) dan lemahnya dinding otot abdomen yang biasa terjadi pada
orang tua kaibat penurunan kolagen tipe I dan II seiring dengan perjalanan usia.
Diagnosis hernia dapat ditegakan melalui anamnesa terarah mengenai faktor resiko
yang dapat menyebabkan hernia, pemeriksaan fisik daerah inguinal dan pemeriksaan
penunjang.
Tatalaksana Hernia terus berkembang hingga sekarang, dan tindakan yang umumnya
sekarang dapat diterima dengan hasil yang baik adalah Open flat mesh repair metode
lichenstein. Dimana memberikan rekurensi yang rendah dengan nyeri paska operasi yang
rendah.

32

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019
Prognosis hernia umumnya baik kecuali sudah terjadi iskemi dan strangulasi pada
hernia. Komplikasi pada hernia dapat dinilai dari rekurensi, nyeri akut atau kronis, dan
trauma pada spermatic cord.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zinner J. Michael, Ashley W. Stanley. Maingot’s Abdominal Operations. 12th ed.


McGraw-Hill Companies, Inc; 2007. 123-157.
2. Brunicardi F. Charles, et al. Schwartz’s Principles of Surgery. 10th ed. McGraw-Hill
Education; 2010. 1449-1519.
3. Williams S. Norman, O’Conell Ronan P, McCaskie W. Andrew. Bailey & Love’s
Short Practice of Surgery. 27th ed. Taylor and Francis Group, LLC. CRC Press. 2018.
1023-1046.
4. Ellis Harold, Calne Roy Sir, Watson Christoper. General Surgery Lecture Notes. 13th
ed. John Wiley & Sons, Ltd. 2016. 239-249.
5. Inguinal (Hesselbach's) Triangle - Borders - Direct Hernia - TeachMeAnatomy
[Internet]. Teachmeanatomy.info. 2019. Available from:
https://teachmeanatomy.info/abdomen/areas/inguinal-triangle/
6. Drake Richard L, Wayne A Vogi, Mitchell Adam. Gray’s Anatomy for Students. 4th
ed. Elsevier: 2020. 288-300.
7. Hernia Anatomy - California Hernia Specialists [Internet]. California Hernia
Specialists. 2019. Available from: https://californiaherniaspecialists.com/hernia-
anatomy/
8. Weerakkody Y. Inguinal hernia | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org
[Internet]. Radiopaedia.org. 2019. Available from:
https://radiopaedia.org/articles/inguinal-hernia
9. Sonography of Inguinal Region Hernias : American Journal of Roentgenology: Vol.
187, No. 1 (AJR) [Internet]. Ajronline.org. 2019. Available from:
https://www.ajronline.org/doi/10.2214/AJR.05.1813
10. Medscape Log In [Internet]. Medscape.org. 2019. Available from:
https://www.medscape.org/viewarticle/420354_3

33

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode Kepaniteraan 14 Oktober 2019 – 21 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai