TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Hernia Strangulata
Oleh:
NPM: 1310070100048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2015
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Mengetahui,
Mengetahui,
Dekan
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini yang berjudul
Hernia Strangulata.Karya tulis ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir pada semester
ganjil pada Modul Gawat Darurat Medik. Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis
mendapatkan bantuan dan motivasi yang telah diberikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Amirmuslim Malik, Ph.D selaku Dekan FK Unbrah yang telah memberikan
saran dan motivasinya.
2. dr. Wisda Widiastuti, Sp.PD yang telah membimbing penulis sehingga mampu
menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Orang tua yang tanpa kenal lelah mendoakan dan memberi nasihat kepada penulis.
4. Dosen-dosen yang mengajarkan ilmu kepada penulis dan mendukung penulis.
5. Teman- teman yang selalu mendukung penulis untuk berkarya.
Hasil penulisan ini tentu belumlah sempurna. Namun, bagi penulis ini sangatlah berarti
terutama dapat memberikan dorongan sekaligus tantangan untuk mengisi masa depan yang
penuh tantangan. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi semua pihak.
Padang, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak .................. ii
1.2. Tujuan .. 1
1.3. Manfaat 2
2.3. Etiologi 3
2.5. Patofisiologi/Patogenesa . 3
2.6. Tatalaksana .. 3
2.8. Prognosa .. 3
PENDAHULUAN
Di zaman modern ini, dengan adanya peningkatan derajat ekonomi yang juga terjadi pada
masyarakat sangat berpengaruh terhadap gaya hidup sehari-hari, misalnya pola aktifitas dan
pekerjaan, namun tanpa disadari bahaya yang mengancam kesehatan juga tidak bisa dihindari.
Hernia merupakan masalah kesehatan yang sering muncul karena hal tersebut.1
Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya sering
menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Dari hasil
penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan
dan pada umumnya pada pria.2
Secara umum hernia sering terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, karena pada usia
lanjut dinding otot polos abdomen sudah lemah, sehingga sangat berpeluang terjadinya hernia.
Dan adapun faktor presipitasi yang dapat mengakibatkan hernia antara lain: obesitas, kehamilan,
mengejan,batuk kronis, mengangkat beban berat.1
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek, serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%, dan hernia lainnya seitar 3%.3
Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anak anak atau
bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa adanya faktor pencetus
terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batuk batuk kronik, asites, riwayat
keluarga, dll.2
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-masuk.
Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstuksi usus.
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritoneum kantong
hernia. 3
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulate bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, istilah hernia inkarserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia
strangulate digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi.
Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi saat jepitan dimulai, dengan
berbagai tingkat gangguan mulai dari adanya bendungan sampai terjadi nekrosis.3
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan operatif.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyanggah
atau penunjang untuk memepertahankan isi hernia yang telah direposisi.Sedangkan prinsip dasar
operasi hernia pada anak adalah herniotomi.2
1. Saliti, M.A. dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hernia Inguinalis di
RSU Daya Makasar dan RSUD Labuang Baji Makasar (Jurnal). Makasar: STIKES Nani
Hasanuddin. 2013.
2. Faradila, Nova dan Israr, Y.A. Hernia (jurnal). Pekanbaru: FK UNRI. 2009
3. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HERNIA
2.1 Definisi
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bahagian lemah pada
dinding rongga yang bersangkutan.
- Isi hernia dapat berupa omentum, usus, bahagian dari usus, vesica urinaria, ovarium dan
divertikulum meckel.
- Cincin/leher hernia
- Kantung
Klasifikasi
a) Terjadinya
- Hernia kongenital (hernia bawaan sejak lahir)
b) Letaknya
- Hernia ventral: nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian anterolateral,
seperti henia sikatrik yaitu penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang
lama maupun baru.
- Hernia epigastrik atau hernia linea alba: hernia yang keluar melalui defek di linea
alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdiri dari penonjolan
jaringan lemak preperitonial dengan atau tanpa kantong peritoneum.
- Hernia umbilical: merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia ini
merupakan hernia congenital yang hanya tertutup peritoneal dan kulit, biasanya
terjadi ketika bayi menangis.
- Hernia inguinal: merupakan penonjolan yang diakibatkan sebagian usus masuk
melalui lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis.
- Hernia femoral: merupakan penonjolan yang terjadi pada lipatan paha melalui
annulus femoralis.
- Hernia obturatorial: penonjolan yang terjadi pada foramen obturator pada tulang
coxae.
- Hernia lumbal: penonjolan yang timbul didaerah lumbalis melalui dinding abdomen
posterior.
c) Sifatnya
- Hernia reponibel (isi hernia dapat keluar masuk kantung), hernia yang timbul pada
posisi tertentu dan hilang kalau berubah posisi.
- Hernia ireponibel (isi kantung tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut)
- Hernia inkarserata ( hernia terjepit dan terperangkap dan dapat kembali ke rongga
perut dengan gangguan pasase)
- Hernia strangulata (hernia terjepit dan terperangkap dalam kantung ditambah teradi
gangguan pasase dan vaskularisasi)
Figure 42-1 Types of abdominal wall hernias.
Epidemiologi
Studi di United States menunjukkan 75 % dari hernia dinding abdomen adalah hernia inguinal
degan proporsi 2:1 antara hernia indirek dengan direk ,diikuti oleh hernia femoral dan lain-lain.
Ratio insiden pada pria berbanding wanita pula adalah 7:1 .Insiden hernia juga terkait rapat
dengan usia dimana hernia congenital menigkat pada bayi dengan berat badan lahir
rendah(BBLR) dan terutama pada bahagian kanan. Pada lelaki dewasa, insiden hernia meningkat
setara dengan bertambahnya usia dan 50% hernia inguinal terjadi pada lelaki berusia lebih dari
75 tahun.
Etiologi :
1) Tekanan intraabdominal yang tinggi, misalnya sering mengedan, batuk dan menangis.
2) Konstitusi tubuh, misalnya orang kurus dan orang gemuk.
3) Banyaknya preperitonial fat
4) Distensi dinding perut
5) Sikatrik
6) Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut, seperti kehamilan yang berulang.
Gejala
Gejala hernia tergantung besar, tekanan isi hernia dan keadaan isi hernia terjepit atau tidak.
Misalnya hernia yang besar yang mengandung usus dan omentum yang bayak mungkin hanya
dirasakan sebagai perasaan berat dan nyeri ringan. Hernia yang kecil tapi isinya sudah terpuntir
dirasakan sebagai nyeri hebat apalagi kalau sudah strangulata.
HERNIA INGUINAL
Definisi
Penonjolan yang diakibatkan sebahagian dari isi abdomen masuk melalui lubang pada dinding
perut ke dalam kanalis inguinalis.
Anatomi
b. Canalis Inguinalis
Merupakan saluran lewatnya fasciculus spermatikus, vasa spermatika, nervus
spermaticus, musculus cremaster dan prosesus vaginalis peritonii pada laki-laki. Pada
wanita hanya dilalui ligamentum rotundum
c. Annulus Inguinalis
Terletak 1,25 cm di atas ligamentum inguinale, kira-kira pertenganhan antara sias dan
tuberculum pubicum. Bentuknya seperti V shape yangmerupakan pemadatan dari fascia
transversalis. Di atasnya ditutupi oleh m. obliqus internus dan sebelah medialnya ada
vasa epigastrika inferior.
Klasifikasi
Etiologi
Semua hernia inguinal indirek adalah congenital yang dibawa sejak lahir oleh pasien. Penyebab
pasti hernia masih belum diketahui tetapi ada
- Peningkatan usia
- Batuk kronik
- Penyakit obstruksi paru kronik (PPOK)
- Obesitas
- Konstipasi
- Hipertrofi prostate
- Hamil
- Bayi berat lahir rendah (BBLR 1500g)
- Keluarga pernah menderita hernia
- Valsalvas maneuvers
- Asites
- Kongenital connective tissue disorder
- Gangguan sintesis collagen
- Riwayat insisi abdomen kuadran bawah
- Merokok
- Mengangkat beban terlalu berat
Patogenesis
Canalis inguinalis adalh canal yang normal pada fetus, dimana pada bulan ke 8 kehamilan
terjadi penurunan testis melewati canal tersebut. Penurunan testis ini menarik peritoneum kea rah
scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonii.
Sesudah lahir prosesus ini akn menutup/obliterasi, tapi dalam beberapa hal obliterasi ini
tak sempurna. Karena testis kana lebih terlambat turun maka daerah ini paling sering teatp
terbuka, atau yang kiri terbuka juga disertai yang kanan. Secara normal kanal ini menutup pada
usia 2 bulan dan bila prosesus terbuka sebahagian akan terjadi hidrokel. Bila canalis ini tetap
terbuka akan terjadi hernia congenital. Pada orang tua canal ini sudah menutup sempurna tetapi
lokus minoris. Jika terjadi peninggian tekanan intaabdominalis akan terjadi hernia inguinalis.
Patofisiologi
Secara umumnya hernia dapat terjadi jika 3 mekanisme yang mencegah terjadinya hernia tidak
ada yaitu :
Manifestasi Klinis
Tergantung pada tipe hernia
Diagnosis
1) Anamnesa
Keluhan pembengkakan terutama kalu ada factor presipitasi seperti menangis kuat, batuk,
angkat berat, mengedan dan lain-lain. Kadang terasa nyeri atau perasaan berat paad daerah
inguinal. Penderita juga bisa datang dengan gejala ileus.
2) Pemerikasaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah cara terbaik untuk menentukan adanya hernia inguinal. Dengan
Inspeksi hernia eksterna dapat terlihat, sedangkan hernia interna memerlukan pemeriksaan
tambahan. Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien disuruh mengedan atau batuk, sehingga keadaan
asimetris dapat terlihat. Pemeriksaan transluminasi memberikan hasil negative. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjolan hernia. Dengan palpasi dapat ditentukan konsistensinya, dan apakah
isi hernia dapat direposisi atau tidak dengan cara mendorong isi hernia. Palpasi juga dapat
membantu menentukan jenis hernia. Pada hernia inguinalis lateral, pada saat jari telunjuk
pemeriksa dimasukkan melalui annulus eksternus dan pasien disuruh mengedan, ujung jari akan
menyentuh hernia, sedangkan pada hernia inguinalis medial, hernia akan menyentuh bagian jari
pemeriksa.
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah ultrasonografi, MRI, dan CT Scan.
Akan tampak gambaran hernia berupa suatu kantong abnormal pada diameter antero posterior
kanalis inguinalis dan atau adanya penonjolan yang simultan dari usus atau lemak pada kanalis
inguinal. Pada penelitian didapatkan sensitivitas dan spesifisitas sebesar 74,5 % dan 96,3 %
untuk pemeriksaan fisik, 92,7 % dan 81,5 % pada ultrasonografi, 94,5 % dan 96,3 % pada
pemeriksaan MRI.
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif hanya dilakukan pada hernia dengan gejala minimal atau hernia
asimtomatik. Dilakukan dengan cara reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulata. Reposisi dilakukan secara manual dengan menggunakan kedua tangan.
Tangan kiri memegang isi hernia, sedangkan tangan kanan mendorong isi hernia ke arah cincin
hernia dengan sedikit penekanan sampai terjadi reposisi. Reposisi spontan sering terjadi pada
anak karena cincin hernianya lebih elastis.
2. Operatif
Terapi defenitifnya adalah pembedahan. Operasi diindikasikan saat diagnosis
ditegakkan, kecuali pada anak. Prinsip dasar operasi adalah herniotomi dan hernioplasti.
Komplikasi Operasi
- Perdarahan
- infeksi luka operasi
- cedera usus
- cedera vesika urinaria
- cedera vasdeferen
- cedera testis,orchitis, atropi testis
- cedera saraf intra ingunal, ilia hipogastrik atau genota femoral
Pasca bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan
hematoma pada daerah operasi.
Follow-Up
Pasien disarankan tidak berolah raga berat atau mengangkat benda berat selama 6 8 minggu
untuk mencegah kekambuhan.
Komplikasi
Insiden kekambuhan hernia pasca operasi meningkat dengan adanya batuk kronis, kelainan
prostat, konstipasi, usia lanjut, infeksi luka operasi pada pasien. Tekhnik operasi juga memegang
peranan penting pada insiden ini. Kekambuhan lebih sering terjadi pada hernia inguinal medial
daripada hernia inguinal lateral. Insiden rekurensinya 0,6-3 % untuk hernia inguinal lateral dan
1-28 % untuk hernia inguinal medial.
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Tn. JS/Pria/79 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Pensiunan Departemen Koperasi/Tamat setara D1
c. Alamat : Jln. Bakau No. 80 C Lolong, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Duda
b. Jumlah Anak : 3 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Mampu, penghasilan pensiunan Rp. 1.500.000,-/bulan.
Penghasilan anak dan menantu Rp. 4.000.000,-
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Tinggal dirumah anak nya, rumah permanen, perkarangan cukup luas
- Ventilasi cukup, penerangan cukup, sinar matahari cukup masuk ke dalam rumah.
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah di dalam rumah, septitank ada.
- Sampah di buang ke TPA
Kesan : higiene dan sanitasi baik
8. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 78x/ menit
Nafas : 19x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 0C
BB : 58 kg
TB : 170 cm BMI: 20,67 (gizi baik)
Status Internus
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit normal
Dada :
Paru :
Perkusi : sonor
Jantung
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Darm contur (-), darm steifung (-), nyeri tekan (-),
nyeri lepas (- ),Hati dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Status Lokalis Inguinal Dextra
Inspeksi : tak tampak pembengkakan/benjolan
Dengan test valsava/mengedan tampak benjolan sebesar telur puyuh di
lipat paha kanan.
Palpasi : saat disuruh mengedan teraba massa di ujung jari.
9. Laboratorium : -
c. Kuratif :
- Asam Mefenamat 3 x 1
- Vitamin B komplek 3x1
- Dianjurkan untuk di rujuk ke bagian Bedah.
d. Rehabilitatif : -
13. Prognosis
Quo ad sanam : bonam
S3dd tab I $
S3dd tab I $