PREEKLAMPSIA BERAT
Oleh :
SITI SARAH S
1310070100061
Preseptor :
RSUD SOLOK
2017
1
Kata Pengantar
Dengan mengucapakan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah ini setelah dievaluasi oleh pembimbing tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam juga kami tuturkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan bagi umat yang bertaqwa kepada-Nya.
Case Report yang berjudul Preeklampsia Berat ini dibuat sebagai wadah
untuk menambah wawasan mengenai Penyakit Pre Eklamsia Berat serta
penatalaksanaan terhadap gejala yang ditimbulkannya.Penulis amat sadar karena
keterbatasan yang kami miliki saat menulis makalah ini.
Penulis berterimakasih sekali kepada pembimbing terbaik kami Bapak dr.
Dody Faisal, Sp.OG yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk simpatik,
telaten, sabar dan penuh bijaksana sehingga case report ini menjadi baik dan terarah
dalam pengerjaannya.
Kami sangat menyadari makalah ini pasti tidak luput dari kesalahan-
kesalahan, baik dalam bahasa maupun tataletak. Pada kesempatan ini kami sebagai
penulis memohon maaf kepada para pembaca. Masukan, kritik dan saran akan kami
jadikan cambuk supaya kami dapat menyusun makalah ilmiah yang lebih baik lagi.
Insya Allah.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN KULIT
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar belakang ...................................................................................................1
1.2. Tujuan penulisan ...............................................................................................2
1.3. Metode penulisan ..............................................................................................2
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN .................................................................3
2.1. Defenisi .................................................................................................3
2.2. Epidemiologi ........................................................................................4
2.3. Klasifikasi ............................................................................................5
2.4. Faktor Predisposisi ................................................................................5
2.5. Etiologi ..................................................................................................7
2.6. Patofisiologi .........................................................................................7
2.7. Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia ..............................11
2.8. Kriteria Diagnosis ...............................................................................14
2.9. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 15
2.10. Penatalaksanaan ............................................................................... 16
2.11. Komplikasi ...................................................................................... 22
2.12. Prognosis ......................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
ini disebabkan bukan hanya karena belum ada teori yang mampu menjelaskan
patogenesis penyakit ini secara jelas, namun juga akibat kurangnya kesiapan sarana
dan prasarana di daerah. Selain masalah kedokteran, preeklampsia juga
menimbulkan masalah ekonomi, karena biaya yang dikeluarkan untuk kasus ini
cukup tinggi. Dari analisis yang dilakukan di Amerika memperkirakan biaya yang
dikeluarkan mencapai 3 milyar dollar Amerika pertahun untuk morbiditas maternal,
sedangkan untuk morbiditas neonatal mencapai 4 milyar dollar Amerika per tahun.
Biaya ini akan bertambah apabila turut menghitung beban akibat dampak jangka
panjang preeklampsia.2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Case report session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Solok dan diharapkan agar dapat menambah
pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
6
Hasil konsensus mengenai kesepakatan sangat bervariasi pada setiap negara
dan organisasi internasional mengenai ukuran yang dapat mendeskripsikan
gangguan ini, namun terdapat batas yang masih wajar mengenai normotensi pada
minggu ke 20 adalah tekanan sistolik tidak melebihi 140mmHg dan tekanan
diastolik yang tidak lebih 90 mmHg dalam 2 kali pengukuran selama 4-6 jam.
Preeklampsia pada pasien yang menderita hipertensi esensial terdiagnosis jika
tekanan darah sistolik meningkat 30 mmHg atau tekanan diastolik meningkat 15
mmHg.
Proteinuria yaitu bila terdapat protein dalam urin dengan kadar 300mg
dalam 24 jam atau 1 gram/liter dalam dua kali pengambilan urine selang 6 jam
secara acak atau dengan pemeriksaan kualitatif 2+ pada pengambilan urine secara
acak.
Edema sekarang tidak lagi menjadi tanda yang sahih untuk menegakkan
preeklampsia, oleh karena edema pada wajah dan tangan biasa dijumpai pada
wanita hamil. Edema pada preeklampsia adalah patologis, timbul pada wajah dan
tangan yang sering kali menetap.
2.2. Epidemiologi
7
mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35
tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia.
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi Preeklampsia :
a) Preeklampsia Ringan
TD 140/90 mmHg, proteinuria 300 mg/24 jam atau>1+
b) Preeklampsia Berat
HDK yang ditandai dengan hipertensi (TD160/110 mmHg) dan
proteinuria >5g/24jam (uji celup urin +1) atau tanpa proteinuria tetapi
terdapat hipertensi yang baru muncul disertai salah satu tanda berikut :
trombositopenia, insufisiensi renal, gangguan fungsi hati, edema paru,
keluhan serebral atau visual
1. Primigravida
Primigravida diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama
kalinya. Preeklampsia tidak jarang dikatakan sebagai penyakit primagravida
karena memang lebih banyak terjadi pada primigravida daripada
multigravida.
8
2. Primipaternitas
Primipaternitas adalah kehamilan anak pertama dengan suami yang
kedua. Berdasarkan teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
dinyatakan bahwa ibu multipara yang menikah lagi mempunyai risiko lebih
besar untuk terjadinya preeklampsia jika dibandingkan dengan suami yang
sebelumnya.
3. Umur yang ekstrim
Kejadian preeklampsia berdasarkan usia banyak ditemukan pada
kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari
35 tahun (Bobak, 2004). Menurut Potter (2005), tekanan darah meningkat
seiring dengan pertambahan usia sehingga pada usia 35 tahun atau lebih
terjadi peningkatkan risiko preeklamsia.
4. Hiperplasentosis
Hiperplasentosis ini misalnya terjadi pada mola hidatidosa,
kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, dan bayi besar.
5. Riwayat pernah mengalami preeklampsia
Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya
memiliki risiko 5 sampai 8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada
kehamilan keduanya. Sebaliknya, wanita dengan preeklampsia pada
kehamilan keduanya, maka bila ditelusuri ke belakang ia memiliki 7 kali
risiko lebih besar untuk memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan
pertamanya bila dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami
preeklampsia di kehamilannya yang kedua.
6. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia
Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia akan
meningkatkan risiko sebesar 3 kali lipat bagi ibu hamil. Wanita dengan
preeklampsia berat cenderung memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia
pada kehamilannya terdahulu.
7. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Pada penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk dengan
menggunakan desain penelitian case control study dikemukakan bahwa
pada populasi yang diselidikinya wanita dengan hipertensi kronik memiliki
9
jumlah yang lebih banyak untuk mengalami preeklampsia dibandingkan
dengan yang tidak memiliki riwayat penyakit ini.
8. Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi
akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat menganggu
kesehatan. Indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan berat
badan lebih dan obesitas pada orang dewasa adalah indeks massa tubuh
(IMT). Seseorang dikatakan obesitas bila memiliki IMT 25 kg/m2.
2.5. Etiologi
2.6. Patofisiologi
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari preeklampsia dan eklampsia.
Ada beberapa teori yang menjelaskan perkiraan dari etiologi dari kelainan tersebut
diatas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai Disease of Theory. Secara
umum dasar dari patofisiologi preeklampsia adalah vasokonstriksi dari pembuluh
darah arteriole dan peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap vasopressor. Teori-
10
teori yang diajukan untuk mengetahui etiologi dari preeklampsia adalah sebagai
berikut :
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas
ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot
tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi
dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah pada daerah
utero plasenta. Sehingga aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan
meningkat, dan dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini disebut
remodeling arteri spiralis.
11
Teori Iskemia Plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan khususnya
peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misal vitamin E pada
hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan
peroksida lemak yang relatif tinggi.
Peroksida lemak sebagai oksidan yang sangat toksis ini akan beredar di
seluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel.
Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak
karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap
oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
Pada saat terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel,
maka akan terjadi:
- Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel adalah
memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin yang
merupakan vasodilator kuat.
12
- Agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan untuk
menutup tempat-tempat dilapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan yang merupakan suatu vasokonstriktor kuat.
b) Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih besar
terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami
sebelumnya.
c) Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah makinlama
periode ini, makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi
darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Disfungsi
13
endotel pada preeklampsia akibat produksi debris trofoblas plasenta berlebihan
tersebut diatas, mengakibatkan aktifitas leukosit yang tinggi pada sirkulasi ibu.
Peristiwa ini disebut sebagai kekacauan adaptasi dari proses inflamasi
intravaskular pada kehamilan yang biasanya berlangsung normal dan
menyeluruh.8,9,10
a) Volume Plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna
(hipervolemia), guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Peningkatan
tertinggi volume plasma pada hamil normal terjadi pada umur kehamilan 32-
34 minggu. Sebaliknya oleh sebab yang tidak jelas pada preekalmpsia terjadi
penurunan volume plasma antara 30%-40% dibanding hamil normal, disebut
hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi
hipertensi. Volume plasma yang menurun memberi dampak yang luas pada
organ-organ yang penting.
b) Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis
hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi
perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah jantung.
Tekanan darah menjadi normal beebrapa hari pasca persalinan, kecuali
pada beberapa kasus preeklampsia berat kembalinya tekanan darah normal
dapat terjasi 2-4 minggu pasca persalinan.
c) Fungsi Ginjal
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
- Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga terjadi
oligouria, bahkan anuria
- Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas
membran basalis sehongga terjadi kebocoran dan mengakibatkan
proteinuria
14
- Terjadi Glomerular Capillary Endotheliosis akibart sel endotel
glomerular membengkak
- Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal
Asam Urat Serum
Umumnya meningkat Umumnya meningkat 5 mg/cc. Hal ini disebabkan
oleh hipovolemia , yang menimbulkan menurunnya aliran darah ginjal dan
mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus sehingga menurunnya
sekresi asam urat. Peningakatan asa, urat dapat terjadi juga akibat iskemia
jaringan.
Kreatinin
Kadar kreatinin dalam plasma juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh
hipovolemia , yang menimbulkan menurunnya aliran darah ginjal dan
mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus sehingga menurunnya
sekresi kreatinin disertai peningkatan kreatinin plasma. Dapat mencapai
kadar kreatinin plasma 1 ,g/cc.
d) Elektrolit
Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan
gangguan keseinbangan asam basa. Pada waktu terjadi kejang eklampsia kadar
bikarbonat menurun disebabkan timbulnya asidosis laktat dan akibat
kompensasi hilangnya karbon dioksida.
15
g) Viskositas Darah
h) Hematokrit
i) Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel
kapilar. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka
dan tangan, atau edema generalisata, dan biasanya disertai dengan kenaikan
berat badan yang cepat.
j) Hematologik
Perubahan hematologik disebabkan oleh hipovolemia akibat
vasospasme, hipoalbuminemia hemolisis mikroangiopatik akibat spasme
arteriole dan hemolisis akibat kerusakan endotel arteriole.
k) Hepar
Dasar perubahan pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan.
Bila terdapat perdarahan pada periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis
sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Peradarahan ini dapat meluas
hingga dibawah kapsula hepar disebut subkapsular hematoma yang
menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium dan dapat menyebabkan
ruptur hepar sehingga butuh pembedahan.
l) Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa :
- Nyeri kepala disebabkan oleh hipoperfusi otak, sehingga menimbulkan
vasogenik edema
- Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus
(pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanya
kelainan dan ablasio retina (retinal detachment)).
- Hiperrefleksi sering dijumpai pada preeklampsia berat
- Dapat timbul kejang eklmaptik, faktor-faktor penyababnya ialah edema
serebri, vasospasme serebri dan iskemia serebri
16
- Perdarahan intrakranial (jarang)
m) Kardiovaskuler
Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh peningkatan cardiac
afterload akibat hipertensi dann penurunan cardiac preload akibat
hipovolemi.
n) Paru
Penderita preeklampsia berat mempunyai resiko besar terjadinya edema
paru yang disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada
pembuluh kapiler paru dan menurunnya diuresis.
o) Janin
Preeklampsia memberikan pengaruh buruk pada kesehatan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.
Dampak preeklampsia pada janin:
- Intrauterine growth restriction (IUGR) dan oligohidramnion
- kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat
IUGR, prematuritas, oligohidramnion, dan solusio plasenta.
17
2.9. Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan Kepala
18
Ultrasonografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa status dari fetus yang sama
baiknya ketika memeriksa restriksi pertumbuhan
Kardiotokografi
Ini merupakan tes standar untuk mengetahui stress fetal dalam rahim dan
dapat memonitor fetus secara menetap. Walapun dapat memberikan informasi yang
berkelanjutan, namun alat ini memiliki kemampuan prediktif yang kurang.
3.0. Penatalaksanaan
19
Maintanance Dose
6 gr MgSO4 40% dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 28
tetes/menit dalam 6 jam.
Awasi : Volume urin, frekwensi nafas, refleks patella setiap jam. Pastikan
tidak ada tanda-tanda intoksikasi magnesium pada setiap pemberian
MgSO4 ulangan
Syarat Syarat Pemberian MgSO4
o Refleks patella normal
o Frekuensi respirasi >16x per menit
o Produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5
cc/kgBB/jam
o Tersedia kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai antidotum. Bila
nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi maka kalsium
glukonas tersebut diberikan dalam tiga menit.
- Diazepam
Suatu antikonvulsan yang efektif dengan jalan menekan reticular
activating system dan basal ganglia tanpa menekan pusat meduler.
Diazepam melewati barier plasenta dan dapat menyebabkan depresi
pernapasan pada neonatus, hipotensi dan hipotermi hingga 36 jam setelah
pemberiannya. Depresi neonatal ini hanya terjadi bila dosisnya lebih dari 30
mg pada 15 jam sebelum kelahiran. Dosis awal : 10-20 mg bolus intravena
Dosis tambahan : 5-10 mg intravena jika diperlukan atau tetesan 40 mg
diazepam dalarn 500 ml larutan dekstrose 5%.
- Fenitoin
Fenitoin sodium mempunyai khasiat stabilisasi membran neuron, cepat
masuk jaringan otak dan efek antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi
20
intravena. Diberikan dalam dosis 15 mg/kg dengan pemberian intravena 50
mg/menit.
b. Antihipertensi
Diberikan jika tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah
diastolik 110 mmHg. Pilihan antihipertensi yang dapat diberikan adalah :
(1) Nifedipin 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat
diberikan nifedipin ulangan 10 mg dengan interval satu jam, dua jam, atau
tiga jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan darah pada PEB tidak boleh
terlalu agresif yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90 mmHg atau
maksimal 30%. Penggunaan nifedipin ini sangat dianjurkan karena
harganya murah, mudah didapat, dan mudah mengatur dosisnya dengan
efektifitas yang cukup baik. . Nifedipin tergolong ke dalam antagonis
kalsium (calcium channel blocker). Obat ini bekerja dengan menghambat
influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di
pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relakasasi
arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Nifedipin bersifat
vaskuloselektif sehingga efek langsung pada nodus SA dan AV minimal,
menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti,
dan relatif aman dalam kombinasi bersama -blocker
(2) Metildopa
Metildopa merupakan prodrug yang dalam susunan saraf pusat
menggantikan kedudukan DOPA dalam sintesis katekolamin dengan hasil
akhir -metilnorepinefrin. Efek antihipertensinya disebabkan oleh stimulasi
reseptor -2 di sentral sehingga mengurangi sinyal simpatis ke perifer.
Metildopa menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi
frekuensi dan curah jantung. Efek maksimal tercapai 6-8 jam setelah
pemberian oral atau intravena dan efektivitas berlangsung sampai 24 jam
g. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada semua wanita usia
kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan prematur, termasuk pasien
21
dengan PEB. Preeklampsia sendiri merupakan penyebab 15% dari seluruh
kelahiran prematur.
Penelitian US Collaborative tahun 1981 melaporkan perbedaan
bermakna insiden RDS dengan pemberian steroid antenatal pada kehamilan 30-
34 minggu dengan interval antara 24 jam sampai dengan tujuh hari. Sementara
penelitian Liggins dan Howie mendapati insidens RDS lebih rendah apabila
interval waktu antara saat pemberian steroid sampai kelahiran adalah dua hari
sampai kurang dari tujuh hari dan perbedaan ini bermakna. Mereka
menganjurkan steroid harus diberikan paling tidak 24 jam sebelum terjadi
kelahiran agar terlihat manfaatnya terhadap pematangan paru janin.
Pemberian steroid setelah lahir tidak bermanfaat karena kerusakan telah
terjadi sebelum steroid bekerja. National Institutes of Health (NIH)
merekomendasikan: 25,27
1. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 2434 minggu yang dalam
persalinan prematur mengancam merupakan kandidat untuk pemberian
kortikosteroid antenatal dosis tunggal.
2. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12 mg sebanyak dua
dosis dengan selang waktu 24 jam atau deksametason 6 mg sebanyak 4 dosis
intramuskular dengan interval 12 jam.
3. Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisial dan berlangsung
selama tujuh hari.
h. Diuretika
Diuretika tidak digunakan kecuali jika didapatkan:
- edema paru
- payah jantung kongestif
- edema anasarka
22
2.2 Penanganan Preeklampsia
Penanganan Aktif
Penanganan Aktif. Kehamilan dengan PEB sering dihubungkan dengan
peningkatan mortalitas perinatal dan peningkatan morbiditas serta mortalitas ibu.
Sehingga beberapa ahli berpendapat untuk terminasi kehamilan setelah usia
kehamilan mencapai 34 minggu. Terminasi kehamilan adalah terapi definitif yang
terbaik untuk ibu untuk mencegah progresifitas PEB.
Indikasi untuk penatalaksanaan aktif pada PEB dilihat baik indikasi pada
ibu maupun janin:
1. Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada ibu:
a. kegagalan terapi medikamentosa:
setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan
darah yang persisten
setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa, terjadi
kenaikan desakan darah yang persisten
b. tanda dan gejala impending eklampsia
c. gangguan fungsi hepar
d. gangguan fungsi ginjal
e. dicurigai terjadi solusio plasenta
f. timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, dan perdarahan
g. umur kehamilan 37 minggu
23
h. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) berdasarkan pemeriksaan USG
timbulnya oligohidramnion
Penanganan Ekspektatif
24
2. Bila penderita sudah inpartu
a. Perjalan persalinan diikuti dengan grafik Friedman
b. Memperpendek kala II
c. Pembedahan cesar dilakukan bila terdapat maternal distress dan fetal
distress
d. Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar
e. Anastesi: regional anastesia, epidural anastesia. Tidak dianjurkan anastesia
umum.
2.11.Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan
eklampsia.Komplikasi yang disebabkan oleh pre eklampsia berat dan eklampsia
yaitu
1.Solutio plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hypertensi akut
dan lebihsering terjadi pada pre eklampsia.
2.Hipofibrinogenemia
3.Hemolisis
25
4.Pendarahan otak
5.Kelainan mata
6.Edema paru-paru
7.Nekrosis hati
26
10. Kelainan ginjal
2.12. Prognosis
Untuk Ibu
Untuk Bayi
Kematian perinatal sebesar 20%. Sebagian besar bayi-bayi ini kurang bulan.
Namun dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, kematian ini mungkin
dapat dikurangi hingga < 10%.
27
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
3.2 ANAMNESA
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita umur 23 tahun datang ke IGD RSUD Solok kiriman dari
bidan pada tanggal 29 april 2017 jam 21.20 WIB dengan diagnosis G1P0A0H0
parturien aterm 37-38 minggu kala I fase laten + PEB + JHTIU + Preskep
Keluar lendir campur darah dari kemaluan (+) sejak 6 jam yang lalu
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (+) sejak 3 jam yang lalu
28
Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu
Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 th, siklus haid teratur 1 x 28 hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya
2-3x ganti duk/hr, nyeri(-)
29
BMI : 27,11 (overweight)
Status gizi : Baik
Vital sign :
Tekanan Darah : 170/100 mmHg
Nadi : 83x/menit
Nafas : 20x/menit
Temperatur : 36,50C
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorak :
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di LMCS ICS V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
o Kanan : ICS IV parasternal dekstra
o Kiri : ICS II midclavikula sinistra
o Atas : ICS II parasternal sinistra
Auskultasi : bunyi jantung murni reguler, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris, kiri=kanan
Palpasi : vokal fremitus, kiri=kanan
Perkusi : sonor, kiri=kanan
Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : lihat status obstetrikus
Genitalia : lihat status obstetrikus
Ekstremitas : edema -/-, Refleks Fisiologis +/+, Refleks Patologis -/-
Status Obstetrikus
Muka : Chloasma gravidarum (+)
Mammae : membesar, tegang, areolla & papilla hiperpigmentasi, colostrum(+)
30
Abdomen :
L4 : konvergen
DJJ : 139-145
Auskultasi : BU (+) N
Genitalia :
Inspeksi : Vulva & uretra tenang, tumor (-), varikoses (-), lividae
(+), sikatriks (-)
Vaginal Toucher : 3-4
Ketuban (-) sisa jernih
Teraba kepala Sutura Sagitalis Melintang
HI-HII
UPD : Promontorium Sulit dinilai
Linea inominata teraba 1/3-1/3
Dinding samping panggul lurus
Os sakrum cekung
Spina ischiadika tidak menonjol
Os coccygeus mudah digerakkan
Arcus Pubis > 90
31
UPL : DIT dapat dilalui oleh satu tinju orang dewasa >10,5 cm
UPD dan UPL : kesan panggul luas
Sikap :
Kontrol keadaan umum, tanda vital, urine, RR, refleks patella, his, dan
DJJ
Observasi tanda-tanda impending eklampsia
Informed consent
IVFD 2 line :a. IVFD RL + Indoxin 1 amp
b. IVFD MgSO4 40% dosis inisial maintanance
Inj. Ceftriakson 1 gr
Amati pembukaan 2 jam lagi
Regimen MgSO4 dosis inisial dilanjutkan dosis maintenance
32
Rencana :
Ikuti persalinan-partus pervaginam dengan forcep ekstraksi
O : KU Kes TD Nd Nfs T
Abdomen :
His : 2-x3/30/sedang
DJJ : 139-145x/menit
VT : 7-8
33
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : lengkap
Ketuban (-) sisa jernih
Teraba kepala uuk depan HIII-HIV
A : G1P0A0H0 Parturien aterm 37 38 minggu + kala II + Riwayat PRM +
PEB dalam regimen MgSO4 JHTIU Preskep UUK Depan HIII-HIV
Sikap : Kontrol KU, VS, DJJ, His
Rencana: Partus Pervaginam secara forcep ekstraksi
IVFD 2 line
ii). RL + oxytocin 10 IU
Sikap
Awasi kala IV
34
Pasca Tindakan
Jam Waktu TD Nadi Napas Suhu TFU Kontraksi Kandung PPV
Uterus Kemih
0
I 02.45 160/90 85x 25x 37,0 2 jari bpst Baik
0
03.00 160/90 85x 24x 37,0 2 jari bpst Baik
0
03.15 160/80 85x 25x 37,1 2 jari bpst Baik
0
03.30 150/80 90x 20x 37,6 2 jari bpst Baik
0
II 04.00 150/80 90x 20x 37,6 2 jari bpst Baik
0
04.30 140/80 100x 20x 37,6 2 jari bpst Baik 100cc 30cc
PF : KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 150/90 82x/i 20x/i 36,8 0
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
35
Diagnosis :
P2A0H2 post partus maturus spontan + PEB dalam regimen MgSO4 dosis
maintanance
Ibu dan bayi dalam rawatan
Sikap :
Kontrol KU, VS, PPV, kontraksi, urin output
Observasi tanda-tanda impending eklampsia
Diet TKTP
Mobilisasi dini
Breast care
Vulva hygiene
Terapi :
IVFD 2 jalur :
1) RL + 2 ampul oxytocin 20 tts/mnt selama 1x24 jam
2) RL + Regimen MgSO4 dosis maintenance selama 1x24 jam
Pasang cateter voley menetap 1x24 jam
Metildopa tab 3 x 500 mg
Amoxicillin 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Vitamin C 1x1 tablet
SF 1x1 tablet
Follow up :
Tanggal 29 April 2017 Jam 06.00 WIB
A : Demam (+), ASI (+/+), BAK (+), BAB (-), PPV (-)
PF : KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 130/80 80x/m 20x/m 36,5 0
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
36
Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit
Palpasi : FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi baik NT (-), NL (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Genitalia : Inspeksi : V/U tenang, PPV (-) Lokia (+) rubra
Diagnosis :
P1A0H1 post Forcep Ekstraksi ai PEB dalam regimen MgSO4 dosis
maintenance
Nifas Hari I
Ibu dan bayi baik
Sikap :
Kontrol KU, VS, PPV, kontraksi, urin output, refleks patella, RR
Observasi tanda-tanda impending eklampsia
Mobilisasi dini
Breast care
Vulva hygiene
Terapi :
IVFD 2 jalur :
1) RL + 2 Ampul oxytocin 20 tts/mnt aff 1x24 jam post partum
2) RL + Regimen MgSO4 dosis maintenance aff regimen 1x24 jam
post partum
Kateter voley aff 1x24 jam post partum
Metildopa tab 3 x 250 mg
Amoxicillin 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Vitamin C 1x1 tablet
SF 1x1 tablet
37
Tanggal 30 April 2017 jam 09.00 WIB
A : Demam (-), ASI (+/+), BAK (+), BAB (-), PPV (-)
PF : KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 130/80 86x/i 20x/i 36,5 0
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit
Palpasi : FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi baik NT (-), NL(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Genitalia : Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
Diagnosis :
P1A0H1 post Forcep Ekstraksi a.i PEB selesai regimen MgSO4
Ibu dan anak baik
Nifas hari 2
Terapi :
Metronidazol 500 mg tab 3x1
Asam mefenamat 500 mg tab 3x1
Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
Gentamisin 80mg tab 2x1
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Vitamin C 1x1 tab
SF 1x1 tab
38
BAB IV
Pasien datang dengan keluhan utama keluar lendir campur darah sejak 6
jam SMRS dan disertai nyeri pinggang menjalar ke ari-ari makin lama makin sering
dan kuat. Keluar darah dan air-air yang banyak dari kemaluan disangkal oleh
pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien, dan
didapatkan tekanan darah tinggi yaitu 170/100 mmHg.
39
BAB V
KESIMPULAN
40
DAFTAR PUSTAKA
41