Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

KELOMPOK 19

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN HIPERTENSI

Oleh:

1. Franski Yuatama : 1310070100001


2. Meldasari : 1310070100203
3. Muhammad Delfin : 1310070100048

Pembimbing:

Dra.Olin Nita, M.Pd.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rokok merupakan gulungan tembakau yang dibungkus kertas. Rokok terdiri dari

berbagai macam materi beracun yang dapat mengakibatkan perubahan struktur dan diskoordinasi

pada mayoritas organ tubuh, bahkan merusak proses pertumbuhan tubuh manusia.Komponen

utama dari rokok dianggap penting terhadap timbulnya suatu penyakit yaitu nikotin dan karbon

monoksida.

Perokok terdiri atas 2 kategori yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktifadalah

sebutan bagi orang yang merokok langsung. Sedangkan perokok pasifadalah sebutan bagi orang

yang tidak merokok dan tanpa sengaja ikut menghisap asap rokok tersebut, perokok pasif yang

hanya menghisap asap rokok juga memiliki resiko terkena hipertensi.

Didalam rokok mengandung beberapa zat berbahaya bagi tubuh yaitu tar, nikotin dan

karbon monoksida.Tar dapat meningkatkan kekentalan darah, selain itu terdapat pula substansi

hidrokarbon yang bersifat menempel padaparu paru. Hal tersebut memaksa jantung memompa

darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada pembuluh darah

sehingga pembuluh darah menjadi sempit, laju darah akan menjadi lebih cepat , dapat

mempengaruhi sistem saraf dan peredaran darah yang bersifat karsinogen yang mampu memicu

terjadinya kanker paru-paru Nikotin juga dapat memacu pengeluaran zat cathecolamin tubuh

seperti hormon adrenalin. Hormon adrernalin meningkatkan kerja jantung untuk berdetak 10
20 kali/menit dan meningkatkan tekanan darah 10 20 skala. Hal ini mengakibatkan jantung

menjadi lebih cepat lelah. Zat ini juga menimbulkan rasa ketagihan untuk terus merokok. Karbon

monoksida dapat mengikat hemoglobin dalam darah, sehingga terjadi penurunan saturasi antara

02 dan hemoglobin yang akan mengakibatkan terjadinya hipoksia. Zat ini juga dapat

meningkatkan keasaman darah sehingga darah menjadi lebih kental dan menempel didinding

pembuluh darah. Penyempitanpembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih cepat

lagi sehingga tekanan darah meningkat.

Di samping itu, merokok juga menimbulkan berbagai efek yang merugikan lainnya,

bahan-bahan kimia dalam tembakau dapat merusak dinding-dinding dalam arteri, sehingga

membuatnya lebih rentan terhadap akumulasi kolestrol yang mengandung endapan-endapan

lemak (plak) yang menyebabkan penyempitan pada arteri. Tembakau juga memicu pelepasan

hormon-hormon yang menyebabkan tubuh mempertahankan cairan. Kedua faktor ini

mengakibatkan penyempitan arteri dan peningkatan cairan dapat menyebabkan tekanan darah

tinggi.

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh terganggu.Hipertensi merupakan

penyakit yang sering di jumpai di masyarakat dan sering menyebabkan penyakit jantung yang

mematikan. Banyak faktor - faktor resiko untuk terjadi nya tekanan darah tinggi antara lain yaitu

gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan, tetapi

faktor yang paling berpengaruh yaitu keturunan.

Gejala Hipertensi pada umumnya tidak nyata, banyak yang sudah terlambat dan setelah

menjadi komplikasi barulah di ketahui penyebabnya. Seseorang yang mempunyai penyakit darah
tinggi mempunyai resiko besar terhadap penyakit lainnya, tidak hanya penyakit jantung koroner

saja tapi penyakit gagal ginjal , kebutaan dan stroke bisa saja terjadi. Oleh karena itu penanganan

dini sangat diperlukan bagi penderita agar tidak merusak organ-organ tubuh lainnya.

Banyaknya kejadian harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, mengingat

banyaknya resiko terjadinya komplikasi. Disinilah peran tenaga medis diperlukan termasuk juga

dokter untuk menangani pasien, memotivasi pasien untuk berobat,menerangkan tentang pola

hidup sehat dan berolahraga secara teratur. Demi tercapainya penurunan penderita hipertensi di

Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi. Hal-hal yang dapat diteliti tersebut

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Efek merokok terhadap kesehatan

b. Faktor faktor yang dapat menyebabkan hipertensi

c. Bahan yang terkandung di dalam rokok yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi

d. Hubungan jumlah rokok yang di hisap dengan kejadian hipertensi

e. Hubungan jenis rokok yang di hisap dengan kejadian hipertensi

f. Hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi

g. Hubungan lama merokok dengan kejadian hipertensi

h. Hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi

i. Faktor yang memperberat kejadian hipertensi


1.3 Pembatasan Masalah

Oleh karena sesuatu dan lain hal, tidak seluruh persoalan yang teridentifikasi diteliti di

dalam penelitian ini. Peneliti membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini atas

beberapa hal, yaitu:

a. Faktor faktor yang dapat menyebabkan hipertensi

b. Efek merokok terhadap kejadian hipertensi

c. Faktor - faktor yang memperberat kejadian hipertensi

d. Efek merokok terhadap kesehatan

e. Hubungan jenis rokok yang di hisap dengan kejadian hipertensi

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dirumuskanlah masalah penelitian ini dalam

bentuk kajian terhadap hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi. Kajian tersebut

meliputi beberapa hal, yaitu:

a. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi?

b. Bagaimana hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi?

c. Apakah hubungan jenis rokok yang di hisap dengan kejadian hipertensi?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Rokok

2.1.1 Pengertian Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau

yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar

asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok merupakan salah satu zat adiktif

yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian

ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk

cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica

dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

tambahan.

2.1.2 Jenis jenis Rokok

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi di bagi tiga jenis:

a. Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

b. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh

yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh,

dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan penggu naan filter dibagi dua jenis:

a. Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

b. Rokok Non Filter(RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus

Rokok berdasarkan bahan pembungkus:

a. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kulit jagung.

b. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

c. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

d. Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

e. Rokok daun nipah

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi:

a. Rokok putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

b. Rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh

yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan

kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya:

a. Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling

atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.

b. Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan

mesin.Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :

1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya

ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum

Super dan lain-lain.

2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan

kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma

yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims

dan lain-lain.

2.1.3 Bahan-bahan kimia yang terkandung dalam Rokok

a. Tar

Tar adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis hidrokarbon aromatik polisiklik, amin

aromatik dan N-nitrosamine. Tar yang dihasilkan asap rokok akan menimbulkan iritasi pada

saluran napas, menyebabkan bronchitis, kanker nasofaring dan kanker paru.

b. Nikotin

Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier, bersifat basa

lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis, sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan ion dan dapat

melalui membran sel. Asap rokok pada umumnya bersifat asam (pH 5,5). Pada pH ini nikotin

berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa
pipih hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok. Pada perokok yang menggunakan

pipa, cerutu dan berbagai macam sigaret Eropa, asap rokok bersifat basa dengan pH 8,5 dan

nikotin pada umumnya tidak dalam bentuk ion dan dapat diabsorpsi dengan baik melalui mulut.

c. Karbonmonoksida

Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap

hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan haemoglobin akan membuat haemoglobin

tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi haemoglobin sebagai pengangkut

oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan

dapat menyebabkan kematian.

d. Timah hitam

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok

(isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang

batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan,

bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat

berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.

2.1.4 Beberapa penyakit akibat Merokok

a. Kanker paru-paru

b. Jantung Koroner

c. Bronchitis

d. Stroke

e. Hipertensi

f. Impoten
2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Menurut basha, hipertensi merupakan suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh

darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai

ke jaringa n tubuh yang membutuhkan. Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap

(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya

lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.

2.2.2 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf

simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan

Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas,

alkoho l, meroko k, serta polisitemia.


b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab

spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi

vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,

feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan, dan lain-lain.

2.2.3 Gejala Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi

esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-

beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah

terjadi ko mplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Julius, 2008).

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak

menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan

penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat

tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

epistaksis,mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata

berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan

kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini

dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Julius, 2008).
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee (JNC 7) tahun 2003 dapat di

lihat pada table berikut:

Klasifikasi Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)

Normal <120 dan <80

Pre hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi stage 2 160 atau 100

Krisis hipertensi >180 >120

2.2.5 Komplikasi Hipertensi

1. Penyakit ginjal kronis

2. Jantung

a. Hipertrofi ve ntrike l kiri

b. Angina atau infark miokardium

c. Gagal jantung

3. Otak

a. Strok

b.Transient Ischemic Attack (TIA)

4. Penyakit arteri perifer

5. Retinopati
2.3 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertensi (p=0,003). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang

mendapatkan peningkatan tekanan darah dari 1407 / 993 mmHg menjadi 1515 / 1082

mmHg setelah merokok 10 menit. Nikotin yang ada di dalam rokok dapat mempengaruhi

tekanan darah seseorang, bisa melalui pembentukan plak aterosklerosis, efek langsung nikotin

terhadap pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin, ataupun melalui efek CO dalam

peningkatan sel darah merah.

2.4 Hubungan Antara Lama Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Hasil uji chi-square didapatkan adanya hubungan bermakna antara lama merokok dengan

kejadian hipertensi (p=0,017). Hasil ini sejalan dengan penelitian Suheni yang menunjukkan

sangat besar pengaruh lama merokok terhadap kejadian hipertensi (p=0,000 dan OR=21),

artinya semakin lama memiliki kebiasaan merokok, maka semakintinggi kemungkinan

menderita hipertensi. Dampak rokok memang akan terasa setelah 10-20 tahun pasca

penggunaan. Rokok juga punya dose- response effect, artinya semakin muda usia mulai

merokok, semakin sulit untuk berhenti merokok, maka semakin lama seseorang akan memiliki

kebiasaan merokok. Hal itu menyebabkan semakin besar pula risiko untuk menderita hipertensi.

2.5 Hubungan Antara Jumlah Rokok dengan Kejadian Hipertensi

Hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah rokok

dengan kejadian hipertensi (p=0,412). Hasil berbeda dengan teori Thomas yang menyatakan

adana hubungan antara jumlah rokok yang dihisap perhari dengan kejadian hipertensi (p<0,05).

Hal ini sejalan dengan penelitian Paola yang mendapatkan hasil tekanan darah rata-rata yang
tidak jauh berbeda antara ketiga kategori jumlah batang rokok (p>0,05). Hal ini dipengaruhi

oleh data diet responden, dimana terdapat kebiasaan minum alkohol dan asupan elektrolit yang

tinggi pada semua responden, sehingga tekanan darah pada responden tersebut tidak jauh

berbeda.

2.6 Hubungan Antara Derajat Perokok dengan Kejadian Hipertensi

Hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara derajat perokok

dengan kejadian hipertensi (p=0,226). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Miyatake yang

mendapatkan peningkatan risiko sindrom metabolik terdapat pada perokok berat (indeks

Brinkmann >600) (p<0,05).Hipertensi merupakan salah satu sindroma metabolik, artinya

terdapat hubungan antara derajat perokok dengan hipertensi. Ada beberapa hal yang

menyebabkan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori.Sejalan dengan penelitian Bambang

yang mendapatkan tidak ada hubungan derajat perokok dan kejadian hipertensi (p=0,358). Pada

penelitian ini terdapat interaksi kuat antara konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan indeks

massa tubuh, artinya faktor-faktor lain dapat mempengaruhi hasil analisis.

2.7 Hubungan Antara Jenis Rokok dengan Kejadian Hipertensi

Hasil uji chi-square didapatkan adanya hubungan bermakna antara jenis rokok dengan

kejadian hipertensi (p=0,017). Hal ini sejalan dengan penelitian Susanna yang menyatakan

bahwa kandungan nikotin dalam rokok non filter lebih besar dari rokok filter, sehingga risiko

yang ditimbulkannya akan lebih besar. Jenis rokok filter dapat mengurangi masuknya nikotin ke

dalam tubuh. Filter tersebut berfungsi sebagai penyaring asap rokok yang akan dihisap, sehingga

nantinya tidak terlalu banyak bahan kimia yang akan masuk sampai ke paru-paru.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa hal sebagai

simpulan penelitian. Hal hal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi, dimana orang

yang memiliki kebiasaan merokok mempunyai peluang menderita hipertensi 6 kali lebih

besar dari pada yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

b. Terdapat hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi.

c. Terdapat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap perhari dengan kejadian hipertensi

d. terdapat hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi.

3.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai saran

penelitian:

a. Bagi Dinas Kesehatan

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menderita

hipertensi adalah mereka yang tinggal di daerah pedesaan, bekerja sebagai petani ataupun

pedagang, dan memiliki kebiasaan merokok. Kemungkinan para responden tidak mengetahui

bahwa mereka menderita penyakit hipertensi, karena hipertensi merupakan suatu penyakit yang

disebut the silent killer dimana penyakit ini tidak menunjukkan gejala sehingga baru disadari

setelah menyebakan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Selain itu
kemungkinan kurangnya pengetahuan responden megenai penyakit hipertesni. Untuk itu saran

untuk dinas kesehatan adalah melakukan pendeteksian dini dan diadakannya penyuluhan

mengenai hipertensi, pembentukan pos windu yang mencakup beberapa kegiatan yaitu:

pemantauan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gula darah, dan senam lansia.

b. Bagi Masyarakat

Mulai waspada terhadap peningkatan umur, karena semakin meningkatnya umur mulai

rentan terhadap berbagai penyakit termasuk hipertensi. Hendaknya melakukan pencegahan

hipertensi dari factor resiko lain yang bisa diubah seperti menjaga berat badan ideal/normal agar

tidak mengalami obesitas, baik dengan rutin berolahraga maupun dengan diet seimbang. Selain

itu menghindari rokok atau mulai berhenti untuk merokok.

c. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang juga ingin meneliti penyakit hipertensi dapat menggunakan faktor

resiko hipertensi lainnya seperti faktor genetik, ras/etnik,asupan zat gizimikro seperti natrium,

kalium, dan magnesium.


DAFTAR PUSTAKA

Bustan MN. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta; 2000.

Susanna D, Hartono B, Fauzan H. Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok. Jurnal Universitas
Indonesia. Jakarta: Makara Kesehatan. 2003

Sani A. Rokok dan hipertensi. Yayasan Jantung Indonesia: Jakarta; 2005

Suheni, Yuliana. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki
usia 40 tahun ke atas di badan RS daerah Cepu. Semarang: Jurnal UNS; 2007

Dwiputra B. hubungan perilaku dengan prevalensi hipertensi pada masyarakat kota Ternate. FK
UI : Jakarta. 2008.

Nurcahyani, Fajar H, Bustamam N, Diandini R. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan


kejadian hipertensi di layanan kesehatan. Bina Widya. 2011;22(4):185-90.

Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki- Laki Usia 35-65 Tahun di Kota
Padang Yashinta Octavian Gita Setyanda1, Delmi Sulastri2, Yuniar Lestari3
http://jurnal.fk.unand.ac.id 2015

Anda mungkin juga menyukai