KELOMPOK 19
Oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Rokok merupakan gulungan tembakau yang dibungkus kertas. Rokok terdiri dari
berbagai macam materi beracun yang dapat mengakibatkan perubahan struktur dan diskoordinasi
pada mayoritas organ tubuh, bahkan merusak proses pertumbuhan tubuh manusia.Komponen
utama dari rokok dianggap penting terhadap timbulnya suatu penyakit yaitu nikotin dan karbon
monoksida.
Perokok terdiri atas 2 kategori yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktifadalah
sebutan bagi orang yang merokok langsung. Sedangkan perokok pasifadalah sebutan bagi orang
yang tidak merokok dan tanpa sengaja ikut menghisap asap rokok tersebut, perokok pasif yang
Didalam rokok mengandung beberapa zat berbahaya bagi tubuh yaitu tar, nikotin dan
karbon monoksida.Tar dapat meningkatkan kekentalan darah, selain itu terdapat pula substansi
hidrokarbon yang bersifat menempel padaparu paru. Hal tersebut memaksa jantung memompa
darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada pembuluh darah
sehingga pembuluh darah menjadi sempit, laju darah akan menjadi lebih cepat , dapat
mempengaruhi sistem saraf dan peredaran darah yang bersifat karsinogen yang mampu memicu
terjadinya kanker paru-paru Nikotin juga dapat memacu pengeluaran zat cathecolamin tubuh
seperti hormon adrenalin. Hormon adrernalin meningkatkan kerja jantung untuk berdetak 10
20 kali/menit dan meningkatkan tekanan darah 10 20 skala. Hal ini mengakibatkan jantung
menjadi lebih cepat lelah. Zat ini juga menimbulkan rasa ketagihan untuk terus merokok. Karbon
monoksida dapat mengikat hemoglobin dalam darah, sehingga terjadi penurunan saturasi antara
02 dan hemoglobin yang akan mengakibatkan terjadinya hipoksia. Zat ini juga dapat
meningkatkan keasaman darah sehingga darah menjadi lebih kental dan menempel didinding
pembuluh darah. Penyempitanpembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih cepat
Di samping itu, merokok juga menimbulkan berbagai efek yang merugikan lainnya,
bahan-bahan kimia dalam tembakau dapat merusak dinding-dinding dalam arteri, sehingga
lemak (plak) yang menyebabkan penyempitan pada arteri. Tembakau juga memicu pelepasan
mengakibatkan penyempitan arteri dan peningkatan cairan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
penyakit yang sering di jumpai di masyarakat dan sering menyebabkan penyakit jantung yang
mematikan. Banyak faktor - faktor resiko untuk terjadi nya tekanan darah tinggi antara lain yaitu
gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan, tetapi
Gejala Hipertensi pada umumnya tidak nyata, banyak yang sudah terlambat dan setelah
menjadi komplikasi barulah di ketahui penyebabnya. Seseorang yang mempunyai penyakit darah
tinggi mempunyai resiko besar terhadap penyakit lainnya, tidak hanya penyakit jantung koroner
saja tapi penyakit gagal ginjal , kebutaan dan stroke bisa saja terjadi. Oleh karena itu penanganan
dini sangat diperlukan bagi penderita agar tidak merusak organ-organ tubuh lainnya.
banyaknya resiko terjadinya komplikasi. Disinilah peran tenaga medis diperlukan termasuk juga
dokter untuk menangani pasien, memotivasi pasien untuk berobat,menerangkan tentang pola
hidup sehat dan berolahraga secara teratur. Demi tercapainya penurunan penderita hipertensi di
Indonesia.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi. Hal-hal yang dapat diteliti tersebut
c. Bahan yang terkandung di dalam rokok yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi
Oleh karena sesuatu dan lain hal, tidak seluruh persoalan yang teridentifikasi diteliti di
dalam penelitian ini. Peneliti membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini atas
bentuk kajian terhadap hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi. Kajian tersebut
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau
yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok merupakan salah satu zat adiktif
yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian
ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk
cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica
dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
a. Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus
b. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh,
dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan penggu naan filter dibagi dua jenis:
a. Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
b. Rokok Non Filter(RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus
a. Rokok putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus
b. Rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan
kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya:
a. Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling
atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya
ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan
kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma
yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims
dan lain-lain.
a. Tar
Tar adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis hidrokarbon aromatik polisiklik, amin
aromatik dan N-nitrosamine. Tar yang dihasilkan asap rokok akan menimbulkan iritasi pada
b. Nikotin
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier, bersifat basa
lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis, sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan ion dan dapat
melalui membran sel. Asap rokok pada umumnya bersifat asam (pH 5,5). Pada pH ini nikotin
berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa
pipih hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok. Pada perokok yang menggunakan
pipa, cerutu dan berbagai macam sigaret Eropa, asap rokok bersifat basa dengan pH 8,5 dan
nikotin pada umumnya tidak dalam bentuk ion dan dapat diabsorpsi dengan baik melalui mulut.
c. Karbonmonoksida
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap
hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan haemoglobin akan membuat haemoglobin
tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi haemoglobin sebagai pengangkut
oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan
d. Timah hitam
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok
(isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang
batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan,
bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat
a. Kanker paru-paru
b. Jantung Koroner
c. Bronchitis
d. Stroke
e. Hipertensi
f. Impoten
2.2 Konsep Hipertensi
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Menurut basha, hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai
ke jaringa n tubuh yang membutuhkan. Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-
beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi ko mplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Julius, 2008).
menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat
tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah
epistaksis,mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan
kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini
dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Julius, 2008).
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee (JNC 7) tahun 2003 dapat di
2. Jantung
c. Gagal jantung
3. Otak
a. Strok
5. Retinopati
2.3 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kebiasaan merokok
dengan kejadian hipertensi (p=0,003). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang
mendapatkan peningkatan tekanan darah dari 1407 / 993 mmHg menjadi 1515 / 1082
mmHg setelah merokok 10 menit. Nikotin yang ada di dalam rokok dapat mempengaruhi
tekanan darah seseorang, bisa melalui pembentukan plak aterosklerosis, efek langsung nikotin
terhadap pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin, ataupun melalui efek CO dalam
Hasil uji chi-square didapatkan adanya hubungan bermakna antara lama merokok dengan
kejadian hipertensi (p=0,017). Hasil ini sejalan dengan penelitian Suheni yang menunjukkan
sangat besar pengaruh lama merokok terhadap kejadian hipertensi (p=0,000 dan OR=21),
menderita hipertensi. Dampak rokok memang akan terasa setelah 10-20 tahun pasca
penggunaan. Rokok juga punya dose- response effect, artinya semakin muda usia mulai
merokok, semakin sulit untuk berhenti merokok, maka semakin lama seseorang akan memiliki
kebiasaan merokok. Hal itu menyebabkan semakin besar pula risiko untuk menderita hipertensi.
Hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah rokok
dengan kejadian hipertensi (p=0,412). Hasil berbeda dengan teori Thomas yang menyatakan
adana hubungan antara jumlah rokok yang dihisap perhari dengan kejadian hipertensi (p<0,05).
Hal ini sejalan dengan penelitian Paola yang mendapatkan hasil tekanan darah rata-rata yang
tidak jauh berbeda antara ketiga kategori jumlah batang rokok (p>0,05). Hal ini dipengaruhi
oleh data diet responden, dimana terdapat kebiasaan minum alkohol dan asupan elektrolit yang
tinggi pada semua responden, sehingga tekanan darah pada responden tersebut tidak jauh
berbeda.
Hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara derajat perokok
dengan kejadian hipertensi (p=0,226). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Miyatake yang
mendapatkan peningkatan risiko sindrom metabolik terdapat pada perokok berat (indeks
terdapat hubungan antara derajat perokok dengan hipertensi. Ada beberapa hal yang
menyebabkan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori.Sejalan dengan penelitian Bambang
yang mendapatkan tidak ada hubungan derajat perokok dan kejadian hipertensi (p=0,358). Pada
penelitian ini terdapat interaksi kuat antara konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan indeks
Hasil uji chi-square didapatkan adanya hubungan bermakna antara jenis rokok dengan
kejadian hipertensi (p=0,017). Hal ini sejalan dengan penelitian Susanna yang menyatakan
bahwa kandungan nikotin dalam rokok non filter lebih besar dari rokok filter, sehingga risiko
yang ditimbulkannya akan lebih besar. Jenis rokok filter dapat mengurangi masuknya nikotin ke
dalam tubuh. Filter tersebut berfungsi sebagai penyaring asap rokok yang akan dihisap, sehingga
nantinya tidak terlalu banyak bahan kimia yang akan masuk sampai ke paru-paru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa hal sebagai
a. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi, dimana orang
yang memiliki kebiasaan merokok mempunyai peluang menderita hipertensi 6 kali lebih
c. Terdapat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap perhari dengan kejadian hipertensi
d. terdapat hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi.
3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai saran
penelitian:
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menderita
hipertensi adalah mereka yang tinggal di daerah pedesaan, bekerja sebagai petani ataupun
pedagang, dan memiliki kebiasaan merokok. Kemungkinan para responden tidak mengetahui
bahwa mereka menderita penyakit hipertensi, karena hipertensi merupakan suatu penyakit yang
disebut the silent killer dimana penyakit ini tidak menunjukkan gejala sehingga baru disadari
setelah menyebakan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Selain itu
kemungkinan kurangnya pengetahuan responden megenai penyakit hipertesni. Untuk itu saran
untuk dinas kesehatan adalah melakukan pendeteksian dini dan diadakannya penyuluhan
mengenai hipertensi, pembentukan pos windu yang mencakup beberapa kegiatan yaitu:
pemantauan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gula darah, dan senam lansia.
b. Bagi Masyarakat
Mulai waspada terhadap peningkatan umur, karena semakin meningkatnya umur mulai
hipertensi dari factor resiko lain yang bisa diubah seperti menjaga berat badan ideal/normal agar
tidak mengalami obesitas, baik dengan rutin berolahraga maupun dengan diet seimbang. Selain
Bagi peneliti lain yang juga ingin meneliti penyakit hipertensi dapat menggunakan faktor
resiko hipertensi lainnya seperti faktor genetik, ras/etnik,asupan zat gizimikro seperti natrium,
Bustan MN. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta; 2000.
Susanna D, Hartono B, Fauzan H. Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok. Jurnal Universitas
Indonesia. Jakarta: Makara Kesehatan. 2003
Suheni, Yuliana. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki
usia 40 tahun ke atas di badan RS daerah Cepu. Semarang: Jurnal UNS; 2007
Dwiputra B. hubungan perilaku dengan prevalensi hipertensi pada masyarakat kota Ternate. FK
UI : Jakarta. 2008.
Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki- Laki Usia 35-65 Tahun di Kota
Padang Yashinta Octavian Gita Setyanda1, Delmi Sulastri2, Yuniar Lestari3
http://jurnal.fk.unand.ac.id 2015