Triase pasien aritmia harus berfokus pada kondisi hemodinamik dan onset gejala serta tanda.
Aritmia yang tidak stabil harus segera dirawat untuk evaluasi, pasien yang asimtomatis dapat
menunggu tapi harus tetap di evaluasi serta di monitoring.
Kriteria hemodinamik dan kriteria rawatan pasien dengan aritmia antara lain:
Langkah selanjutnya adalah evaluasi nyeri dada, dispneu, gagal jantung akut, penurunan
status kesadaran, dan tanda syok selama triase dilakukan.
Pasien yang tidak stabil harus segera ditangani dan segera dilakukan pemeriksaan
elektrokardiografi serta harus ditatalaksana dengan adekuat sesuai dengan ketersediaan
sumber daya serta obat yang ada pada unit gawat darurat.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi apakah pasien berada dalam
kondisi hemodinamik yang tidak stabil, evaluasi segera beberapa parameter seperti tingkat
kesadaran, ventilasi, oksigenasi, denyut jantung, dan tekanan darah. Evaluasi klinis berfokus
pada gejala syok (penurunan kesadaran, kulit yang biru dan dingin, denyut nadi cepat dan
lemah, penurunan output urin, haus dan mulut kering, hipoglikemia, kebingungan, nausea)
dispneu dan takipneu atau desaturasi oksigen (SpO2 < 90%).
EKG, tekanan darah, dan saturasi oksigen harus segera diperiksa dan dilanjutkan dengan
monitoring terus menerus serta dilakukan pemasangan infus dan pengambilan sampel darah.
Jalan napas (airway) harus tetap paten, bantuan pernapasan atau oksigen diberikan pada
pasien dengan SpO2 < 94%. Pemeriksaan EKG 12 lead harus segera dilakukan untuk
menentukan evaluasi diagnosis aritmia segera. Anamnesis didapatkan setelah tindakan awal
selesai dilakukan.
Secara sederhana, Pendekatan awal pasien aritmia di unit gawat darurat dapat dilakukan
sebagai berikut:
Tanda syok
Lihat dan nilai:
Nyeri dada
Distres Pernapasan
Ketika terjadi henti jantung (Cardiac arrest) maka protokol dukungan hidup jantung lanjutan
harus dilakukan. Pada kondisi ketidakstabilan hemodinamik, maka harus ditentukan pula
kegagalan organ akut atau situasi yang mendekati henti jantung, dapat disebabkat oleh taki
atau bradiaritmia.
Pada kejadian takiaritmia, defibrilasi segera atau kardioversi tersinkronisasi harus dilakukan
tanpa mempertimbangkan mekanisme aritmia.
Sebagai tambahan, bradiaritmia dapat menyebabkan penurunan kardiak output berat yang
menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik seperti hipotensi, penurunan kesadaran, sianosis,
dispneu dan lain-lain.
Pengobatan berbasi atrofin, katekolamin, atau suatu stimulasi elektrikal dapat membantu atau
bahkan menyelamatkan hidup.
Evaluasi klinis
Daftar Pustaka:
1. Neumar RW, Otto CW, Link MS, Kronick SL, Shuster M, Callaway CW, Kudenchuk PJ, Ornato
JP, McNally B, Silvers SM, Passman RS, White RD, Hess EP, Tang W, Davis D, Sinz E, Morrison
LJ. Adult advanced cardiovascular life support: 2010 American Heart Association Guidelines
for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation.
2010;122(18):S72967.
2. Hood RE, Shorofsky SR. Management of arrhythmias in the emergency department. Cardiol
Clin. 2006;24:12533.
3. Surian A, Visintin L. Management of Arrhythmic Patients in the Emergency Department:
General Principles. InThe Arrhythmic Patient in the Emergency Department 2016 (pp. 1-17).
Springer International Publishing.
4. Link MS, Berkow LC, Kudenchuk PJ, Halperin HR, Hess EP, Moitra VK, Neumar RW, ONeil BJ,
Paxton JH, Silvers SM, White RD. Part 7: adult advanced cardiovascular life support.
Circulation. 2015 Nov 3;132(18 suppl 2):S444-64.