Anda di halaman 1dari 19

Referat

HERNIA INGUINAL DAN HIDROKEL INGUINAL

Diajukan sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh

Disusun oleh :

Heni Nurvita Sari 1807101030018


Damar Dita Kirana 1807101030078
Rahmatan 1807101030030
Rudy Lusmianda 1807101030037
Sarach Meilia Aliyah 1807101030056
Abdullah Gemor 1707101030001

BAGIAN/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah S.W.T karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “Hernia Inguinal Dan
Hidrokel Inguinal”. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad S.A.W yang telah
membimbing manusia ke zaman beradab yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Referat ini
disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik senior selama masa
pembelajaran jarak jauh pada Bagian/SMF Bedah Fakultas Kedokteran Unsyiah /
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Referat dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan
sepenuh hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembibing yang
dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan referat ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dan seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan dan saran yang membangun dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dari berbagai pihak agar referat ini
menjadi lebih baik nantinya. Harapan penulis semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada profesi kedokteran.

Banda Aceh, 10 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Definisi ................................................................................... 1
1.2. Epidemiologi .......................................................................... 2
1.3 Patofisiologi ............................................................................ 2
1.4 Manifestasi klinis .................................................................... 5
1.5 Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 5
1.6 Diagnosis................................................................................. 5
BAB II PENATALAKSANAAN ............................................................. 7
BAB III KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS ......................................... 12
3.1. Komplikasi ............................................................................. 12
3.2. Prognosis ................................................................................ 12
BAB IV PENCEGAHAN.......................................................................... 13
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP ............................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Hernia inguinalis sudah dikenal sejak 1500 BC yang dapat ditemukan pada
patung-patung Yunani dan tulisan Mesir di mana digambarkan sebagai benjolan
pada inguinal yang timbul saat pasien batuk. Operasi modern hernia dimulai pada
abad 19 di mana pengertian yang lebih baik mengenai anatomi kanalis inguinalis.
Pada tahun 1871 Marcy menunjukkan operasi ligasi tinggi dari kantung yang tidak
dibuka melalui cincin eksterna dan penguatan cincin interna, yang sampai saat ini
operasi ini masih digunakan.(1) Hernia inguinal dapat diartikan sebagai penonjolan
jaringan lunak (dapat berupa usus) melalui bagian yang mengalami defek pada
kanalis inguinal. Defek yang terjadi dapat diakibat oleh kegagalan penutupan
prosesus vaginalias pada masa perkembangan.(2) Resiko paling tinggi yang
berhubungan dengan hernia adalah apabila usus terperangkap di dalam kantung.
Kondisi ini disebut sebagai inkarserasi. Apabila dibiarkan inkarserasi, maka usus
akan menjadi edema. Tekanan yang meningkat dapat merusak aliran vena, dan
menyebabkan edema yang lebih parah, dimana hal ini dapat merusakaliran arteri ke
usus dan bisa saja sampai ke skrotum. Apabila perfusi dari usus terpengaruh, timbul
hernia strangulata. Hernia strangulata dapat menyebabkan perfusi usus, peritonitis,
sepsis, hingga kematian. Oleh karena hal tersebut, hernia inkarserata atau
strangulata termasuk kegawatdaruratan medis.(1)
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di rongga antara
lapisan parietal dan viseral tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, terdapat
produksi cairan di cavum vaginalis yang diimbangi oleh reabsorbsi sistem limfatik
sekitarnya. Proses timbulnya hernia dan hidrokel pada anak sama hanya saja
tergantung dari ukuran defek dan letak penutupannya.(3)

Gambar 1.1 Hernia dan hidrokel inguinal

1
2

1.2 Epidimiologi
Hernia ingunalis terjadi umumnya pada tahun pertama setelah lahir, dengan
puncaknya beberapa bulan pertama. Insidensi tertinggi hernia ditemukan pada bayi
prematur (16% - 25%). Semua indirek hernia terjadi karena kegagalan penutupan
prosesus vaginalis pada masa perkembangan fetus dan bayi. Rasio pria banding
wanita antara 3:1 dan 10:1. Pada bayi prematur tidak terdapat perbedaan gender
yang signifikan.(4)
Sekitar 60% hernia berada pada sisi kanan, hal ini untuk pria dan wanita. Pada
pria terjadi karena densus testis kanan yang terjadi lebih lambat dibandingkan yang
kiri, tetapi hal tersebut tidak menjelaskan yang terjadi pada wanita. Hernia bilateral
terjadi sekitar 10% dari seluruh kasus. Dari riwayat keluarga ditemukan sekitar
11,5% pasien memiliki riwayat hernia di keluarga. Pada anak kembar terjadi
peningkatan sekitar 10,6% untuk kembar pria dan wanita 4,1%.(4)
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di rongga antara lapisan
parietal dan viseral tunika vaginalis (cavum vaginalis). Dalam keadaan normal,
terdapat produksi cairan di cavum vaginalis yang diimbangi oleh reabsorbsi sistem
limfatik sekitarnya. Kelainan ini ditemukan pada 80-90% bayi laki-laki, 90 -95%
di antaranya akan menghilang spontan sebelum usia 2 tahun. Hanya sekitar 6%
kasus hidrokel memiliki gejala klinis. Hidrokel juga ditemukan pada satu dari
seratus laki-laki dewasa, biasanya terjadi setelah dekade kedua kehidupan.(3)
1.3 Patofisiologi dan Faktor Risiko
Saat perkembangan fetus, testis terletak di dalam ruang peritoneal. Saat
testis turun melewati inguinal canal dan menuju skrotum, dia diikuti oleh ekstensi
dari peritoneum yang seperti kantung yang kita kenal sebagai prosesus vaginalis.
Setelah testis turun, prosesus vaginalis akan menutup pada bayi sehat dan menjadi
fibrous cord tanpa lumen. Dengan ini maka hubungan abdomen dan skrotum akan
terputus. Tanpa adanya hubungan ini organ abdomen atau cairan peritoneal tidak
akan bisa melalui skrotum atau inguinal canal. Apabila prosesus vaginalis tidak
tertutup, maka disebut sebagai patent processus vaginalis (PPV). Apabila PPV
berdiameter kecil dan hanya cukup untuk dilewati oleh cairan. Banyak teori yang
menjelaskan mengenai gagalnya penutupan processus vaginalis. Ditemukannya
otot halus pada pada jaringan PPV dan bukan pada peritoneum normal merupakan
3

salah satunya. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan derajat
kepatenan. Sebagai contoh, lebih banyak ditemukan otot polos pada kantung hernia
daripada PPV dari hidrokel. Penelitian masih berlangsung untuk menemukan peran
otot polos dalam patogenesis dari kondisi ini.(5,6)
Hernia inguinalis indirek pada dasarnya merupakan akibat dari kegagalan
penutupan prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah evaginasi peritoneum
melalui cincin internal, yang pertama dapat diidentifikasi selama yang ketiga bulan
kehidupan janin. Beberapa orang berpendapat bahwa pembentukan processus
vaginalis adalah hasil dari tekanan intraabdomen, sedangkan yang lain percaya ini
sebagai proses yang aktif. Testis intra-abdominal melewati prosesus selama usia
kehamilan ketujuh sampai sembilan. Selama itu prosesus terus berkembang. Setelah
itu, bagian dari processus vaginalis berada di atas testis menutup, awalnya terjadi
menutup cincin inguinalis internal, sedangkan bagian distal (eksterna) bertahan
sebagai tunica vaginalis. Kegagalan ini terjadi menghasilkan paten processus
vaginalis (PPV) dan berpotensi menjadi hernia inguinal indirek (jika usus atau
organ lain dapat memasuki prosesus) atau hidrokel (hanya cairan peritoneum) .(7,8)

Gambar 1.2 Tipe-tipe Hernia Inguinal. A. Reponibel B. Ireponibel C.Strangulata

Patofisiologi terjadinya hidrokel juga disebabkan oleh belum sempurnanya


penutupan prosesus vaginalis, sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke cavum
vaginalis, disertai dengan proses reabsorbsi oleh sistem limfatik di daerah tersebut
yang kurang adekuat. Apabila terdapat hubungan antara hidrokel dengan rongga
abdomen maka disebut hidrokel komunikans, terutama ditemukan pada anak-anak.
Penyebab lain hidrokel adalah kelainan yang didapat pada testis atau epididimis
sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi cairan yang berlebihan pada cavum
vaginalis. Pada keadaan ini, tidak terdapat adanya hubungan hidrokel dengan
rongga abdomen, disebut juga dengan hidrokel nonkomunikans. Etiologi hidrokel
jenis ini antara lain: tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis, dan
4

merupakan penyebab hidrokel pada penderita dewasa. Hidrokel yang disebabkan


oleh penumpukan cairan pada bagian prosesus vaginalis yang tidak mengalami
obliterasi, tanpa adanya hubungan dengan rongga abdomen dan tunika vaginalis
testis disebut hidrokel funikulus, namun kelainan ini jarang ditemukan.

Gambar 1.2 Klasifikasi Hidrokel


Kebanyakan hernia dan hidrokel pada anak-anak disebabkan oleh gagalnya
penutupan prosesus vaginalis. Penyebab gagalnya penutupan prosesus vaginalis
masih belum diketahui. Berbagai kondisi yang meningkatkan tekanan
intraabdomen dapat menghambat atau mencegah penutupan ini. Hidrokel reaktif
disebabkan oleh adanya trauma, torsi, atau infeksi pada testis atau skrotum. Operasi
abdomen atau retroperitoneal yang mengganggu aliran limfatik juga dapat
menyebabkan hidrokel reaktif. Hidrokel reaktif menyebabkan inflamasi dan
pengumpulan cairan pada testis. Hernia inguinal diklasifikasikan menjadi tiga yaitu
hernia inguinal indirek, hernia inguinal komplit, dan hernia inguinal direk. Hernia
inguinal indirek masuk melalui cincin dalam dan disebabkan oleh kegagalan
prosesus vaginalis untuk menutup. Hernia indirek adalah hernia yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Hernia ini bisa meluas kebawah inguinal kanal hingga labia
atau skrotum. Hernia inguinal komplit adalah hernia indirek yang meluas sampai
ke skrotum. Kelainan anatomisnya mirip dengan kelainan pada hidrokel
komunikan, meskipun PPV lebih paten pada hernia. Hernia inguinal direk menonjol
langsung melalui dasar inguinal kanal dan berada di sebelah medial dari pembuluh
darah epigastrik inferior. Pada anak-anak, hernia ini jarang terjadi dan biasanya
diobservasi hanya setelah pembedahan inguinal lain. Hidrokel diklasifikasan
menjadi lima yaitu hidrokel komunikan, hirokel nonkomunikan, hidrokel reaktif,
hidrokel pada cord, hidrokel pada canal of nuck, dan hidrokel abdominoskrotal.(9)
5

1.4 Manifestasi Klinis


Tonjolan pada selangkangan atau pembesaran skrotum adalah tanda klasik
dari hernia atau hidrokel. Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimtomatik dan
ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus
inguinalis superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus.
Pada anak atau bayi adanya benjolan yang hilang timbul biasanya diketahui oleh
orang tua. Benjolan umumnya timbul setelah adanya peningkatan tekanan intra-
abdominal seperti pada saat menangis atau mengejan. (1,2,10)
Nyeri umumnya bukan sebuah tanda mencolok yang dikeluhkan kecuali
hidrokel terifeksi atau hernia terstangulasi. Riwayat muntah, nyeri perut kolik, atau
obstipasi menandakan adanya obstruksi usus yang mungkin berkaitan dengan
hernia inkaserata atau strangulata. (11)
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosa umumnya dilakukan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Namun pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan
imaging dapat membantu. Evaluasi lab umumnya secara umum tidak terlalu
esensial untuk evaluasi hidrokel dan hernia. Dengan ditemukannya leukositosis
mungkin merupakan tanda dari hernia yang terstrangulasi. (11)
Herniography dahulu umum dgunakan untuk menegakan diagnosis, namun
saat ini telah digatikan dengan ultrasoografi. Herniography dilakukan dengan
menyuntikan water soluble ke intra peritoneal melalui suntikan dituntun oleh
fluoroscopy. Gravitasi akan membuat kontras turun ke kantung hernia sehingga
akan terlihat digambaran radiologis. Hidrokel dapat diidentifikasi dengan teknik ini
dan juga dapat membedakan hernia inguinalis dengan hernia femoralis. Pada hernia
inguinalis inkaserata teknik ini dapat mengakibatkan terjadinya perforasi, hematom
intestine dan reaksi alergi terhadap kontras. Pemeriksaan USG dianjurkan untuk
memastikan hernia atau massa lainnya. Pada hidrokel gambaran USG akan terlihat
adanya gambaran cairan didalam skrotum.(10)
1.6 Diagnosis
Anamnesis umumnya dikeluhkan adanya benjolan yang hilang timbul.
Benjolan akan timbul pada saat anak menangis atau mengejan dan meghilang pada
saat anak berbaring. Keluhan nyeri tidak umum ditemukan pada anak kecuali terjadi
6

hidrokel infeksi atau hernia strangulata. Penting untuk mengetahui onset dari
timbulnya benjolan.(11,12)
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pad akedua sis lipat paha,
skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta untuk
mengejan atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat terlihat.
Penampakan skrotum yang menunjukan adanya cairan pada tunika vaginalis
menandakan hidrokel. Suara usus pad skrotum merupakan penanda mutlak adanya
hernia. Palpasi dilakukan dalam keadaan adanya benjolan diraba konsistensinya
dan dicoba mendorong apakah massa dapat direposisi. Cincin hernia dapat teraba
setelah massa direposisi dan biasanya teraba adanya pelebaran annulus inguinalis.
Pemeriksa sebaiknya mencoba untuk menemukan adanya tanda silk glove. Raba
lembut dengan jari pada bagian tuberculum pubis untuk merasakan adanya patent
processus vaginalis (PPV). Penebalan cord dari hernia atau kantung hidrokel di
dalam spermatic cord memberikan sensasi seperti 2 jari yang menggunakan sarung
tangan sutera yang saling bersentuhan Pada hidrokel pemeriksaan iluminasi
direkomendasikan dalam pemeriksaan. Skrotum yang bengkak akan
memperlihatkan adanya pantulan cahaya melalui cairan dalam skrotum bila
diberikan cahaya. Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap.(10)
Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi
tipe, penyebab dan gambaran. Gambaran klinisyang penting dalam penilaian hernia
inguinalis meliputi tipe, penyebab, dan gambaran. Hernia inguinais direct, isi hernia
tidak terkontrol oleh tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan
benjolan ke depan pada lipat paha, tidak turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis
indirect, isi hernia dikontrol oleh tekanan yang melewati cincin internal, seringkali
turun ke dalam skrotum.(12)
BAB II
PENATALAKSANAAN

Pada umumnya tidak terdapat terapi farmakologis yang terbukti efektif


untuk kasus hernia atau hidrokel komunikan. Aspirasi dan injeksi scleroting agents
telah direkomendasikan untuk terapi hidrokel nonkomunikan pada orang dewasa
namun terapi ini kontraindikasi pada anak-anak. Oleh karena sebagian besar hernia
dan hidrokel pada anak-anak berhubungan dengan PPV, scleroting agent dapat
merusak isi intraabdominal dan tidak terlalu berdampak pada perbaikan dari dasar
patologisnya. Agen anti inflamasi dapat digunakan pada kondisi hidrokel reaktif.(13)
Penatalaksanaan konservatif dapat dilakukan, namun terbatas pada tindakan
melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.(14)
1. Reposisi
Reposisi dapat dilakukan pada hernia inguinalis strangulate pada anak-anak,
terkecuali pasien dewasa. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya
kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun.
Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan
dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia.
Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.
Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi
segera.(14)

Gambar 2.2 Reposisi dengan posisi Trendelenburg

7
8

2. Penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup.
Namun cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak
kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi
tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena
tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari
testis.(14)
Hernia dan hidrokel pada umumnya adalah sama, yang membedakannya
ialah perjalanan alamiahnya. Terdapat resiko inkarserata yang tinggi pada bayi
premature dengan hernia.8 Sebanyak 60% dari hernia pada bayi premature menjadi
inkarserata dalan 6 bulan setelah lahir.(14) Atas alasan itu, perbaikan dengan metode
operasi dapat diterima oleh umum sebagai metode pengobatan yang efektif untuk
hernia inguinalis pada anak-anak dan dewasa.(13,15)
Tidak seperti hernia pada bayi, hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga
anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup,
hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah
besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Cairan pada hidrokel biasanya
terserap kembali ke dalam tubuh sebelum bayi berumur 1 tahun.(16) Oleh karena
fakta tersebut, observasi sering diperlukan untuk hidrokel pada bayi. Hidrokel harus
diobati apabila; (1) Tidak menghilang setelah berumur 2 tahun, (2) Menyebabkan
rasa tidak nyaman, (3) Bertambah besar atau secara jelas terlihat pertambahan
volume secara progresif sampai 6 bulan, (4) Infeksi.(13)
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan
operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka
kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel
ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus
melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal
dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Winkelman atau aplikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel
funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.(16)
9

Hernia atau hidrokel tidak selalu dapat menonjol. Sebuah tonjolan pada
selangkangan anak-anak harus diawasi oleh orang tua atau tenaga medis primer.
Sering, tonjolan ini tidak terlihat saat konsultasi, tetapi dengan menebalnya struktur
cord ipsilateral ke samping dengan riwayat tonjolan (tanda silk glove) dapat
dicurigai sebagai PPV. Situasi tersebut sudah merupakan cukup indikasi untuk
eksplorasi hernia. Sebuah foto saat tonjolan muncul pada area tersebut dapat
membantu mengklarifikasikan diagnosis. (15)
Kondisi spesifik harus dilakukannya operasi hernia adalah:(7,14)
1. Aapabila hernia inkarserata tidak dapat direduksi,
2. Terdapat tanda-tanda hernia terstrangulasi,
3. Pada bayi cukup bulan dengan tanpa riwayat inkarserata
4. Pada bayi belum cukup bulan di NICU dengan berat 1800-2000gr
5. Pada bayi premature dengan umur kurang dari 60 minggu postkonseptus.
Terapi operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Pada prinsip penatalaksanaannya semua hernia harus dioperasi, karena
dapat menyebabkan inkarserasi maupun strangulasi. Prinsip dasar operasi hernia
adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada hernioplasti
dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai
metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.
tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis.(16)
Saat terdapat hernia, beberapa ahli urologi dan ahli bedah melakukan
eksplorasi kontralateral selangkangan. Ini dilakukan untuk mendeteksi PPV
bayangan yang dapat menyebabkan hernia pada bagian yang berlawanan (hernia
metachronous kontralateral).(9) Tes Goldstein dapat menentukan kapan harus
dilakukan eksplorasi kontralateral. Pada test ini, abdomen dikembunggkan dengan
udara melalui kantong hernia yang terbuka saat operasi. Adanya krepitus pada
bagian selangkang yang berlawanan menandakan hasil tes positif, menandakan
adanya PPV kontralateral dan merupakan persetujuan untuk dilakukannya
10

eksplorasi kontralateral. Alternatif lain, dapat digunakan laparoskopi untuk


mendeteksi bayangan PPV kontralateral.(7,14)
Laparoskopi memiliki peran yang berkembang pada operasi hidrokel dan
hernia. Sesuai pernyataan diatas, eksplorasi laparoskopi dapat dilakukan melalui
insisi terpisah pada bagian umbilicus atau melalui kantong hernia setelah dibuka.
Dengan ini dapat dilakukan inspeksi dari cincin inguinal kontralateral, lalu prosedur
lanjutan dapat dilakukan sesuai kebutuha.(13) Perbaikan hernia dengan laparoskopi
pada anak-anak tidak umum dilakukan seperti yang biasa dilakukan pada orang
dewasa. Babarapa pusat kesehatan di eropa menggunakan tehnik dimana kantong
hernia tidak di exsisi, hanya dijahit di ujung lehernya. Penggunaan mesh tidak
umum dilakukan pada anak-anak tidak seperti orang dewasa. Hasilnya cukup
memuaskan, walaupun tingkat rekurensi lebih tinggi daripada perbaikan terbuka.
Studi terbaru dari kaya et al dari jerman (2006) melaporkan bahwa hasil laparoskopi
lebih memuaskan daripada reduksi dan perbaikan dari hernia inkarserata pada anak-
anak. Mereka melaporkan tidak adanya komplikasi dan rekurensi, akan tetapi perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.(13,15)
Pada beberapa penelitian, temuan intraoperasi pada anak usia di bawah 10
tahun terbanyak adalah hidrokel komunikans dimana merupakan indikasi dilakukan
teknik ligasi tinggi. Hidrokel komunikans kerap disertai dengan hernia inguinalis
sehingga diperlukan tindakan herniorafi . Sebaliknya, pada anak usia di atas 10-12
tahun, 80-86% temuan intraoperasi adalah hidrokel nonkomunikans sehingga
pendekatan melalui skrotum sudah dapat dilakukan. Tidak dianjurkan penanganan
hidrokel pada anak dengan menggunakan aspirasi-skleroterapi.(17)

Gambar 2.2 Tindakan operasi ligasi tinggi pada anak


11

Pemulihan dari operasi hernia atau hidrokel umumnya tidak rumit. Untuk
kontrol rasa nyeri, pada bayi digunakan ibuprofen 10 mg/kgBB setiap 6 jam dan
asetaminofen 15 mg/kgBB setiap 6 jam, hindari narkotik karena beresiko apnea.6
Untuk anak yang lebih tua diberikan asetaminofen dengan kodein (1 mg/kgBB
kodein) setiap 4-6 jam. Untuk 2 minggu setelah operasi, posisi straddle harus
dihindari untuk mencegah pergeseran dari testis yang mobile keluar dari skrotum
dan menyebabkan cryptorchidism sekunder. Pada anak dalam masa berjalan,
aktifitas harus dibatasi sebisa mungkin selama 1 bulan. Pada anak dalam masa
sekolah, aktivitas peregangan dan olahraga aktif harus dibatasi selama 4-6
minggu.(17) Oleh karena sebagian besar operasi hernia dan hidrokel dilakukan
dengan basis outpatient, pasien dapat kembali bersekolah segera saat sudah terasa
cukup nyaman (biasanya 1-3 hari setelah operasi).(7,13)
BAB III
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

3.1 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada hernia inguinalis merupakan bentuk hernia
dengan derajat yang lebih tinggi yaitu hernia inkarserata dan strangulata. Hal ini
dapat mengganggu pasase dan hernia yang terjepit menghambat aliran darah
menuju testis. Komplikasi pasca operasi hernia ditemukan sebanyak 1-8%.
Infertilitas dapat terjadi apabila terdapat luka bilateral pada vas deferens. Atrofi
testis dapat terjadi oleh karena luka saat operasi pada pembuluh darah testis.
Kemungkinan terjadinya atrofi testis setelah perbaikan dari hernia inkarserata bisa
mencapai 19%.(15) Selain itu, seperti operasi lainnya juga dapat terjadi infeksi
sekunder dan hematoma. Hematoma biasanya tidak perlu dieksplorasi kecuali
hematoma terus bertambah besar. Hipoestesia dan nyeri neuropatik dapat terjadi
oleh karena terjepitnya saraf atau terjadi perlukaan. Cryptorchidism sekunder dapat
terjadi oleh karena formasi scar berlebih dan kenaikan dari testis dengan
pertumbuhan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah hernia rekuren. Hernia
rekuren adalah hernia yang mengalami kekambuhan, yang dapat terjadi apabila
terdapat robekan kantong dan atau longgarnya ikatan leher kantong pada saat
dilakukannya terapi pembedahan. (15,19)
Komplikasi yang terjadi pada hidrokel inguinal juga tidak jauh berbeda
dengan komplikasi pada hernia inguinal. Komplikasi tersering pada operasi
hidrokelektomi adalah hematoma. Komplikasi pada hidrokeletomi terjadi pada 19%
kasus. Komplikasi yang dapat terjadi selain hematoma adalah infeksi, bengkak
yang persisten, rekurensi dan nyeri kronik. (18,19)
3.2 Prognosis
Dengan operasi terbuka, angka rekurensi ipsilateral adalah kurang dari 1%.
Angka rekurensi ipsilateral dengan laparoskopi perbaikan hernia inguinal adalah 3-
4%. Rekurensi biasanya berhubungan dengan kondisikomorbid.(15)

12
BAB IV
PENCEGAHAN

Penyebab sebagian besar terjadi Hernia dan hidrokel inguinal pada


neonates, bayi dan anak yaitu akibat kegagalan atau keterlambatan dari proses
penutupan prosesus vaginalis yang menyebabkan munculnya defek yang paling
sering yaitu peten prosesus vaginalis (PPV) sehinga hal ini berbeda dengan kasus
yang terjadi pada orang dewasa yang sering disebabkan oleh faktor terganggunya
sistem absorsi limfe, tumor, trauma dan infeksi. (20)
Pada sebagian kasus anak Hernia dan hidrokel inguinal dapat dilakukan
pencegahan dengan cara lebih cepat yaitu dengan mengenali gejala awal dan
melakukan pemantauan, hal ini dapat dilakukan oleh orang tua anak sendiri. Bila
gejala cepat di kenali, maka akan cepat dilakukan penanganan, sehingga
menghindari terjadinya proses yang lebih berat serta komplikasi yang dapat
ditimbulkan pada anak. Pada hernia dewasa pencegahannya lebih berbeda yaitu
dapat dilakukan dengan menghindari dari aktifitas yang dapat meningkatan
tekananan intra abdomen. (21)

13
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP

Hernia inguial dan hidrokel adalah penyakit yang sangat sering ditemukan pada
anak-anak. Proses pembentukan terjadi Hernia dan hidrokel itu hampir sama, hanya
berbeda pada perjalanan alamiahnya. Pada hernia tipe inkarserata lebih tinggi tinggi
terjadi pada bayi premature.
Hidrokel merupakan pengumpulan cairan di dalam prosesus vaginalis, yang
menyebabkan terbentuknya pembengkakan di daerah inguinal atau skrotum. Hernia
Inguinal terjadi apabila organ abdomen menonjol ke dalam inguinal canal atau
skrotum.
Untuk menegakkan diagnos Hernia dan Hidrokel Inguinal dilakukan dengan
pemeriksaan fisik yaitu terdapat tanda klasik berupa tonjolan pada selangkangan atau
pembesaran skrotum. Pemeriksaan Laparoskopi menjadi modalitas terapi pembedahan
yang efektif pada anak dengan hernia dan hidrokel inguinal.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC,
1997
2. Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book
Medical Publishers, Inc. USA. p. 580-582
3. Adel L. Hydrocelectomy through the inguinal approach versus scrotal approach
for idiopathic hydrocele in adults. Journal of the Arab for medical research.
September 2012; 7:68-72
4. Jenkins JT, O'Dwyer PJ. Inguinal hernias. BMJ. Feb 2008 2;336(7638):269-72.
5. Hata S, Takahashi Y, Nakamura T, et al. Preoperative sonographic evaluation is a
useful method in detecting contralateral patent processus vaginalis in pediatric
patients with unilateral inguinal hernia. J Pediatr Surg. Sep 2004;39(9):1396-9.
6. Van Veen RN, van Wessem KJ, Halm JA, et al. Patent processus vaginalis in the
adult as a risk factor for the occurrence of indirect inguinal hernia. Surg Endosc
2007;21:202–205.
7. Wang KS. Assesment and Management of Inguinal Hernia and Infants. Journal of
the American Academy of Pediatrics. September 2015
8. Glick PL. Boulanger SC. Inguinal Hernias And Hydroceles. Corran Pediatric
Surgery 7th ed. 2012. 76: 985-1001.
9. Van Veen RN, van Wessem KJ, Halm JA, et al. Patent processus vaginalis in the
adult as a risk factor for the occurrence of indirect inguinal hernia. Surg Endosc
2015;21:202–205.
10. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia.
p 118-129
11. Mahayani, Ida Ayu, Made Darmajaya. Hernia Inguinal dan Hidrokel pada Anak-
Anak. SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
12. Amrizal. Hernia Inguinalis : Tinjauan Pustaka. Syifa MEDIKA, Vol.6 (No.1),
September 2015
13. Van Wessem KJ, Simons MP, Plaisier PW, et al. The etiology of indirect inguinal
hernias: congenital and/or acquired? Hernia. Jun 2010 ;7(2):76-9.

15
16

14. Purnomo, B. 2007. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua. Malang : CV. Infomedika.
15. Kapur P, Caty MG, Glick PL. Pediatric Hernia and Hydroceles. Pediatr Clin North
Am. Aug 2010;45(4):773-89
16. Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm
17. Darmawan Kartono. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bagian Ilmu
Bedah FKUI/RSCM
18. Zollinger RM, Ellison EC. Hydrocele repair. Dalam: Zollingers Atlas of Surgical
Operations, Marita dkk (edtior). California:The McGraw Hill companies; 2011.
hal.474-5.
19. Khaniya S, Agrawal CS, Koirala R, Regmi R, Adhikary S. Comparison of
aspiration-sclerotherapy with hydrocelectomy in the management of hydrocele: A
prospective randomized study. Int J Surg. Aug 2009; 7(4):392-5.
20. Hata S, Takahashi Y, Nakamura T, et al. Preoperative sonographic evaluation is a
useful method in detecting contralateral patent processus vaginalis in pediatric
patients with unilateral inguinal hernia. J Pediatr Surg. Sep 2016;39(9):1396-9.
21. Jenkins JT, O'Dwyer PJ. Inguinal hernias. BMJ. Feb 2017 2;336(7638):269-72.

Anda mungkin juga menyukai