Anda di halaman 1dari 17

Referat

HIDROKEL
Referat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik senior (KKS) di
bagian ilmu kedokteran bedah di RSU Haji Medan

Disusun Oleh :
Billy Wira Ronaldo
21360001

Pembimbing :

dr. M. Bob Muharly Rambe, M.Ked (Surg), Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU BEDAH RSUD


HAJI MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepata Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan judul

“Hidrokel”.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Paper ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari cara penulisannya, penggunaan tata Bahasa, dan dalam

penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari semua pihak.

Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat bermanfaat bagi

pembacanya. Penulis tak lupa pula mengucapkan terimakasih kepada dr. M. Bob Muharly

Rambe, M.Ked (Surg), Sp.B yang telah membimbing dan mengarahkan dalam

menyelesaikan paper ini.

Akhirnya semoga Paper ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,

khususnya di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya kepada kita semua, aamiin.

Medan, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi .............................................................................................................5
2.2. Epidemiologi ....................................................................................................5
2.3. Anatomi.............................................................................................................5
2.4. Etiologi..............................................................................................................7
2.5. Klasifikasi.........................................................................................................7
2.6. Manifestasi Klinis ............................................................................................8
2.7. Faktor Resiko ...................................................................................................8
2.8. Patofisiologi .....................................................................................................9
2.9. Diagnosis ........................................................................................................10
2.10. Diagnosis Banding........................................................................................11
2.11. Komplikasi....................................................................................................13
2.12.Penatalaksanaan.............................................................................................13
2.13. Prognosis.......................................................................................................14

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila

mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada

transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di

sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di

sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang

tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar

sekali.Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis.

Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi,

sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus

spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas

terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih.Jarang

sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan,

sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila demikian, terdapat tunika

vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi cairan

rongga perut.

Hidrokel terjadi akibat adanya kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari

rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka

tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal,

hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hidrokel

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan diantara


lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalamkeseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya1.

2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran
hidup dan lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah
kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral.Insidensi persistent
patent processus vaginalis peritonei (PPPVP) menurun seiring dengan bertambahnya
umur. Pada neonates, 80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada
bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram dibandingkan dengan
bayi aterm1.

2.3 Anatomi

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang
dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis
terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika
albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta
tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat
digerakan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar
tetap stabil1.

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiaplobulus terdiri
atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-selspermatogenia dan sel
Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel
spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi selspermatozoa. Sel-sel Sertoli
berfungsi memberi makanan pada bakal sperma,sedangkan sel-sel Leyding atau disebut
sel interstisial testis berfungsi dalammenghasilkan hormon testosteron. Sel-sel
spermatozoa yang diproduksi di tubuliseminiferi testis disimpan dan mengalami
pematangan atau maturasi diepididimis. setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa
bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke
ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas
deferens, vesikulaseminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semen.

Vaskularisasi Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :

1.Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta

2.Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior

3.Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus


Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai
varikokel.

Gambar 2.1 Anatomi normal testis


2.3 Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena5 :

1. belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan


peritoneum ke prosesus vaginalis

2. belum sempurnanya sistem limfatik didaerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi


cairan hidrokel.

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi
cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi,atau
trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan
yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena didalam
funikulus spermatikus.
2.4 Klasifikasi
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu7:

1. Hidrokel primer

hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus


vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneu membrionik yang
melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini
tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan
cairan dalam tunika akan diabsorpsi

2. Hidrokel sekunder

hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dan


dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh
kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu
proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan
terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah
yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.

Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan


beberapa macam hidrokel, yaitu:
1. Hidrokel testis

Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat


diraba.Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

2. Hidrokel funikulus

Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari


testis,sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

3. Hidrokel komunikan

Merupakan hidrokel yang terjadi karena adanya faktor / penyebab lain,


bukan dari daerah tunika vaginalis itu sendiri. Ada hubungan dengan rongga
perut, bisa membesar dan biasanya lebih cepat dan harus di operasi. Jenis ini
biasanya terjadi kongenital dimana terjadi akibat adanya kegagalan
penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum.
Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan
terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal,
hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah
bayi lahir. Apabila setelah anak berumur 1 tahun cairan hidrokel ini tetap ada
maka dapat dilakukan tindakan operatif 7.

2.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala hidrokel yang mungkin meliputi:


1.Pembengkakan skrotum dan rasa berat pada skrotum
2.Hernia inguinalis (yang sering terdapat pada hidrokel kongenital)
3.Ukuran yang lebih besar dari pada ukuran testis hingga ukuran sebesar jeruk
bali atau lebih besar lagi.
4.Penumpukan cairan dengan massa yang flaksid atau tegang.
5.Rasa nyeri pada infeksi epididimis yang akut atau tersio testis
6.Nyeri tekan pada skrotum akibat pembengkakan hebat5.

2.6 Faktor Resiko

1. Bayi premature dan bayi berat lahir rendah


2. Berusia lebih dari 40 tahun
3. Hernia inguinalis indirect
4. Trauma
5. Cedera testis
6. Pembedahan
7. Penekanan tekanan intra abdomen
8. Obstruksi limpatik
9. Pemasangan ventriculo peritoneal shunt
10. Peritoneal dialysis
11. Syndrome ehlers danlos
12. Ekstropi bladder
13. Pernah menjalani terapi radiasi pada daerah skrotum menderita penyakit menular
seksual 10.
2.7 Patofisiologi

Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus


vaginalis y a n g m a s i h t e r b u k a . k a n t o n g h i d r o k e l d a p a t b e r h u b u n g a n
m e l a l u i s a l u r a n mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk
katup. Dengan demikiancairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam
kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum . Pada kehidupan fetal,
prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Hidrokel
disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan
dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum
dengan prosessus vaginalis. sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan
cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem
limfatik disekitar. Cairan yang seharusnya seimbang antara produksi dan reabsorbsi oleh
sistem limfatik disekitarnya. tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi
atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut.
akibat dari tekanan yang terus menerus,mengakibatkan obstruksi aliran limfe atau vena
di dalam funikulusspermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari
tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut4.
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga dapat
ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus testis.
Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya tidak
memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel
testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan
sepanjang processus vaginalis peritonei.Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang
pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam
posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur
semalaman4.
Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairandi kantong hidrokel.
kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis.
Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada
dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam sistem limfatik9.
2.8 Diagnosis
 Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong
skrotum yang tidak nyeri. biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan
besar di daerah skrotum. benjolan atau massa kistik yang lunak dan kecil pada
pagi hari dan membesar serta tegang pada malam hari. tergantung pada jenis dari
hidrokel biasanya benjolan tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu
tertentu3.

Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya
dapat berubah-ubah yang bertambah besar pada saat anak menangis. Pada riwayat
penyakit dahulu, hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi
atau riwayat trauma pada testis.

 Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi pada
skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak tergantung
pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi hidrokel
seperti balon yang berisi air. bila jumlah cairan minimum, testis relatif mudah
diraba. sedangkan bila cairan maksimum, testis relatif sulit diraba. Normalnya
korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya dengan hernia
skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada auskultasi
dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan adanya
hernia.

Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa


hidrokeldengan cahaya di dalam ruang gelap. sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum. struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan tunika
vaginalis dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel. Hidrokel berisi cairan jernih, straw-colored dan mentransiluminasi
(meneruskan) berkas cahaya.

Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis.Jika hidrokel muncul antar
18 - 35 tahun harus dilakukan aspirasi. 4assa kistik yang terpisah dan berada di
pool atas testis dicurigai spermatokel. Pada aspirasi akan didapatkan cairan kuning
dari massa skrotum. Berbeda dengan spermatokel, akan didapatkan cairan berwarna
putih, opalescent dan mengandung spermatozoa3.

 Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan


membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau
spermatokel),vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.

2. Transiluminasi

Merupakan langkah diagnostik yang paling penting untuk menemukan


massa skrotum. Pemeriksaan ini dilakukan didalam suatu ruangan yang gelap,
sumber cahaya diletakan pada sumber sisi pembesaran skrotum. Struktur
vaskuler, tumor, darah, hernia, dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar.
Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti hidrokel7.
2.9 Diagnosa Banding
Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang
hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu
diagnosis banding hidrokel adalah6:

1. Verikokel
Varises pada vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguanaliran
darah balik vena spermatika interna. Pada anamnesis pasien mengeluh
adanya benjolan diatas testis yang tidak nyeri, testis terasa berat dan pasien
dengan varikokel biasanya belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah. Pada pemeriksaan fisik pasien berdiri dan diminta untuk melakukan
maneuver valsava. Pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti cacing
didalam kantung yang letaknya disebelah kranial testis dengan konsistensi yang
kenyal.

2. Torsio Testis

Keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi


gangguan vaskularisasi testis yang dapat terjadinya gangguan aliran
darah dari testis. Anamnesis keluhan mendadak, nyeri hebat dan
pembengkakan pada skrotum. Sakit perut hebat kadang disertai mual dan
muntah, nyeri dapat dirasakan menjalar ke daerah inguinal.

3. Spermatocele

Spermatocele adalah benjolan kistik yang berasal dari epididymis dan berisi
sperma. Pada anamnesa pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisik teraba masa kistik, mobile,lokasi di kranial testis,
transiluminasi (+), pada aspirasi didapatkan :cairan encer, keruh keputihan

4. Hematocele

Hematocele adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis,biasanya


didahului oleh trauma. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan pada testis, teraba
kistik. Pemeriksaan transiluminasi(-).

5. Hernia Inguinalis Lateralis

Pada anamnesis didapatkan keluhan benjolan di daerah


inguinal/scrotal yang hilang timbul. Timbul saat mengedan, batuk, atau
menangis, dan hilang bila pasien tidur. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan benjolan di lipat pada/skrotum pada bayi saat menangis dan bila
pasien diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimasukkan
kembali ke rongga abdomen. Transiluminasi (-). Terkadang didapatkan bising
usus (+) pada auskultasi.
6. Tumor Testis

Tumor testis merupakan keganasan pada pria yang terbanyak pada usia
15-35 tahun. Pada anamnesa didapatkan keluhan adanya pembesaran
testis yang tidak nyeri. Terasa berat paada kantong skrotum.Terkadang juga
sering diikuti dengan keluhan penurunan berat badan dan nafsu makan menurun
6
.

2.10 Komplikasi

Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan hidrokel
yaitu:
1. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi;
2. Mengganggu kesuburan dan fungsi seksual pasien;
3. Infeksi testi;
4. Kompresi pada peredaran darah testis5.

2.11 Penatalaksanaan

Prinsip utama penatalaksanaan hidrokel adalah dengan mengatasi


penyebab yang mendasarinya. Terdapat beberapa indikasi dilakukannya
intervensi: ukuran hidrokel yang semakin membesar dan dapat menekan
pembuluh darah, adanya tanda-tanda infeksi, adanya keluhan tidak
nyaman/nyeri dan juga indikasi kosmetik. Berbagai macam tindakan intervensi
digunakan untuk mengobati penyakit hidrokel, baik invasif maupun minimal invasif
12
.
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya
tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi
untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah sebagai berikut :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
2. Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi
hidrokel,sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan
pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel
sesuai cara Winkelman atau aplikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada
hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel
tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat lain akan
diserap,biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun. Tindakan pembedahan untuk
mengangkat hidrokel ini bisa dlakukan anestesi umum ataupun regional (spinal) 12.

2.11 Prognosis
prognosis pasien dengan hidrokel yang telah dilakukan terapi
operasi , angka rekuresinya kurang dari 1%2.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Hidrokel adalah suatu penyakit dimana penderita mengalami kondisi


berupa penumpukan cairan pada selaput yang melindungi testis. Di USA
insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih sering
terjadi pada bayi prematur.
Hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma
dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis
sehingga menimbulkan atrofi testis.
Tanda dan gejala hidrokel yang mungkin meliputi: Pembengkakan
skrotum dan rasa berat pada skrotum, Hernia inguinalis (yang sering terdapat
pada hidrokel kongenital), Ukuran yang lebih besar dari pada ukuran testis
hingga ukuran sebesar jeruk bali atau lebih besar lagi, Penumpukan cairan
dengan massa yang flaksid atau tegang, Rasa nyeri pada infeksi epididimis
yang akut atau tersio testis, Nyeri tekan pada skrotum akibat pembengkakan
hebat.
Biasanya tidak diperlukan penanganan pada hidrokel kongenital karena
keadaan ini sering menghilang secara spontan ketika bayi berusia satu tahun.
Kalau tidak, penanganan yang dapat dilakukan pada hidrokel meliputi :
1 Operasi perbaikan untuk menghindari strangulasi usus (hernia
inguinalis dengan terdapatnya usus di dalam kantung hernia)
2. Aspirasi cairan dan penyuntikan preparat sklerosing ke dalam
kantung skrotum pada hidrokel yang tegang, yang menghalangi
sirkulasi darah atau menimbulkan nyeri.
3. Eksisi tunika vaginalis bagi hidrokel rekuren.
4. Eksisi supra inguinal bagi tumor testis yang terdeteksi lewat
pemeriksaan USG.
Pada pemeriksaan penunjang transiluminasi untuk membedakan massa yang
berisi cairan dari massa solid (tumor tidak menunjukkan transluminasi).
Kemudian Pemeriksaan USG untuk melihat testis dan menentukan
keberadaan tumor. Pada biopsi cairan untuk menentukan penyebab dan
membedakan sel sel normal dan malignas. prognosis pasien dengan hidrokel
yang telah dilakukan terapi operasi , angka rekuresinya kurang dari 1%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book Medical
Publishers, Inc. USA.

2. CL. Belville, William & Stanley Swierzewski. 2011. Hydrocele Prognosis,


Prevention. Yogyakarta: EGC

3. CM. Herdman, T. Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-


2014. Yogyakarta : EGC

4. Corwin, Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC

5. CP. Mursalim, Andrianto. 2012. Hicdocele. Yogyakarta : EGC

6. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.McGraw-


Hill Companies. New York.
7. Herdman, T Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
8. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.Philadelphia.

9. Kowalak, J.P., Welsh, W., & Mayer, B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.
Jakarta:EGC

10. Maharani, Tria Kusuma. 2013. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap


Kejadian Kelainan Kongenital Sistem Urogenital pada Neonatus. Media
Medika Muda.
11. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta,EGC,
1997.

12. Wayan Mahayani, I. A., & Darmajaya, M. 2013. Hernia Inguinal dan
Hidrokel pada Anak-anak. E-jurnal Medika Udayana.

Anda mungkin juga menyukai