Anda di halaman 1dari 26

Case Report

MOLA HIDATIDOSA

Oleh :

Najla Ladhipa Meiliana

1310070100074

Pembimbing :

dr. Berri Rahmadhoni, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD SOLOK

2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Case
Report Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD
Solok dengan judul Mola Hidatidosa ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan dari penyusunan Case Report ini adalah untuk memenuhi
tugas kepaniteraan klinik di RSUD Solok. Selain itu, penyusunan Case Report ini
juga bertujuan agar penulis lebih memahami tentang mola hidatidosa.

Dalam penulisan Case Report ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa hormat dan terimakasih kepada dr. Berri Rahmadhoni, Sp.OG selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan case report ini.

Kritik dan saran membangun tentu sangat penulis harapkan untuk


penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga case
report ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran dalam memecahkan
masalah tentang mola hidatidosa.

Solok, 9 Mei 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2. Tujuan........................................................................................................ 2

1.3. Manfaat...................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi............................................................................................. 3

2.2. Klasifikasi......................................................................................... 3

2.3. Etiologi............................................................................................. 4

2.4. Patofisiologi..................................................................................... 5

2.5. Manifestasi Klinis............................................................................ 7

2.6. Diagnosis ......................................................................................... 7

2.7. Penatalaksanaan............................................................................... 10

BAB III LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien................................................................................. 12

3.2. Anamnesa......................................................................................... 12

3.3. Pemeriksaan Fisik............................................................................ 13

3.4. Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 16

3.5. Diagnosis.......................................................................................... 16

3
3.6. Penatalaksanaan............................................................................... 17

BAB IV ANALISA KASUS......................................................................... 22

BAB V PENUTUP........................................................................................ 22

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mola Hidatidosa adalah kehamilan dengan ciri-ciri stroma villus
korialis langka vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus;
gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Mola
Hidatidosa merupakan salah satu tipe penyakit trofoblas gestasional
(Gestational Trophoblast Disease, GTD), yakni penyakit berasal dari sel
yang pada keadaan normal berkembang menjadi plasenta pada masa
kehamilan, meliputi berbagai penyakit yang berasal dari sel-sel
trofoblast yang diklasifikasikan World Health Organization (WHO) sebagai
mola hidatidosa parsial ( Partial Mola Hydatid, PMH), mola hidatidosa
komplit ( Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma, mola invasif,
dan placental site trophoblastic tumors. Molahidatidosa adalah tipe GTD
tersering ditemukan dan merupakan neoplasma jinak dari sel trofoblast.
Mola dianggap sebagai lesi prakanker karena 15-20% dari mola
hidatidosa lengkap (CMH) dan 1% dari mola hidatidosa parsial (PMH)
mengalami transformasi maligna.
Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia,
Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan insidensi di Amerika
Serikat, Australia dan negara-negara di Eropa. Angka kejadian mola
hidatidosa di Amerika Serikat ialah 1 kejadian kehamilan mola dari
1.000 - 1500 kehamilan. Insidensi mola di Asia dilaporkan terjadi 2
kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di Timur Jauh bahkan
tercatat 1 kejadian dalam 90 kehamilan. Kehamilan mola dapat terjadi di
semua umur wanita hamil, angka kejadian tersering adalah pada wanita hamil
berusia kurang dari 20 tahun dan berusia antara 40 sampai 50 tahun.
Persangkaan terhadap pasien GTD didasarkan adanya gejala klinis
berupa perdarahan pervaginam, pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan
usia kehamilan disertai peningkatan kadar serum human chorionic

5
gonadotrophin ( HCG ). Simptom kehamilan mola seperti pembesaran
uterus, perdarahan pervaginam, hipertensi yang diinduksi kehamilan,
hiperemesis, anemia dan ketiadaan denyut jantung janin tidaklah spesifik
dan masih mungkin tidak muncul sebelum kehamilan trimester kedua.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan modalitas pilihan dalam
penegakan diagnosis serta adanya peningkatan kadar serum hCG.
Gambaran klasik pemeriksaan USG kasus kehamilan mola komplit
menampilkan gambaran “snowstorm”.

1.2. Tujuan Penulisan


a. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik pada kasus
mola hidatidosa
b. Mahasiswa mampu melakukan penanganan dan penatalaksanaan yang
tepat pada kasus mola hidatidosa

1.3. Manfaat Penulisan


a. Sebagai sumber media informasi tentang mola hidatidosa
b. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang mola
hidatidosa
c. Untuk memenuhi tugas case report kepaniteraan klinik senior di bagian
obstetri dan ginekologi dalam RSUD Solok 2017.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar


dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa
mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau
2cm. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema
stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan
proliferasi sel-sel trofoblas.

2.2. Klasifikasi Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa terbagi atas dua tipe, yaitu:

a. Mola Hidatidosa Komplet


Jika tidak ditemukan janin. Vili korealis diubah menjadi masa
gelembung-gelembung bening yang besarnya berbeda-beda. Masa tersebut
dapat tumbuh membesar sampai mengisi uterus yang besarnya sama
dengan kehamilan normal lanjut.
Struktur histologi nya mempunyai sifat :
 degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vili
 tidak terdapat pembuluh darah didalam vili yang bengkak
 proliferasi sel epitel trofoblas dengan derajat yang beragam
 tidak terdapat janin dan amnion
b. Mola Hidatidosa Parsial
Bila perubahan mola hanya lokal dan tidak berlanjut dan terdapat
janin atau setidaknya kantung amnion, keadaan tersebut di golongkan

7
mola hidatidosa parsial. Terdapat pembengkakan vili yang kemajuannya
lambat, sedangkan vili yang mengandung pembuluh darah yang lain yang
berperan dalam sirkulasi fito placenta, jarang Hiperflasi trofoblas.

2.3 Etiologi
Menurut Moechtar, 1990. Penyebab mola hidatidosa belum diketahui
secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
1. Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan
atau gangguan dalam pembuahan.
2. Parietas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara
genetik.
3. Defisiensi protein
Menurut teori dari Acosta Sison, mola disebabkan karena
defisiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosio-ekonomi rendah.

8
Dianggap bahwa kelainan tersebut terjadi karena pembuahan sebuah sel
telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel
sperma yang mengandung 23X (haploid) kromosom, kemudian membelah
menjadi 46XX, sehingga mola hidatidosa bersifat homozigot, wanita dan
androgenesis. Kadang-kadang terjadi pembuahan oleh 2 sperma, sehingga
terjadi 46XX atau 46XY.
4. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita
hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan
menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba
(kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.

2.4. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis
mola. Pertama teori missed abortion. Kematian mudigah pada usia 3-5
minggu, saat dimana seharusnya sirkulasi fetomaternal sudah terbentuk,
menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang
mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal
dari sirkulasi darah ibu, diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga
terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan yang terdapat dalam kista
tersebut adalah cairan interstitial yang menyerupai cairan ascites atau
edema.
Kedua adalah teori neoplasma dari Park yang mengatakan bahwa
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsi yang
abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam
villi sehingga timbul gelombang. Hal ini menyebabkan gangguan
peredaran darah dan kematian mudigah. Sebagian dari villi berubah
menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada
janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ditemukan janin.
Gelembung-gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah
anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus.

9
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola
yang dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan
normal, namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester
kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut :

1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi
mulai dari spoting sampai perdarhan yang banyak. Perdarahan ini
dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul
secara intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan.
Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering
dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering
dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamila yang
sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat
pada wanita multipara, khusus karena konsistensi tumor yang lunak
dibawah abdomen yang kenyal. Ovarium kemungkinan mempunyai
konsistensi yang lebih lunak.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,
secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan
test dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang kadang terdapat
plasenta yang kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada
salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya
sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan
perubahan mola inkomplit ya ng luas pada plasenta disertai dengan
janin yang hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma
villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena.

10
Jumlah tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan
gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan
fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa
stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru
terlalu kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah
pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini dapat menginfasi parenkim
paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat pemeriksaan
radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio
cardinom metastatik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa
diramalkan dan sebagian menghilang spontan yang dapat terjadis
egera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan
pengobatan yang efektif.
5. Ekspulsi spontan
Kadang kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar
sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam
uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya
pada kehamilan sekitar 16 minggu dan jarang lebih dari 28 minggu.

2.5. Gejala-gejala dan Tanda


Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan
kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat
keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga
pada umumnya besar uterus lebih dari usia kehamilan. Adapula kasus-kasus yang
uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan.
Dalam hal in perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu
dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying mole.
Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan
inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini
biasanya terjadi antara bulan pertama sampai bulan ketujuh dengan rata-rata 12-14
minggu. Sifat perdarahan bisa intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak,

11
sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini umumnya
pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.
Penyulit yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru-paru.
Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru
tanpa memberikan gejala apa-apa. Akan tetapi, pada mola kadang-kadang jumlah
sel trofoblas ini sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-
paru akut yang bisa menyebabkan kematian
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun
bilateral. Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi
ada juga kasus-kasus dimana kista lutein baru ditemukan pada waktu follow up.
Dengan pemeriksaan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kurang 10,2%,
tetapi bila menggunakan USG angkanya meningkat sampai 50%. Kasus mola
dengan kista lutein mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk mendapat
degenerasi keganasan dikemudian hari daripada kasus-kasus tanpa kista.

2.6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik


yang ditemukan, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan
pemeriksaan histologis. Trias temuan klinis pada mola hidatidosa komplit
yaitu

a. Pembesaran uterus yang tidak sesuai usia kehamilan, dimana biasanya


lebih besar 4 minggu dari usia sebenarnya
b. Perdarahan pervaginam
c. Peningkatan kadar β-hCG persisten sampai melebihi usia kehamilan 9-
12 minggu yang didapatkan melalui pemeriksaan laboratorium dan sering
mengakibatkan hiperemesis gravidarum dini.
Uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa,
pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda- tanda adanya janin didalamnya,
seperti ballotement pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka
janin pada pemeriksaan roentgen, dan adanya denyut jantung pada
ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan.

12
Diagnosis penyakit ini meliputi:

1) Perdarahan per vaginam disertai keluarnya gelembung gelembung seperti


buah anggur (gelembung mola) atau villus
2) Terjadi gejala toksemia pada trisemester I-II
3) Terjadi hiperemis gravidarum
4) Dijumpai gejala-gejala tirotoksikosis atau hipertiroid
5) Kadang- kadang dijumpai emboli paru
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan:
1) Umumnya ukuran uterus pada mola hidatidosa bervariasi, yaitu:
 Lebih besar dari usia kehamilan (50%-60%)
 Besarnya sama dengan usia kehamilan (20%-25%)
 Lebih kecil daripada usia kehamilan (5%-10%)

2) Dijumpai kista lutein yang biasanya lebih besar dari kista lutein biasa

3) Tidak teraba bagian janin

4) Terdapat bentuk asimetris, bagian menonjol yang sedikit padat, biasanya


disebut dengan mola destruen

5) Tak ada ballotement

6) Tidak dijumpai adanya denyut jantung janin, walaupun ukuran kehamilan


besar

Pemeriksaan Laboratorium

 Beta HCG urin tinggi lebih dari 100.000 IU/ml


 Beta HCG serum diatas 40.000 IU/ml

Pemeriksaan Ultrasonografi

Gambaran USG kehamilan mola pada trimester 1 tidak spesifik dan


bervariasi. Mungkin terlihat menyerupai kehamilan nirmudigah dengan
dinding yang menebal, plasenta hidropik, missed abortion, abortus
inkompletus, mioma berdegenerasi kistik, hiperplasia endometrium, atau

13
terlihat sebagai massa ekogenik yang mengisi seluruh kavum uteri. Dalam hal
ini, pemeriksaan kadar beta HCG serum akan sangat membantu penegakan
diagnosa.
Karakteristik USG mola adanya gambaran badai salju (snowstorm)
yang mengindikasikan villi koriales yang hidrofik. Pencitraan
ultrasonografi merupakan pemeriksaan pilihan untuk awal diagnosa untuk
selanjutnya diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai β-
hCG yang tinggi ( > 100,000 mIU per milliliter ) dan dari hasil pemeriksaan
histopatologi.
Pemeriksaan doppler
Arteri intrauterin pada kehamilan normal menunjukkan bentuk
gelombang impedansi tinggi dengan kecepatan diastolik rendah selama
trimester pertama. Aliran dengan impedansi rendah hanya muncul di
lokasi implantasi , mungkin terkait dengan invasi vaskular fisiologis jaringan
trofoblas. Saat kehamilan berlanjut sampai trimester kedua invasi lebih
lanjut arteri oleh jaringan trofoblas terjadi, hal tersebut akan berlanjut
mereduksi impedansi vaskular.
Pada trimester ketiga, invasi vaskular fisiologis berkembang
sedemikian rupa dengan kecepatan tinggi, pola aliran impedansi rendah.
Pada kehamilan mola , invasi arteri miometrium oleh jaringan trofoblas
juga terjadi , tetapi proses ini didominasi oleh proliferasi trofoblas yang
abnormal. Pemeriksaan doppler menunjukkan kecepatan aliran yang tinggi,
impedansi aliran rendah pada trimester awal dan kedua. Meskipun adanya
jaringan mola pada ultrasonografi skala abu-abu, dikombinasikan dengan
tingkat hCG meningkat, merupakan diagnostik mola hidatidosa, temuan
doppler memberikan peranan penting dalam konfirmasi diagnosis.

2.7. Pengelolaan

Pengelolaan mola hidatidosa dapat terdiri atas :

 Perbaikan keadaan umum


 Pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia
 Mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis

14
 Pengeluaran jaringan mola
Ada dua, yaitu:
 Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki, dilakukan vakum kuretase tanpa
pembiusan. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula
uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan
menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret
cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih.

 Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur
dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi
ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai
adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa
pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan
histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa
mola invasif/koriokarsinoma.
 Pemeriksaan tindak lanjut
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah
mola hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah
evakuasi. Lama pengawasan berkisar satu tahun. Untuk tidak
mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk
tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom.

2.8. Prognosis

Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi,


payah jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju, kematian karena mola hampir
tidak ada lagi. Akan tetapi, di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu
berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat

15
kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang
kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase
keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda.

16
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama          : Ny. DS Nama suami : Tn. B
Umur            : 38 tahun Umur : 44 tahun
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Wiraswasta
No MR : 096333
Alamat : Selayo
Tgl. Masuk   : 24 April 2017
3.2 Anamnesa
Seorang pasien wanita umur 38 tahun datang ke IGD RSUD Solok
pada tanggal 24 April 2017 jam 17.20 WIB dengan

Keluhan utama :

Keluar darah banyak dari kemaluan sejak ± 6 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Keluar darah yang banyak dari kemaluan (+) sejak ± 6 jam SMRS, pasien
mengatakan keluar jaringan / gumpalan seperti mata ikan.

 Riwayat perdarahan berupa bercak-bercak di duk sejak 1 bulan yang lalu

 Pusing dan mual sejak ± 2 jam SMRS

 Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)

 Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)

 Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)

 Tidak haid sejak ± 4 bulan yang lalu

 HPHT : 2 Desember 2016 TP : 9 September 2017

 RHM : Mual (+), muntah (-), perdarahan (+)

17
 Riwayat Menstruasi :  Menarche umur 13 th, siklus haid teratur 1 x 28
hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3x ganti duk/hr, nyeri (-)

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan


hipertensi 

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan

Riwayat Perkawinan : 1 x tahun 1994

Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : 7/2/4

Riwayat Kontrasepsi : (-)

Riwayat Imunisasi : (-)

Riwayat pendidikan : SMP

Riwayat pekerjaan : Pedagang

3.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tinggi Badan : 140 cm

Berat Badan sebelum hamil : 52 Kg

Berat Badan sesudah hamil : 55 Kg

BMI : 26,5

Status gizi : Baik

18
Vital sign :

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 78x/menit

Nafas : 20x/menit

Temperatur : 36,50C   

Status Generalis 

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher :

O Inspeksi : JVP 5-2 cmH2O,

O Kelenjar tiroid tidak tampak membesar

O Palpasi : Kelenjar tiroid tidak teraba membesar

O Kelenjar Getah Bening tidak teraba membesar

Toraks :

Cor :

O Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

O Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

O Perkusi : batas jantung dalam batas normal

O Auskultasi : reguler, bising (-)

Pulmo :

O Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris kiri = kanan

O Palpasi : Fremitus normal kiri = kanan

O Perkusi : Sonor

19
O Auskultasi : Vesikuler normal +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen            : Status Obstetricus

Genitalia             : Status Obstetricus

Ekstremitas        : Edema (-/-), RF (+/+), RP (-/-)

Status Obstetrikus :

O Muka : Chloasma gravidarum (-)

O Mammae: Membesar, areola dan papilla mammae hiperpigmentasi (+),


pembesaran kelenjar montgomery (+), kolostrum (-)

O Abdomen

Inspeksi : Perut tampak membuncit, Linea mediana hiperpigmentasi, striae


(-), sikatrik (-)

Palpasi : TFU teraba 2 jari di atas pusat

TFU = 21 cm His : -

Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N   

O Genitalia

Inspeksi :  V/U tenang

PPV (+)

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

O Hemoglobin : 13 gr/dL

O Leukosit : 7470 mm3

20
O Hematokrit : 36,8 %

O Trombosit : 218.000 mm3

O TSH : 0,5 mIU/ml

O FT4 : 17,3 Pmol/L

USG

Uterus besar dari normal, gambaran molahidatidosa

3.5 Diagnosa
G7P4A2H4 gravid 20-21 minggu + Molahidatidosa

3.6 Penatalaksanaan

Sikap :

 Kontrol KU, VS, PPV


 IVFD RL 500 cc
 Inform consent
 Konsul anastesi

21
 Lapor OK

Rencana :

Curettage

Follow Up

Hari/ Subject Object Assesment Plan


Tgl
Selasa, Demam (-), KU : sedang G7P4A2H4  Kon
25 Pusing (-), Kes : CMC gravid 20-21 trol KU, VS, PPV
April BAK (+), TD : 110/70 minggu +  Pasi
2017 BAB (+) Nd : 82x/m mola en disiapkan
Nf : 20x/m hidatidosa untuk kuretase
T : 36,5 0C
Mata   : Konjungtiva
tidak anemis, sklera
tidak ikterik
Abdomen
Inspeksi: perut tampak
membuncit
Palpasi : NT (-), NL(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+)
Normal
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang
PPV (+)

22
Laporan Kuretase

Tanggal 25 April 2017 Jam 09.30 WIB

o Pasien tidur telentang dalam posisi litotomi dalam TIVA

o Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi

o Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan operasi

o Dilakukan kateterisasi urin dengan nelaton kateter

o Diapasang spekulum sims diatas dan dibawah

o Dilakukan penjepitan dengan tenakulum arah jam 11

o Dilakukan sondage

o Hasil : uterus antefleksi, panjang kavum uteri = 9 cm

o Dilakukan kuretase secara sistematis dengan sendok kuret nomor 6

o Didapatkan hasil jaringan mola

o Perdarahan selama tindakan ± 100 cc

Hari/
Tggl Subject Object Assesment Plan
Rabu, Demam (-) KU : sedang P7A3H4 Post  Kontrol KU,
26 BAK (+) Kes : CMC curratage a.i VS, PPV
April BAB (-) TD:130/80 mmHg mola hidatidosa  Metil
2017 Nyeri (-) Nd : 80x/m ergometrin 3x1
Nf : 19 x/m  Inj cefixime 2 x
0
T : 36,6 1
Mata : Konjungtiva  Metronidazole
anemis (-), sklera

23
ikterik (-) 3x1
Abdomen :  Asam
Inspeksi : perut mefenamat 3 x
tampak membuncit 1
Palpasi : NT (-), NL  Sf 2 x 1
(-)  IVFD RL kolf
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+)
Normal
Genitalia :
Inspeksi : V/U
tenang
PPV (+)

24
BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien Ny.DS usia 38 tahun datang ke RSUD Solok pada tanggal 24 April
2017 jam 17.20 WIB dengan keluhan keluar darah banyak dari kemaluan sejak ±
6 jam sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, ditegakkan diagnosis mola hidatidosa pada G7P4A2H4
gravid 20-21 minggu.

Teori Kasus
 FUT lebih besar dari usia  Pada kasus FUT didapatkan
kehamilan Pada kehamilan 24cm
normal, FUT pada kehamilan
20-21 minggu adalah 20cm
 Perdarahan pervaginam seperti  Ibu mengeluhkan keluar
mata ikan jaringan seperti mata ikan
 Gambaran USG seperti badai  Terlihat gambaran USG seperti
salju “snowstorm” badai salju
 Hiperemesis gravidarum  Ibu mengeluhkan mual dan
muntah

25
BAB V

PENUTUP

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar


dimana tidak ditemukan janin hampir seluruh villi korealis mengalami perubahan
hidrofili. Mola hidatidosa terbagi atas dua tipe yaitu Mola Hidatidosa Komplek
(klasik) dan Mola Hidatidosa Pastialis. Faktor-faktor yang mungkin menjadi
penyebab adalah faktor ovum, keadaan sosial ekonomi yang rendah, parietas
tinggi, kekurangan protein dan infeksi virus. Trias temuan klinis pada mola
hidatidosa komplit yaitu pembesaran uterus yang tidak sesuai usia kehamilan,
dimana biasanya lebih besar 4 minggu dari usia sebenarnya, perdarahan
pervaginam , peningkatan kadar β-hCG persisten sampai melebihi usia
kehamilan 9-12 minggu. Karakteristik USG mola adanya gambaran badai
salju ( snowstorm ) yang mengindikasikan villi koriales yang hidrofik.

26

Anda mungkin juga menyukai