MOLA HIDATIDOSA
Oleh :
1310070100074
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Case
Report Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD
Solok dengan judul Mola Hidatidosa ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penyusunan Case Report ini adalah untuk memenuhi
tugas kepaniteraan klinik di RSUD Solok. Selain itu, penyusunan Case Report ini
juga bertujuan agar penulis lebih memahami tentang mola hidatidosa.
Dalam penulisan Case Report ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa hormat dan terimakasih kepada dr. Berri Rahmadhoni, Sp.OG selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan case report ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Tujuan........................................................................................................ 2
1.3. Manfaat...................................................................................................... 2
2.1. Definisi............................................................................................. 3
2.2. Klasifikasi......................................................................................... 3
2.3. Etiologi............................................................................................. 4
2.4. Patofisiologi..................................................................................... 5
2.7. Penatalaksanaan............................................................................... 10
3.2. Anamnesa......................................................................................... 12
3.5. Diagnosis.......................................................................................... 16
3
3.6. Penatalaksanaan............................................................................... 17
BAB V PENUTUP........................................................................................ 22
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
gonadotrophin ( HCG ). Simptom kehamilan mola seperti pembesaran
uterus, perdarahan pervaginam, hipertensi yang diinduksi kehamilan,
hiperemesis, anemia dan ketiadaan denyut jantung janin tidaklah spesifik
dan masih mungkin tidak muncul sebelum kehamilan trimester kedua.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan modalitas pilihan dalam
penegakan diagnosis serta adanya peningkatan kadar serum hCG.
Gambaran klasik pemeriksaan USG kasus kehamilan mola komplit
menampilkan gambaran “snowstorm”.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
mola hidatidosa parsial. Terdapat pembengkakan vili yang kemajuannya
lambat, sedangkan vili yang mengandung pembuluh darah yang lain yang
berperan dalam sirkulasi fito placenta, jarang Hiperflasi trofoblas.
2.3 Etiologi
Menurut Moechtar, 1990. Penyebab mola hidatidosa belum diketahui
secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
1. Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan
atau gangguan dalam pembuahan.
2. Parietas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara
genetik.
3. Defisiensi protein
Menurut teori dari Acosta Sison, mola disebabkan karena
defisiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosio-ekonomi rendah.
8
Dianggap bahwa kelainan tersebut terjadi karena pembuahan sebuah sel
telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel
sperma yang mengandung 23X (haploid) kromosom, kemudian membelah
menjadi 46XX, sehingga mola hidatidosa bersifat homozigot, wanita dan
androgenesis. Kadang-kadang terjadi pembuahan oleh 2 sperma, sehingga
terjadi 46XX atau 46XY.
4. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita
hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan
menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba
(kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.
2.4. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis
mola. Pertama teori missed abortion. Kematian mudigah pada usia 3-5
minggu, saat dimana seharusnya sirkulasi fetomaternal sudah terbentuk,
menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang
mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal
dari sirkulasi darah ibu, diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga
terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan yang terdapat dalam kista
tersebut adalah cairan interstitial yang menyerupai cairan ascites atau
edema.
Kedua adalah teori neoplasma dari Park yang mengatakan bahwa
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsi yang
abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam
villi sehingga timbul gelombang. Hal ini menyebabkan gangguan
peredaran darah dan kematian mudigah. Sebagian dari villi berubah
menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada
janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ditemukan janin.
Gelembung-gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah
anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus.
9
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola
yang dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan
normal, namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester
kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi
mulai dari spoting sampai perdarhan yang banyak. Perdarahan ini
dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul
secara intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan.
Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering
dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering
dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamila yang
sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat
pada wanita multipara, khusus karena konsistensi tumor yang lunak
dibawah abdomen yang kenyal. Ovarium kemungkinan mempunyai
konsistensi yang lebih lunak.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,
secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan
test dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang kadang terdapat
plasenta yang kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada
salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya
sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan
perubahan mola inkomplit ya ng luas pada plasenta disertai dengan
janin yang hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma
villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena.
10
Jumlah tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan
gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan
fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa
stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru
terlalu kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah
pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini dapat menginfasi parenkim
paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat pemeriksaan
radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio
cardinom metastatik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa
diramalkan dan sebagian menghilang spontan yang dapat terjadis
egera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan
pengobatan yang efektif.
5. Ekspulsi spontan
Kadang kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar
sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam
uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya
pada kehamilan sekitar 16 minggu dan jarang lebih dari 28 minggu.
11
sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini umumnya
pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.
Penyulit yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru-paru.
Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru
tanpa memberikan gejala apa-apa. Akan tetapi, pada mola kadang-kadang jumlah
sel trofoblas ini sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-
paru akut yang bisa menyebabkan kematian
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun
bilateral. Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi
ada juga kasus-kasus dimana kista lutein baru ditemukan pada waktu follow up.
Dengan pemeriksaan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kurang 10,2%,
tetapi bila menggunakan USG angkanya meningkat sampai 50%. Kasus mola
dengan kista lutein mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk mendapat
degenerasi keganasan dikemudian hari daripada kasus-kasus tanpa kista.
2.6. Diagnosis
12
Diagnosis penyakit ini meliputi:
2) Dijumpai kista lutein yang biasanya lebih besar dari kista lutein biasa
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Ultrasonografi
13
terlihat sebagai massa ekogenik yang mengisi seluruh kavum uteri. Dalam hal
ini, pemeriksaan kadar beta HCG serum akan sangat membantu penegakan
diagnosa.
Karakteristik USG mola adanya gambaran badai salju (snowstorm)
yang mengindikasikan villi koriales yang hidrofik. Pencitraan
ultrasonografi merupakan pemeriksaan pilihan untuk awal diagnosa untuk
selanjutnya diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai β-
hCG yang tinggi ( > 100,000 mIU per milliliter ) dan dari hasil pemeriksaan
histopatologi.
Pemeriksaan doppler
Arteri intrauterin pada kehamilan normal menunjukkan bentuk
gelombang impedansi tinggi dengan kecepatan diastolik rendah selama
trimester pertama. Aliran dengan impedansi rendah hanya muncul di
lokasi implantasi , mungkin terkait dengan invasi vaskular fisiologis jaringan
trofoblas. Saat kehamilan berlanjut sampai trimester kedua invasi lebih
lanjut arteri oleh jaringan trofoblas terjadi, hal tersebut akan berlanjut
mereduksi impedansi vaskular.
Pada trimester ketiga, invasi vaskular fisiologis berkembang
sedemikian rupa dengan kecepatan tinggi, pola aliran impedansi rendah.
Pada kehamilan mola , invasi arteri miometrium oleh jaringan trofoblas
juga terjadi , tetapi proses ini didominasi oleh proliferasi trofoblas yang
abnormal. Pemeriksaan doppler menunjukkan kecepatan aliran yang tinggi,
impedansi aliran rendah pada trimester awal dan kedua. Meskipun adanya
jaringan mola pada ultrasonografi skala abu-abu, dikombinasikan dengan
tingkat hCG meningkat, merupakan diagnostik mola hidatidosa, temuan
doppler memberikan peranan penting dalam konfirmasi diagnosis.
2.7. Pengelolaan
14
Pengeluaran jaringan mola
Ada dua, yaitu:
Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki, dilakukan vakum kuretase tanpa
pembiusan. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula
uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan
menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret
cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih.
Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur
dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi
ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai
adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa
pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan
histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa
mola invasif/koriokarsinoma.
Pemeriksaan tindak lanjut
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah
mola hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah
evakuasi. Lama pengawasan berkisar satu tahun. Untuk tidak
mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk
tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom.
2.8. Prognosis
15
kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang
kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase
keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda.
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Keluhan utama :
Keluar darah yang banyak dari kemaluan (+) sejak ± 6 jam SMRS, pasien
mengatakan keluar jaringan / gumpalan seperti mata ikan.
17
Riwayat Menstruasi : Menarche umur 13 th, siklus haid teratur 1 x 28
hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3x ganti duk/hr, nyeri (-)
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan
BMI : 26,5
18
Vital sign :
Nadi : 78x/menit
Nafas : 20x/menit
Temperatur : 36,50C
Status Generalis
Leher :
Toraks :
Cor :
Pulmo :
O Perkusi : Sonor
19
O Auskultasi : Vesikuler normal +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Status Obstetrikus :
O Abdomen
TFU = 21 cm His : -
Perkusi : Timpani
O Genitalia
PPV (+)
Laboratorium :
O Hemoglobin : 13 gr/dL
20
O Hematokrit : 36,8 %
USG
3.5 Diagnosa
G7P4A2H4 gravid 20-21 minggu + Molahidatidosa
3.6 Penatalaksanaan
Sikap :
21
Lapor OK
Rencana :
Curettage
Follow Up
22
Laporan Kuretase
o Dilakukan sondage
Hari/
Tggl Subject Object Assesment Plan
Rabu, Demam (-) KU : sedang P7A3H4 Post Kontrol KU,
26 BAK (+) Kes : CMC curratage a.i VS, PPV
April BAB (-) TD:130/80 mmHg mola hidatidosa Metil
2017 Nyeri (-) Nd : 80x/m ergometrin 3x1
Nf : 19 x/m Inj cefixime 2 x
0
T : 36,6 1
Mata : Konjungtiva Metronidazole
anemis (-), sklera
23
ikterik (-) 3x1
Abdomen : Asam
Inspeksi : perut mefenamat 3 x
tampak membuncit 1
Palpasi : NT (-), NL Sf 2 x 1
(-) IVFD RL kolf
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+)
Normal
Genitalia :
Inspeksi : V/U
tenang
PPV (+)
24
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien Ny.DS usia 38 tahun datang ke RSUD Solok pada tanggal 24 April
2017 jam 17.20 WIB dengan keluhan keluar darah banyak dari kemaluan sejak ±
6 jam sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, ditegakkan diagnosis mola hidatidosa pada G7P4A2H4
gravid 20-21 minggu.
Teori Kasus
FUT lebih besar dari usia Pada kasus FUT didapatkan
kehamilan Pada kehamilan 24cm
normal, FUT pada kehamilan
20-21 minggu adalah 20cm
Perdarahan pervaginam seperti Ibu mengeluhkan keluar
mata ikan jaringan seperti mata ikan
Gambaran USG seperti badai Terlihat gambaran USG seperti
salju “snowstorm” badai salju
Hiperemesis gravidarum Ibu mengeluhkan mual dan
muntah
25
BAB V
PENUTUP
26