Disusun Oleh:
NIM : P27224021269
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal.
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang
menentukan derajat kesehatan suatu bangsa. Di Indonesia masalah
ibu dan anak merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status
kesehatan masyarakat, sesuai dengan target MDG’s 2016 (Millenium
Development Gold), Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup.
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007,
memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan
meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan, persalian dan nifas,
fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan
diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di Negara-negara
berkembang yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000
kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di
Sembilan Negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Menurut SDKI Angka Kematian Ibu pada tahun 2007 mencapai
228 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini mengalami penurunan
signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya jumlah kematian ibu
mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu masih
terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara lainnya
yaitu Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing 13 dan 14 per
100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2009, AKI di Jawa Barat adalah 258 per 100.000
kelahiran hidup. Menurun dibandingkan dengan tahun 2008 yang
mencapai 583 per 100.000 kelahiran. Berdasarkan Indeks
Pembangunan Manusia kabupaten Garut pada Tahun 2009 Angka
Kematian Ibu mencapai 219 per 100.000 kelahiran hidup.
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun
penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik
yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Perdarahan sebanyak
30% dari total kasus kematian, eklamsi (keracunan kehamilan) 25%,
infeksi 12%. Salah satu dari ketiga ketiga faktor tersebut adalah
perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan
dan masa nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi
pada awal kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka
kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada awal kehamilan.
Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi abortus, mola
hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain
meliputi Solutio Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan
diatas ternyata didapatkan besar kasus paling tinggi adalah
perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah satu perdarahan
awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan molahidatidosa.
Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan
merupakan kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan
tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. Penyebab pasti terjadinya kehamilan
Mola hidatidosa belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor
yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif trofoblast,
usia, keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi
protein, infeksi virus dan faktor kromosom yang jelas, dan riwayat
kehamilan mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa yaitu
Molahidatidosa Komplet (MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP).
Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan Molahidatidosa
berkisar antara 2,2% - 5,7%.
Pada kehamilan Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan
secara komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai
akibat adanya kehamilan dengan Molahidatidosa yaitu TTG (Tumor
Trofoblast Gestasional) dimana TTG ini terbagi menjadi 2 macam
yaitu: Choriocarcinoma non Villosum dan Choriocarcinoma Villosum
yang bersifat hematogen dan dapat bermetastase ke vagina, paru-
paru, ginjal, hati bahkan sampai ke otak. Dengan presentasi kejadian
tersebut adalah 18-20% keganasan.
Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu
perbaikan keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan
cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut yaitu
follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar β-HCG dan
mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta
penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar β-
HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten.
Penyakit ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak
ditemukan di Negara Asia, sedangkan di Negara bagian Barat lebih
jarang. Angka di Indonesia umumnya berupa angka Rumah Sakit
yaitu RSCM, untuk Mola Hidatidosa berkisar 1:50 sampai 1:141
kehamilan. Angka ini jauh lebih tinggi disbanding Negara-negara barat
dimana insidennya berkisar 1:1000 sampai 1:2500 kehamilan untuk
kejadian Molahidatidosa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penyusun menarik rumusan
masalah yaitu bagaimanakah asuhan yang tepat, baik, dan efisien
pada ibu hamil dengan molahidatidosa?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan molahidatidosa.
2. Tujuan khusus :
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu
hamil dengan molahidatidosa.
b. Melakukan interpretasi data pada ibu hamil dengan
molahidatidosa.
c. Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan
molahidatidosa.
d. Menentukan tindakan segera pada ibu nifas pada ibu hamil
dengan molahidatidosa.
e. Membuat perencanaan pada ibu hamil dengan
molahidatidosa.
f. Melakukan penatalaksanaan pada ibu hamil dengan
molahidatidosa.
g. Melakukan evaluasi tindakan pada ibu hamil dengan
molahidatidosa.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penyusun
Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan dalam memberikan asuhan pada ibu hamil dengan
molahidatidosa.
2. Bagi institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
referensi khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan molahidatidosa.
3. Bagi lahan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi
banding dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan molahidatidosa.
4. Bagi profesi bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi
bidan dalam asuhan komprehensif pada ibu hamil dengan
molahidatidosa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Definisi Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan)
yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur
atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata
ikan.
a. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau
tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
c. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
dapat terjadi kehamilan mola. Prekuensi molahidatidosa pada
kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif
tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa
pun dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
e. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko
terjadi kehamilan molahidatidosa karena trauma kelahiran
atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti
klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat
dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan
molahidatidosa.
f. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan
bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin,
pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat
protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan
pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
a. Anamnesa / keluhan
1) terdapat gejala hamil muda
2) kadang kala ada tanda toxemia gravidarum
3) terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak
teratur warna merah tua atau kecoklatan.
4) Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dari usia
kehamilan seharusnya.
5) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan
(tidak selalu ada).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Muka dan kadang – kadang badan kelihatan pucat
kekuning – kuningan yang disebut muka mola (mola
face) atau muka terlihat pucat.
b) Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
2) Palpasi
a) Uterus membesar tidak seuai dengan tuanya
kehamilan, teraba lembek.
b) Tidak teraba bagian – bagian janin dan ballotemen,
juga gerakan janin.
c) Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung
mola keluar dan fundus uteri turun lalu naik karena
terkumpulnya darah baru.
d) Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan
adanya komplikasi tiroktoksikosis.
3) Auskultasi
a) Tidak terdengar DJJ
b) Terdengar bising dan bunyi khas
4) Periksa Dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak
ada bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam
kanalis servikalis dan vagina, seerta evaluasi keadaan
servik.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Reaksi Kehamilan
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan
biasa. Pada kehamilan biasa kadar HCG darah paling
tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa bisa
mencapai 5.000.000 IU/L.
2) Uji Sonde
Sonde dimasukan secara pelan – pelan dan hati –
hati kedalam serviks kanalis dan kavum uteri. Bila tidak
ada tahanan, kemungkinan mola.
3) Foto Rontgen
Tidak terlihat tulang – tulang janin pada kehamilan 3 – 4
bulan.
4) USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat
janin, dan seperti sarang tawon.
1) Koreksi dehidrasi.
2) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang),
juga untuk memperbaiki syok.
3) Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum
diobati sesuai protocol penanganannya.
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian
penyakit dalam.
b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan
histerektomi
1) Kuretase (suction curetase)
a) Definisi
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan
yang ada dalam rahim.
b) Faktor Resiko
Usia ibu yang lanjut
Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
Riwayat infertilitas
Adanya kelainan/penyakit yang menyertai
kehamilan
Berbagai macam infeksi
Paparan dengan berbagai macam zat kimia
Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama
Kelainan kromosom
c) Teknik Pengeluaran Jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks
terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan
konsepsi dapat dikeluarkan secara manual,
dilanjutkan dengan kuretase.
c) Tekhnik Operasi
Teknik operasi sampai saat ini belum dijumpai
secara utuh diberbagai pustaka. Oleh karena itu, kami
menganjurkan teknik operasi sebagai berikut :
Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi
uterus sehingga dapat mengurangi mestastase
saat operasi berlangsung.
Lakukan langkah histerektomi dengan mencari
dulu pembuluh darah yang besar dipotong dan
diikat sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan
perdarahan.
Lakukan vaginal alcohol tampon padat sehingga
tercecernya sel trofoblas dari uterus segera
mengalami denaturasi dan dapat mengalami
kemungkinan hidup untuk mestastase
Jika dapat dilakukan, serviks dijahit sehingga
kanalis servikalis tertutup dan mengurangi
kemungkinan tercecernya sel trofoblas saat
operasi berlangsung.
Mestastase durante operationum, dapat dilindungi
dengan kemoterapi drip (belum umum
diIndonesia) tetapi kami anjurkan dan evaluasi
hasilnya.
d) Filosofi Operasi Pada Histerektomi
Trauma yang terjadi haruslah minimal
Lindungi organ penting pelvis dari trauma, yaitu :
ureter, pembuluh darah dan Vesika urinaria .
Kurangi komplikasi operasi, infeksi, perdarahan,
dan trauma organ pelvis atau kenali secepatnya
bila terjadi trauma untuk segera melakukan
rekontruksi
Hindari terjadinya prolapsus vaginal stump
Upayakan agar tidak terjadi komplikasi
pascaoperasi
Operasi khususnya di Indonesia dengan KU rendah
dan anemia, tindakan operasi dengan hilangnya darah
minimal sangat penting karena darah adalah RED (Rare,
Expensive, Dangerous).
1) Identitas Pasien
Maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi
(mengenal) penderita dan menetukan status sosial
ekonominya yang harus diketahui, misalnya untuk
menetukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan
diberikan.(Hani dkk,2010)
2) Nama
Dikaji untuk mengenal klien dan memanggil pasien
agar tidak keliru dengan pasien lain. (Ibrahim, 1996).
Memanggil ibu sesuai dengan namanya, menghargai dan
menjaga martabatnya merupakan salah satu asuhan
sayang ibu dalam proses persalinan (Depkes RI, 2008).
3) Umur
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi
atau tidak. Usia di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi.
Usia di bawah 16 tahun meningkatkan insiden
preeklamsia. Usia di atas 35 tahun meningkatkan insiden
diabetes, hipertensi kronis, persalinan lama, dan kematian
janin (Varney,2008).
4) Agama
Dikaji untuk mempermudah dalam melakukan
pendekatan keagamaan dalam melakukan asuhan
kebidanan juga mengetahui pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan lain. Dalam keadaan gawat ketika
memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui
dengan siapa harus berhubungan misalnya pada agama
islam memanggil ustad, pada agama khatolik memanggil
pastur atau pendeta (Ibrahim.1996) .
5) Pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan
dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati, 2009).
6) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan ibu, gunanya untuk
mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut
(Ambarwati, 2009).
7) Suku Bangsa
Ini perlu ditanyakan untuk mengadakan statistik
kelahiran. Mungkin juga untuk menentukan prognosa
persalinan dengan melihat keadaan panggul. Wanita Asia
dan Afrika biasannya mempunyai panggul bundar dan
normal bagi persalinan dan biasanya wanita-wanita dari
barat panggulnya ukuran melintang lebih panjang tetapi
ukuran muka belakang lebih kecil. (Ibrahim,1996).
8) Alamat
Untuk mengetahui keadaan lingkungan perumahan
serta keadaan tempat tinggal ibu. Dengan mengetahui
tempat tinggal ibu, bidan bisa memberikan pilihan kepada
ibu akan di mana ibu tersebut bersalin. Dengan telah
meninjau rumah ibu hamil yang bersalin tentu akan
mempengaruhi bagaimana psikologis ibu. Lingkungan
yang aman dan bersih akan membuat ibu bersemangat
untuk menyambut bayinya sehingga diharapkan mampu
mempengaruhi power ibu saat mengejan.
Mengetahui ibu tinggal di mana, juga menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama dan
memastikan ibu mana yang hendak ditolong, juga
diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada penderita
(Chunningham, 2013).
10)Alasan Datang
Alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Hani dkk,
2010).
11)Keluhan Utama
Keluhan utama perlu di kaji untuk mengetahui apakah
penderita datang untuk memeriksakan kehamilanya
ataukah ada pengaduan-pengaduan lain yang penting.
(UNPAD, 1983).
12)Status Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama
perkawinan, sah atau tidak, sudah berapa kali menikah,
berapa jumlah anaknya (Wiknjosastro, 2010).
13)Data Kebidanan
a) Riwayat Menstruasi
Pengkajian riwayat menstruasi yang ditemukan
meliputi siklus menstruasi tidak teratur, lama
menstruasi lebih dari 7 hari, banyaknya lebih dari 6 kali
ganti pembalut sehari (Depkes RI, 2011).
14)Data Kesehatan
a) Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Data ini dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit
yaitu meliputi Jantung, Asma / TBC, Hepatitis, DM,
Hipertensi, Epilepsi dan lain-lain.
b. Data objektif
Data objektif yang dikaji meliputi:
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi status
kesadaran, status gizi, tanda vital dan lain-lain (Hidayat,
2008). Keadaan umum meliputi baik, sedang dan jelek.
b) Kesadaran
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya
kelainan pada gangguan sistem kardiovaskuler
(Hidayat, 2008).
Composmentis : Sadar penuh
Apatis : acuh tak acuh dan lama dalam
menjawab
Somnolen : keadaan mengantuk (letargi)
Delirium : penurunan abnormal, disertai
peningkatan yang abnormal
Koma : keadaan tidak sadar diri yang
penderitanya tidak dapat dibangunkan.
c) Tanda Vital
Tekanan Darah
Untuk mengetahui tekanan darah apakah ada
peningkatan atau tidak ada. Tekanan darah normal
yaitu 110/80 - 120/80 mmHg (Hidayat, 2008).
Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada
peningkatan atau tidak, normalnya 36,5 0–37,60 C
(Saifuddin, 2010).
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 –
80 kali per menit (Varney,2008).
Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien
yang dihitung dalam 1 menit batas respirasi normal
yaitu 22 – 24 x/menit (Hidayat, 2008).
d) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Sistematis yaitu pemeriksaan
dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung
kaki (Nursalam, 2011), meliputi:
Rambut : bersih, tidak mudah rontok
Muka : tidak pucat, tidak ada kelainan, tidak ada
oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : bersih, tidak ada polip
Telinga : bersih, tidak ada serumen
Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada karies, tidak
ada pembengkakan gusi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan
limfe, tidak ada benjolan
Payudara : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri
Genetalia : untuk mengetahui varises, luka,
kemerahan, nyeri, posisi portio dan perdarahan.
Anus : Apakah ada haemorhoid atau tidak
Ekstremitas atas dan bawah : ada cacat atau tidak
oedema atau tidak terdapat varices atau tidak
(Wiknjsastro, 2010).
S = Subjektif
O = Objektif
A = Asessment
P = Plan
C. Teori EBM
Mola hidatidosa IDC-10 (001,D39.2) adalah kehamilan abnormal
yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi
berupa gelembung yang menyerupai anggur.
I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. G Nama : Tn.
M
Umur : 15 tahun Umur : 15 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa Suku / bangsa : Jawa
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Klaten
2. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya sekarang karena
mengalami perdarahan.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 11 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari
Teratur : ya teratur
Sifat Darah : encer, sedikit gumpalan
Keluhan : tidak ada
Minum
Frekuensi : > 5 x / hari > 8 x / hari
Jenis : air putih air putih, susu
Porsi : 1 gelas (300 ml) 1 gelas (300 ml)
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 x / hari 1 x / hari
Warna : kecoklatan coklat kehitaman
Konsistensi : lembek lembek
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : > 5 x / hari sering tidak
terhitung
Warna : putih jernih putih jernih
Keluhan : tidak ada tidak ada
c. Istirahat
Tidur siang
Lama : jarang tidur siang 1 jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : ± 6 jam / hari ± 8 jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2 x / hari 2 x / hari
Ganti pakaian : 2 x / hari 2 x / hari
Gosok gigi : 2 x / hari 2 x / hari
Keramas : 2 x / minggu 3 x /
minggu
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 3 x / minggu 2 x / minggu
Keluhan : tidak ada
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Status emosional : stabil
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 76 x / menit
Pernafasan : 19 x / menit Suhu : 36,6˚C
BB : 55 Kg TB : 151 cm
2. Pemeriksaaan Fisik
Kepala : tidak ada ketombe, rambut tidak bercabang
Wajah : tidak ada pembengkakan
Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik
Hidung : bersih, tidak ada polip
Mulut : gigi tidak ada karies dan tidak berlubang,
tidak ada pembengkakan pada gusi, tidak
sariawan
Telinga : tidak ada pengeluaran cairan
Leher :tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar
tiroid dan vena jugularis
Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada
kedalam
Payudara : payudara simetris, putting susu menonjol,
tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada strie,
tidak ada linea
Palpasi Leopold
Leopold I : belum teraba
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
Masalah :
Ibu cemas dengan kehamilannya
V. PERENCANAAN
1. Beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
2. Beritahu kepada ibu dan keluarga tentang kondisi kehamilan ibu.
3. Beri dukungan psikologis dan support mental kepada ibu.
4. Beritahu kepada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan pada ibu.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Memberi informasi kepada ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan.
Rasionalisasi : agar ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan kondisi
kesehatannya.
2. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang kondisi kehamilan ibu.
Rasionalisasi : agar ibu dan keluarga tidak merasa cemas terhadap
kondisi kehamilannya.
3. Memberi dukungan psikologis dan support mental kepada ibu.
Rasionalisasi : agar ibu dapat menerima dengan ikhlas terhadap
kondisi kehamilaanya dan tetap berpikir positif serta tetap tegar dalam
menjalani kehidupan.
4. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan pada ibu yaitu tindakan kuretase oleh dokter SpOG untuk
membersihkan rahim ibu.
Rasionalisasi : agar ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan dan
tujuan dari tindakan tersebut. Kuretase bertujuan untuk membersihkan
rahim ibu agar rahim dapat menjadi tempat implantasi embrio baru.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
Rasionalisasi : kolaborasi bertujuan dalam pemberian terapi dan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya untuk pemulihan pasien.
VII. EVALUASI
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Ibu telah mengetahui kondisi kehamilannya.
3. Ibu telah menerima dengan ikhlas kondisi kehamilannya.
4. Ibu telah mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
5. Pemberian terapi dan tindakan sudah dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian asuhan kebidanan pada ibu hamil yang telah
dilakukan pada ny. G dari pengkajian data subjektif dan objektif
didapatkan diagnosis ny. G umur umur 15 tahun G1P0A0 usia
kehamilan 10 minggu dengan mola hidatidosa. Penatalaksanaan
asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan mola hidatidosa yaitu melakukan kolaborasi dengan
dokter SpOG.
Terkait asuhan yang dilakukan pada Ny. G, penulis tertarik untuk
membahas dua topik masalah yaitu mola hidatidosa dan kekhawatiran
ibu terhadap bercak darah yang keluar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa
melalui pendekatan holistik dengan tahap-tahap manajemen asuhan
kebidanan terdiri dari pengkajian, analisis data, penatalaksanaan
berupa perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta
pendokumentasian asuhan. Berdasarkan tinjauan kasus yang telah
dibuat asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa
terhadap Ny. G dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif dan data objektif
berdasarkan data yang telah didapat melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan observasi pada Ny. G.
2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan Ny. G usia
15 tahun G1P0A0 hamil 10 minggu dengan mola hidatidosa
3. Diagnosa potensial yang muncul pada Ny. G adalah mola
hidatidosa.
4. Tindakan segera yang dilakukan pada Ny. G adalah kolaborasi
dengan dr. Sp.OG untuk pemberian terapi.
5. Pada kasus tersebut, perencanaan yang dibuat berdasarkan
diagnosa, perencanaan ini dibuat untuk memberikan asuhan.
6. Pada kasus tersebut, pelaksanaan telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
7. Pada kasus tersebut, evaluasi yang didapatkan dari perencanaan
yang telah dilakukan, dimana evaluasi yang ada untuk menilai
perencanaan apa yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya.
Dan telah diberikan asuhan pada Ny. G sesuai rencana yang telah
dibuat.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Untuk lebih menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta
mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan
kebidanan secara langsung pada ibu sehingga dapat digunakan
sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai
bidan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan
perbandingan pada asuhan kebidanan kehamilan dengan mola
hidatidosa.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar Klien lebih mengetahui dan memahami asuhan yang
diberikan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa.
4. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap
tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan.
5. Bagi Masyarakat
Agar menambah informasi kepada masyarakat tentang
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa.