Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PBL MOLA HIDATIDOSA

MATA KULIAH ASUHAN KEGAWAT DARURATAN MATERNATAL DAN


NEONATAL

Dosen Pengampu : Arum Lusiana, S.ST. M.Keb.

DI SUSUN OLEH :

1. IFTINA FIKRIYA NIDA P1337424518036


2. UMROATUL ALFIYAH P1337424518037
3. SALSABILA TASHA .A P13374245180

KELAS : OLEA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG DAN PROFESI BIDAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4

1. Latar Belakang.......................................................................................................4

2. Rumusan Masalah..................................................................................................5

3. Tujuan....................................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................6

PROBLEM BASED LEARNING.......................................................................................6

1. Problem Based Learning Mola Hidatidosa............................................................6

BAB III..............................................................................................................................26

PENUTUP..........................................................................................................................26

1. Kesimpulan..........................................................................................................26

2. Saran....................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menanggulangi masalah angka kematian ibu yang masih tinggi di Indonesia,
pemerintah mencanangkan program Millineum Development Goals (MDGs) namun pada
kenyataannya, kondisi Angka Kematian Ibuhingga akhir program yaitu pada tahun 2015
tidak mencapai target ( 102 per 100.000 kelahiran hidup ). Berdasarkan SDKI tahun 1992
mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup, selanjutnya angka tersebut dapat ditekan terus
sampai dengan 228 pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2012 mulai naik sampai
dengan angka 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Di sisi lain, untuk tahun 2016 hingga tahun 2030, WHO kembali mencangankan
strategi untuk menurunkan angka kematian ibu melalui program Sustainable
Development Goals (SDGs) yaitu SDGs poin dimana target ratio kematian ibu secara
global diharapkan dapat turun hingga mencapai kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup.
Di provinsi Jawa Tengah penyebab angka kematian ibu didominasi oleh perdarahan
(32 %), disusul oleh hipertensi atau eklampsia (25%), infeksi (5 %), partus lama (5 %),
dan abortus (1 %).Untuk perdarahan sendiri dapat terjadi saat awal kehamilan yaitu
karena kehamilan ektopik, mola hidatidosa, dan abortus sedangkan pada kehamilan lanjut
dapat disebabkan oleh solusio plasenta dan plasenta previa.
Menurut data, terdapat mola hidatidosa sebagai salah satu penyebab perdarahan yang
selanjutnya merupakan penyebab kematian ibu terbesar, namun tidak ada data yang
spesifik berapa presentase yang sebenarnya untuk kasus tersebut. Setiap pasangan suami
istri mendambakan mempunyai bayi yang sehat.
Hal tersebut dapat dicapai melalui kehamilan yang normal di mana pada kehamilan
normal hasil konsepsi dapat bertumbuh terus sehingga bayi yang dilahirkan memenuhi
kriteria tersebut. Namun, kehamilan juga dapat mengalami gangguan sehingga
menyebabkan kegagalan kehamilan. Kegagalan ini dapat berupa abortus, prematuritas,
kematian janin dalam rahim, atau kelainan kongenital. Kegagalan kehamilan tersebut
tergantung pada tahap dan jenis gangguannya.
Selain beberapa gangguan yang telah disebutkan, kegagalan kehamilan juga dapat
disebabkan karena tidak normalnya perkembangan sel trofoblas dimana terjadi proliferasi
sel trofoblas yang abnormal saat kehamilan Kelainan tersebut adalah penyakit trofoblas
gestasional (Gestational Trophoblastic Disease).
Menurut WHO, Gestational Trophoblastic Disease diklasifikasikan menjadi mola
hidatidosa, koriokarsinoma, mola invasif, placental-site trophoblastic tumor,
miscellaneous trophoblastic tumor (exaggerated placental site, plancental site nodule),
dan unclassified trophoblastic lesion.
Insiden mola hidatidosa per 1.000 kehamilan terjadi di Asia di mana 5 negara yang
menduduki peringkat atas yaitu Indonesia dengan 13 kasus, Taiwan 8,0 kasus, Filipina
dan China 5,0 kasus, serta Jepang 3.8 kasus. Sedangkan insidensi terendah terdapat di
Amerika Utara, Eropa, dan Oceania dengan rata-rata 0.5-1.84 kasus per 1.000 kehamilan.
Data yang diperoleh dari Amerika Selatan terdapat 0.23-0.9 kasus per 1.000
kehamilan, sedangkan di benua Afrika hanya Uganda dan Nigeria yang mempunyai
dokumentasi kasus yaitu terdapat rata-rata 5.0 kasus per 1.000 kehamilan.
Walaupun mola hidatidosa merupakan kasus yang jarang, namun jika tidak dideteksi
dan ditangani segera maka akan berkembang menjadi keganasan sel trofoblas yaitu pada
15 - 20 % wanita dengan mola hidatidosa komplet dan 2- 3 % pada mola parsial. Mola
hidatidosa dinyatakan ganas jika terjadi metastasis dan invasi merusak miometrium,
misalnya pada mola invasif. Jika 1 hal tersebut dilanjutkan kemungkinan akan menjadi
salah satu penyebab angka kematian ibu di Indonesia semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Problem Based Learning pada kasus Mola Hidatidosa ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Problem Based Learning pada kasus Mola Hidatidosa.
BAB II
PROBLEM BASED LEARNING

2.1 Skenario

Ny F umur 36 tahun hamil ke-3, datang ke BPM dengan keluhan amenorrhoe 4


bulan,ibu F merasa sering mual kadang-kadang muntah. Hasil pemeriksaan tinggi
fundus uteri3 jari di bawah pusat, tidak teraba balotemen, hasil pemeriksaan PPV:
darah merah segar disertai gelembung seperti mata ikan

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Ny. F adalah istilah nama karena data pasien nama asli pasien harus dirahasiakan
oleh bidan.
2. Praktik Mandiri Bidan atau BPM adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan
pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana TTV dan Palpasi serta perkembangan janin pada ibu hamil usia 16
minggu?
2. Berdasarkan diagnosa, Ny. F telah mengalami Mola hidatidosa, jadi apakah yang
dimaksud dengan Mola hidatidosa?
3. Apa saja faktor penyebab Mola hidatidosa?
4. Bagaimana gejala seseorang yang mengalami Mola hidatidosa?
5. Apa saja factor resiko Mola hidatidosa?
6. Bagaimana cara mencegah Mola hidatidosa?
7. Bagaimana cara mengatasi / penanganan Mola hidatidosa?
8. Apa yang seharusnya dilakukan oleh bidan?

CURAH PENDAPAT
1. Kesadaran kompos mentis,
TD :120/80 mmHg,
Nadi : 86x/menit,
Pernafasan : 24x/menit,
Suhu :36,70 C
Pada palpasi nyeri tekan (+),
Uterus setinggi pusar,
Ballottement (-),
Denyut jantung janin (-).
2. Mola hidatidosa adalah kelainan kehamilan yang jarang terjadi. Kondisi ini terjadi
ketika sel telur yang sudah dibuahi dan plasenta tidak berkembang secara normal.
Akibatnya, sel-sel abnormal tersebut akan membentuk sekumpulan kista yang
bentuknya menyerupai anggur

3. Penyebab hamil anggur adalah ketidakseimbangan kromosom. Sel manusia biasanya


mengandung 23 pasang kromosom yang masing-masing terdiri dari satu kromosom
dari ayah, dan yang lain dari ibu.
4. Gejala mola hidatidosa

 Perdarahan dari vagina, khususnya pada trimester pertama.


 Mual dan muntah yang parah.
 Rahim yang berukuran lebih besar dari usia kandungan yang seharusnya.
 Keluarnya jaringan berbentuk anggur dari vagina.
 Hipertensi.
 Kista ovarium.
 Anemia.
 Nyeri pada tulang panggul

5. Faktor Risiko Hamil Anggur

Ada sekitar 1 dari 1000 kehamilan yang didiagnosis sebagai hamil anggur. Berikut
beberapa faktor terkait dengan hamil anggur:

 Usia ibu. Wanita yang hamil di usia di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun lebih
berisiko mengalami hamil anggur.

 Memiliki riwayat hamil anggur. Bila kamu sudah pernah mengalami hamil
anggur, kemungkinan besar akan mengalaminya lagi di kemudian hari. Hamil
anggur berulang rata-rata terjadi pada 1 dari 100 wanita.
6. Komplikasi Mola Hidatidosa

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi setelah mengalami hamil anggur (mola
hydatidosa):

 Gestational Trophoblastic Neoplasia Persisten


Setelah hamil anggur diangkat, jaringan molar masih tetap ada dan terus tumbuh.
Kondisi inilah yang dinamakan gestational trophoblastic neoplasia (GTN) persisten.
Komplikasi ini terjadi pada sekitar 15-20 persen pengidap hamil anggur lengkap dan
5 persen dari pengidap hamil anggur parsial.
 Choricarcinoma
Choricarcinoma adalah GTN yang sudah berkembang menjadi kanker. Komplikasi
ini lebih sering terjadi pada pengidap hamil anggur lengkap.
 Hamil Anggur Berulang
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, wanita yang pernah mengalami hamil
anggur berisiko mengalaminya kembali pada kehamilan berikutnya.

7. Pencegahan mola hidatidosa


Khusus bagi pengidap hamil anggur yang dalam masa kehamilan, disarankan untuk
memeriksakan kandungan secara rutin pada dokter obgyn, agar dapat mengetahui
sejak awal adanya tanda kelainan yang dialami.
8. Penanganan
Metode penanganan utama hamil anggur adalah dengan melakukan operasi
pengangkatan jaringan abnormal tersebut. Langkah ini dapat dilakukan melalui
beberapa prosedur yang meliputi:

 Kuret. Prosedur ini dilakukan dengan melebarkan serviks agar dokter dapat
mengangkat jaringan abnormal dengan alat khusus. Kuret adalah pilihan
terbaik jika pengidap berencana untuk hamil kembali.
 Histerektomi atau pengangkatan rahim. Prosedur ini hanya dilakukan jika
pengidap tidak berencana untuk hamil lagi atau berisiko tinggi mengalami
penyakit berbahaya seperti GTN.
 Pemantauan HCG. Setelah jaringan abnormal diangkat, dokter masih akan
memeriksa kadar HCG pengidap sampai kembali normal. Pemeriksaan
tersebut dilakukan setiap dua minggu selama setengah hingga satu tahun.
Tujuannya adalah untuk memastikan tidak adanya sel-sel abnormal yang
kembali tumbuh dan untuk memantau gejala-gejala dari penyakit trofoblastik.
Selama menjalani proses pemantauan ini, pengidap dianjurkan untuk menunda
kehamilan.

9. Hal yang dilakukan bidan adalah merujuk pasien.

MERUMUSKAN HIPOTESIS

Mola
Hidatidosa

Mola hidatidosa adalah kelainan Ciri-cirinya yaitu Perdarahan dari


kehamilan yang jarang terjadi. vagina, khususnya pada trimester
Kondisi ini terjadi ketika sel telur pertama. mual dan muntah yang
yang sudah dibuahi dan plasenta parah.rahim yang berukuran lebih
tidak berkembang secara normal. besar dari usia kandungan yang
Akibatnya, sel-sel abnormal tersebut seharusnya.
akan membentuk sekumpulan kista
yang bentuknya menyerupai anggur

Factor resiko : usia ibu. Wanita yang Penyebab hamil anggur adalah
hamil di usia di atas 35 tahun atau di ketidakseimbangan kromosom. Sel
bawah 20 tahun lebih berisiko
mengalami hamil anggur.dan manusia biasanya mengandung 23
memiliki riwayat hamil anggur. Bila pasang kromosom yang masing-masing
kamu sudah pernah mengalami hamil
anggur, kemungkinan besar akan terdiri dari satu kromosom dari ayah,
mengalaminya lagi di kemudian hari dan yang lain dari ibu.

Khusus bagi pengidap hamil


anggur yang dalam masa
Cara mengatasi yaitu dengan kehamilan, disarankan untuk
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan memeriksakan kandungan
Rujuk Rumah Sakit untuk pemeriksaan
dan penanganan lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai