Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mola hidatidosa merupakan proses degenarasi pada vili korionik plasenta yang
menyebabkan perkembangan vesikel jernih mirip kista berbentuk seperti seikat
anggur (Varney, 2002).

Angka kejadian Mola hidatidosa di dunia menunjukkan angka yang tinggi


terutama di negara-negara Asia. Afrika dan Amerika latin. Di negara-negara barat
dilaporkan insidensi 1:200 atau 2000 kehamilan, di negara-negara berkembang 1:100
atau 600 kehamilan (M. Rusda, 2015).

Dikutip dari M. Rusda, 2015 insidensi GTD konstan sekitar 1 sampai 2 per
1.000 kelahiran di Amerika Serikat dan Eropa. Frekuensi yang sama dijumpai di
Afrika Selatan dan Turki. Tingkat insidensi yang lebih tinggi telah dilaporkan di Asia.
Berdasarkan populasi, penelitian di Korea Selatan mencatat penurunan insidensi dari
40/1.000 kelahiran menjadi 2/1.000 kelahiran. Demikian pula, rumah sakit berbasis
studi di Jepang dan Singapura telah menunjukkan penurunan kejadian mendekati
angka di Amerika Serikat dan Eropa. Beberapa kelompok etnis, lebih berisiko
mengalami penyakit trofoblas gestasional yaitu hispanik. penduduk asli Amerika dan
kelompok populasi tertentu yang hidup di Asia Tenggara. Insidensi mola hidatidosa
dengan janin hidup terjadi pada 1/20.000 - 1/100,000 kehamilan.

Menurut WHO (World Health Organization) Insidensi penyakit trofoblas di


Indonesia maupun negara berkembang masih cukup tinggi apabila dibandingkan
dengan negara yang maju. Angka kejadian mola hidatidosa berkisar antara 1:1.450
hingga 1:2.000 kehamilan dan angka kejadian koriokarsinoma 1:14.000 sampai
dengan 1:40.000 kehamilan, sedangkan di Indonesia kejadian mola 1:51 sampai 141
kehamilan, di Jawa Barat 1:28 sampai 1:105 kehamilan (Yudi, 2014).

Sedangkan di Indonesia menunjukkan angka kematian ibu yang tinggi yaitu


sekitar 373 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor dari tingginya angka
kematian ibu di Indonesia adalah karena mola hidatidosa, akibat dari perdarahan yang
terjadi pada penderita mola hidatidosa. Menurut beberapa laporan kejadian Mola

1
hidatidosa di Indonesia berkisar antara 1:51 sampai 1:141 kehamilan (Windapuspi.
2015).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya

adalah “ Bagaimanakah Gambaran Asuhan keperawatan pada Ny. N di Ruang

Arham RSU Cut Meutia Aceh Utara?”

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan keperawatan pada Ny. N di Ruang Arham RSU Cut

Meutia Aceh Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian Asuhan keperawatan pada Ny. N di Ruang

Arham RSU Cut Meutia Aceh Utara.

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada Ny. N di Ruang Arham RSU

Cut Meutia Aceh Utara.

c. Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada Ny. N di Ruang Arham

RSU Cut Meutia Aceh Utara.

d. Mengidentifikasi implementasi keperawatan pada Ny. N di Ruang Arham

RSU Cut Meutia Aceh Utara.

e. Mendeskrisikan evaluasi keperawatan pada Ny. N di Ruang Arham RSU Cut

Meutia Aceh Utara.

2
B. Manfaat

1. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai asuhan keperawatan

pada pasien Mola Hidatidosa.

2. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan inovasi dalam asuhan

keperawatan pada pasien Mola Hidatidosa.

3. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memberikan suatu pemikiran bagi masyarakat dalam

menanggulangi penyakit Mola Hidatidosa sebagai bentuk tindakan yang dapat

dilakukan secara mandiri dengan memperhatikan sisi positif dari Asuhan

Keperawatan.

3
BAB II

TINJAUAN TIORITIS

A. KONSEP DASAR MOLA HIDATIDOSA


1. Pengertian

Hamil anggur (Mola Hidatidosa) adalah kehamilan abnormal berupa tumor


jinak dari sel-sel trofoblas. Trofoblas adalah bagian dari tepi sel-sel telur yang kelak
terbentuk menjadi ari-ari janin atau merupakan suatu hasil yang gagal. Jadi, dalam
proses kehamilannya mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana
hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi
gelembung-gelembung yang bergerombol membentuk buah anggur (Sukarni dan
Wahyu, 2013),

Mola Hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang ditandai dengan


trofoblas yang tidak wajar. Pada kelaianan kehamilan ini, struktur yang dibentuk
trofoblas yaiu vili korialis berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur (Arantika,
2017). Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Mola hidatidosa komplit
dan Mola hidatidosa parsialis. Mola hidatidosa komplit yaitu penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili
korialis mengalami perubhan hidropik. Mola hidatidosa parsialis. yaitu sebagian
pertumbuhan dan perkembangan vili korialis berjalan normal sehingga janin dapat
tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm (Arantika, 2017).

Gambar Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)

4
2. Etiologi

Faktor langsung penyebab hamil anggur ini hingga saat ini belum diketahui
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya, yaitu: faktor
nutrisi genetik akibat kualitas sperma yang buruk atau gangguan pada sel telur.
sehingga janin akan mati dan tidak berkembang, faktor kekurangan vitamin A, darah
tinggi, serta faktor gizi buruk, faktor usia ibu pada saat kehamilan, wanita dengan usia
kehamilan dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga rawan terjadi, faktor ibu sering
hamil (ibu multipara), gangguan peredarahan darah dalam rahim dan kelainan rahim,
akibat banyak mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan karoten
(Ratnawati, 2018).

3. Patoflologi

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari


penyakit trofoblas:

a. Teori missed abortion. Janin mudah mati pada kehamilan ke 5-8 minggu karena itu
terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim
dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.
b. Teori neoplasma. Sel-sel trofoblas yang abnormal dan memiliki fungsi yang
abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan kedalam vili sehingga
timbul gelembung-gelembung.

Studi dari Herting lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata
akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio
komplit pada minggu ketiga dan kelima.Adanya sirkulasi material yang terus menerus
dan tidak adanya sirkulasi material yang terus menerus dan tidak adanya fetus
menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan
cairan.

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala kehamilan mola hidatidosa antara lain (Ratnawati, 2018):
a. Perdarahan terus menerus pada minggu ke-12 kehamilan. Kondisi ini bervariasi
bisa hanya berapa bercak bercak hingga perdarahan dalam jumlah banyak,
seringkali berwarna kecoklatan. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung

5
mola. Jika mengalami hal ini, maka biasanya menyebabkan anemia dan
kekurangan zat besi.
c. Ditemukan juga pembesaran perut (pertumbuhan ukuran rahim) tidak sesuai
dengan usia kehamilan atau lebih cepat dari pada normalnya. Misalnya, hamil
satu bulan terlihat seperti hamil 3 bulan.
d. Mual dan muntah lebih sering terjadi dan durasinya lebih lama.
e. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
f. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
g. Tidak ada aktivitas janin.
h. Timbul tekanan darah tinggi terkait dengan kehamilan, nyeri abdomen, ibu tidak
nafsu makan, denyut nadi cepat dan jantung berdebar-debar.
i. Kadar hormon korionik gonadotropin (HCG) tinggi dalam darah dan air kencing
ibu.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa
meliputi:
a. Pemeriksaan HCG
Pada kasus kehamilan mola hidatidosa nilai HCG meningkat dari nilai normal nya.
Nilai HCG normal pada ibu hamil dalam berbagai tingkatan usia kehamilan
berdasarkan haid terakhir:
1) 3 minggu: 5-50 ml U/ml
2) 4 minggu: 5-426 mIU/ml
3) 5 minggu: 18-7,340 mIU/ml
4) 6 minggu: 1.080-56,500 mIU/ml
5) 7-8 minggu: 7,650-229,000 mIU/ml
6) 9-12 minggu: 25,700-288.000 mIU/ml 7) 13-16 minggu: 13,300-254,000
mIU/ml
7) 17-24 minggu: 4,060-165,400 mIU/ml
8) 25-40 minggu: 3,640-117,000 mIU/ml
9) Tidak hamil: <5,0 mIU/ml
10) Post-menopause: <9.5 mIU/ml
b. Pemeriksaan rontgen Pada kasus kehamilan mola hidatidosa tidak ditemukan
adanya kerangka bayi ketika dilakukan pemeriksaan rontgen.

6
c. Pemeriksaan USG Tidak ada gambaran janin dan denyu jantung janin, akan terlihat
adanya bayangan badai salju.
d. Uji sonde
Pada hamil mola hidatidosa, sonde mudah masuk, sedangkan pada kehamilan
normal ada tahanan dari janin.
6. Penatalaksanaan

Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan.
Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu:

a. Perbaikan keadaan umum, yaitu transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik
atau anemis, pengobatan terhadap penyulit, seperti preeklampsi berat atau
tirotoksikosis.
b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi.
1) Kuretase dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah
rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar
spontan. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian. Kuretase dilakukan 2 kali
dengan interval minimal 1 minggu.
2) Histerektomi, tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur
dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi adalah
karena umur tua dan paritas tinggi merupan faktor predisposisi untuk
terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak
hidup tiga (Saifuddin, 2011).
c. Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum, kemudian
sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali.
Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi (Saifuddin, 2014).
7. Komplikasi
a. Perdarahan yang hebat sampai syok, apabila tidak segera ditangani akan berakibat
fatal.
b. Perdarahan berulang-ulang yang mengakibatkan anemia.
c. Infeksi sekunder.
d. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.

7
e. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus akan menjadi moladestrues
dan kariokarsinoma.
f. Hyperemesis gravidarium (12-20% pasien).
g. Preeklampsi (12-20% pasien).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata, mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke-berapa, lama perkawinan, dan alamat.
b. Keluhan utama, mengkaji apa saja keluhan klien ketika datang ke rumah sakit,
mengkaji lancar tidaknya siklus menstruasi dan adanya perdarahan pervaginam
berulang, pembesaran uterus melebihi usia kehamilan. c. Riwayat kesehatan klien,
yang terdiri atas:
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan klien hingga sampai ke rumah sakit
dan ketika pengkajian.
2) Riwayat kesehatan masa lalu yaitu adanya riwayat pembedahan dan penyakit
yang pernah diderita.
c. Riwayat kesehatan keluarga, mengidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular dalam keluarga. e. Riwayat kesehatan reproduksi, kaji tentang
siklus menstruasi, lamanya, banyak darah, dan adanya dismenore.
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, kaji bagaimana kesehatan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini.
f. Riwayat seksual, kaji mengenai aktivitas seksual klien dan jenis kontrasepsi yang
digunakan.
g. Pola fungsional kesehatan, kaji mengenai status nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAK, BAB), pola istirahat tidur, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
j. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga pada indera pendengaran dan
penghidung. Hal hal yang diinspeksi antara lain: mengobservasi warna kulit,
perubahan warna, laserasi, adanya lesi pada tubuh, pola pemafasan meliputi

8
kedalaman dan kesimetrisan, pergerakan dan postur tubuh, penggunaan
ekstremitas, dan adanya keterbatasan fisik.
2) Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
a) Sentuhan: merasakan adanya pembengkakan. mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit, serta menentukan kekuatan kontraksi uterus.
b) Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin, mencubit kulit untuk mengamati turgor.
c) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan atau tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.
Pada kasus kehamilan mola hidatidosa, ukuran perut terlihat lebih besar dari usia
kehamilan, tidak teraba adanya bagian janin, dan terdapat bentuk yang asimetris
serta bagian menonjol agak padat.
3) Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memeriksa fungsi organ atau jaringan yang ada di bawahnya.
1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada lalu dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks atau
gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi
dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan di ruangan antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung dan paru-paru, serta abdomen untuk
mendengarkan bising usus dan denyut jantung janin.
2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan gejala yang muncul pada pasien dengan mola hidatidosa, maka sesuai
dengan SDKI, diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien Mola hidatidosa
adalah sebagai berikut:

1. Risiko pendarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisik

9
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress.
keengganan untuk makan)
4. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat


yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. (SIKI, 2018).

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


O
1. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan 1. Agar
pendarahan tindakan Pendarahan mengetahui
berhubungan keperawatan 3 x 24 1. Monitor tanda tanda dan
dengan jam diharapkan dan gejala gejala pada
komplikasi tingkat pendarahan pendarahan pendarahan
kehamilan dapat menurun 2. Batasi tindakan 2. Agar
dengan kriteria hasil: invasif. jika menghindari
1. Kelembapan perlu pendarahan
membran mukosa 3. Anjurkan segera 3. Agar tidak
menurun melapor jika terjadi
2. Pendarahan terjadi pendarahan
vagina menurun pendarahan yang mulai
3. Distensi abdomen 4. Kolaborasi banyak
menurun pengontrol 4. Agar
pemberian pendarahan
obat mulai mereda
pendarahan
. jika perlu
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri 1. Agar mengetahui
berhubungan tindakan 1. Identifikasi skala perkembangan dari
dengan agen keperawatan 3x24 nyeri nyeri pasien
pencendera fisik jam diharpkan nyeri 2. Berikan teknik 2. Agar

10
akut menurun nonfarmakologis mengurangi nyeri
dengan kriteria hasil: untuk mengurangi pasien
1. Meringis menurun rasa nyeri 3. Agar pasien
2. Gelisah menurun 3. Jelaskan strategi mengetahui cara
3. Kesulitan tidur meredakan nyeri meredakan nyeri
menurun 4. Kolaborasi 4. Agar
pemberian mengurangi nyeri
analgetik, jika pasien
perlu
3. Risiko defisit Setelah dilakukan Manajemen 1. Agar mengetahui
nutrisi tindakan Gangguan Makan makanan yang
berhubungan keperawatan 3x24 1. Monitor asupan dikonsumsi oleh
dengan faktor jam diharapkan dan keluarnya pasien
psikologis (mis. status nutrisi makanan dan 2. Agar nutrisi
Stress. membaik dengan cairan serta pasien terpenuhi
keengganan untuk kriteria hasil: kebutuhan kalori 3. Agar nutrisi
makan) 1. Porsi makanan 2. Rencanakan pasien tidak
yang meningkat program menurun
2. Nyeri abdomen pengobatan untuk 4. Agar makanan
menurun perawatan dirumah yang dikonsumsi
3. Nafsu makan (mis.medis, oleh pasien
membaik konseling) mengandung
3. Ajarkan banyak vitamin
keterampilan
koping untuk
penyelesaian
masalah perilaku
makan
4. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang target berat
badan,kebutuhan
kalori dan pilihan

11
makanan
4. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas 1. Agar mengetahui
berhubungan tindakan 1. Identifikasi saat tingkatan ansietas
dengan keperawatan 3x24 tingkat ansietas 2. Agar membuat
kekhawatiran jam diharapkan berubah pasien tenang
mengalami tingkat ansietas 2. Pahami situasi 3. Agar
kegagalan menurun dengan yang membuat menenangkan
kriteria hasil: ansietas pasien
1. Perilaku gelisah 3. Anjurkan 4. Agar
menurun keluarga untuk mengurangi
2. Merasa takut tetap bersama ansietas pasien
menurun pasien,jika perlu
3. Pola tidur 4. Kolaborasi
membaik pemberian obat anti
ansietas,jika perlu
5. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan 1. Agar pasien
pengetahuan tindakan 1. Identifikasi dapat
berhubungan keperawatan 3 x 24 kesiapan dan mendengarkan
dengan kurang jam diharapkan kemampuan informasi dengan
terpapar informasi tingkat pengetahuan menerima baik
membaik dengan informasi 2. Agar apa yang
kriteria hasil: 2. Berikan sudah dijelaskan di
1. Pertanyaan kesempatan untuk mengerti oleh
tentang masalah bertanya pasien
yang dihadapi 3. Jelaskan faktor 3. Agar pasien
membaik risiko yang dapat dapat meningkatan
2. Persepsi yang mempengaruhi kesehatannya
keliru terhadap kesehatan
masalah membaik
3. Perilaku membaik

4. Implementasi

12
Implemetasi adalah tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, serta bukan atas
prtunjuk tenaga kesehatan lain. Disisi lain, tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dokter atau petugas
kesehatan lainnya. (Ratnawati, 2018).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan dari ibu dan
menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi (Ratnawati, 2018).

Menurut (Debora, 2013) evaluasi adalah tahap kelima dari proses


keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah
masalah yang teratasi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan
belum teratasi semuanya.

13
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Nuraliah
Tempat / Tanggal Lahir : 10 Oktober 1995
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Aceh
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Desa krueng baro, blang mee
Diagnosa Medik : Mola Hidatidosa + G3P1A1
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Husniati
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Aceh
Hubungan dgn pasien : Ibu
Alamat : Desa krueng baro, blang mee
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
1) Riwayat penyakit saat ini : Mola Hidatidosa + G3P1A1
2) Keluhan utama : Pasien mengatakan keluar darah dari jalan lahir
dari 2 minggu yang lau, badan lemah, nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk.
b. Riwayat kesehatan yang lalu :
Pasien mengatakan tidak pernah menderita pemyakit menular maupun
keturunan seperti jantung dan diabetes melitus dan baru pertama kali dirawat
dirumah sakit.

14
c. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Menstruasi
Pasien dengan G3P1A1 pasien menarche umur 12 tahun, lama hari 5-6
hari, siklus haid teratur 28 hari, tanpa ada nyeri haid, pasien tidak tahu
kapan haid pertama haid terakhir (HPHT).
2) Riwayat Obstetri
- Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami kehamilan seperti ini
- Pasien sudah memiliki 1 anak
4. Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
1) Cara makan : Oral
2) Frekuensi : 2 kali/hari
3) Jenis diet : MB
4) Nafsu makan : 2 kali sehari
5) Porsi makan : 1 porsi
6) Alasan :-
7) Perubahan BB selama sakit : -
b. Pola eliminasi
1) Buang air besar
a) Frekuensi : 1 kali/hari
b) Waktu : Dipagi hari
2) Buang air kecil
a) Frekuensi : 4 kali/hari
b) Jumlah :-
c. Pola tidur dan istirahat
1) Waktu tidur : jam 22.00 sampai dengan jam 05.00
2) Lama tidur : 8 jam/hari
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas pasien : Pasien melakukan makan, eliminasi dan
ganti pakaian dibantu oleh anak yang sedang menjaga.
2) Aktivitas ibadah pasien selama di rawat di rumah sakit : pasien melakukan
ibadahnya di tempat tidur pasien.
e. Personal hygiene
1) Rambut : Bersih

15
2) Mulut/gigi geligi : bersih
3) Kulit : bersih
4) Kuku : Pendek dan bersih
5) Genetalia : Vulva lembab
5. Aspek psikologis
1) Konsep diri
a) Gambaran diri : Pasien mengatakan bahwa tubuhnya lemah
b) Ideal diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya sangat bersemangat untuk
sembuh
c) Harga diri : Pasien tidak merasakan malu akan penyakitnya
d) Peran diri : Pasien mengatakan bahwa dia adalah seorang yang masih
memiliki tugas untuk merawat anaknya
e) Identitas : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
6. Aspek spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Pasien beragama islam, biasanya pasien melakukan
ibadahnya lima kali dalam sehari
2) Kegiatan ibadah : Selama dirawat di rumah sakit, pasien hanya bisa berdoa
kepada Allah agar diberi kesembuhan
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
1) Suhu Tubuh : 36 °C
2) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
3) Nadi : 87 x/menit
4) Pernafasan : 22 x/menit
5) Tinggi badan : 160 cm
6) Berat badan : 55 kg
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematology

16
Darah Lengkap 11.16 g/dl 12.0-16.0
Hemoglobin (HGB) 3.41 juta/ul 3.8-5.8
Eritrosit (RBC) 32.15 % 37.0-47.0
Hematokrit (HCT) 94.22 fL 79-99
MCV 32.72 pg 27.0-31.2
MCH 34.72 g/dl 33.0-37.0
MCHC 5.43 ribu/ul 4.0-11.0
Leukosit (WBC) 176 ribu/ul 150-450
Trombosit (PLT) 9.90 % 11.5-14.5
RDW-CV
Hitung Jenis Lekosit 0.000 % 0-1.7
Basophil 0.38 % 0.60-7.30
Eosinophil 88.33 % 39.3-73.7
Nitrofil Segmen 11.13 % 18.0-48.3
Limfosit 0.16 % 4.40-12.7
Monosit 7.94 Cutoff 0-3.13
NLR 604.69 Juta/L 0-1500
ALC AB -
Golongan darah 2’ Menit 1-3

Bleeding Time 8’ Menit 9-15

Clothing Time
Neurologi/Imunologi
Negatif - Negatif
Hepatitis
Non Reaktif - Non Reaktif
HbsAG Qualitative
Non Reaktif - Non Reaktif
Anti HIV
VDRL
Positif -
Test Kehamilan
Test Kehamilan

b. Pemeriksaan USG
Pada trismester pertama kehamilan, tepatya minggu ke 8 atau 9. Hasil USG dari Mola
Hidatidosa lengkap kemungkinan akan menunjukkan : Kista plasenta tebal mengisi
rongga rahim. Tidak ada embrio/janin, Tidak ada cairan amnion/ketuban.

17
9. Program Pengobatan

Infus Rl 20 tts/menit + 10 tts/menit


Injeksi - Ceftiaxone 1 gr/12 jam
- Ranitidine 1 amp/12jam
- Ketorolac 1 amp/8jam

Oral - Misoprostol 2x1

Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


1. Ds : Kehamilan Mola Hipovolemia
- Pasien mengatakan keluar darah Hidatidosa
pervagina
- Pasien mengatakan merasa lemah
Do :
- Perdarahan pervagina (+)
- Merasa lemah
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa mengering
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 22 x/menit
- Pols : 87x/menit
2. Ds : Perdarahan, Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri akibat post terputusnya jaringan
op kuret saraf
Do :

18
- Pasien tampak meringis
- Bersikap protektif
- TD : 130/80 mmHg
- Pols : 87x/menit
- Skala Nyeri : 5
3. Ds : Perdarahan Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengatakan merasa lemah
- Pasien mengeluh lelah
- Pasien mengatakan sebagian
aktivitasnya dibantu keluarga
Do :
- Pasien hanya duduk dan berbaring
ditempat tidur
- Lemah
- Lelah
- TD : 130/80 mmHg
- Pols : 87 x/menit
- RR : 22 x/menit

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia berhubungan dengan Kehamilan Mola Hidatidosa
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Perdarahan, terputusnya jaringan saraf
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Perdarahan

19
20
3. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
HARI KE-1

No Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


1. Hipovolemia berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Memeriksa tanda dan gejala S:
dengan Kehamilan Mola intervensi keperawatan selama hipovolemia - Pasien mengatakan keluar
Hidatidosa 3x24 jam maka Status Cairan 2. Memonitor intake ourput darah pervagina
Membaik dengan cairan - Pasien mengatakan merasa
Kriteria Hasil : 3. Menghitung kebutuhan lemah
- Turgor kulit meningkat cairan O:
- Perasaan lemah menurun 4. Memberikan asupan cairan - Perdarahan pervagina (+)
- Frekuensi nadi membaik oral - Merasa lemah

- Tekanan darah membaik 5. Menganjurkan - Turgor kulit menurun

- Membran mukosa membaik memperbanyak asupan cairan - Membran mukosa mengering


oral - TD : 130/80 mmHg
Intervensi :
6. Berkolaborasi pemberian - RR : 22 x/menit
1. Periksa tanda dan gejala
cairan IV isotonis (mis. - Pols : 87x/menit
hipovolemia
NaCl, RL) A : Masalah belum teratasi
2. Monitor intake ourput cairan
P : Intervensi dilanjutkan
3. Hitung kebutuhan cairan
1. Monitor intake ourput
4. Berikan asupan cairan oral
cairan
5. Anjurkan memperbanyak
2. Berikan asupan cairan
asupan cairan oral

21
6. Kolaborasi pemberian cairan oral
IV isotonis (mis. NaCl, RL) 3. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
4. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
5.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Perdarahan, terputusnya jaringan intervensi keperawatan selama 2. Memberikan teknik - Pasien mengatakan nyeri
saraf 3x24 jam maka Tingkat Nyeri nonfarmakologis untuk akibat post op kuret
Menurun dengan mengurangi rasa nyeri O:
Kriteria Hasil : 3. Memfasilitasi istirahat dan - Pasien tampak meringis
- Keluhan nyeri menurun tidur - Bersikap protektif
- Meringis menurun 4. Menjelaskan strategi - TD : 130/80 mmHg
- Sikap protektif menurun meredakan nyeri - Pols : 87x/menit
- Frekuensi nadi membaik 5. Menganjurkan memonitor - Skala Nyeri : 4
- Tekanan darah membaik nyeri secara mandiri
A : Masalah belum teratasi
6. Mengajarkan teknik
Intervensi : P : Intervensi dilanjutkan
nonfarmakologis untuk
1. Identifikasi skala nyeri 1. Identifikasi skala nyeri
mengurangi rasa nyeri
2. Berikan teknik 2. Berikan teknik
7. Berkolaborasi pemberian
nonfarmakologis untuk nonfarmakologis untuk

22
mengurangi rasa nyeri analgetik mengurangi rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Kolaborasi pemberian
4. Jelaskan strategi meredakan analgetik
nyeri
5. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
6. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
3. Intoleransi Aktivitas Tujuan : 1. Mengidentifikasi gangguan S:
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi fungsi tubuh yang - Pasien mengatakan merasa
Perdarahan keperawatan selama 3x24 jam mengakibatkan kelelahan lemah
maka Toleransi aktivitas 2. Melakukan latihan rentang - Pasien mengeluh lelah
membaik dengan gerak pasif atau pasif - Pasien mengatakan sebagian
Kriteria Hasil : 3. Memberikan aktivitas aktivitasnya dibantu keluarga
- Frekuensi nadi meningkat distraksi yang O:
- Keluhan lelah menurun menenangkan - Pasien hanya duduk dan
- Tekanan darah membaik 4. Menganjurkan tirah baring berbaring ditempat tidur
- Frekuensi nafas membaik 5. Mengajarkan strategi - Lemah
koping untuk mengurangi

23
Intervensi kelelahan - Lelah
1. Identifikasi gangguan fungsi 6. Berkolaborasi dengan ahli - TD : 130/80 mmHg
tubuh yang mengakibatkan gizi tentang cara - Pols : 87 x/menit
kelelahan meningatkan asupan - RR : 22 x/menit
2. Lakukan latihan rentang A : Masalah belum teratasi
gerak pasif atau pasif P : Intervensi dilanjutkan
3. Berikan aktivitas distraksi 1. Lakukan latihan rentang
yang menenangkan gerak pasif atau pasif
4. Anjurkan tirah baring 2. Berikan aktivitas
5. Ajarkan strategi koping untuk distraksi yang
mengurangi kelelahan menenangkan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Kolaborasi dengan ahli
tentang cara meningatkan gizi tentang cara
asupan meningatkan asupan

HARI KE-2

No Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


1. Hipovolemia berhubungan 1. Memonitor intake ourput S:
dengan Kehamilan Mola cairan - Pasien mengatakan keluar
Hidatidosa 2. Memberikan asupan cairan darah dari vagina sedikit

24
oral berkurang
3. Menganjurkan - Pasien mengatakan lemah
memperbanyak asupan sedikit berkurang
cairan oral O:
4. Berkolaborasi pemberian - Perdarahan pervagina (+)
cairan IV isotonis (mis. - Lemah sedikit berkurang
NaCl, RL) - Turgor kulit sedikit
membaik
- Membran mukosa mulai
lembab
- TD : 120/60 mmHg
- RR : 18 x/menit
- Pols : 65 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor intake ourput
cairan
2. Memberikan asupan
cairan oral
2. Nyeri Akut berhubungan dengan 1. Mengidentifikasi skala S :
Perdarahan, terputusnya jaringan nyeri - Pasien mengatakan nyeri

25
saraf 2. Memberikan teknik sedikit berkurang
nonfarmakologis untuk O :
mengurangi rasa nyeri - Pasien tampak meringis
3. Berkolaborasi pemberian - Bersikap protektif
analgetik - TD : 120/60 mmHg
- Pols : 65x/menit
- Skala Nyeri : 2
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi skala nyeri
2. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Intoleransi Aktivitas 1. Melakukan latihan rentang S:
berhubungan dengan gerak pasif atau pasif - Pasien mengatakan lemah
Perdarahan 2. Memberikan aktivitas sedikit berkurang
distraksi yang - Lelah sedikit menurun
menenangkan - Pasien mengatakan sebagian
3. Berkolaborasi dengan ahli aktivitasnya masih dibantu
gizi tentang cara keluarga
meningatkan asupan O:

26
- Pasien hanya duduk dan
berbaring ditempat tidur
- Lemah sedikit berkurang
- Lelah sedikit menurun
- TD : 120/60 mmHg
- Pols : 65 x/menit
- RR : 18 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Lakukan latihan rentang
gerak pasif atau pasif
2. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan

HARI KE-3

No Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


1. Hipovolemia berhubungan 1. Memonitor intake ourput S:
dengan Kehamilan Mola cairan - Pasien mengatakan keluar
Hidatidosa 2. Memberikan asupan darah dari vagina berkurang
cairan oral - Pasien mengatakan lemah

27
berkurang
O:
- Perdarahan pervagina
berkurang
- Lemah berkurang
- Turgor kulit membaik
- Membran mukosa membaik
- TD : 120/80 mmHg
- RR : 18 x/menit
- Pols : 60 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien
pulang
2. Nyeri Akut berhubungan dengan 4. Mengidentifikasi skala S :
Perdarahan, terputusnya jaringan nyeri - Pasien mengatakan nyeri
saraf 5. Memberikan teknik berkurang
nonfarmakologis untuk O :
mengurangi rasa nyeri - Pasien tampak tidak meringis
6. Berkolaborasi pemberian - Sikap protektif menurun
analgetik - TD : 120/80 mmHg
- Pols : 60x/menit

28
- Skala Nyeri : 1
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien
pulang
3. Intoleransi Aktivitas 4. Melakukan latihan rentang S:
berhubungan dengan gerak pasif atau pasif - Pasien mengatakan lemah
Perdarahan 5. Memberikan aktivitas berkurang
distraksi yang - Lelah menurun
menenangkan - Pasien mengatakan
6. Berkolaborasi dengan ahli aktivitasnya sudah bisa
gizi tentang cara dilakukan sendiri
meningatkan asupan O:
- Lemah berkurang
- Lelah menurun
- TD : 120/80 mmHg
- Pols : 60 x/menit
- RR : 18 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien
pulang

29
BAB 1V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan pada Ny. N dengan Riwayat penyakit Mola
Hidatidosa menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mencangkup pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi, maka penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pengkajian telah dilakukan pada Ny. N
Pasien menderita penyakit hipertensi sejak 2 bulan yang lalu, sejak mengalami Mola
Hidatidosa pasien telah mengonsumsi obat sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter.
b. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. N dengan Mola Hidatidosa disesuaikan
dengan teori dan kondisi pasien pada saat itu berjumlah 3 diagnosa keperawatan yaitu
1) Hipovolemia berhubungan dengan Perdarahan pervagina
2) Nyeri Akut berhubungan dengan Perdarahan, terputusnya jaringan saraf
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik
c. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Mola hidatidosa dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.
d. Hasil evaluasi SOAP yang dilakukan selama tiga hari pasien dinyatakan
sembuh.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, S. W. (2019). Asuhan Keperawatan Kasus Kompleks Maternal & Neonatal.


Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Arantika, H. d. (2017). Patologi Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Gloria M. Bulechek, H. K. (2016). Nursing Interventions Classification Indonesia: CV

Mocomedia.

Hadijanto. (2014), Perdarahan Pada Kehamilan Muda dalam Ilmu kebidanan. Jakarta: PT.

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Husin, F. (2014). Asuhan kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto. NANDA. (2015).

Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifiksi. Jakarta: EGC.

Nugroho, J. d. (2010). Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik

(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNL. (2018). Stemdar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNL.

Ratnawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

RI, K. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Ryacudu, R. M. (2019). Dokumentasi Ruang Kebidanan. Lampung: (Tidak dipublikasikan).

Setiadi. (2012), Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Sue Moorhead, M. J. (2013). Nursing Outcomes Classification. Indonesia: CV Mocomedia.

31

Anda mungkin juga menyukai