Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MOLA HIDATIDOSA

Dosen Pengampu :
Ns. Marini Agustin, S.Kep, M.Kep, M.Pd

Disusun oleh :
AJI PERMANA
Nim : 2720210001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari- Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar
kita nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada saya semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah keperawatan kesehata
reproduksi yang berjudul “Mola Hidatidosa” saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ns. Marini Agustin,
S.Kep, M.Kep, M.Pd yang telah membimbing saya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat saya perbaiki. Karena saya sadar, makalah
yang saya buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Jakarta, 13 Februari 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Selain
kehamilan normal, di dalam rahim juga dapat berkembang suatu kehamilan abnormal. Salah satu bentuk
kehamilan abnormal adalah penyakit trofoblas gestasional. Penyakit trofoblas gestasional (PTG) merupakan
spektrum proliferasi seluler yang berkembang dari trofoblas vili plasenta. Klasifikasi PTG meliputi mola
hidatidosa dan neoplasia trofoblastik gestasional dengan 4 bentuk klinikopatologi utama, di antaranya mola
hidatidosa (komplit dan parsial), mola invasif, koriokarsinoma, dan tumor trofoblas plasenta (PSTT). Mola
hidatidosa, lebih umum dikenal dengan sebutan hamil anggur, adalah kehamilan yang ditandai dengan
perkembangan trofoblas yang tidak wajar. Pada mola hidatidosa, struktur yang dibentuk trofoblas yaitu vili
korialis berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur. Berdasarkan perbedaan genetik dan patologi, mola
hidatidosa bisa dibagi menjadi dua subtype yaitu, mola hidatidosa komplit dan parsial. Dibandingkan dengan
penyakit trofoblas gestasional lainnya, mola hidatidosa merupakan tipe yang paling umum terjadi.
Mola hidatidosa merupakan kasus yang jarang, namun jika tidak dideteksi dan ditangani segera maka
akan berkembang menjadi keganasan sel trofoblas yaitu pada 15-20% wanita dengan mola hidatidosa komplet
dan 2-3% pada mola parsial. Mola hidatidosa dinyatakan ganas jika terjadi metastasis dan invasi merusak
miometrium, misalnya pada mola invasif. Jika hal tersebut dilanjutkan kemungkinan akan menjadi salah satu
penyebab angka kematian ibu di Indonesia semakin meningkat.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari mola hidatidosa
2. Untuk mengetahui etiologi, patofisiologi, komplikasi dari mola hidatidosa
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari mola hidatidosa
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
1.1 Pengertian
Mola Hidatidosa merupakan penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan Trofoblas plasenta atau
calon plasenta dan disertai dengan degenarasi kristik villi dan perubahan hidopik. Mola hidatidosa yang
dikenal awam sebagai hamil anggur merupakan kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi
sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran
(villi) yang mirip gerombolan buah anggur (Munawarah dan Widiyono 2019).
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang tidak wajar, yang sebagian atau seluruh vili korialisnya
mengalami degenerasi hidroponik berupa gelembung yang menyerupai anggur (Tarigan 2020). Mola
Hidatidosa merupakan salah satu Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) yang ditampilkan sebagai mola
hidatidosa. Penyakit ini didiagnosis secara klinis berupa tumor akibat proliferasi abnormal jaringan
trofoblas. (Andriana dan Islamy 2020).
1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya Mola Hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan ini adalah: (Zulhij, Parewasi, dan Sabir 2020)
a. Faktor Ovum, yang memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
b. Imunoselektif dari trofoblas
c. Kehamilan usia lanjut (>35 tahun) atau terlalu muda (<20 tahun)
d. Paritas tinggi
e. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
f. Faktor infeksi
g. Sosial ekonomi rendah yang mempengaruhi hygiene, nutrisi dan pendidikan
h. Malnutrisi terutama apabila kekurangan protein.
1.3 Patofisiologi
Mola Hidatidosa disebabkan oleh ovum yang sudah atropi, faktor sosial ekonomi yang rendah (kurang
gizi), infeksi virus, parietas yang tinggi, imunoselektif dari trafoblas. Ada beberapa teori yang diajukan
untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast mati pada kehamilan 3– 5 minggu karena itu
terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi yang akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung dan pendarahan secara terus menerus.
Fase awal sebelum melakukan tindakan curetage yaitu pre curetage klien akan merasa cemas, kehilangan
banyak cairan dan didapatkan masalah : Ansietas dan Hipovolemia (kehilangan cairan aktif). Saat tindakan
curetage klien akan mengalami perlukaan jalan lahir yang menimbulkan masalah : Nyeri Akut dan Resiko
Infeksi(Sihombing, 2018).
1.4 Tanda dan gejala
Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa, mual,
muntah, pusing, terdapat tanda toksemia gravidarum, adanya perdarahan dalam jumlah sedikit-banyak
pada trimester I atau awal trimester II dengan tanda khas berwarna kecoklatan, keluar jaringan mola seperti
buah anggur atau mata ikan (Zulhij, Parewasi, dan Sabir 2020).
Keluhan perdarahan ini yang menyebabkan klien datang mencari pertolongan ke rumah sakit. Sifat
perdarahan dapat terjadi intermiten, sedikit-sedikit maupun sekaligus banyak sehingga dapat menyebabkan
terjadinya anemia, syok ataupun kematian (Dewi, 2018).
1.5 Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan pemeriksaan USG, dimana akan terlihat gambaran yang
khas berupa badai salju (snow storm pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb). Selain
USG, bisa juga dilakukan pemeriksaan β-hCG untuk diagnosis maupun untuk pemantauan pada penderita
penyakit trofoblas. β-hCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah hormone glikoprotein yang dihasilkan
oleh plasenta yang memiliki aktivitas biologis mirip LH.Pada kasus mola hidatidosa biasanya didapatkan
β-hCG jauh lebih tinggi dari pada kehamilan biasa. Sedangkan pada pemeriksaan histologis akan tampak
adanya beberapa villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, dan ditempat lain
masih tampak villi yang normal. Secara sitogenetik mola hidatidosa dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu mola hidatidosa parsial dan mola hidatidosa parsial atau komplit. Secara sitogenetik mola hidatidosa
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu mola hidatidosa parsial dan mola hidatidosa parsial atau komplit
(Zulhij, Parewasi, dan Sabir 2020).
1.6 Penatalaksanaan
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat
terbatas,dapat dilakukan evaluasi klinik dengan fokus pada :
1) Riwayat haid terakhir dan kehamilan
2) Perdarahan tidak teratur atau spotting
3) Pembesaran abnormal uterus
4) Pelunakan serviks dan korpus uteri
5) Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
6) Pastikan tidak ada janin atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat.
7) Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
8) Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
1.7 Komplikasi
Mola hidatidosa harus segera ditangani. Jika tidak, kondisi ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi,
seperti:
- Gestational Thropoblastic Neoplasia (GTN) persistent. Kondisi ini terjadi akibat adanya jaringan
moral yang masih bertahan dan terus bertumbuh setelah prosedur pengangkatan. Komplikasi ini
biasanya terjadi pada sekitar 15-20% pengidap mola hidatidosa lengkap dan 5% dari pengidap
mola hidatidosa parsial.
- Choriocarcinoma. Merupakan GTN yang sudah berkembang menjadi kanker dan lebih sering
terjadi pada pengidap mola hidatidosa lengkap
1.8 Pathway
MOLA HIDATIDOSA
Ovum yang sudah atropi,sosial ekonomi yang rendah (kekurangan gizi) Infeksi virus,
Parietas yang tinggi,imunoselektif dari trofoblas

Hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur 3-5 minggu

Pembuluh darah villi tidak berfungsi

Penimbunan cairan didalam jaringan chorialis

Pendarahan yang terus menerus

Precuretage Curetage

Psikologis Kehilangan cairan Fisik


Darah banyak
Merasa cemas
Kekurangan volume cairan Perlukan jalan nafas
Ansietas
Nyeri akut Resiko infeksi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI SESUAI
KASUS MOLA HIDATIDOSA

1. PENGKAJIAN
1. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi: Nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, la- manya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan Utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengka-
jian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat Pembedahan.
2) Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pem- bedahan, kapan, oleh siapa
dan dimana tindakan tersebut berlangsung.
3) Riwayat penyakit yang pernah dialami.
4) Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram therese namun dapat diiden-tifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
4. Riwayat Kesehatan Reproduksi
a. Riwayat menstruasi
Kaji tentang Menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat da- rah, bau, warna dan adanya
dismenorrhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
c. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang
menyertainya.
5. Riwayat Pemakaian Obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
6. Pola Kebiasaan Sehari-Hari menurut Virginia Henderson
a. Respirasi
Frekuensi pernafasan meningkat.
b. Nutrisi
Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena mual dan muntah yang
berlebihan, tidak ada nafsu makan, ma- sukan protein kalori kurang.
c. Eliminasi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam BAK, kadang pada saat BAK disertai pengeluaran
darah atau gelembung mola.
d. Gerak dan keseimbangan tubuh Pada klien dengan molahidatidosa gerak/aktivitasnya terganggu karena
kebiasaan sehari-hari tidak dapat dilakukan/tidak terpenuhi dengan baik.
e. Istirahat/tidur
Klien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena nyeri epigasterium yang
dirasakan.
f. Kebutuhan personal hygiene
g. Aktivitas
Pada klien mola hidatidosa biasanya aktivitasnya terganggu karena ke- biasaan sehari-hari tidak dapat
dilakukan/tidak dapat terpenuhi dengan baik.
h. Kebutuhan berpakaian Klien dengan mola hidatidosa tidak mengalami gangguan dalam me menuhi
kebutuhan berpakaian tersebut.
i. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi Klien dengan mola hidatidosa biasanya mengalami
gangguan dalam hal temperatur tubuh berupa peningkatan suhu tubuh dan sirkulasi berupa peningkatan
tekanan darah.
j. Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman dan terlindungi oleh
keluarganya. Klien mampu menghindari ba- haya dari lingkungan.
k. Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,
kekhawatiran dan opini.
l. Kebutuhan spiritual
Pada kebutuhan spiritual ini, tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran agamanya ataukah
terhambat karena keadaan yang sedang di- alami.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien molahidatidosa biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan bermain dan rekreasi karena dalam
kondisi yang lemah.
n. Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada
perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia
7. Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, metode yang digunakan adalah peme- riksaan Head To Toe.
Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien de- ngan Abortus meliputi:
a. Keadaan umum
Klien dengan molahidatidosa biasanya keadaan umumnya lemah.
b. Tanda-tanda vital:
1) Tekanan darah: Meningkat lebih dari 120/70 mmHg.
2) nadi: Mungkin menurun.
3) Suhu: Meningkat.
4) Respirasi: Meningkat >20 x/menit.
c. Kepala:
1) Inspeksi: Bersih atau tidaknya, ada atau tidak lesi.
2) Palpasi: Ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, masa.
d. Wajah
Inspeksi: Tampak pucat, ada atau tidak oedema.
e. Mata
Inspeksi: Konjungtiva tampak pucat (karena adanya perdarahan).
f. Hidung
Inspeksi: Simestris atau tidak, ada tidaknya polip
g. Telinga
Inspeksi: Ada tidaknya peradangan dan lesi.
h. Mulut
Inspeksi: Periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi, ada tidaknya karies gigi.
i. Leher
1) Inspeksi: Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe. (Pemeriksaan dari arah depan klien)
2) Palpasi: Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe. (Pemeriksaan dari arah belakang
klien).
j. Payudara
1) Inspeksi: Ukuran payudara, simetrisitas, dan penampilan kulit. Inspeksi puting terhadap ukuran,
bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan.
2) Palpasi: Palpasi payudara untuk mengetahui kensistensi dan nyeri tekan
k. Thorax
1) Inspeksi: Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernafasan, ada tidaknya retraksi dinding dada.
2) Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vokal premitus.
3) Perkusi: Kenormalan organ intra thorax. 4) Auskultasi: Ada tidaknya suara nafas tambahan.
l. Abdomen
1) Inspeksi: Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan per- vaginam, terlihat jaringan
parut pada perut, ada tidaknya jaringan ha- sil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
2) Auskultasi: Bising usus normal.
3) Palpasi: Pembesaran abdomen lebih besar dari usia kehamilan (TFU tidak sesuai dengan usia
kehamilan).
4) Perkusi: Suara normal timfani, untuk mengetahui suara normalnya bila masih ada sisa hasil
konsepsi yang belum dikeluarkan maka suara akan berubah menjadi lebih pekat.
m. Genetalia
Inspeksi: Kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, kondisi vulva lembab.
n. Ekstremitas Atas
1) Inspeksi: Ada tidaknya infus yang terpasang.
2) Palpasi: CRT (Capilary Refile Time) memanjang bila perdarahan.
o. Ekstrimitas bawah
1) Inspeksi: Ada tidaknya deformitas.
2) Palpasi: Akral (perdarahan biasanya disertai dengan akral dingin).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi,iskemia,neoplasma) ditandai
dengan nyeri perut dibagian bawah
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien mengeluh tidak mampu melakukan
aktivitas yang biasa dilakukan, periode waktu tidur yang meningkat, tampak berbaring ditepat tidur.
3) Hivopolemia berhubungan dengan mual muntah berlebihan ditandai dengan pengeluaran darah pervaginan
disertai gelembung mola.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder
5) Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurang terpapar Informasi
NO Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri (1.08238)
pencedera fisiologis Keperawatan selama 1x24 jam Tindakan :
(mis.inflamasi,iskemi diharapkan tingkat nyeri Observasi :
a,neoplasma) d.d menurun (L.08066) Dengan - Identifikasi
nyeri perut dibagian kriteria hasil : lokasi,karakteristik,durasi,frekue
bawah - Keluhan nyeri menurun 5 nsi, kualitas intensitas nyeri
(D.0077) - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun 5
- Gelisah menurun 5 - Identifikasi factor yang
- Kesulitan tidur menurun 5 memperberat dan memperingan
- Mual menurun 5 nyeri
- Muntah menurun 5 Terapeutik :
- Berikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.Kompres air hangat/dingin)
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan anlgetik
secara tepat
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurasi rasa nyeri
Kolabosi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam, Tindakan :
kelemahan ditandai diharapkan Intoleransi aktivitas Observasi :
dengan klien meningkat (L.05047) Terapeutik :
mengeluh tidak Dengan kriteria hasil : Edukasi :
mampu melakukan - Kemudahan melakukan - Identifikasi gangguan fungsi
aktivitas yang biasa
aktivitas sehari hari meningkat 5 tubuh yang mengakibatkan
dilakukan, periode
- Kecepatan berjalan meningkat kelelahan
waktu tidur yang
meningkat, tampak 5 - Monitor kelelahan fisikn dan
berbaring ditepat - Jarak berjalan meningkat 5 emosional
tidur. - Kekuatan tubuh bagian atas - Monitor pola dan jam tidur
meningkat 5 - Monitor lokasi dan
- Kekuatan tubuh bagian bawah ketidaknyamanan selama
meningkat 5 melakukan aktivitas
- Toleransi menaiki tangga Terapeutik
meningkat 5 - Sediakan lingkungan nyaman dan
- Perasaan lemah menurun 5 rendah stimulus (mis.cahaya,
- Frekuensi nadi membaik 5 suara, kunjungan )
- Tekanan darah membaik 5 - Lakukan rentang gerak pasif
dan/aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktrivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
3 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (1.03116)
kekurangan intake keperawatan 1x24 jam, Tindakan :
cairan d.d pasien diharapkan status cairan Observasi :
mual dan muntah
membaik (L.03028) - Periksa tanda dan gejala
Dengan kriteria hasil : hipovolemia (mis.prekuensi nadi
- Kekuatan nadi Meningkat 5 meningkat, nadi teraba lemah,
- Perasaan lemah menurun 5 tekanan darah menurun, lemah)
- Frekuensi nadi membaik 5 - Monitor intake dan output cairan
- Tekanan darah membaik 5 Terapeutik
- Tekanan nadi membaik 5 - Hitung kebutuhan cairan
- Intake cairan membaik 5 - Berikan posisi modified
- Status mental membaik 5 Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan lV
isotonis (mis. NaCl.RL)
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi (I.14539)
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, Tindakan :
tidak adekuatan Diharapakan tingkat infeksi Observasi :
pertahanan tubuh menurun ( L.13137) - Momitor tanda dan gejala
sekunder Dengan kriteria hasil : infeksi lokal dan sistemik
- Kebersihan tangan Terapeutik
meningkat 5 - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan 5 - Cuci tangan sebelum dan
- Demam menurun 5 sesudah kontak dengan pasien
- Nyeri menurun 5 dan lingkungan pasien
- Nafsu makan membaik 5 - Pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gelaja
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
5 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan (I.12383)
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, Tindakan :
Kurang terpapar Diharapakan Tingkat informasi Observasi :
informasi Meningkat ( L.12111) - Identifikasi kesiapan dan
Dengan kriteria hasil : kemampuan menerima
- Perilaku sesuai anjuran informasi
meningkat 5 - Identifikasi faktor-faktor yang
- Verbalisasi minat dalam dapat meningkatkan dan
belajar meningkat 5 menurunkan motivasi
- Perilaku sesuai dengan perilaku hidup bersih dan
pengetahuan meningkat sehat
5 Terapeutik
- Pertanyaan tentang - Sediakan materi dan media
masalah yang dihadapi pendidikan kesehatan
menurun 5 - Berikan kesempatran untuk
- Persepsi yang keliru bertanya
terhadap masalah Edukasi :
menurun 5 - Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan prilaku hidup bersih
bdan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
prilaku hidup bersih dan sehat
3. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencanayang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif.Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien.

4. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana
kegiatan klien secara optimaldan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian
keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
perawatan yang dilakukan dalammemenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa :
masalah teratasi dan masalah teratasisebagian.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kehamilan mola hidatidosa dapat menyebabkan tirotoksikosis karena hormon hCG memiliki
struktur yang mirip dengan TSH. Hormon hCG berikatan dengan reseptor TSH yang menyebabkan
pelepasan hormon tiroid yang berlebihan. Tirotoksikosis pada kehamilan mola kadang-kadang
menunjukkan gejala yang tidak jelas karena durasi singkat peningkatan kadar hormon. Oleh karena itu,
harus dilakukan pemeriksaan pada status hormon tiroid pasien sebelum evakuasi mola. Kadar hormon
tiroid yang normal harus dicapai segera sebelum evakuasi mola untuk mencegah efek badai tiroid yang
merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Seorang dokter harus mewaspadai kemungkinan
hipertiroidisme jika terjadinya bersamaan kehamilan mola. Abnormalitas tiroid biasanya hilang dengan
evakuasi mola hidatidosa dan jarang memerlukan pengobatan dengan obat antitiroid. Pada pasien ini,
hanya dilakukan evakuasi kuretasi untuk mendapatkan kembali euthyroidism serta diberikan obat
antitiroid.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ejournal.pancabhakti.ac.id/index.php/jkpbl/article/view/28/24
https://ojs.iikpelamonia.ac.id/index.php/delima/article/view/54
https://www.jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/JIKI/article/view/373
Mola Hidatidosa | Octiara | Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (unila.ac.id)

KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG | Kusuma | DIPONEGORO


MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) (undip.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai