oleh
Kelompok 04
Berta Katrina R 162310101058
Dhita Rizky A 162310101068
Fajar Nur Aufar 162310101091
oleh
Fajar Nur Aufar
NIM 162310101091
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan dengan
Hiperbilirubin.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas
Mata Kuliah Keperawatan Anak. Untuk itu saya menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi peyusunan, kalimat, maupun tata letak bahasanya. Oleh
karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca maupun penulis.
Penyusun
BAB 1. STUDI KASUS
2.1. Definisi
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering
ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia suatu kondisi dimana
berlebihnya kadar bilirubin dalam darah yaitu lebih dari 10 mg % pada minggu
pertama sehingga mengakibatkan jaundice (kekuningan). Pada klien dengan
kondisi hiperbilirubinemia ini akan nampak kekuningan pada kulit, mukosa,
sklera, urin dan jaringan lainnya. Dan pada derajat tertentu, Bilirubin akan dapat
bersifat toksik dan dapat merusak jaringan tubuh. Dan biasanya toksisitas ini
ditemukan pada bilirubin indirek yang sifatnya sukar larut dalam air namun
mudah larut dalam lemak. Dan Sifat itulah yang memungkinkan terjadinya efek
patologik pada sel otak yang disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.
Keadaan dengan hiperbilirubinemia ini mempunyai potensi meningkatkan kern
interus yaitu keadaan dimana kerusakan otak akibat perlengkatan kadar bilirubin
pada otak. (Sembiring, 2017).
Hiperbilirubinemia juga merupakan masalah umum yang sering dijumpai
bayi baru lahir. Secara fisiologis kadar bilirubin akan meningkat setelah lahir, lalu
menetap dan selanjutnya menurun setelah usia 7 hari.
Menurut (Rohsiswatmo dan Amandito, 2018) dan (Klous dan Fanaraft, 1998)
Jenis Bilirubin ada 2 yaitu Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek
(bilirubin bebas) yang merupakan bilirubin tidak larut dalam air, komponen bebas
dalam lemak dan bersifat toksik sedangkan Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin
direk (bilirubin terikat) bilirubin larut dalam air dan tidak toksik untuk otak. Nilai
normall dari bilirubin indirek yaitu 0,3-1,1 mg/dL dan bilirubin direk yaitu 0,1-0,4
mg/dL.
2.2 Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin dapat terjadi karena beberapa kondisi. Kondisi
yang sering ditemukan yaitu adanya penambahan beban bilirubin pada sel hepar
yang berlebihan. Hal itu terjadi karena adanya peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia dan gangguan pemecahan bilirubin plasma. Peningkatan kadar
bilirubin utbuh terjadi apabila kadar protein Y dan Z atau pada bayi hipoksia,
asidosis. Kondisi lain yang dapat meningkatkan bilirubin yaitu adanya gangguan
konjugasi hepar dan mengalami gangguan ekskresi karena adanya sumbatan pada
saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin dapat bersifat toksik dan mengakibatkan
kerusakan jaringan tubuh. Adanya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin
dapat menembus darah otak dan itu disebut dengan Kernikekterus. (Trionika,
2009) Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah sawar darah otak tidak
hanya bergantung pada kondisi neonatus namun juga pada kondisi berat badan
lahir rendah (BBLR), hipoksia dan hipoglikemia (Markum et al, 1991).
Kulit
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Dalam mengkaji Identitas klien biasanya meliputi nama, BB, usia, jenis
kelamin, alamat, agama, pendidikan, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, nomor registrasi (NO RM), tanggal masuk rumah sakit (MRS),
dan diagnosa medis dan lain sebagainya.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien datang kerumah sakit yaitu
Bayi terlihat kekuningan pada wajah, dada dan sklera serta mukosa
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian pada pasien hiperbilirubinemia meenurut (Prawirohardjo &
Suwono, 2005).
a. Warna urin gelap
b. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa
c. Kekuningan / jaundice yang tampak pada 24 jam pertama
d. Jaundice yang tampak apa hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada
hari ke 3-4 dan menurun pada hari ke 5-7
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi, usia kehamilan dan obat-obatan.
Mencakup kesehatan anak sebelum lahir, saat lahir, dan keadaan sesudah
lahir.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji riwayat penyakit pada keluarga, baik itu penyakit yang di alami
saat ini atau yang sudah berlalu. Keluarga mempunyai riwayat anemia,
batu empedu, splenektomi, penyakit hati, saudara yang lebih tua biasanya
mengalami icterus neonates (Williams & Wilkins, 2009:369). Menurut
Rohsiswatmo (2013), ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan
anak yang mengalami neonatal ikterus yang dini kemungkinan adanya
erytrolastosisfetalis (Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah), ada
saudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau icterus,
kemungkinan suspec spherochytosis herediter kelainan enzim darah
merah, minum air susu ibu (ikterus kemungkinan kaena pengaruh
pregnanediol).
7. Riwayat kehamilan
Adanya penyakit saat maternal yang dicuragi karena virus atau infeksi
lainnya, adanya konsumsi obat, penjempitan tali pusat lambat, trauma lahir
dengan memar (Williams & Wilkins, 2009:369).
8. ADL (Activity Daily Life)
Pada umumnya bayi malas minum (reflex menghisap dan menelan
lemah), sehingga berat badan bayi cenderung mengalami penurunan.
Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum (reflex menghisap dan
menelan lemah), sehingga berat badan bayi cenderung mengalami
penurunan.
Hygiene Perseorangan
Kebutuhan mandi, BAB, BAK bayi dibantu oleh keluarga
terutama oleh ibu.
Aktivitas dan Istirahat
Bayi biasanya mengalami penurunan aktivitas, letargi,
hipototonus, mudah terusik, bayi tampak cengeng dan mudah
terbangun.
Eliminasi
Biasanya bayi mengalami perubahan warna urine menjadi lebih
gelap pekat, hitam kecoklatan, konsistensi feses encer, berwarna
pucat.
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Terkait dengan keadaan klien secara umum, pada pasien dengan
hiperilirubinemia ini akan tampak kekuningan terutama pada
bagian kulit, mukosa, sklera, wajah, urin dan jaringan lainnya
b. Tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan Head to toe (Dari kepala-ekstremitas bawah)
d. Pemeriksaan fisik lainnya
B2 (Blood)
Pucat menandakan anemia, hipoglikemia yaitu kadar
hemoglobin dalam darah yang dibawah angka normal.
B3 (Brain)
Kadar bilirubin yang terus meningkat dapat meracuni otak,
sehingga terjadi kerusakan saraf yang dapat menyebabkan
cacat seperti tuli, pertumbuhan terlambat, dan kelumpuhan
otak besar.
B4 (Bladder)
Pada umumnya bayi malas minum (reflex menghisap dan
menelan lemah), sehingga berat badan bayi cenderung
mengalami penurunan, efek fototerapi dapat meningkatkan
IWL, warna urine mengalami perubahan yaitu menjadi lebih
gelap pekat, hitam kecoklatan.
B5 (Bowel)
Pada umumnya bayi malas minum (reflex menghisap dan
menelan lemah), sehingga berat badan bayi cenderung
mengalami penurunan. Palpasi abdomen dapat menunjukkan
pembesaran limpa dan hepar. Konsistensi feses encer,
berwarna pucat.
B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot (hipotomia), tremor,dan konfulsio
(kejang perut), kehilangan reflek moro.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Bilirubin Serum
Direk : > 1 mg/dL
Indirek: > 10 mg % (BBLR), 12,5 mg % (cukup bulan)
Total : > 12 mg/dL
Golongan darah ibu dan bayi
Uji COOMBS, Inkompabilitas ABO-Rh, Fungsi hati dan test
tiroid sesuai indikasi, Uji serologi terhadap TORCH, Hitung
IDL dan urine (mikroskopis dan biakan urine) indikasi infeksi
4.1. Kesimpulan
Hiperbilirubin merupakan suatu keadaan yang menujukkan dimana kadar
bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai
ikterus atau jaundice kekuningan pada kulit, sklera, mukosa dan organ lainnya.
Dimana keadaan ini mempunyai potensi mengakibatkan kern interterus atau
keadaan kerusakan pada otak akibat adanya perlengketan kadar bilirubin pada
otak. Hiperbilirubin berkaitan dengan riwayat kehamilan ibu dan prematuritas,
asupan ASI pada bayi yang dapat mempengaruhi kadar bilirubin dalam darah.
Dan untuk penatalaksaan dan pemeriksaan yang dapat dilakukan ketika
mengalami penyakit ini sangat bervariasi. Penyakit ini harus segera ditangani dan
segera diberikan perawatan sebagaimana mestinya.
Jenis Bilirubin ada 2 yaitu Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek
(bilirubin bebas) yang merupakan bilirubin tidak larut dalam air, komponen bebas
dalam lemak dan bersifat toksik sedangkan Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin
direk (bilirubin terikat) bilirubin larut dalam air dan tidak toksik untuk otak. Nilai
normall dari bilirubin indirek yaitu 0,3-1,1 mg/dL dan bilirubin direk yaitu 0,1-0,4
mg/dL.
4.2. Saran
Penyakit pada neonatus harus diperhatikan dengan benar, terutama kepada
orang tua yang selalu dekat dengan bayi. Apabila melihat kondisi yang tidak
normal pada bayi, harus segera dibawa kerumah sakit untuk segera diberikan
perawatan agar segera pulih dan bebas dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Sembiring, J. Br. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah.
Deepublish : Yogyakarta Ed. 1. 487 Halaman.
Imron, R dan Metti, D. 2015. .Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan
Kejadian Hiperbilirubinemia Pada Bayi Di ruang Perinatologi.
Jurnal Keperawatan. Volume XI. No. 1
Markum, AH., Ismail Ss., Alatas H, Akib HJ., Firmansyah A dan Sastroasmoro.
S. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. FKUI : Jakarta
ANALISA JURNAL