Anda di halaman 1dari 9

A.

Konsep Medis

I. Definisi

Kuretase merupakan upaya untuk menyembuhkan rahim dari suatu


gangguan tertentu atau untuk pemeriksaan terhadap lapisan dalam rahim.
Kuretase adalah tindakan mengerok jaringan di lapisan dalam rahim.Kuretase
adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan
besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan
misalnya perforasi.
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009).
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi
hasilkonsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari
vilikoriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak
danberkembang menjadi lebih cepat dari usia gestasi yang normal,
tidakdijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan
sepertirangkaian buah anggur (Saifuddin, 2009).
Mola hidatidosa adalah plasenta vili orialis yang berkembang
tidaksempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili
vesikulersehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas trofoblas
profileratif tidaknormal. Mola hidatidosa terdiri dari mola hidatidosa komplit
dan molahidatidosa parsial, perbedaan antara keduanya adalah
berdasarkanmorfologi, gambaran klinik patologi, dan sitogenik (Anwar,
2011).Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur adalah
suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel
teluryang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupakan suatu
hasilpembuahan yang gagal. Jadi dalam proses kehamilannya mengalami
halyang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil pembuahan
selsperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-
gelembung semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan
GMtitrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada
ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan
kehamilanyang kosong tanpa janin dan tampak gambaran seperti badai salju
dalambahasa medis disebut “snow storm” (Sukarni, 2014)

II. Etiologi

1. Abortus inkomplit
a. Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu atau dengn berat
janin kurang dari 500 gr, dengan masih ada sisa jaringan tertinggal
dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka
dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka,
sebagian jaringan keluar.
b. Tindakan kuretase harus dilaksanakan dengan hati-hati sesuai
dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus.
Abortus septic
c. Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan
oleh dukun atau awam). Abortus septic adalah abortus yang disertai
penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum
(septicemia atau peritonitis)
d. Ciri : perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar
dan lembut serta nyeri tekan, tampak lelah, panas tinggi, menggigil,
tekanan darah turun dan leukositosis
e. Tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Pada saat
tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
2. Sisa plasenta (pascapersalinan)
3. Sisa selaput ketuban
III. Manifestasi Klinis

Menurut Winknjosastro, 2007 gejala mola tidak berbeda dengan kehamilan


biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya
sering lebih hebat. Selanjutnya, perkembangannya lebih cepat, sehingga pada
umumnya besar uterus lebih besar dari pada umur kehamilan.Ada pula kasus
kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walau jaringannya belum
dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif
sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanyadying mole.Pada pasien mola
biasa nya akan terjadi :
a. Nyeri/kram perut
b. Muka pucat/keuning-kuningan
c. Perdarahan tidak teratur
d. Keluar jaringan mola
e. Keluar secret pervaginam
f. Muntah-muntah
g. Pembesaran uterus dan uterus lembek
h. Balotemen tidak teraba
i. Fundus uteri lebih tinggi dari kehamilan normal
j. Gerakan janin tidak terasa
k. Terdengar bunyi dan bising yang khas
l. Penurunan berat badan yang khas

IV. Patofistologi
Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista
anggur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secarahistopatologik kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasentadengan bayi normal. Bisa juga
terjadi kehamilan ganda mola adalah: satujanin tumbuh dan yang satu lagi
menjadi mola hidatidosa. Gelembung molabesarnya bervariasi, mulai dari yang
kecil sampai berdiameter lebih dari 1cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin
dan gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat :

a. Proliferasi dan trofoblas


b. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
c. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang danadanya sel
sinsial giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpaiovarium dengan kista lutein
ganda berdiameter 10 cm atau lebih ( 25-60%). Kista lutein akan berangsur-
angsur mengecil dan kemudianhilang setelah mola hidatidosa sembuh (Mochtar,
2010).
Sel telur seharusnya berkembang menjadi janini justru
terhentiperkembangannya karena tidak ada buah kehamilan atau
degenerasisistem aliran darah terhadap kehamilan pada usia 3-4 minggu.
Padafase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanyapoliferasi
dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasihidrifilik dari stroma vili
dan hilangnya pembuluh darah stroma vilimaka nidasi tidak terjadi. Selain itu sel
trofoblas juga mengeluarkanhormon HCG yang akan mengeluarkan rasa mual
dan muntah. Padamola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam, ini
dikarenakanpoliferasi trofoblas yang berlebihan, pengeluaran darah ini
kadangdisertai juga dengan gelembuung vilus yang dapat memastikandignosis
mola hidatidosa (Purwaningsih,2010)

V. Pemeriksaan Tindak Lanjut


Menurut Sujiyatini, 2009 pemeriksaan tindak lanjut pada pasien
molahidatidosa meliputi :
a. Lama pengawasan 1-2 tahun
b. Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakasi alatkontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisikdilakukan setiap kali
pasien datang untuk kontrol
c. Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampaiditemukan
kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut
d. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukankadarnya
yang normal 6 kali berturut-turut
e. Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik,dan foto
toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebutdapat berhenti
menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali
f. Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat danpada
pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasismaka pasien
harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.

VI. Komplikasi
a.Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat
akibat fatal
b.Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
c.Infeksi sekunder
d.Perforasi karena keganasan dan karena tindakan e.Menjadi ganas
(PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi moladestruens atau
kariokarsinoma. (Mochtar, 2010).

VII. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Purwaningsih, 2010 ada beberapa pemeriksaan penunjang


yangdapat dilakukan pada pasien mola hidatidosa dengan
1. HCG : nilai HCG meningkat dari normal nya. Nilai HCG normal pada ibu hamil
dalam berbagai tingkatan usiakehamilan berdasarkan haid terakhir :
a. 3 minggu : 5-50 mlU/ml
b. 4 minggu : 5-426 mlU/ml
c. 5 minggu : 18-7,340 mlU/ml
d. 6 minggu : 1.080-56,500 mlU/ml
e. 7-8 minggu: 7,650-229,000 mlU/mlf. 9-12 minggu : 25,700-288,000
mlU/mlg. 13-16 minggu: 13,300-254,000 mlU/mlh. 17-24 minggu : 4,060-
165,400 mlU/mli. 25-40 minggu: 3,640-117,000 mlU/mlj. Tidak hamil: <5.0
mlU/mlk. Post-menopause : < 9.5 mlU/ml

2. Pemeriksaan rontgen : Tidak ditemukan kerangka bayi

3. Pemeriksaan USG : Tidak ada gambaran janin dan denyujantung janin

4. Uji sonde : Pada hamil mola, sonde mudah masuk,sedangkan pada


kehamilan biasa, ada tahanan dari janin.
VIII. Penatalaksanaan

Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak


jarangdisertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus
segeradikeluarkan.Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Perbaikan keadaan umum Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok
hipovolemik atau anemi,pengobatan terhadap penyulit, seperti pre eklampsi
berat atautirotoksikosis.Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa,
yaitu :
1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau kurang )

3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai
dengan protokol penangan dibagian obstetrik dangynekologi
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagianpenyakit
dalam.

b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi

1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa :


a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai
(pemeriksaandarah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali
bilajaringan mola sudah keluar spontan
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukanpemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jamkemudian
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc danpasang
infuse dengan tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 ccdektrose 5%
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu
e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA
2) Histerektomi.
Syarat melakukan histerektomi adalah : Tindakan ini dilakukan pada
perempuan yang telah cukup umurdan cukup mempunyai anak. Alasan untuk
melakukan histerektomi adalah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan.
Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga
(Saifuddin, 2011).
c. Evakuasi
Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuretvakum,
kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.Tindakankuret hanya
dilakukan satu kali.Kuret ulangan dilakukan hanya bilaada indikasi
(Martaadisoebrata, 2007). Segerakan lakukan evakuasijaringan mola dan
sementara proses evakuasi berlangsung berikaninfus 10 IU oksitosin dalam 500
ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan
preventif terhadap perdarahanhebat dan efektifitas kontraksi terhadap
pengosongan uterus secaracepat) (Saifuddin, 2014).
Daftar Pustaka

Anonim. 2008. Kuretase. Diunduh dari http://www.info-sehat.com/inside_level2.asp?


artid=910&secid=13&intid=2, pada tanggal 19 Oktober 2016.

Saifuddin, A. B., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Manjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius, Jakarta : 2002.

Saifuddin, AB. Dkk. 1997. Modul Safe Motherhood dalam Kurikulum Inti Pendidikan
Dokter di Indonesia. Jakarta: Konsorsium Ilmu Kesehatan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Kesehatan dan World Health
Organization.

Anonim. 2012. Complication of Dilatation and Curettage.

Diunduh dari http://www.nhs.uk/Conditions/Dilatation-and-curettage-


(DC)/Pages/Risks.aspx, pada tanggal 19 Oktober 2016.

Anonim. 2009. Seksio Sesaria danKuretase.

Diunduh dari http://medicom.blogdetik.com/2009/03/07/seksio-sesarea-dan-


kuretase/, pada tanggal 19 Oktober 2001.

Anonim. 2008. Kuretase. Diunduh dari http://www.info-sehat.com/inside_level2.asp?


artid=910&secid=13&intid=2, pada tanggal 19 Oktober 2016.

Saifuddin, A. B., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Manjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius, Jakarta : 2002.

Saifuddin, AB. Dkk. 1997. Modul Safe Motherhood dalam Kurikulum Inti Pendidikan
Dokter di Indonesia. Jakarta: Konsorsium Ilmu Kesehatan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Kesehatan dan World Health
Organization.

Anonim. 2012. Complication of Dilatation and Curettage.

Diunduh dari http://www.nhs.uk/Conditions/Dilatation-and-curettage-


(DC)/Pages/Risks.aspx, pada tanggal 19 Oktober 2016.

Anonim. 2009. Seksio Sesaria danKuretase.

Diunduh dari http://medicom.blogdetik.com/2009/03/07/seksio-sesarea-dan-


kuretase/, pada tanggal 19 Oktober 2001.

Anda mungkin juga menyukai