Anda di halaman 1dari 11

ABORTUS

Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu: Desmawati, SKp. MKep. Sp.Mat.PhD

Disusun oleh:
Cintami Nida Fajriani 1810711041

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

2020
1. Definisi
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau
sebelum plasesnta selesai terbentuk (Mansjoer, Arif, dkk, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum menapai viabilitas, dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr. (Liewollyn & jones, 2002).
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan
dengan berat badan kurang lebih samadengan 1000 gr atau umur kehamilan kurang dari 28
minggu (Manuaba, 1998).
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar Rahim yaitu usia
kurang dari 20 minggu usia kehamilan dengan berat janin kurang dari 500 gram. (Healthy
Tadulako Journal)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan
(Nugroho, 2010)

2. Klasifikasi abortus
 Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan
22 minggu). Abortus spontan yang disertai terjadinya perdarahan dapat menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan terus berlangsung. Pasien
dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan. Tahapan abortus spontan meliputi :
a. Abortus imminens Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim
(kehamilan dapat berlanjut).

b. Abortus insipiens, Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang
telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim
(kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).

c. Abortus inkomplit,(sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).

d. Abortus komplit, (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).

 Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya bayi dianggap belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat bayi belum mencapai 1000 gr, walaupun kasus
bahwa berat bayi di bawah 1000 gr dapat terus hidup.

3. Etiologi
 Kelainan ovum
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang jika
kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya
abortus, makin besar disebabkan oleh kelainan ovum
 Kelainan genitalia ibu
a. Anomali kogenital (hipoplasia uteri, uterus bikoris dan lain-lain).
b. Kelainan letak dari uteri seperti retrofleksi uteri fiksata
c. Tidak sempurnanya persapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi, seperti kurangya progesteron atau estrogen, endometritis, dan mioma
subkuamosa.
d. Uterus lebih cepat meregang
e. Distosia uterus, misal karena terdorong tumor pelvis.
 Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang mengalami penyakit nefritis, toksemia gravidarum, hipertensi,
dan anomali plasenta.

4. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
jaringan plasenta, yang menyebabkan pendarahan hingga janin kekurangan nutrisi dan
O2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan, seluruhnya atau sebagian yang masih
tertinggal. Oleh karena itu keguguran memberkan gejala umum sakit perut karena
kontraksi rahim, terjadi pendarahan dan si sertai pengeluaran seluruh atau sebgaian hasil
konsepsi.
Dan bisa juga karena Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehiingga merupakan benda asing dalam
uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8
sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kchamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa
abortus ini menyerupai pcrsalinan dalam bentuk miniature. Hasil konsepsi pada abortus
dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau
tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah
mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka
ia dapat diliputi olch lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah discrap dan dalam sisanya terjadi
organisasi schingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose,
dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion
dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi
gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
perkamen (fetus papiraseus) Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera
dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah - merahan dan dapat
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama.
(Prawirohardjo, 2006).
5. Manisfestasi Klinis
 Terlambat haid atau amenorrhea kurang dari 20 minggu
 Pada pemeriksaan fisik : keadaan umumtampak lemah, kesadaran menurun, tekanan
darah menurun, denyut nadi normal hingga cepat namun teraba kecil, suhu badan
normal atau meningkat.
 Pendarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
 Rasa mulas atau kram perut di atas simfisis pubis, sering nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
 Pemeriksaan ginekologi:
a. Inspeksi Vulva : pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva.
b. Inspekula : pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau tertutup, ada
atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak jaringan atau cairan
yang keluar yang berbau busuk dari ostium.
c. Palpasi vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidaknyeri pada bagian adneksa,
kovum douglas tidak menonjol ataupun tidak nyeri.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi abortus

 Pengetahuan ibu
 Sikap ibu (aktivitas sehari-hari)
 Dukungan petugas kesehatan
 Faktor penguat (pelayanan dan fasilitas kesehatan, jarak tempuh ke layanan kesehatan).
 Dukungan keluarga.

7. Komplikasi
 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
perlukaan alat-alat lain.
 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat.
 Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum),
Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,
Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung
jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,
Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan
Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

8. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang pervaginam berulang

Riwayat kesehatan ,

Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh
klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin
, dan penyakit-penyakit lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.

Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,


banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari
dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
b. Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

c. Pemeriksaan fisik, meliputi :


Inspeksi 

Hal yang diinspeksi antara lain :


mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,
pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi 

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan


tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin


atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

d. Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam jumlah berlebih
2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Kekurangan volume Tujuan:    Observasi TTV      Mengetahui keadaan
cairan berhubungan Setelah dilakukan umum klien
dengan kehilangan tindakan keperawatan   Posisikan ibu     Menjamin
vaskuler berlebih selama 3 x 24 jam dengan tepat (semi keadekuatan darah yang
volume cairan fowler) tersedia untuk otak,
terpenuhi dengan peninggian panggul
kriteria hasil: Berikan sejumlah menghindari kompresi
   Pasien cairan pengganti vena
mengungkapkan tidak harian      Pendarahan dapat
lemah, dan tidak berhenti dengan reduksi
merasa haus lagi    Laporkan serta aktivitas
   Mukosa bibir lembab catat jumlah dan
   Turgor kulit normal sifat kehilangan
   Mata tidak cekung darah      Untuk mengetahui
perkiraan banyak nya
kehilangan darah
2. Nyeri berhubungan Tujuan:      Observasi TTV      Untuk mengetahui
dengan dilatasi Setelah dilakukan keadaan umum klien
serviks, trauma tindakan 3 x 24 jam      Meningkatkan koping
jaringan dan nyeri teratasi dengan Lakukan pengkajian klien dalam mengatasi
kontraksi uterus kriteria hasil: nyeri nyeri
   Pasien tidak        Untuk mengetahui
mengeluh nyeri lagi       lokasi nyeri, skala, dan
   Skala nyeri intensitasnya
berkurang (<3)
.   Ajarkan metode     Untuk mengurangi
distraksi nyeri

Kolaborasi
     Berikan analgetik      Analgetik berfungsi
untuk mengurangi nyeri
3. Resiko tinggi infeksi Tujuan:      Observasi TTV      Mengetahui keadaan
berhubungan dengan Setelah dilakukan umum klien
trauma jaringan tindakan 3 x 24 jam
pasien tidak mengalami     Terangkan pada     Untuk mencegah
infeksi dengan kriteria klien pentingnya terjadinya infeksi
hasil: vulva hygiene berkelanjutan
   Tidak merasa nyeri
pada daerah vulva.      Lakukan teknik     Inkubasi kuman pada
   Tidak merasa gatal vulva hygiene area genital yang relatif
   TTV dalam batas cepat dapat
normal menyebabkan infeksi

     Tingkatkan teknik     Membantu mencegah


cuci tangan yang penularan bakteri
benar untuk
meningkatkan
personal hygiene
klien
4. Ansietas Tujuan :      Jelaskan prosedur    Pengetahuan dapat
berhubungan dengan Setelah dilakukan dan arti gejala membantu menurunkan
ancaman kematiantindakan 3 x 24 jam rasa takut dan
diri sendiri dan janinpasien tidak mengalami meningkatkan rasa
kecemasan dengan kontrol terhadap situasi
ktriteria hasil:     Pengetahuan akan
     Klien      Berikan informasi membantu ibu untuk
mendiskusikan dalam bentuk verbal mengatasi apa yang
ketakutan mengenai dan tertulis serta beri sedang terjadi dengan
diri janin dan masa kesempatan klien lebih efektif. Informasi
depan kehamilan, juga untuk mengajukan sebaiknya tertulis, agar
mengenai ketakutan pertanyaan nantinya memungkinkan
yang sehat dan tidak ibu untuk mengulang
sehat informasi akibat tingkat
     Klien tampak tenang stress.
     Klien tidak terlihat
cemas lagi      Pantau respon     Menandai tingkat
verbal dan non kecemasan yang sedang
verbal ibu dan dialami ibu atau
pasangan. pasangan.
     Menjadi mampu
     Libatkan ibu melakukan sesuatu
dalam perencanaan untuk membantu
dan berpatisipasi mengontrol situasi
dalam perawatan sehingga dapat
sebanyak mungkin menurunkan rasa takut
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ramadhan I,dkk. 2018. PERILAKU IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS DI
WILAYAH PUSKESMAS BULILI KOTA PALU. Healthy Tadulako Journal
(Ramadhan I, Herman K, Rasyika N: 54-60). Diakses dari jurnal.untad.ac.id › index.php ›
HealthyTadulako › article › download

jurnal Natiqotul.F,dkk., 2018. FAKTOR RISIKO MATERNAL KEJADIAN ABORTUS (Studi


Kasus di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal). Diakses dari jurnal.unimus.ac.id ›
index.php › jur_bid › article › download.

Pambudi.A.S., 2015., LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS. Diakses dari


https://www.academia.edu/16306716/LAPORAN_PENDAHULUAN_ABORTUS .

M3. 2012. Keperawatan. Jakarta. Pt yapindo jaya abadi.

Jurnal Purwaningrum.E.D&Fibriana.A.I.,2017, FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS


SPONTAN. Elisa D. P. dan Arulita I. F./Faktor Risiko Kejadian/HIGEIA 1 (3) (2017). HIGEIA
JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT.

Anda mungkin juga menyukai