ABORTUS
2253022
A. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat
badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan
(Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar
kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus kompletus adalah keguguran lengkap di mana semua hasil konsepsi (desidua
dan fetus) telah keluar tanpa membutuhkan intervensi medis.
B. Macam-Macam Abortus
Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia
kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).
Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin
mencapai viabilitas.
Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak
berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau
keduanya.
Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat
berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus
spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil
konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar,
sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
C. Patofisilogi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih
dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan
mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam
waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan
mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan
dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi
gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya
maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan
seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila
perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2006)
D. Penyebab Abortus
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang
menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat
menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat
zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi
virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang
paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum
rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
5. Trauma
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang
berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih
fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
E. Manifestasi Klinik
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan
per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
Ciri-ciri abortus kompletus adalah :
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan,
tidak ada sisa dalam uterus.
F. Penangan
1. Abortus KompletTidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila menderita
anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang
mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
G. Pemeriksaan
Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
3. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol
dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan
anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan
glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
H. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora
normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif
enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur,
Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci,
Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Organisme-
organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah
E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus,
Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai
adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus
pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
I. Patways
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
2. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan
alamat
3. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang pervaginam berulang
Riwayat kesehatan ,
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh
klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin ,
dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari
dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
4. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam jumlah berlebih
2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin
Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
Berikan analgetik Analgetik berfungsi
untuk mengurangi nyeri
3. Resiko tinggi infeksi Tujuan: Observasi TTV Mengetahui keadaan
berhubungan dengan Setelah dilakukan umum klien
trauma jaringan tindakan 3 x 24 jam
pasien tidak mengalami Terangkan pada Untuk mencegah
infeksi dengan kriteria klien pentingnya terjadinya infeksi
hasil: vulva hygiene berkelanjutan
Tidak merasa nyeri
pada daerah vulva. Lakukan teknik Inkubasi kuman pada
Tidak merasa gatal vulva hygiene area genital yang relatif
TTV dalam batas cepat dapat
normal menyebabkan infeksi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
6. Penkes
Edukasi dan promosi kesehatan pada kasus abortus adalah pasien tidak dianjurkan untuk
menggunakan tampon, douching atau berhubungan seksual sementara selama minimal 1-2
minggu atau selama masih ada flek yang keluar dari vagina.Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah timbulnya infeksi dan perdarahan lanjut.Pasien juga dianjurkan untuk untuk tirah
baring dan abstinensia.
Edukasi Pasien
Semua ibu hamil sebaiknya diedukasi untuk segera datang ke dokter jika mengalami perdarahan
pervaginam yang banyak atau persisten.
Pada pasien yang baru pertama kali mengalami abortus, pasien dapat diyakinkan bahwa kejadian
abortus ini bukan kesalahanya, serta selama pasien masih dalam usia reproduktif dan tidak
didapati kelainan lain, maka pasien masih dapat hamil kembali dan kehamilan berikutnya bisa
normal. Namun, apabila pasien sudah mengalami abortus multipel, sebaiknya pasien diedukasi
untuk dirujuk ke konsultan fertilitas dan endokrinologi reproduksi.
Pada pasien pasca abortus, yakinkan ibu bahwa merasa berduka setelah mengalami keguguran
adalah suatu hal yang normal.Tetapi ibu sebaiknya menemui profesional jika tidak dapat
mengendalikan emosinya karena rasa bersalah, sedih, atau merasa kehilangan.
Selanjutnya informasikan pada pasien mengenai kemungkinan akan mengalami haid tidak teratur
dan kram perut pada beberapa minggu pertama. Haid selanjutnya dapat terjadi pada 4-6 minggu
pasca abortus.
Ovulasi bisa terjadi 2 minggu pasca abortus.Oleh karena itu, kontrasepsi dianjurkan pada 2-3
bulan pertama pasca abortus jika ibu atau pasangan belum siap mendapatkan kehamilan
kembali.Kontrasepsi juga berguna untuk memulihkan keadaan hormonal.Namun, pada penelitian
tidak ditemukan efek samping yang lebih besar jika interval antar kehamilan lebih pendek.
CEGAH ABORSI
Tujuan :
A. Tujuan Penyuluhan Umum (TPU) :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 40 menit diharapkan para remaja, dan dewasa dapat
memahami dan mengerti tentang aborsi serta resiko tindakan aborsi, agar tindakan aborsi dapat
dicegah serta dapat menurunkan tingkat kejadian aborsi di Indonesia.
B. Tujuan Penyuluhan Khusus (TPK) :
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian aborsi
2. Menyebutkan jenis-jenis aborsi
3. Menjelaskan alasan melakukan aborsi
4. Menjelaskan resiko aborsi
5. Menjelaskan solusi mencegah aborsi
Evaluasi :
1. Jelaskan pengertian aborsi
2. Sebutkan jenis-jenis aborsi
3. Jelaskan alasan melakukan aborsi
4. Jelaskan resiko aborsi
5. Jelaskan solusi pencegahan aborsi
Referensi :
1. Mohamad kartono. (1992). Teknologikedokteran&tantanganterhadap
bioetika.EdisiPertama.Jakarta : PT. GramediaPustakaUtama.
2. Bertens K. (2002).AborsiSebagaiMasalahEtika.EdisiPertama.Jakarta: PT. Grasindo.
3. Smeltzer& Brenda. (2001).Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Brunner
&Suddarth.EdisiDelapan.vol.2.Jakarta :EGC.
4. MD,Paustista S.(1982). Atlas Kebidanan
5. Hawari,Danang(2006).Aborsi. EdisiPertama. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia.
6. http://www.aborsi.org/hukum-aborsi
7. http://www.aborsi.org
LAMPIRAN MATERI
ABORSI
1. PENGERTIAN ABORSI
2. JENIS-JENIS ABORSI
Jenis dari aborsi secara garis besar aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian, yakni
Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation
Abortion).Yang dimaksud dengan aborsi spontan yakni aborsi yang tanpa kesengajaan
(keguguran).Aborsi spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni:
AbortusIminen
Dalam Bahasa Inggris diistilahkan dengan“ Threaten Abortion “, terancam
keguguran (bukan keguguran). Disini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda
yang menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.
Abortus Inklomplitus
Secara sederhana bias disebut aborsi tidak lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran
buah kehamilan tetapi tidak komplit.
Abortus Klomplitus
Yang satu ini Aborsi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap,
sudah seluruhnya keluar.
Abortus Insipien
Buah kehamilan mati didalam kandungan lepas dari tempatnya, tetapi belum
dikeluarkan.Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion yakni buah
kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.
Sedangkan aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni
Abortus Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan). Kita hanya
khusus melihatAbortus Provokatus Medialis yang terdiri dari :
Dilatasi dan kuretase (D&C)
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan
pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat,
sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya
metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan
perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode
D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti perdarahan
rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya
dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.
Sedot
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode
penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini.
Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat
mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi
berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa
darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol
yang dihubungkan dengan alat penyedot ini.
Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna
menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan perdarahan
hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat
terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang
tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan
komplikasi paska-aborsi.
Peracunan dengan garam
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat kandungan berusia 16
minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita
dan 50-250 ml (kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan
konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan akan teracuni.
Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-
kira satu jam, janin akan mati.
Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan
melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97% dari
wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan
diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita
pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali
diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan perdarahan hebat dan efek samping serius pada
sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga
dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah.
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah
hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan
asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal
aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga
operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping
yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi
pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga
perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.
Histerektomi atau bedah sesar
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan
rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan
dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa
yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita,
karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di
kota New York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini.
Prostalglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses
melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses
kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai
kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi
terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan
mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar
dalam keadaan hidup.
Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal
karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi,
perdarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan
apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi.
Di luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
.
DAFTAR PUSTAKA