Anda di halaman 1dari 15

arisuryawan58

nurse profesional

Lanjut ke konten

Beranda
About

ASKEP TBC PADA ANAK

ASKEP ABORTUS INKOMPLIT


Posted on November 20, 2013 by arinurse

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


ABORTUS INKOMPL
AHMAD SIDQI E (14.401.11.003)
ALBAY YASIN W (14.401.11.005)
ANDRI KURNIAWAN (14.401.11.007)
ARGANATA SURYA P (14.401.11.008)
ARI DWI CAHYONO (14.401.11.010)
ARI SURYAWAN (14.401.11.011)
ARIZONA (14.401.11.012)
BAGUS ATITIYA P(14.401.11.013)
SOVI ADELIANA(14.401.10.0)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM D III KEPERAWATAN
KRIKILAN GLENMORE
BANYUWANGI
KONSEP TEORI

PENGERTIAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu / buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Hal : 145).
Keguguran adalah dikeluarkannya hasil kontrasepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan
dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur hamil kurang dari 28 minggu.
(Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, hal : 214)
Abortus Inkomplet adalah janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama dengan plasenta
pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu,
pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila plasenta seluruhnya / sebagian tetap
tinggal dalam uterus maka bisa menimbulkan perdarahan.
(Obstetri Williams, Edisi 18, hal 581-582)
Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kondisi servikalis.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal : 148)
Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
(Ilmu Kebidanan, hal : 307)
PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil

konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong
amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin
pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang
cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi
organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose,
dalam hal ini amnion tampak berbenjol benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi
diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi gepeng (fetus
kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus
papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi,
kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh
janin berwarna kemerah merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila
perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama.(Prawirohardjo,2005),
ETIOLOGI
Menurut prawirohardjo (2007) penyebab abortus dalam teori menyebutkan ada beberapa hal,
diantaranya :
1. kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian atau cacat. Faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
2. Lingkungan sekitar kurang sempurna, apabila lingkungan di endometrium di sekitar
tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.
3. Pengaruh dari luar, akibat dari radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus,
pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. kelainan pada placenta
Endotritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi placenta terganggu,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi
sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

3. penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia,typus abdominalis,malaria dan lain-lain yang
menyebabkan abortus,toksin, bakteri, viurus, atau plasmodium dapat melalui placenta masuk
kejanin, sehingga menyebaban kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis,
toksoplasmis juga dapat menyebabkan abortus walaupun jarang.
4.

kelainan traktus genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Tetapi harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submokusa
yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus trimester ke 2 ialah servik inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi servik berlebih, konisasi,
amputasi, atau robekan servik luas yang tidak di jahit.
KLASIFIKASI
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Abortus spontaneous Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus
spontaneus meliputi :
a)

Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada
paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari
beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah
yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul
di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.
b)

Abortus insipiens :

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Abortus
inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
c)

Abortus kompletus :

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis
dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa
semuanya sudah keluar dengan lengkap.

d)

Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan
serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan
ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi
terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari kanalis servikalis.
e)

Missed Abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak
diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone
pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
f)

Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28
minggu
g)

Abortus lnkompletus

Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang
sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
1. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat )
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur
28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi
dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a) Abortus medisinalis (abortus therepeutika) adalah abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
b) Abortus kriminalis adal abortus yang terjadi oleh karena tindakan tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
TANDA-TANDA GEJALA ABORTUS INCOMPLET
1.
2.
3.
4.

Amenorea, sakit perut dan mulas-mulas


Perdarahan yang bisa sedikit / banyak dan biasanya berupa stalsel (darah beku)
Sudah ada keluar fetus / jaringan
Pada abortus yang sudah lama terjadi / pada abortus provokatus yang dilakukan

5. Orang yang tidak ahli sering terjadi infeksi.


Pada pemeriksaan dijumpai gambaran :
1.
2.
3.
4.

Kanalis servikalis terbuka


Dapat diraba jaringan dalam rahim atau dikanalis servikalis.
Kanalis servikalis ditutup oleh perdarahan berlangsung terus.
Dengan pemeriksaan sande perdarajan bertambah.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh
janin berwarna kemerah-merahan.
KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang.
Dapat terjadi mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok.
1. Infeksi
Pada penanganan yang tidak legeartis.
Keguguran tidak lengkap
1. Degenerasi ganas
Keguguran dapat menjadi kario karsinoma sekitar 15% sampai 20%.
Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama, terjadi pembesaran /
perlunakan rahim, terdapat melastase ke vagina / lainnya.
1. Penyulit saat melakukan kuretase
Dapat terjadi perforasi dengan gejala :
Kuret terasa tembus
Penderita kesakitan
Penderita syok
Dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan ginekologi abortus inkomplit antara lain sebagai berikut :

1. Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang. ( Nugroho, 2012 )
PEMERIKSAAN PENUNJANG ABORTUS INKOMPLIT
Menurut Sujiyatini ( 2009 ), pemeriksaan penunjang abortus inkomplit yaitu USG. USG
kehamilan untuk mendeteksi adanya sisa kehamilan. Pada USG didapatkan endometrium
yang tipis.
PENATALAKSANAAN
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskulera taum iso prostol 400 mg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
1. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
1. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. 1.

Pengkajian

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. a.
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
2. b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang pervaginam berulang
3. c.
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau
pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu
1. d. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.

2. e.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary ,
penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
3. f.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
4. g.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
5. h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
6. i.
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
7. j.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
8. k. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan
saat sakit.
9. l.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur
kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan
di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk
bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
1. m.

Pemeriksaan laboratorium :

Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga
berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
1. n.

Data lain-lain :

Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.
Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.
1. 2.

Diagnose Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan

1. 3.
a.

Rencana Tindakan

Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan

Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
Intervensi :
1)

Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik


bervariasi
2)

Ukur pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3)

Berikan sejumlah cairan pengganti harian

Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif


4)

Evaluasi status hemodinamika

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik


b.

Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan :
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1)

Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2)

Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi


3)

Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal


4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat
diperlukan
5)

Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

Rasional : Menilai kondisi umum klien


c.

Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1)

Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2)

Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri


3)

Kolaborasi pemberian analgetika

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d.

Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab

Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1)

Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya
warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3)

Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart


4)

Lakukan perawatan vulva

Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5)

Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
e.

Cemas s.d kurang pengetahuan

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2)

Kaji derajat kecemasan yang dialami klien

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien
tentang penyakit
3)

Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4)

Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan


5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien
dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC


Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

About these ads

Share this:

Twitter
Facebook
Google

Memuat...

Tentang arinurse
saya mahasiswa dari AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PROGRAM D III
KEPERAWATAN SEMESTER 5
Lihat semua tulisan dari arinurse
Tulisan ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.
ASKEP TBC PADA ANAK

Tinggalkan Balasan

Surel (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)


Nama (wajib)
Situs web

Beritahu saya balasan komentar lewat surat elektronik.

Cari untuk:

Pos-pos Terakhir
o
o

ASKEP TBC PADA ANAK


ASKEP ABORTUS INKOMPLIT

Komentar Terakhir

Arsip
o

Kategori
o

November 2013
Uncategorized

Meta
o
o
o
o
o

Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

Cari untuk:

Pos-pos Terakhir
o
o

Komentar Terakhir
Arsip
o

November 2013

Kategori
o

ASKEP TBC PADA ANAK


ASKEP ABORTUS INKOMPLIT

Uncategorized

Meta
o
o
o
o
o

Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

arisuryawan58
The Twenty Ten Theme. Blog pada WordPress.com.
Ikuti

Follow arisuryawan58
Get every new post delivered to your Inbox.
Ditenagai oleh WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai